Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
Gonore adalah suatu penyakit infeksi purulen yang mengenai membrane mukosa
yang kebanyakan disebakan oleh mikroorganisme Neisseria gonorrhoeae melalui
hubungan seksual. Sebenarnya, hamper semua membrane mukosa dapat terinfeksi
organism ini yang merupakan dipococcal gram-negative.1,2
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara
penyakit menular seksual lainnya. Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena
sebagian disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin
dan disebut Penicillinase Producing Neisseria gonorrhoeae (PPNG). Kuman ini
meningkat di banyak negeri termasuk Indonesia.1,2,3
Presentasi biasanya pada pria adalah uretritis akut; pada wanita, adalah
cervicitis, yang mungkin asimtomatik. Bagian lain dari genitourinari, serta rektum,
faring, dan mata, mungkin terinfeksi. Kadang-kadang terjadi bakteremia, yang secara
teratur berhubungan dengan lesi arthralgia, dan kulit, infeksi metastasis di sendi atau
fokus lainnya mungkin terjadi. 1,2,3
Meskipun pengobatan yang baik tersedia, penyakit tetap merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting, menyebabkan besar persentase kemandulan
perempuan dan morbiditas cukup pada kedua jenis kelamin. 2,3
Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genitorgenital , oro-genital dan ano-genital. Tetapi, disamping itu dapat juga terjadi secara
manual melalui alat-alat, pakaian, handuk dan sebagainya. 1,2

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
Gonorrhoeae. 1,2
2.2 Etiologi
Penyebab gonore adalah adalah gonokok yang ditemukan oleh NIESSER pada tahun
1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup
Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N.gonorrhoeae dan N.meningitidis yang
bersifat patogen serta N.catarrhalis dan N.pharyngis sicca yang bersifat komnsal. 1
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 u
dan panjang 1,6 u, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram
bersifat Gram-negatif, terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara
bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39 C , dan tidak tahan
zat desinfektan.2,3,4

Gambar 1. Neisseria gonorrhoeae

2.3 Patogenesis
N gonorrhoeae organisme tersebar dari tempat utama, seperti endoserviks,
uretra, faring, atau rektum, dan menyebar luas ke darah menginfeksi organ target yang
lain. Biasanya, beberapa tempat, seperti kulit dan sendi,juga terinfeksi. Organisme

Neisserial menyebar ke darah karena berbagai faktor. Faktor predisposisi tersebut


mencakup perubahan fisiologis individu, faktor virulensi dari organisme itu sendiri, dan
kegagalan dari pertahanan imun individu. Sebagai contoh, perubahan pH vagina yang
terjadi selama menstruasi dan kehamilan dan masa pubertas membuat lingkungan
vagina yang lebih sesuai untuk pertumbuhan organisme dan menyediakan peningkatan
akses ke aliran darah.3,4
Faktor virulensi organisme, seperti pili, diperlukan dalam melekatnya organisme
ke permukaan mukosa dan menghambat fagositosis oleh makrofag tuan rumah. Protein
membran luar (yaitu, protein 1, 2, dan 3) juga terlibat dalam menentukan virulensi dari
strain organisme dan digunakan untuk jenis strain (yaitu, protein 2 terlibat dalam adhesi
ke sel inang). Lipo-oligosakarida dari membran sel organisme telah ditandai tindakan
endotoksik dan juga diyakini terkait dengan perlawanan terhadap tindakan bacteriocidal
serum. Selain itu, beberapa strain spesies Neisseria yang sangat patogen menghasilkan
immunoglobulin A (IgA) protease yang membantu dalam kelangsungan hidup
organisme dalam jaringan mukosa.3,4,5
Kerusakan pada pertahanan kekebalan inang juga terlibat dalam patofisiologi,
dengan pasien tertentu lebih mungkin untuk mengembangkan bakteremia. Khususnya,
pasien dengan kekurangan di terminal melengkapi komponen kurang mampu
memerangi infeksi, sebagai pelengkap memainkan peran penting dalam pembunuhan
organisme neisserial. Penyebab lain immunocompromise (misalnya, HIV, SLE) juga
menyebabkan rentan terhadap penyebaran infeksi.3,4,5
2.4 Gambaran Klinik
Masa tunas yang singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadangkadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati sendiri,
tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala yang samar sehingga tidak
diperhatikan oleh penderita. Pada wanita masa tunas sulit ditentukan karena pada
umumya asimtomatik.1,3,4
Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan
susunan anatomi dan faal genitalia. Oleh karena itu perlu pengtahuan anatomi
genitaliapria dan wanita.3,5,6

Pada pria infeksi pertama yaitu uretritis. Komplikasi local adalah tysonitis,
parauretritis, littritis, cowperitis. Sedangkan komplikasi asendens, bisa terjadi :
prostatitis, vesikulitis, vas defentitis, epididimitis, trigonitis.1,5
Pada wanita infeksi yang pertama muncul adalah uretritis dan servistis.
Komplikasi lokanya adalah parauretritis, bartholintis. Komplikasi asendens yang terjadi
adalah salpingitis, PID (Pelvic Inflamatory Diseases).2,5
Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara genitor-genital, pada
pria dan wanita dapat berupa orofaringitis, proktitis dan konjungtivitis.1
2.4.1 Pada Pria
a. Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar ke
proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi local dan asendens. Keluha subyektif
berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra disekitar orifisium uretra eksternum,
kemudian disusul disuria, polakisuris, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadangkadang disertai darah dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi.1,2,5
Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa,
dan ekteropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulren, dan beberapa kasus dapat
terjadi pembesaran kelenjat getah bening inguinal unilateral atau bilateral.1,3,7

Gambar 2. Duh tubuh

2.4.2 Pada Wanita


Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan anatomo dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada
4

wanita, baik penyakitnya akut maupun kronis, gejala subyektif jarang ditemukan dan
hamper tidak pernah didapati kelainan obyektif. Kebanyakan wanita datang jika sudah
ada komplikasi.1,2,7
Pada mulanya hanya serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh yang
mukopurulen dan mengandung banyak gonokok mengalir ke luar dan menyerang uretra,
duktus parauretra, kelenjar Bartholin, rectum, dan dapat juga naik ke atas sampai pada
daerah kandung telur. 1,5
a. Uretritis
Gejala utamanya adalah disuria, kadang-kadang poliuria. Pada pemeriksaan,
orifisium uretra eksternum tampak merah, edematosa dan ada secret mukopurulen. 5,6
b. Servisitis
Dapat asimtomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung
bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan secret mukopurulen.
Duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bial terjadi servisitis akut disertai vaginitis yang
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.2,3,5
Selain mengenai alat-alat genitalia, gonore juga dapat menyebabkan infeksi
nongenital, yang akan diurikan berikut ini :
a. Proktitis
Proktitis pada pria dan wanita pada umumnya asimtomatik. Pada wanita dapat
terjadi karena kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena hubungan
genitoanal seperti pada pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pria,
terasa seperti terbakar pada daerah anus dan pemeriksaan tampak mukosa eritematosa,
edematosa dan tertutup pus mukopurulen. 5,8
b. Orofaringitis
Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsillitis gonore
lebih sering daripada gingivitis, stomatitis, atau laryngitis. Keluhan sering bersifat

asimtomatik. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat mukopurulen yang


ringan atau sedang.5,6
c. Konjungtivitis
Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita
servisitis gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada
konjungtiva melalui tangan atau alat-alat. Keluhannya berupa fotofobia, konjungtiva
bengkak, merah dan keluar eksudat mukopurulen.6,8

2.5 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosi gonore dimulai dari anamnesis, pemeriksaan klinis,
dan pemeriksaan penunjang yang terdiri atas 5 tahapan. 1,5
2.5.1 Sediaan Langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan gonokok negativegram, intraseluler dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa
navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin,
serviks dan rectum.1,7

Gambar 3. Pewarnaan gram

2.5.2 Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang dapat
digunakan :1,7
- media transport
- media pertumbuhan
2.5.3 Tes Definitif
a. Tes Oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendamin hidroklorida 1%
ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria member warna reaksi
positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah
muda sampai merah lembayung.2,4
b. Tes Fermentasi
tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltose, dan
sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.1,2
2.5.4 Tes Beta-laktamase
Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL 961192 yang
mengandung chromogenic chepalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari
kuning menjadi merah apabila kuman mengandung beta-laktamase.1,3
2.5.5 Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah
pengobatan setempat. Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan :4,6
- sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
- urin dibagi dalam dua gelas
- tidak boleh menahan kencing dari gelas 1 ke gelas 2.
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80-100
ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas 2 sukar dinilai karena baru menguras
uretra anterior.

Tabel 1. Hasil pembacaan tes Thomson


Gelas 1
Jernih
Keruh
Keruh
jernih

Gelas 2
Jernih
Jernih
Keruh
Keruh

Arti
Tidak ada infeksi
Infeksi uretritis anterior
Panuretritis
Tidak mungkin

2.6 Diagnosis Banding


Diagnosis diferensial penyakit gonore genitourinari pada wanita meliputi
sebagai berikut : 1,2,5
a. Infeksi Trichomonas vaginalis. Ini biasanya muncul sebagai eksudat, berlimpah
berbusa, vagina berbau busuk. Untuk diagnostic menggunakan preparat salin positif
bagi protozoa.
b. Infeksi Candida albicans. Seringkali ini didapatkan sebagai infeksi pruritic dengan
eksudat krim atau didih, dan diagnosis tergantung pada identifikasi organisme dengan
BTA dan / atau kultur.
c. Gardnerella vaginalis atau vaginosis bakteri. Masih ada perdebatan tentang peran
berbagai organisme bakteri vaginosis. Namun, sindrom ini didefinisikan dengan baik,
dengan bau busuk,warna abu-abu, asam yang menunjukkan sel-sel petunjuk
pada BTA dan menghasilkan sebuah bau amis, bau amina pada alkalinization dengan
kalium hidroksida. Semua pasien harus dikultur untuk gonokokus. Meskipun vaginitis
inflamasi jarang terlihat dengan gonore saja, infeksi campuran memang terjadi agak
sering.
Pada pria, uretritis juga bisa disebabkan oleh beberapa organisme. T. vaginalis dan C.
albicans dapat menginfeksi laki-laki dan tanpa gejala atau menyebabkan uretritis atau
balanitis. Beberapa uretritis telah dikaitkan dengan hominis Herpes. Namun demikian,
bahkan lebih umum dari gonore sebagai penyebab uretritis pada populasi banyak yang
disebut nongonococcal atau tidak spesifik atau postgonococcal uretritis.

2.7 Penatalaksanaan
8

Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan sesedikit
mungkin efek toksiknya. Pilihan utamanya adalah penisilin dan probenesid, kecuali di
daerah yang tinggi insiden Neisseria gonorrhoeae Penicilinase Producing (NGPP).
Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal.
Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain :1,2,4
a. Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit + 1 gram
probenesid.
b. Ampisilin dan Amoksisilin
Ampisilin dosisnya adalah 3,5 gram + 1 gram probenasid, dan amoksisilin 3
gram + 1 gram probenasid. Suntikan ampisilin tidak dianjurkan.
c. Sefalosporin
Seftriakson (generasi ke 3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. sefoperazon
dengan dosis 0.50 sampai 1.00 g secara intramuscular. Sefiksim 400 mg per oral
dosis tunggal memberi angka kesembuhan > 95%.
d. Spektinomisin
Dosisnya adalah 2gram i.m.
e. Kanamisin
Dosisnya adalah 2 gram i.m.
f. Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram secara oral. Tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan.
g. Kuinolon
Obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofloksasin 250-500
mg, dan norfrloksasin 800 mg 800 mg secara oral.
2.8 Komplikasi
2.8.1 Pada Pria
a. Tysonitis
Kelenjar Tyson adalah kelanjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya
terjadi pada penderita yang preputiumnya sangat panjang dan kebersihan yang kurang.
Diagnosis dibuat berdasakan ditemukannya butir pus atau pembengkakan pada daerah

frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan
sumber infeksi laten.5,7
b. Parauretritis
sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia.
Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.4
c. Littritis
tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang atau butirbutir. Bila salah satu saluran tersumbat, dapat terjadi abses folikular. Cara mendiagnosis
adalah dengan uretroskopi.2,7
d. Cowperitis
dikatakan cowperitis bila hanya duktus yang terkena dan biasanya tanpa gejala.
Kalau infeksi terjadi pada kelenjar Cowper dapat terjadi abses. Keluhan ini berupa nyeri
dan adanya benjolan pada daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada
waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak diobati abses akan pecah melalui kulit perineum,
uretra, atau rectum dan mengakibatkan proktitis.4.5
d. Prostatitis
prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan
suprapubis, malese, demam, nyeri kencing sampai hematuri, spasme otot uretra
sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi.2,8
Pada pemeriksaan akan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal,
nyeri tekan, dan didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jka tidak diobati, abses
akan pecah, masuk ke uretra posterior atau kea rah rectum sehingga bisa mengakibatkan
proktitis.4,6
Bila prostatitis menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermiten, tetapi kadangkadang menetap. Pada pemeriksaan prostat terasa kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit
nyeri saat ditekan.4,6
e. Vesikulitis

10

vesikulitis adalah radang akut yang mengenai vesikula semenalis dan duktus
ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimitis akut. Gejala
subyektif menyerupai gejala prostatitis akut, berupa demam, polakisuria, hematuria
terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung darah.4,7
f. Vas deferentitis atau funikulitis
gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang
sama.2,6
g. Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis biasanya disertai
deferentitis. Faktor yang mempermudah timbulnya epididmitis ini adalah trauma pada
uretra posterior, seperti irigari yang terlalu sering dilakukan, cairan irrigator terlalu
panas atau terlalu pekat, instrumentasi yang kasar, pengurutan prostat yang berlebihan,
atau aktivitas seksual dan jasmani yang berlebihan.1,2,5
h.

Trigonitis
infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria.

Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria, terminal dan hematuria.1,2


2.8.1 Pada Wanita
a. Parauretritis/Skenitis
Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi. 5,7
b. Bartholintis
Labium mayora pada sisi yang terkena membengkak, merah dan ada nyeri tekan.
Kelenjar Bartholin membengkak, terasa sangat nyeri bila penderita berjalan dan
penderita sukar duduk. 5,7
c. Salpingitis
Peradangan bersifat akut, subakut atau kronis. Faktor predisposisinya adalah masa
puerperium, dilatasi setelah kuretase, pemakaian IUD, tindakan AKDR (alat
kontrasepsi dalam rahim). Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba fallopii

11

sampai pada daerah salping dan ovarium sehingga dapat menimbulakn penyakit
radang panggul (PRP). Gejalanya terasa nyeri pada daerah abdomen bawah, duh tubuh
vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.4,6
2.8.3

Gonore Diseminata
Kira-kira 1% kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore diseminata. Penyakit ini

banyak didapat pada penderita dengan gonore asomtomatik sebelumnya, terutama


pada wanita. Gejala yang timbul berupa arthritis, miokarditis, endokarditis,
perikarditis, meningitis dan dermatitis.1,5
2.9 Gonore yang Disebabkan Oleh Neisseria Gonorrheae Penghasil Penisilinase
Gonore yang disebabkab oleh Neisseria gonorrheae Penghasil Penisilinase
(NGPP) ini sukar diobati dengan penisilin dan derivatnya, walupun dengan peninggian
dosis. Disamping itu harus dibedakan dengan gonokok yang resisten ringan terhadap
antibiotic yang disebabkan karena mutasi lokus. 5,7
Gejala klinis dan komplikasi gonore dengan galur NGPP ini tidak berbeda
dengan gonore biasa. Cara mendiagnosisnya adalah dengan melakukan tes iodometrik
atau asidometrik pada koloni yang tumbuh pada pembiakan.7,8
Pengobatan yang digunakan untuk gonore galur NGPP ialah kuinolon,
spektinomisin, kanamisin, sefalosporin, dan tiamfenikol.5
2.10 Prognosis
Gonore merupakan suatu penyakit infeksi menular seksual yang disebakan oleh
bakteri yang sudah ada obatnya yaitu antibiotik. Jadi jika penderita menjalani
pengobatan dengan teratur dan melakukan hubungan seksual yang sehat, maka
prognosis penyakit ini adalah baik.

12

BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama

: Putu WD

Umur

: 19 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Bakti Seraga, Singaraja

Suku bangsa

: Bali

Agama

: Hindu

Tanggal pemeriksaan : 21 Februari 2011


3.2 Anamnesis
Keluhan utama
Nyeri saat buang air kecil
Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita datang dengan keluhan nyeri saat kencing sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri
dikatakan mulai terasa pertama kali yaitu dua hari setelah melakukan hubungan seksual
dengan pacarnya. Saat berhubungan seksual penderita tidak menggunakan kondom.
Nyeri dirasakan menetap dari sejak pertama kali muncul sampai saat ini. Penderita juga
mengeluh alat kelaminnya keluar cairan yang berwarna putih kekuningan dan juga
terasa panas. keluhan ini baru pertama kali dialami oleh penderita. Tidak ada rasa gatal,
penderita juga tidak mengeluh kencingnya anyang-anyangan.
Riwayat penyakit dalam keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
Riwayat pengobatan
Penderita sudah berobat ke puskesmas namun keluhan tidak membaik.
Riwayat penyakit terdahulu
Penderita tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat sosial
Penderita adalah seorang mahasiswa. Penderita mengatakan sudah beberapa kali
berganti-ganti pasangan dan selalu melakukan hubungan seksual dengan pasangannya.
13

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status present :
KU

: Baik

Tekanan darah : 110/70 mmHg


Nadi

: 80 kali per menit

Respirasi

: 20 kali per menit

Suhu aksila

: 36,5o C

Status general :
Kepala

: Normochepali

Mata

: Anemia (-/-), Ikterus (-/-)

Thorax

: Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-)


Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen

: Distensi (-) , Bising usus (+)

Ekstremitas

: Akral hangat, Oedem (-)

Status dermatologi

Lokasi : penis
Effloresensi : Pada orifisium uretra eksterna tampak eritema ringan dan ada udema.
Tampak disharge putih kekuningan sedikit keluar dari orifisium uretra eksterna.

14

3.4 Diagnosis Banding


- Uretritis Neisseira Gonore
- Uretritis Non Gonore
3.5 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dikerjakan
3.6 Resume
Penderita seorang laki-laki berusia 19 tahun, suku Bali, agama Hindu datang ke
poliklinik kulit&kelamin dengan keluhan nyeri saat buang air kecil sejak satu minggu
yang lalu. Nyeri mulai muncul dua hari setelah melakukan hubungan seksual. Penderita
juga mengeluh alat kelaminnya keluar cairan berwarna putih kekuningan dan juga terasa
panas. Tidak ada rasa gatal dan anyang-anyangan. Keluhan ini baru pertama kali dialami
penderita. Penderita sudah pernah berobat ke puskesmas, namun keluhan tidak
membaik.
Pemeriksaan fisik :
Status present

: dalam batas normal

Status general

: dalam batas normal

Status dermatologi

Lokasi : penis
Effloresensi : Pada orifisium uretra eksterna tampak eritema dan ada udema. Tampak
disharge putih kekuningan sedikit keluar dari orifisium uretra eksterna.
3.7 Diagnosis Kerja
Uretritis Gonore
3.8 Penatalaksanaan
- Ciprofloxacin 2 x 500 mg
- Asam mefenamat 2 x 500 mg
- KIE :

Tidak melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan

15

Tidak melakukan hubungan seksual selama pengobatan

Disarankan pasangan juga diperiksa dan diobati

Menjaga kebersihan alat genital

3.9 Prognosis
Prognosis penyakit ini baik

16

BAB 4
PEMBAHASAN
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
Gonorrhoeae.
Diagnosis penyakit ini ditegakkan melalui hasil anamnesis, gambaran klinis dan
juga pemeriksaan penunjang. Dari hasil anamnesis, penderita mengeluhkan nyeri saat
buang air kecil, tersa panas, dari alat kelaminnya keluar cairan berwarna puith
kekuningan. Keluhan ini dirasakan sejak satu minggu yang lalu, tepatnya dua hari
setelah penderita melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Penderita tidak
mengeluh adanya rasa gatal dan anyang-anyangan. Penderita mengatakan sudah sering
melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Dari hasil anamnesis
yang diperoleh mengarah ke perjalanan penyakit uretritis gonore dimana dikeluhkan ada
rasa nyeri saat buang air kecil dan dari alat kelaminnya keluar cairan berwarna putih
kekuningan, juga ada riwayat berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan.
Melalui pemeriksaan fisik pasien didapatkan status dermatologi sebagai berikut :
Lokasi : penis
Effloresensi : Pada orifisium uretra eksterna tampak eritema dan ada udema. Tampak
disharge putih kekuningan sedikit keluar dari orifisium uretra eksterna.
Hasil pemeriksaan fisik yang didapat juga mengarah ke diagnosis penyakit uretritis
gonore kerena ditemukan pada orifisium uretra eksterna tampak eritema dan ada oedem
juga tampak discharge putih kekuningan keluar dari orifisium uretra eksterna.
Diagnosa yang memungkinkan selain skabies adalah uretritis non gonore. Gambaran
klinik uretritis gonore ialah pada orifisium uretra eksterna tampak eriteme tetapi tidak
ada oedema, juga tampak discharge putih kekuningan keluar dari orifisium eksterna.
Pada penderita diberikan pengobatan sistemik yaitu ciproflloxacin 2 x 500 mg dan
asam mefenamat 2 x 500 mg.
Selain terapi obat, KIE juga sangat penting untuk kesembuhan pasien karena
penyakit ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak sehat. KIE yang
diberikan kepada pasien ini yaitu tidak melakukan hubungan seksual dengan bergantiganti pasangan, tidak melakukan hubungan seksual selama pengobatan, disarankan

17

pasangan juga diperiksa dan diobati, menjaga kebersihan alat genital. Prognosis
penyakit ini baik bila semua hal tersebut dilaksanakan dengan baik.

18

BAB 5
KESIMPULAN
Dilaporkan penderita datang dengan keluhan nyeri saat buang air kecil, terasa panas,
dari alat kelaminnya keluar cairan berwarna puith kekuningan. Keluhan ini dirasakan
sejak satu minggu yang lalu, tepatnya dua hari setelah penderita melakukan hubungan
seksual dengan pasangannya. Penderita tidak mengeluh adanya rasa gatal dan anyanganyangan. Penderita mengatakan sudah sering melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan status present dan
status general dalam batas normal.
Status dermatologi

Lokasi : penis
Effloresensi : Pada orifisium uretra eksterna tampak eritema dan ada udema. Tampak
disharge putih kekuningan sedikit keluar dari orifisium uretra eksterna.
Pemeriksaan penunjang tidak dikerjakan tetapi dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik mengarah ke penyakit uretritis gonore karena dari anamnesis didapatkan keluhan
nyeri saat buang air kecil, keluar cairan warna putih kekuningan, terasa panas, dan ada
riwayat berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan Pada orifisium uretra eksterna tampak eritema dan ada udema. Tampak
discharge putih kekuningan sedikit keluar dari orifisium uretra eksterna. Pada kasus ini
di diagnosa uretritis gonore.
Pengobatan diberikan secara sistemik yaitu ciprofloxacin sebagai antibiotik dan
asam mefenamat sebagai anti nyeri. Penderita juga diberikan KIE yaitu tidak melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, tidak melakukan hubungan seksual
selama pengobatan, disarankan pasangan juga diperiksa dan diobati, menjaga
kebersihan alat genital. Prognosis penyakit ini baik bila semua hal tersebut dilaksanakan
dengan baik.

19

DAFTAR PUSTAKA
1. Daili Syaiful S. Gonore dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2007, p 369-380
2. Feingold DS, Mansur CP. Chapter 233 Gonorrhea. Fitspatrics Dermatology in
General Medicine Vol. 1. 2003.
3. Behrman

AJ.

Gonorrhea

in

Emergency

Medicine.

http://emedicine.medscape.com/article/782913-overview.

Available

(Akses : 2011, Feb

21)
4. Wirya Duarsa. Dkk.: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Penyakit Kulit Dan
Kelamin RSUP Denpasar. Lab/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar (2007).
5. Harahap, Marwali.: Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates, Jakarta (2000).
6. Siregar, R. S.: Atlas Berwarna Saripati penyakit Kulit. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta (1996).
7. Bennet

NJ.

Pediatrict

Gonorrhea.

Available

http://emedicine.medscape.com/article/964220-overview. (Akses : 2011, Feb 22)


8. Bashour

M.

Gonoccocus.

Available

http://emedicine.medscape.com/article/1203591-overview. (Akses : 2011, Feb


21)

20

Anda mungkin juga menyukai