Anda di halaman 1dari 18

METODE TAGUCHI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK

BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan industri yang sangal pesat dan dinamis dewasa ini khususnya industri
manufakur telah menghadapi kompetisi yang ketat. Untuk menghadapi kompetisi tersebut,
perusahaanh arus selalu meningkatkan kualitas proses dan produk sesuai dengan tuntutan
konsumen. Banyak metode telah diterapkan untuk meningkatkan kualitas proses dan produk,
antara lain menggunakan metode rekayasa kualitas dengan desain kokoh (quality by robust
design) dalam proses dan produk (Bellavendram,1995).
Rekayasa kualitas dengan robust design diperkenalkan pada ahli rekayasa kualitas di
Amerika Serikat oleh Genichi Taguchi pada awal tahun 1980-an. Pada perkembangan
berikutnya, metode ini banyak diterapkan pada industri manulaktur di Jepang, Amerika Serikat,
Eropa dan negara industri baru seperti Korea dan Taiwan. Dengan semakin terkenalnya metode
robust design ini, telah terjadi pergeseran paradigma kualitas yaitu dari inspeksi kerusakan dan
pernecahan masalah menuju rekayasa kualitas dengan desain dalam proses dan produk.
Luasnya penerapan metode robus design ini, dilandasi oleh kekuatan konsepnya dalam
hal pereduksian jumlah kombinasi suatu desain eksperimen sehingga desain yang dihasilkan
mampu mengakomodasi eksperimen dengan banyak faktor. Selain itu performansi hasil
eksperimen diukur dengan suatu besaran universal yang dapat dipakai untuk membandingkan
dua atau lebih variabel yang memiliki dimensi berbeda. Dua hal inilah yang menjadi inti dan
kekuatan konsep Taguchi.
Genichi Taguchi adalah seorang insinyur dan ahli statistik. Ia memiliki latar belakang
ilmu teknik dan juga mendalami statistika serta matematika tingkat lanjut, sehingga ia dapat
menggabungkan antara teknik statistika dan pengetahuan keteknikkan. Taguchi telah membuat
kontribusi yang sangat berpengaruh untuk statistik industri. Metode ini merupakan metodologi
baru dalam bidang teknik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas produk dan proses serta
dalam dapat menekan biaya dan resources seminimal mungkin.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kualitas Menurut Taguchi
Kualitas yang memenuhi spesifikasi dianggap lebih sempuna oleh pabrik di Amerika.
Padahal analisis menunjukkan bahwa dengan merekayasa proses untuk memfokuskan pada
target akan dihasilkan kualitas produk yang lebih sempurna. Melihat fenomena diatas, Taguchi
melihat definisi kualitas dari sisi yang berbeda yaitu dengan melihat hubungan antara-kualitas
dengan biaya dan kerugian (loss) dalam satuan moneter. Definisi ini tidak hanya memperhatikan
segi manufakur tetapi juga sisi konsumen dan masyarakat. Secara lebih lengkap definisi Taguchi
adalah The quality of a product is the minimum loss impqrled by the product society from the
time the product is shipped. Dengan definisi ini, tujuan dari industri manufaktur adalah membuat
produk yang sesuai harapan konsumen selama produksi itu digunakan oleh konsumen. Filosofi
Taguchi dalam perbaikan kualitas secara terperinci menekankan pada reduksi variasi. Desain
parameter dimaksudkan sebagai pendekatan biaya efektif (cost-effective) pada reduksi variasi
dalam proses dan produk (Nair,1992)
Taguchi mendefinisikan kualitas dalam cara yang negatif, yaitu kerugian pada masyarakat
sejak produk dikirimkan. Kerugian ini termasuk biaya ketidakpuasan konsumen, yang akan
mengakibatkan kerugian reputasi dan niat baik perusahaan. Menurut Taguchi, sebuah produk
menimbulkan kerugian bukan hanya ketika berada di luar spesifikasi, tetapi juga ketika produk
tersebut menyimpang dari nilai targetnya, kerugian ini sebanding dengan kuadrat penyimpangan
dari target. Kualitas suatu produk adalah (minimasi kerugian yang diberikan oleh produk pada
masyarakat sejak produk tersebut dikirimkan).
Untuk mengatasi kerugian (loss) karena kualitas yang tidak baik dari suatu produk, ada
dua kemungkinan kerugian yang terjadi setelah produk sampai kepada konsumenya itu :
1.

Jika produk tersebut mendapat garansi maka kerugian tersebut ditanggung perusahaan.

2.

Jika produk tersebur tidak bergaransi, konsumen harus mengeluarkan biaya untuk memperbaiki.
Ukuran yang diusulkan Taguchi untuk menghitung kerugian (loss) secara kuantitatif
adalah quality loss function. Dengan demikian pendekatan kualitas menurut Taguchi ini
merupakan inovasi baru dalam bidang kualitas.

Dr. Genichi Taguchi sebagai pencetus dan metode Taguchi ini, mengemukakan 3 konsep
yang sederhana dan mendasar yaitu:
1. Kualitas harus didesain ke dalam produk, sehingga yang diutamakan bukanlah keharusan suatu
inspeksi melainkan peningkatan kualitas.
2. Pencapaian kualitas terbaik adalah dengan meminimasi deviasi produk dan suatu nilai target.
Produk harus didesain sedeniikian rupa sehingga tidak terpengaruh oleh faktorfaktor lingkungan
yang tidak terkontrol.
3. Biaya kualitas harus diukur berdasarkan pada fungsi deviasi terhadap nilai standar dan kerugian
diukur secara keseluruhan.
Dasar metode Taguchi juga berasal dari 2 premis berikut ini:
1.

Produk yang tidak mencapai target akan memberikan kerugian pada masyarakat.

2.

Desain produk dan proses memerlukan pengembangan sistematis dan langkah-langkah progesif
melalui desain sistem, desain parameter, dan akhirnya desain toleransi.
Ada tujuh point dan Taguchi yang membedakan pendekatan Taguchi dan pendekatan
tradisional dalam menjamin kualitas, yaitu:

1. Taguchi mendefinisikan kualitas sebagai penyimpangan dan performansi tepat target, yang pada
awal pemunculannya menjadi suatu paradok. Menurut Beliau, kualitas dan produk manufaktur
adalah total kerugian yang ditimbulkan oleh produk pada masyarakat sejak produk itu
dikirimkan.
2.

Dalam persaingan ekonomi, Continous Quality Improvement (CQI) atau peningkatan kualitas
terus-menerus dan penurunan biaya amat penting untuk tetap bertahan dalam bisnis.

3.

Sebuah program CQI melibatkan reduksi terus menerus dalam variasi karakteristik performansi
produk dan nilai-nilai target mereka.

4.

Kerugian yang diderita konsumen akibat vaniasi performansi produk seringkali proporsional
dengan kuadrat penyimpangan karakteristik performansi dan nilai targetnya.

5.

Kualitas dan biaya akhir (R&D, manufaktur, dan operasi) dan produk manufaktur bergantung
pada desain rekayasa produk dan proses manufakturnya.

6. Variasi dalam suatu performansi produk (atau proses) dapat dikurangi dengan mengeksploitasi
pengaruh-pengaruh non linier berbagai parameter produk (atau proses) pada karakteristi
performansi.

7.

Percobaan-percobaan perencanaan secara statistik dapat secara efisien dan diandalkan


mengidentifikasi berbagai setting dan parameter produk (atau proses) yang akan mengurangi
variasi performansi.
B.Proses Desain
Tujuan eksperimen dalam industri manufaktur adalah menemukan cara untuk
meminimasi penyimpangan karakteristik kualitas dari target. Hal yang harus dilakukan adalah
mengidentifikasi semua faktor yang mempengaruhi karakteristik kualitas serta mencari level
faktor yang sesuai sehingga variansi dapat diminimasi. Dalam bahasa teknis, eksperimen
dilakukan untuk menentukan material yang terbaik, tekanan yang terbaik, temperatur yang
terbaik, formulasi kimia yang cocok, waktu siklus, dimana secara bersamasama dalam proses
produksi menghasilkan karakteristik kualitas seperti dimensi dan daya tahan yang sesuai target.
C. Tahapan dalam Desain Produk atau Proses Menurut Taguchi
Dalam metode Taguchi tiga tahap untuk mengoptimasi desain produk atau proses
produksi yaitu (Ross, 1996):
1. System Design.
System Design yaitu upaya dimana konsep-konsep, ide-ide, metode baru dan lainnya
dimunculkan untuk memberi peningkatan produk . Merupakan tahap pertama dalam desain dan
merupakan tahap konseptual pada pembuatan produk baru atau inovasi proses. Konsep mungkin
berasal dari dari percobaan sebelumnya, pengetahuan alam/teknik, perubahan baru atau
kombinasinya.
2 . Parameter Design.
Tahap ini merupakan pembuatan secara fisik atau prototipe secara matematis berdasarkan tahap
sebelumnya melalui percobaan secara statistik. Tujuannya adalah mengidentifikasi setting
parameter yang akan memberikan performansi rata-rata pada target dan menentukan pengaruh
dari faktor gangguan pada variasi dari target.
3 . Tolerance Design.
Penentuan toleransi dari parameter yang berkaitan dengan kerugian pada masyarakat akibat
penyimpangan produk dari target. Pada tahap ini, kualitas ditingkatkan dengan mengetatkan

toleransi pada parameter produk atau proses untuk mengurangi terjadinya variabilitas pada
performansi produk.
D. Perbandingan Pendekatan Eksperimen Klasik dan Taguchi
Metode desain eksperimen klasik dikembangkano leh R.A. Fisher di Inggris, metode ini
berdasarkan pada pendekatan statistika yang didasarkan pada latin square dan pada awalnya
dikembangkan untuk industri pertanian. Metode ini menjadi tidak praktis untuk diterapkan pada
industri manufaktur karena adanya asumsi tertentu dan penekanan pada prosedur-prosedur
tertentu. Taguchi mengembangkan metode desain eksperimen dengan memanfaatkan sifat desain
kokoh (robust design).
Ide dasar dalam desain Taguchi ini adalah untuk mengidentifikasi, melalui penyelidikan
interaksi antara parameter kontrol dan noise variable, setting yang tepat pada parameter kontrol
dengan performansi sistem yang kokoh (robust) terhadap variasi yang tidak dapat dikendalikan
(uncotrollable variation) dalam z. Dengan kata lain, Taguchi melakukan desain yang kokoh
dalam proses dan produk sedemikian sehingga dapat mencegah masuknya faktor yang tidak
terkontrol dalam proses produksi dan mencegah masuknya dampak faktor yang tidak terkontrol
tersebut pada konsumen. Dari ide dasar ini, maka pendekatan Taguchi tersebut dinamakan desain
parameter. Istilah desain ini dimaksudkan sebagai desain dari sistem pada desain eksperimen
statistik. Karena tujuannya adalah robust terhadap variasi dalam variabel noise. Maka
pendekatan ini (desain parameter) disebut juga dengan robust design.
Taguchi memberikan contoh proses pembuatan permen. Kelembutan permen dipengaruhi
oleh temperatur lingkungan (noise factors). Temperatur yang tinggi menyebabkan permen terlalu
lembut dan bagian luar meleleh, dan pada kondisi temperatur rendah menyebabkan bagian luar
keras. Untuk itu perlu dirancang proses pembuatan yang memperhatikan kelembaban proses,
sehingga permen yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen dan robust terhadap
perubahan temperatur lingkungan.
Robust Desain ini telah menambahkan dimensi baru pada desain eksperime klasik antara
lain bagaimana mereduksi secara ekonomis variasi produk dalam lingkungan konsumen dan
bagaimana menjamin bahwa keputusan untuk menerapkan kondisi optimum dalam eksperimen
akan berhasil dalam manufaktur dan masyarakat.

E. Variasi Yang Disebabkan Oleh Faktor Tidak Terkontrol


Variasi adalah perbedaan yang terjadi dari suatu karakteristik kualitas antara satu produk
dengan produk yang lain. Jika variasi yang terjadi sangat kecil, produk tersebut dianggap identik.
Faktor yang menyebabkan variasi tersebut adalah faktor yang tidak terkontrol (noise faclors)
misalnya temperatur ruangan, kelembaban udara dan kualita material. Faktor tidak terkontrol
dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : (Bellavendram 1995)
1. Faktor tidak terkontrol ekstemal
2. Faktor tidak terkontrol internal
3. Faldor tidak terkontrol antar unit produk
On-Line Quality Control
On-line qualily control rnerupakan pengendalian kualitas yang reaktif pada proses produksi yang
sedang berjalan. Ada tiga bentuk Online quality conlrol yaitu. (Bellavendram,1995)
1. Proses diagnosis dan penyesuaian
2. Prediksi dan koreksi
3. Pengukuran dan aksi
Off-Line quality Control
0ff-line qualily control adalah pengendalian kualitas yang bersifat preventif. Off-line Qulity
control dapal dikatakan sebagai desain proses dan produk sebelum sampai pada produksi di shop
floor. Off-line quality control dilalkukan pada saat awal dari daur hidup produk (life cycle
product), yaitu perbaikan pada awal untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi. Produk
dengan kualitas yang baik berarti variasi fungsi produk yang kecil untuk segala kondisi dari
faktor tidak terkontrol
F. Prinsip Robustness dalam Desain
Faktor tidak terkontrol tidak dapat dihilangkan karena faktor-faktor tersebut sudah ada
dalam sistem. Selama produsen tidak dapat menangani faktor yang tidak terkontrol dengan baik,

maka karakteristik kualitas seringkali tidak dapat mencapai target. Dengan demikian spesifikasi
produk yang diharapkan tidak akan tercapai atau dengan kata lain akan terjadi kerugian (loss).
Prinsip dasar dari kekokohan (robustness) adalah usaha untuk mereduksi kerugian dengan
memperhatikan hubungan fungsional antara faktor terkontrol dan faktor tidak terkontrol,
sehingga karakteristik kualitas tidak sensitif terhadap faktor tidak terkontrol. Untuk mereduksi
kerugian ini dapat dilakukan secara tidak langsung dengan mereduksi variansi. Ada empat cara
yang digunakan untuk mereduksi variansi yaitu mengeluarkan produk yang cacat, mencari dan
menghilangkan penyebab ketidakcocokan, memperkecil toleransi dan menerapka metode robust
design.
G. Fungsi kerugian (loss function)
Fungsi kerugian (loss function) merupakan suatu pendekatan baru untuk proses
capability. Hal ini disebabkan dalam proses produksi yang menginginkan suatu produk yang
berkualitas diperlukan kontrol dalam proses capability. Karakteristik kualitas dibagi menjadi 3
karakteristik yaitu nominal is the best, smaller the better, dan larger the better. Nominal is the
best digunakan ketika suatu proses menginginkan nilai target tententu. Jika menginginkan sebuah
ukuran karakteristik kualitas yan gmempunyai target 0, atau karakteristik kualitas yang baik
adalah sekecil-kecilnya maka digunakan smaller the better, sedangkan larger the better
merupakan suatu ukuran karakteristik kualitas non negatif yang mempunyai nilai target tak
hingga tau karakteristik kualitas yang baik adalah sebesar-besarnya. Jika y merupakan
karakteristik kualitas dan m merupakan nilai target tertentu, maka perbedaan fungsi kerugian
(loss) dari tipe karakteristik kualitas akan ditunjukkan pada tabel dibawah ini dengan k
merupakan konstanta k1= A0*/0 dan k2 = A0*/02.
Perbandingan karakteristik kerugian
H. Sistem Dinamis
Strategi taguchi dalam desain optimasi terdiri dari dari 4 faktor golongan untuk menggambarkan
pengaruh faktor yaitu:
1.

Faktor Signal (M)

Dalam suatu rancangan percobaan terdapat pengaturan faktor secara selektif pada proses untuk
mencapai target yang diinginkan, faktor signal mempunyai suatu hal yang khusus yaitu
mengubah setting pengaruh rata-rata respon bukan pada variabilitasnya. Penentuan faktor signal
didasarkan pada pengetahuan engineering dari desain suatu sistem.
2.

Faktor Kontrol
Secara umum faktor kontrol berpengaruh pada rata-rata dan variabilitas dari respon. Suatu desain
produk akan menetapkan dengan bijaksana level dari parameter sehingga dapat menerima
kemungkinan terbaik dari yang diharapkan yaitu stabilitas maksimum dan hasil yang robust
dengan biaya yang minimum.

3.

Level Faktor (r)


Level faktor merupakan bagian dari faktor kontrol yang dirancang dapat menyesuaikan dengan
mudah dalam desain proses untuk mencapai hubungan fungsional antara faktor signal (M0)
dengan variabel respon dalam sistem dinamis

4.

Faktor Noise (N)


Faktor noise merupakan semua faktor yang tidak bisa dikontrol, secara umum hanya pengaruh
statistik, ( mean, varian, distribusi, dll) pada faktor noise uang mempengaruhi desain akhir
robust.
Pada sistem desain yang dinamis, target merupakan suatu fungsi yang diatur oleh faktor
signal. Dibawah ini merupakan gambaran hasil dari karakteristik dinamis faktor signal dan faktor
noise.

Pada parameter desain untuk karakteristik dinamis desain hasil atau proses seharusnya
dikondisikan untuk memperoleh tujuan yang yang robust pada faktor noise, oleh karena itu
signal to noise ratio untuk karakteristik dinamios didefinisikan sebagai 10 log () dengan
merupakan power dari signal didefiniskan sebagai jumlah variasi yang terjadi pada perubahan
level faktor signal sedangkan power dari noise merupakan variasi yang terjadi sebagai perubahan
pada level noise. Dalam menganalisa percobaaan dimana respon mempunyai target yang
dinamis, taguchi mengajukan dua tahap (two-step procedure) untuk mengidentifikasi pengaturan

signal aitu (i) menghitung faktor signal to ratio (SNR) dan menentukan faktor kontrol yang
memaksimalkan SNR, (ii) perubahan fungsi slope pada target slope dengan menyesuaikan pada
faktor (faktor kontrol yan gmemiliki pengaruh yangb kuat pada slope tetapi tidak berpengaruh
pada SNR).
I. Tools yang Digunakan dalam Metode Taguchi
Tools yang digunakan dalam metode Taguchi diantaranya adalah:
1 . Process diagram (P-diagram )
P-Diagram adalah diagram yang digunakan untuk mengelompokkan variabelvariabel yang
terkait dalam suatu proses, antara lain faktor signal (input), response ( output), noise dan control.
Pertama-tama, identifikasi input dan output dari konsep yang sedang didesain. Kemudian
identifikasi apa saja yang menjadi control dan noise factor. Control factor merupakan parameter
yang dapat diukur oleh desainer, sementara noise factor merupakan parameter yang berada di
luar kontrol desainer.
Selanjutnya, desainer mengatur control factor supaya deviasi yang terjadi minimum dalam biaya
rendah. Selain itu, noise factor juga harus dipertimbangkan dalam melakukan desain, demi
menghindari banyaknya kegagalan produk dan biaya yang terjadi akibat desain yang buruk.
Setelah itu, desainer mengatur deviasi yang dibolehkan dari nominal, dengan menyeimbangkan
antara cost dengan benefit bagi pelanggan. Proses ini disebut dengan tolerance design. Hasil
menggunakan parameter design diikuti dengan tolerance design merupakan produk dengan biaya
yang rendah.

2. Ideal function, yang digunakan untuk menentukan bentuk ideal dari hubungan signalresponse
dalam konsep desain, sehingga higher level system work perfectly.
3. Quadratic Loss Function, yakni digunakan untuk mengkalkulasi kerugian yang terjadi pada
user akibat kinerja yang menyimpang dari target. Fungsi ini bentuknya bisa berbeda-beda,
tergantung situasinya. Pengukuran ini sangat bermanfaat untuk menghitung kepuasan pelanggan
dan menentukan toleransi yang optimum.

4. Signal-to-Noise Ratio yakni mengukur perbandingan antara kekuatan signal (output)


dibandingkan dengan noise. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin disukai.
5. Orthogonal Array, digunakan untuk mengumpulkan informasi yang terkait dengan control
factor dan beberapa eksperimen.

KASUS PERUSAHAAN MENGENAI


STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM
ORGANISASI

Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi


Proses pengambilan keputusan dalam organisasi ialah kumpulan yang terdiri dari
beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama, didalam organisasi rentan terjadinya selisih
pendapat begitu juga keputusan dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara organisasi dalam
pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan ada beberapa metode yang sering
di gunakan oleh para pemimpin, yaitu :
1.

Kewenangan Tanpa Diskusi (Authority Rule Without Discussion)


Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin

otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu
cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa
yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan
keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak
mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia
akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para anggota
organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak
dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas

yang lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota
kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.
2.

Pendapat Ahli (expert opinion)


Kadang-kadang seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai

ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat
keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang
anggota organisasi yang dianggap ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi
kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah
yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang yang
dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang
memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang
yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam
kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
3.

Kewenangan Setelah Diskusi (authority rule after discussion)


Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan

dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after discussion ini pertimbangkan
pendapat atau opini lebih dari satu anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan.
Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan
tanggung jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam
pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu meluas.
Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan dalam proses pembuatan
keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota
organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan. Artinya
bagaimana para anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan
keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan.
4.

Kesepakatan(consensus)

Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu organisasi
mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan,
yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi akan dapat meningkatkan kualitas
keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung
keputusan tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan
dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatn ini,
tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjol adalah dibutuhkannya
waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk
digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman, tidak ada
yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih
unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling efektif yang
dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor:

Jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,

Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan

Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan


pengambilan keputusan tersebut.
Dari metode di atas tersebut sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan, yaitu :

a.

Kekuatan Mental
Kekuatan mental itu sama seperti prinsip, jadi dalam organisasi harus punya prinsip.

b.

Sanksi
Sanksi sangat perlu dalam organisasi, agar tidak melakukan kesalahan yang sama baik itu
pemimpin maupun anggotanya.

c.

Keahlian
Pemimpin harus punya kekuatan mental dalam organisasi, jika tidak sama saja seperti pemimpin
yang tidak mempuanyi gelar.

d.

Kharisma

Semua pemimpin harus punya kharisma agar terus menjadi panutan bagi semua orang. Maka dari
itu kharisma merupakan citra baik yang di miliki seseorang agar menjadi panutan semua orang.

I.
1.

Jenis-jenis Pengambilan keputusan.

Berdasarkan program atau regularitas :


A.

Pengambilan keputusan terprogram atau terstruktur, yaitu pengambilan keputusan

yang sifatnya rutinitas, berulang-ulang, dan cara menanganinya telah ditentukan. Pengambilan
-

keputusan terprogram ini digunakan untuk menyelesaikan masalah yg terstruktur melalui :


Prosedur : yaitu serangkaian langkah yang berhubungan dan berurutan yang harus di-ikuti

oleh pengambil keputusan.


Aturan : yaitu ketentuan yang mengatur apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilaku-kan

B.

oleh pengambil keputusan.


Kebijakan : yaitu pedoman yang menentukan parameter untuk membuat keputusan.
Pengambilan Keputusan Tidak Terprogram :
(Tidak Terstruktur) adalah pengambilan keputusan yang tidak rutin dan sifatnya unik sehingga
me-merlukan pemecahan khusus.

2.

Berdasarkan Tingkat Kepentingannya :


Pada umumnya suatu organisasi memiliki hie-rarki manajemen. Secara klasik, hierarki
ini terbagi 3 (tiga) tingkatan, yaitu :

A.

Manajemen Puncak yang berkaitan dengan masalah perencanaan yang bersifat strategis

(strategic planning). Pada manajemen puncak keputusan yg diambil adalah keputusan strategis.
B.
Manajemen Menengah, yaitu menangani permasalahan kontrol/pengawasan yang sifat
pekerjaannya lebih banyak pada masalah administrasi.

Pada manajemen menengah ini

keputusan yang diambil adalah keputusan administrasi/taktis. Keputusan ini adalah keputusan
yg berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya.
C.
Manajemen operasional, yaitu berkaitan dengan kegiatan operasional (kegiatan operasi
harian). Keputusan yang diambil pada manajemen operasional disebut keputusan operasional.
3.
A.

Berdasarkan Tipe Persoalan :


Keputusan internal jangka pendek, yaitu keputusan yang berkaitan dengan kegiatan
rutin/operasional seperti : pembelian bahan baku, penentuan jadwal produksi.

B.

Keputusan internal jangka panjang, yaitu keputusan yang berkaitan dengan perma-salahan
organisasional seperti : perombak-an struktur organisasi, perubahan departemen. Keputusan
Eksternal Jangka Pendek, yaitu kepu-tusan yang berkaitan dengan semua persoalan yg
berdampak dgn lingkungan dalam rentang waktu yang relatif pendek, seperti : mencari

C.

subkontrak untuk suatu permintaan khusus.


Keputusan Eksternal Jangka Panjang, yaitu kepu-tusan yg berkaitan dengan semua persoalan
dgn lingkungan dalam rentang waktu yg relatif pan-jang, seperti : merger dengan perusahaan lain
dan ini bersifat strategis.

4.

Berdasarkan lingkungannya :

A.

Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti, yaitu pengambilan keputusan dimana berlangsung

hal-hal :
Alternatif yg harus dipilih hanya memiliki satu konsekuensi / jawaban / hasil. Ini berarti hasil

dari setiap alternatif tindakan tersebut dapat ditentukan dengan pasti.


Keputusan yg diambil didukung oleh informasi/data yg lengkap, shg dapat diramalkan secara

akurat hasil dari setiap tindakan yg dilakukan.


Dalam kondisi ini, pengambil keputusan secara pasti mengetahui apa yg akan terjadi di masa

yg akan datang.
Biasanya selalu dihubungkan dengan keputusan yang menyangkut masalah rutin, karena

kejadian tertentu di masa yg akan datang dijamin terjadi.


Pengambilan keputusan seperti ini dapat ditemui dalam kasus/model yg beresifat

deterministik.
B.
Pengambilan Keputusan dalam kondisi resiko, adalah pengambilan keputusan dimana
-

berlangsung hal-hal :
Alternatif yg dipilih mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil.
Pengambilan keputusan memiliki lebih dari satu alternatif tindakan.
Diasumsikan bahwa pengambilan keputusan mengetahui peluang yg akan terjadi terhadap

berbagai tindakan dan hasil.


Resiko terjadi karena hasil pengumpulan keputusan tidak dapat diketahui dengan pasti,

walaupun diketahui nilai probabilitasnya.


Pada kondisi ini ada informasi atau data yang akan mendukung dlm membuat keputusan,

berupa besar atau nilai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan.


Teknik pemecahannya menggunakan konsep probabilitas, seperti model keputusan

probabilistik, model inventori probabilistik, model antrian probabilistik.


C. Pengambilan Keputusan dalam kondisi tidak pasti, yaitu pengambilan keputusan dimana :
Tidak diketahu sama sekali hal jumlah kondisi yang mungkin timbul serta kemungkinankemungkinan munculnya kondisi-kondisi tsb.

Pengambilan keputusan tdk dapat menentukan probabilitas terjadinya berbagai kondisi atau

hasil yg keluar.
Pengambil keputusan tidak mempunyai pengetahuan atau informasi lengkap mengenai

peluang terjadinya bermacam-macam keadaan tsb.


Hal yg akan diputuskan biasanya relatif belum pernah terjadi. Tingkat ketidakpastian

keputusan semacam ini dapat dikurangi dengan cara :


Mencari informasi lebih banyak.
Melalui riset atau penelitian.
Penggunaan probabilitas subjektif
Teknik pemecahannya adalah menggunakan beberapa metode/kreteria, yaitu metode
maximin, metode maximax, metode Laplace, metode minimax regret, metode relaisme dan

D.
-

dibantu dengan tabel hasil (pay off tabel).


Pengambilan Keputusan dalam kondisi Konflik adalah pengambilan keputusan dimana :
Kepentingan dua atau lebih pengambil keputusan saling bertentangan dalam situasi

persaingan.
Pengambil keputusan saling bersaing dengan pengambil keputusan lainnya yg rasional,

tanggap dan bertujuan utk memenangkan persaingan tsb.


Pengambil keputusan bertindak sbg pemain dalam suatu permainan.
Teknik pemecahannya adalah menggunakan teori permainan.
II.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan.


Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan

sebagai berikut:
a.

hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu

b.
c.

diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.


setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan

d.
e.

orang lain.
jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan.
pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus

f.
g.
h.

diubah menjadi tindakan fisik.


pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik.
setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang

diambil itu betul.


i.
setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.

Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan
keputusan.

Fisik.
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan.
Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya
memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.

Emosional.
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara
subjective.

Rasional.
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan
berbagai konsekuensinya.

Praktikal.
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan
menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.

Interpersonal.
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang
lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.

Struktural.
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil
yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
CONTOH KASUS :
Pada tahun 1983, kepercayaan knight melakukan kesalahan dalam pengelolaan nike,
sehingga berdampak pada 350 karyawan yang ia miliki, oleh karena itu Phil sebagai Ketua
Dewan direksi memutuskan untuk mendapatkan kembali posisi produsen sepatu nomor satu
melalui kecepatan penjualannya dengan konsep Nike Global Segmentation & Targeting
Positioning

ANALISIS
Berdasarkan data kasus tersebeut gaya pengambilan keputusan di dalam perusahaan nike
adalah Manajer mengambil keputusan sendiri dengan menggunakan masukan informasi yang
tersedia pada waktu tertentu. Pengambilan keputusan yang dilakukan manajer pada perusahaan
nike memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri.
Kelebihan :
-

Keputusan yang diambil cepat terutama apabila perusahaan sedang mengalami kesibukan
Tidak memerlukan perdebatan atau saling adu pendapat
Kekurangan :

Dapat terjadi selisih paham


Timbulnya rasa ragu atau tidak percaya kepada atasan / manajer
Dan keputusan pada perusahaan Nike ini merupakan keputusan yang tidak terprogram.
Keputusan ini dilakukan ketika organisasi menemui masalah yang belum pernah mereka alami
sebelumnya, sehingga organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon permasalahan
tersebut, sehingga terdapat ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat menyelesaikan
permasalahan atau tidak, akibatnya keputusan tidak terprogram menghasilkan lebih sedikit
alternatif keputusan dibandingkan dengan keputusan terprogram selain itu tingginya
kompleksitas dan ketidakpastian keputusan tidak terprogram pada umumnya melibatkan
perencanaan strategik. Jadi keputusan ini muncul dikarenakan adanya masalah baru yang belum
pernah terjadi atau belum terdapat pengalaman terhadap masalah tersebut.

BAB III
KESIMPULAN
Taguchi telah membuat kontribusi yang sangat berpengaruh untuk statistik industri.
Metode ini merupakan metodologi baru dalam bidang teknik yang bertujuan untuk memperbaiki
kualitas produk dan proses serta dalam dapat menekan biaya dan resources seminimal mungkin.
Metode Taguchi sangat efektif untuk mengadakan perbaikan kualitas dan pengurangan biaya,
perbaikan dalam pembuatan produk serta pengurangan biaya pengembangan produk. Metode

Taguchi banyak diterapkan di pabrik-pabrik di Jepang oleh para teknisi untuk memperbaiki
proses dan produk.
Sasaran metode Tagauchi yaitu mengoptimalkan fungsi tujuan yang berubah-ubah dan
mengurangi sensitivitas desain terhadap faktor yang tak terkendali. Dalam metode Tagauchi
penekanan dilakukan terhadap penerapan strategi perancangan yang efektif dari tingkat hulu
hingga lantai dasar pabrik. Filosofi metode Tagauchi yaitu kualitas yang diukur dengan
penyimpangan karakteristik dari nilai target.
Dalam perancangan di tingkat hulu digunakan percobaan skala kecil untuk mengurangi
variabilitas dan menemukan biaya efektif, desain yang kuat atau standar untuk produksi skala
besar. Dalam perancangan di tingkat lantai dasar pabrik menyediakan metode yang nyata
berdasarkan biaya untuk memonitor dan memelihara kualitas produksi.

Anda mungkin juga menyukai