Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMBUH KEMBANG ANAK


A. Pengertian
Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter),
umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(Skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada
orang dewasa, misalnya mengkonsumsi makanan, perawatan, bimbingan,
perasaan aman, pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu semua
orang-orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan anak
yang sedang tumbuh dan berkembang.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak selamanya berjalan
sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor yang dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor
keturunan, maupun faktor yang tidak dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor
lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang menyebabkan gangguan terhadap
proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu diubah (dimodifikasi).
Beberapa

faktor

yang

dapat

mempengaruhi

perkembangan anak tersebut adalah sebagai berikut:


Faktor genetik.
1. Berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik
2. Jenis kelamin
3. Suku bangsa atau bangsa
Faktor lingkungan.
a. Faktor pranatal

pertumbuhan

dan

Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi, infeksi,


stress, imunitas, anoksia embrio
b. Faktor postnatal
1. Faktor Lingkungan Biologis
Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan thd penyakit,
perawatan kesehatan, penyakit kronis, dan hormon
2. Faktor lingkungan fisik
Cuaca, musim, sanitasi,keadaan rumah
3. Lingkungan sosial
Stimulasi, Motivasi belajar, Stress, Kelompok sebaya, Ganjaran
atau hukuman yang wajar, Cinta dan kasih sayang
4. Lingkungan keluarga dan adat istiadat yang lain
Pekerjaan, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, stabilitas
rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, agama, adat istiadat dan
norma-norma.
C. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus menerus. Pola ini
dapat merupakan dasar bagi semua kehidupan manusia, petunjuk urutan dan
langkah dalam perkembangan anak ini sudah ditetapkan tetapi setiap orang
mempunyai keunikan secara individu.
Pertumbuhan fisik dapat dilihat secara lebih nyata, namun sebenarnya
disertai pula dengan pertumbuhan psikososial anak dan diikuti dengan hal-hal
dibawah ini:
1. Directional trends
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara teratur, berhubungan dengan
petunjuk atau gradien atau reflek dari perkembangan fisik dan maturasi dari
fungsi neuromuscular. Prinsip-prinsip ini meliputi:
a. Cephalocandal atau Head to tail direction (dari arah kepala ke kaki)
misalnya: mengangkat kepala, duduk kemudian mengangkat dada dan
menggerakkan ekstremitas bagian bawah.

b. Proximadistal atau near to far direction (menggerakkan anggota gerak yang


paling dekat dengan pusat dan pada anggota gerak yang lebih jauh dari pusat
misalnya : bahu dulu baru jari-jari
c. Mass to specific atau simple to complex (menggerakkan daerah yang lebih
sederhana

dulu

baru

kemudian

yang

lebih

komplex)

misalnya: mengangkat nahu dulu baru kemudian menggerakkan jari jari yang
lebih sulit atau melambaikan tangan baru bisa memainkan jari.
2. Sequential trends
Semua dimensi tumbuh kembang dapat diketahui maka sequence dari
tumbuh kembang tersebut dapat diprediksi, dimana hal ini berjalan secara teratur
dan kontinyu. Semua anak yang normal melalui setiap tahap ini. Setiap fase
dipengaruhi oleh fase sebelumnya. Misal : tengkurap merangkak berdiri
berjalan.
3. Masa sensitif
Pada waktu-waktu yang terbatas selama proses tumbuh kembang dimana
anak berinteraksi terutama dengan lingkungan yang ada, kejadian yang spesifik.
Masa-masa tersebut adalah sebagai berikut:
a. Masa kritis yaitu masa yang apabila tidak dirangsang/berkembang maka hal ini
tidak akan dapat digantikan pada masa berikutnya.
b. Masa sensitif mengarah pada perkembangan dan mikroorganisme. Misalnya
pada saat perkembangan otak, ibunya menderita flu maka kemungkinan anak
tersebut akan hydrocepallus/encepalitis.
c. Masa optimal yaitu suatu masa diberikan rangsangan optimal maka akan
mencapai puncaknya. Misalnya: anak usia 3 tahun/saat perkembangan otak
dirangsang dengan bacaan-bacaan/gizi yang tinggi, maka anak tersebut dapat
mencapai tahap perkembangan yang optimal. Perkembangan ini berjalan secara
pasti dan tepat, tetapi tidak sama untuk setiap anak. Misalnya:
Ada yang lebih dulu bicara baru jalan atau sebaliknya
Ada yang badannya lebih dulu berkembang kemudian subsistemnya dan
sebaliknya
D. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan :

A. Sigmeun Freud (Perkembangan Psychosexual)


1. Fase oral (0 1 tahun)
Pusat aktivitas yang menyenagka di dalam mulutnya, anak mendapat
kepuasaan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan aktifitas mengisap
jari dan tangannya atau benda benda sekitarnya.
2. Fase anal (2 3 tahun)
Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya pada anus saat
BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung jawab.
3. Fase Urogenital atau faliks (usia 3 4 tahun)
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh
sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan ank laki laki pada ibunya
menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang disebut oedipus compleks.
4. fase latent (4 5 tahun sampai masa pubertas )
Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik dan
kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak nak mencari
teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role model) sesuai jenis
kelaminnya dari orang dewasa.
5. Fase Genitalia
Alat reproduksi sudah muali matang, heteroseksual dan mulai menjalin
hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin.
B. Piaget (Perkembangan Kognitif)
Meliputi

kemampuan

intelegensi,

kemampuan

berpersepsi

dan

kemampuan mengakses informasi, berfikir logika, memecahkan masalah


kompleks menjadi simple dan memahami ide yang abstrak menjadi konkrit,
bagaimana menimbulkan prestasi dengan kemampuan yang dimiliki anak.
a. Tahap sensori motor ( 0 2 tahun)
Prilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan mental yang
bersifat simbolis (berfikir). Sekitar usia 18 24 bulan anak mulai bisa
melakukan operations, awal kemampuan berfikir.
b. Tahap pra operasional ( 2 7 tahun)

Tahap pra konseptual (2 4 tahun) anak melihat dunia hanya dalam


hubungan

dengan

dirinya,

pola

pikir

egosentris.

Pola berfikir ada dua yaitu : transduktif ; anak mendasarkan kesimpulannya


pada suatu peristiwa tertentu (ayam bertelur jadi semua binatang bertelur) atau
karena ciri ciri objek tertentu (truk dan mobil sama karena punya roda
empat). Pola penalaran sinkretik terjadi bila anak mulai selalu mengubah
ubah kriteria klasifikasinya. Misal mula mula ia mengelompokan truk, sedan
dan bus sendiri sendiri, tapi kemudia mengelompokan mereka berdasarkan
warnanya, lalu berdasarkan besar kecilnya dst.
Tahap intuitif ( 4 7 tahun)
Pola fikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku, terpusat pada bagian bagian
terentu dari objek dan semata mata didasarkan atas penampakan objek
c. Tahap operasional konkrit ( 7 12 tahun)
Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang diubah
bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi maka volumenya
tetap. Seriasi menunjukan anak mampu mengklasifikasikan objek menurut
berbagai macam cirinya seperti : tinggi, besar, kecil, warna, bentuk dst.
d. Tahap operasional formal (mulai usia 12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek objek
yang ia fikirkan. Pola fikir menjadi lebih fleksibel melihat persoalan dari
berbagai sudut yang berbeda.
C. Erikson (Perkembangan Psikososial)
Proses perkembangan psikososial tergantung pada bagaimana individu
menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting
adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada penyelesaian konflik yang
baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas perkembangannya. Perkembangan
psikososial :
1. Trust vs. missstrust ( 0 1 tahun)
Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan konflik basic
trust dan mistrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan

mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu sangat


berperan penting.
2. Autonomy vs shame and doubt ( 2 3 tahun)
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi
peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian, pengakuan,
perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap dirinya,
sebaliknya celaan hanya akan membuat anak bertindak dan berfikir ragu
ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan anak.
3. Initiatif vs Guilty (3 6 tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan mandiri,
anak akan mengembnagkan kemampuan berinisiatif yaitu perasaan bebas untuk
melalukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap sebelumnya yang
dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia kan selalu merasa bersalah dan
tidak berani mengambil tindakan atas kehendak sendiri.
4. Industry vs inferiority (6 11 tahun)
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan peran
dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak masa ini adalah
rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih banyak
menghargainya maka akan muncul rasa percaya diri tetapi bila sebaliknya,
anak akan rendah diri.
5. Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan harapan kelompoknya dan dorongan
yang makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai berfikir bagaimana
masa depannya, anak mulai mencari identitas dirinya serta perannya, jiak ia
berhasil melewati tahap ini maka ia tidak akan bingung menghadapi perannya
6. Intimacy vs Isolation ( dewasa awal )
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina hubungan
dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman, sedang yang tidak
mampu melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil atau tersaing.
7. Generativy vs self absorbtion (dewasa tengah)
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya, pengabdian
masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa lalu

menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk kemanusiaan, khususnya


generasi mendatang tetapi bila tahap tahap silam, ia memperoleh banyak
pengalaman negatif maka mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan
persoalannya sendiri.
8. Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut)
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan
prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbbulkan perasaan puas.
Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul kekecewaan yang
mendalam.
D. Kohlberg (Perkembangan Moral)
1. Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan hukuman
terhadap prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan atas akibat sikap
yang ditimbulkan oleh prilaku. Dalam tahap selanjutnya anak mulai
menyesuaikan diri dengan harapan harapan lingkungan untuk memperoleh
hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.
2. Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau ketertiban
sosial agar disebut anak baik atau anak manis
3. Purna konvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri. Prinsip
pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap segala aturan di
sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap
orang lain.
E. Hurolck (Perkembangan Emosi)
Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa kegairahan
umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan emosi heran, malu,
gembira, marah dan takut. Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangat tergantung dari seberapa
jauh individu dapat mengerti rangsangan yang diterimanya. Otak yang matang

dan

pengalaman

belajar

memberikan

sumbangan

yang

besar

terhadap

perkembangan emosi, selanjutnya perkembngan emosi dipengaruhi oleh harapan


orang tua dan lingkungan. Menangkap bahwa lingkungannya akan memenuhinya
segera. Kemampuan intelektual lain yang ia capai pada usia 1 tahun adalah bahwa
ia dapat mengantisipasi kegiatan rutin dari lingkungannya. Misalnya bunyi-bunyi
yang ia tangkap sewaktu menyiapkan makanannya. Berarti dengan bunyi ini
sebentar lagi ia akan diberi makan, ia akan dengan sabar dan tidak menangis.
Menurut penelitian Pulaski (1971), selain faktor keturunan, lingkungan
sangat mempengaruhi perkembangan intelegensia. Perkembangan intelektual
tidak dapat berkembang sebelum pola pikir terbentuk, stimuli sensoris dan
motoris diperlukan sebelum untuk memberikan pengetahuan. Pengetahuan ini
didapat dari pengalaman bergerak, meraba, suara, penglihatan dan rasa. Dari halhal ini berkembang imajinasi. Imajinasi ini tidak akan terjadi apabila anak tidak
dikenalkan dengan semua hal baru, memperhatikan benda nyata. Lebih lanjut
Pulaski menjelaskan teorinya dengan membagi tahapan perkembangan intelektual
menjadi :
Tahap I : Sensorimotorik (lahir 2 tahun)
Pada tahap ini anak menggunakan sistem penginderaan, sistem motorik dan
benda-benda untuk mengenal lingkungannya. Bayi tidak hanya menerima
rangsangan berupa pasif tetapi juga memberi jawaban terhadap rangsangan .
tersebut. Jawaban ini berupa refleks-refleks. Refleks ini diperlukan unutk
mempertahankan hidupnya. Misalnya refleks untuk makan, bersin. Dengan
refleks dalam bentuk gerak motorik memungkinkan bayi untuk berkomunikasi
dengan lingkungannya.
Tahap II : Pre Operasional ( 2 7 tahun)
Perubahan fungsi kognitif pada tahap ini adalah dari sensori motorik menjadi
pre operasional. Pada pre operasional anak mampu menggunakan simbolsimbol, yaitu menggunakan kata-kata, mengingat masa lalu, sekarang dan yang
akan terjadi segera. Tingkah laku anak berubah menjadi egosentrik.
Tahap III : Konkrit Operasional (7 -11 tahun)
Pada tahap ini anak telah dapat berpikir secara logis dan terarah,
mengelompokkan fakta-fakta serta anak telah mampu berpikir dari sudut

pandang orang lain. Ia dapat berpikir secara abstarak, dan mengatasi persoalan
secara nyata dan sistematis. Contoh : anak dapat menghitung walaupun
susunan benda diubah serta mengatahui jumlahnya tetap sama.
Tahap IV : Format Operation (11 dewasa)
Masa dimana anak mengembangkan kemampuan kognitif untuk berpikir
abstrak dan hipotesis. Pada masa ini anak bias mamikirkan hal-hal apa yang
akan atau mungkin terjadi. Perkembangan lain pada masa remaja ialah
kemampuan untuk berpikir sistematis dan memecahkan suatu persoalan.
Selain tahapan-tahapan yang telah dijelaskan terdahulu, perkembangan
intelektual juga dapat diukur dengan kemampuan anak menggunakan kata-kata.
Interaksi orang tua, anak dan dengan lingkungannya akan menentukan
perkembangan bahasa anaka. Dengan kata lain apabila interaksi ini maksimal
akan menyebabkan anak dapat bicara lebih cepat sedangkan apabila interaksi
kurang maka akan memakan waktu untuk mulai bicara.
Perkembangan Emosi dan Sosial
Kepribadian seorang anak merupakan integrasi perasaan dan sikap yang
dicerminkan dalam tingkah laku. Seorang dewasa dikatakan mempunyai
kepribadian yang sehat apabila ia mampu untuk memberi kasih sayang, mencapai
sesuatu yang ia inginkan dan menjadi interdependent pada fungsinya. Hal ini
dicapai melalui proses dalam kehidupan. Sejak ia lahir, masing-masing tingkat
usia mempunyai tugas yang mesti ia selesaikan sebelum ia melangkah ke tugas
pada tingkat usia berikutnya.
F. Perkembangan Psikososial
Teori

perkembangan

ini

dikemukakan

oleh

Sigmund

Freud.

Beliau

mengemukakan bahwa : Di dalam jiwa individu terdapat tiga komponen yaitu :

Id : nangis, minta minum,makan, dll.


Ego : lebih rasional, tetapi masa bodoh terhadap lingkungan.
Super Ego : lebih memikirkan lingkungan.

Perkembangan berhubungan dengan bagian-bagian fungsi tubuh dan


dipandang sebagai aktifitas yang menyenangkan. Insting seksual memainkan
peranan penting dalam perkemabngan kepribadian. Menurut Freud perkembangan
manusia terjadi dalam beberapa fase dimana setiap fasenya mempunyai waktu dan
ciri-ciri tertentu dan fase ini berjalan secara kontinyu.
G. Teori Perkembangan Oleh Sigmund Freud
Fase Oral ( 0 8 tahun)

(+) Yang memberikan kepuasan / kebahagiaan mulut menghisap


menelan, memainkan bibir, makan, kenyang, tidur, (-) Menggigit,
mengeluarkan air liur, marah / menangis jika tidak terpenuhi.
Tugas Ibu penuhi fase oral dengan sabar.

Fase Anal ( 1 3 tahun )

Fungsi

tubuh

yang

memberi

kepuasan

berkisar

sekitar

anus.

(+) BAB / BAK senang melakukannya sendiri., ( ) Jika tidak dapat


melalui dengan baik akan menahan dan melakukannya dengan
mempermainkan. Belajar mengontrol pengeluaran. Konsep bersih /

kebersihan, ketepatan waktu, kontrol diri, belajar sendiri.

Fase Phallic ( 3 6 tahun)


Memegang-megang genitalia, Dekat dengan orang tua lawan jenis

Oedipus Complex mencintai ibu


Electra Complex cemburu karena tidak punya penis, Bersaing dengan
orang

tua

yang

sama

jenis

seksnya,

(+) egosentris, sosial interaksi, ( ) mempertahankan keinginan


Fase Laten
Orientasi sosial keluar rumah senang bermain, Pertumbuhan intelektual dan
sosial Banyak teman gang, Impuls agresivitas lebih terkontrol.
Fase Genital
Fase ini tinggal melengkapi fase sebelumnya, Pemusatan seksual pada
genital, Penentuan identitas, Belajar tidak tergantung pada orang lain,
Bertanggung jawab pada diri sendiri, Intim dengan lawan jenis, (-) konflik diri,

ambivalen, (+) peer group. Tanggung jawab perawat membantu anak


menyelesaikan tahap-tahap perkembangan dan antisipasi terhadap orang taua
tentang fase-fase yang akan dilaluinya.
E. Ciri-Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa
itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
2. Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang
yang berlainan organ-organ.
3. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi kecepatannya
berbeda antara anak satu dengan lainnya.
4. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.
5. Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.
6. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
7.Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang
sebelum gerakan volunter tercapai.
Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor bawaan dan
lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan
perkembangnnya juga berbeda, tetapi tetap akan menuruti patokan umum.
F. Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Walaupun terdapat
variasi akan tetapi setiap anak akan melewati suatu pola tertentu yang merupakan
tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut :
1. Masa prenatal atau masa intrauterin ( masa janin dalam kandungan )
a. masa mudigah/embrio ialah sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu.
Ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu organisme, terjadi

diferensiasi yang berlangsung cepat, terbentuk suatu sistem oragan dalam


tubuh.
b. Masa janin/fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa ini terdiri
dari 2 periode yaitu :
a. Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai dengan TM II kehidupan
intrauterin, terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia
sempurna dan alat tubuh telah terbentuk dan mulai berfungsi.
b. Masa fetus lanjut, pada akhir TM pertumbuhan berlangsung pesat dan
adanya perkembangan fungsi. Pada masa ini terjadi transferimunoglobin
G(IgG) dari ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esesnsial seri
omega 3(Docosa Hexanicc Acid) omega 6(Arachidonic Acid) pada otak
dari retina.
2. Masa bayi : usia 0 1 tahun
a. Masa neonatal (0-28 hari), terjadi adaptasi lingkungan dan terjadi perubahan
sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi orgaan-oragan tubuh lainnya.
1. Masa neonatal dini

: 0-7 hari

2. Masa neonatal lanjut

: 8-28 hari

b. Masa pasca neonatal , proses yang pesat dan proses pematangan berlangsung
secara kontinu terutama meningkatnya fungsi sistem saraf (29 hari 1 tahun).
3. Masa prasekolah
Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi perkembangaan
dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan meningkaatnya keterampilan dan
proses berpikir.
4. Masa sekolah, pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah,
keterampilan,

dan

intelektual

makin

berkembang,

senang

berkelompok dengan jenis kelamin yang sama ( usia 6 18/20 tahun).


a. Masa pra remaja : usia 6-10 tahun
b. Masa remaja :
1. Masa remaja dini
a. Wanita

: usia 8-13 tahun

bermain

b. Pria

: usia 10-15 tahun

2. Masa remaja lanjut


a. Wanita

: usia 13 18 tahun

b. Pria

: usia 15-20 tahun

Masa-masa tersebut diatas ternyata memiliki ciri-ciri khas yang masing-masing


masa mempunyai perbedaan dalam annatomi, fisiologi, biokimia dan karakternya.
Tumbuh Kembang Neonatus
1. Penampilan Fisis
Perbandingan berbagai bagian tubuh bayi baru lahir sangat berlainan dengan
proporsi janin, balita, anak besar atau dewasa; ukuran kepalanya relatif besar,
muka berbentuk bundar, mandibula kecil, dada lebih bundar, dan batas antrieor
posterior kurang mendatar, abdomen lebih membuncit, ekstrimitas relatif lebih
pendek.
Berat badan bayi baru lahir adalah kira-kira 3000 g, biasanya anak laki-laki
lebih berat dari anak perempuan. Lebih kurang 95% bayi cukup bulan mempunyai
berat badan antara 2500 4500 g. Panjang badan rata-rata waaktu lahir adalah 50
cm, lebih kurang 95% diantaranya menunjukkan panjang badan sekitar 45 55
cm. Pertumbuhan fisik adalah hasil dari perubahan bentuk dan fungsi dari
organisme.
1. Pertumbuhan janin intrauterin
Pertumbuhan pada masa janin merupakan pertumbuhan yang paling pesat yang
dialami seseorang dalam hidupnya. Dinamika pertumbuhan antenatal ini sangat
menakjubkan yaitu sejak konsepsi sampai lahir. Pada masa embrio yaitu 8 minggu
pertama kehamilan, sel telur yang telah dibuahi berdiferensiasi secara tepat
menjadi organisme yang mempunyai bentuk anatomis seperti manusia. Pada
sistem-sistem tertentu organogenesis diteruskan sampai lebih dari 8 minggu.
2. Pertumbuhan setelah lahir
a. Berat badan

Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali
pada hari ke 10. Berat badan menjadi 2 kali berat badan waktu lahir pada bayi
umur 5 bulan, mejadi 3 kali berat badan lahir pada umur 1 tahun, dan menjadi 4
kali berat badan lahir pada umur 2 tahun. Pada masa prasekolah kenaikan berat
badan rata-rata 2 kg/tahun. Kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir dan
dimulai
pre adolescent growth spurt ( pacu tumbuh pra adolesen ) dengan rata-rata
kenaikan berat nadan adalah 3-3,5 kg/tahun, yang kemudian dilanjutkan dengan
adolescent growth spurt ( pacu tumbuh adolesen ). Dibandingkan dengan anak
laki-laki , growth spurt ( pacu tumbuh ) anak perempuan dimulai lebih cepat
yaitu sekitar umur 8 tahun, sedangkan anak laki-laki baru pada umur sekitar 10
tahun. Tetapi pertumbuhan anak perempuan lebih cepat berhenti adripada anak
laki-laki. Anak perempuan umur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi, sedsangkan
anak laki-laki baru berhenti tumbuh pada umur 20 tahun. Kenaikan berat badan
anak pada tahun pertama kehidupan, kalau anak mendapat gizi yang baik, adalah
berkisar anatara :
o
o
o
o

700 1000 gram/bulan pada triwulan I


500 600 gram/bulan pada triwulan II
350 450 gram/bulan pada triwulan III
250 350 gram/bulan pada triwulan IV

Dapat pula digunakan rumus yang dikutip dari Behrman,1992 untuk


memperkirakan berat badan adalah sebagai berikut : Perkiraan Berat badan dalam
kilogram :
1. Lahir

: 3,25 kg

2. 3-12 bulan

: umur(bulan) + 9

3.1-6 tahun

: umur(bulan) x 2 + 8

4. 6-12 tahun

: umur(bulan) x 7 5

Contohnya : Ny. Nia melahirkan bayi pada tanggal 30 November 2004 dengan
berat badan waktu lahir 3,5 kg. Maka hitunglah berapa umur dan berat badan By.
Nia saat ini !
2004 11 30 ( Lahir )
2005 03 31 ( Saat penimbangan )
Jadi umur BY Nia adalah 4 bulan 1 hari, maka BB By. Nia adalah :

Umur ( bulan ) + 9 / 2 = 13 / 2 = 6,5 Kg.


b. Tinggi badan
Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm. Secara garis besar,
tinggi badan anak dapat diperkirakan, sebagai berikut :

1 tahun 1,5 x TB lahir


4 tahun 2 x TB lahir
6 tahun 1,5 x TB setahun
13 tahun 3 x TB lahir

Dewasa 3,5 x TB lahir ( 2 x TB 2 tahun )


Menurut Berhman,1992 adalah sebagai berikut :
a. Lahir

: 50 cm

b. Umur 1 tahun : 75 cm
c. 2-12 tahun

: umur (tahun) x 6 + 77

Rumus prediksi tinggi akhir anak sesuai dengan potensi genetik berdasarkan
data tinggi badan orangtua dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal
sesuai dengan potensinya, adalah sebagai berikut (dikutip dari Titi,1993) :

TB anak perempuan = ( TB ayah 13 cm) + TB ibu 8,5 cm


TB anak laki-laki
= ( TB ibu + 13 cm ) + TB ayah 8,5 cm
Contohnya adalah sebagai berikut : Sepasang suami istri

datang ke

poliklinik Tumbang untuk dipantau tumbuh kembang anaknya. Setelah


dianamnesis didapatkan data senagai berikut TB suami 165 cm, sedangakan TB
istri 160 cm, maka hitunglah TB optimal anak perempuannya ?
TB anak perempuan : ( TB ayah 13 cm) + TB ibu 8,5 cm
( 165 cm 13 cm ) + 160 cm 8,5 cm
312 cm / 2 8,5 cm
156 cm 8,5 cm
Dilihat dari proporsi antara kepala, badan, serta anggota gerak maka akan
tampak perbedaan yang jelas antara janin, anak-anak dan dewasa, yaitu sebagai
berikut :

o pada waktu janin umur 2 bulan, kepala tampak besar dan memanjang,
dimana ukuran panjang kepala hampir sama panjang badan ditambah
tungkai bawah. Anggota gerak sangat pendek.
o Pada waktu lahir, kepala relatif masih besar, muka bulat, ukuran
antero-posterior dada masih lebih besar, perut membuncit dan anggota
gerak relatif lebih pendek. Sebagai titik tengah tinggi badannya adalah
setinggiumbilikus.
o Pada dewasa anggota gerak lebih panjang dan kepala secara
proporsional kecil, sehingga sebagai titik tengah adalah setinggi
simfisis pubis.
Perkembangan Anak Balita
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Dalam
perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi
yang

berguna

agar

potensi

berkembang,

sehingga

perlu

mendapat

perhatian.Frankenburg dkk.(1981) melalui Denver Development Stress Test


(DDST) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai
perkembangan anak balita yaitu:

Personal Social ( kepribadian/tingkah laku sosial ).


Fine Motor Adaptive ( gerakan motorik halus )
Langauge ( bahasa )
Gross Motor ( perkembangan motorik kasar )
Ada juga yang membagi perkembangan balita ini menjadi 7 aspek

perkembangan, seperti pada buku petunjuk program BKB ( Bina Keluarga dan
Balita ) yaitu perkembangan :
1. Tingkah laku sosial
2. Menolong diri sendiri
3. Intelektual
4. Gerakan motorik halus
5. Komunikasi pasif
6. Komunikasi aktif
7. Gerakan motorik kasar
Menurut Milestone perkembangan adalah tingkat perkembangan yang
harus dicapai anak pada umur tertentu, misalnya :

4-6 minggu

: tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara

1-2

minggu kemudian
12-16 minggu
: - Menegakkan kepala, tengkurap sendiri
- Menoleh kearah suara
- Memegang beneda yang ditaruh ditangannya
20 minggu
: meraih benda yang didekatkan padanya
26 minggu
:
Dapat memeindahkan benda dari astu tangan ke tangan lainnya
- Duduk, dengan bantuan kedua tangan ke depan
- Makan biskuit sendiri
9-10 bulan
: menunjuk dengan jari telunjuk
- Memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk
- Merangkak
- Bersuara da.. da
13 bulan :
Berjalan tanpa bantuan
- Mengucapkan kata-kata tunggal
Dengan milestone ini kita dapat mengetahui apakah anak mengalami

perkembangan anak dalam batas normal atau mengalami keterlambatan. Sehingga


kita dapat melakukan deteksi dini dan intervensi dini, agar tumbuh kembang anak
dapat lebih optimal.
G. Kebutuhan Dasar Anak
A. Kebutuhan Fisik Biomedis (Asuh)
Pangan / gizi merupakan kebutuhan terpenting
Perawatan kesehatan dasar : imunisasi, pemberian ASI, penimbangan BB,
pengobatan kalau sakit
Papan/pemukiman yang layak
Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan
Sandang
Kesegaran jasmani
B. Kebutuhan Emosi/Kasih Sayang (Asih)

Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan


mempunyai dampak negative terhadap tumbuh

kembang

syndrome deprivasi

maternal
C. Kebutuhan Akan Stimulasi Mental (Asah)
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan mental psikososial
Kecerdasan
Keterampilan
Kemandirian
Kreativitas
Agama
Keprobadian
Moral etika
Produktivitas
H. Masalah-masalah pada anak usia prasekolah
a) Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti; diare,
cacar air, difteri, dan campak.
b) Hubungan keluarga
Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan kehadiran
anggota keluarga baru (adik). Anak merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang
tua sehingga anak sering membuat olah untuk mendapatkan perhatian orang
tua.
c) Bahaya fisik
1) Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan
ketrampilan tertentu.
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik namunkecelakaan dianggap sebagai
kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan berbahaya bagi
psikologisnya sehingga anak akan takut terhadap kegiatan fisik. Jika hal ini
terjadi bisa berkembang menjadi masa malu.
2) Keracunan

Pada dasarnya usia prasekolah suka mencoba segala sesuatu yang dia lihat
tanpa mengetahui apakah itu berbahaya atau tidak.
d) Bahaya Psikologis
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu
berprestasi. Rasa bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih
pemarah, mengalami regresi, yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya,
misalnya mengompol dan menghisap jempol.
e) Gangguan tidur
Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur REM
(rapid eye movement). Seorang anak yang mengalami mimpi buruk biasanya akan
benar-benar terbangun dan dapat mengingat kembalimimpinya secara terperinci.
Mimpi buruk yang terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang normal, dan satusatunya tindakan yang perlu dilakukan orang tua adalah menenangkan anak.
Tetapi mimpi buruk yang sering terjadi adalah abnormal dan bisa menunjukkan
masalah psikis.
Pengalamam yang menakutkan (termasuk cerita menakutkan atau film
tentang kekerasan di televisi) bisa menyebabkan terjadinya mimpi buruk. Hal ini
terutama sering ditemukan pada anak-anak yang berumur 3-4 tahun, karena
mereka belum bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan.
Teror dimalam hari adalah suatu keadaan dimana sesaat setelah tertidur anak
setengah terbangun dengan kecemasan yang luar biasa. Anak tidak dapat
mengingat kembali apa yang telah dialaminya.
Tidur sambil berjalan adalah suatu keadaan dimana dalam keadaan tertidur
anak bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan-jalan. Teror dimalam hari dan tidur
sambil berjalan biasanya berlangsung selama tidur dalam (Non REM) dan terjadi
dalam 3 jam pertama setelah anak tertidur. Tiap episode berlangsung dari
beberapa detik sampai beberapa menit. Teror dimalam hari sifatnya dramatis
karena anak menjerit-jerit dan panik, keadaan ini paling sering ditemukan pada
anak yang berumur 3-8 tahun.
Untuk anak yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
1) Ajak anak kembali ketempat tidurnya.
2) Berikan cerita yang pendek.
3) Tawari untuk ditemani oleh boneka atau selimut kesayangannya.
4) Gunakan lampu redup.

f)

Masalah Pelatihan Buang Air (Toileting)


Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak

berumur 2-3 tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur 3-4
tahun. Pada umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air
sendiri; melepas pakaian dalamnya sendiri, membersihkan dan mengeringkan
penis, vulva maupun anusnya sendiri serta kembali memakai pakaian dalamnya
sendiri.
Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 tahun dan 10% anak berusia 6 tahun masih
mengompol pada malam hari. Cara terbaik untuk menghindari masalah pelatihan
buang air (toilet training) adalah dengan mengenali kesiapan anak. Adapun tanda
dari kesiapan anak adalah:
1) Selama beberapa jam pakaian dalamnya masih kering.
2) Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah.
3) Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk di atas Potty Chair (pispot
khusus untuk anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus).
4) Anak mampu mengikuti petunjuk atau aturan lesan yang sederhana.
I. Bimbingan anak selama fase prasekolah
a) Usia 3 tahun
1) Persiapkan orang tua untuk peningkatan ketertarikan anak dalam hubungan
yang lebih luas.
2) Anjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke play group atau TK.
3) Tekankan tentang pentingnya pengaturan waktu.
4) Anjurkan orang tua untuk menawarkan pilihan-pilihan ketika anak sedang
ragu/bimbang.
5) Perubahan pada anak usia 3.5 tahun : anak akan menjadi kurang koordinasi,
6)

gelisah dan menunjukkan perubahan tingkah laku, seperti bicara gagap.


Orang tua harus memberikan perhatian yang ekstra sebagai refleksi dari

7)

kegelisahan emosi anak dan rasa takut kehilangan kasih sayang orang tua.
Ingatkan orang tua tentang keseimbangan yang telah dicapai pada usia 3

tahun akan berubah menjadi tingkah laku yang agresif pada usia 4 tahun.
8) antisipasi tentang adanya perubahan nafsu makan, seleksi makanan anak.
9) Tekankan tentang perlunya perlindungan dan pendidikan untuk mencegah
cedera.
b) Usia 4 tahun
1) Persiapkan pada tingkah laku anak yang lebih agresif, termasuk aktifitas
motorik dan penggunaan bahasa-bahasa yang mengejutkan.
2) Eksplorasi perasaan orang tua berkenaan dengan tingkah laku anak.
3) Masukkan anak ke TK

4) Persiapkan untuk peningkatan keingintahuan anak tentang seks


5) Tekankan tentang pentingnya menanamkan disiplin pada anak
6) Anjurkan orang tua untuk melatih anak berenang jika belum dilakukan diusia
sebelumnya
c)
1)
2)
3)

Usia 5 tahun
Masa tenang pada anak
Siapkan anak untuk memasuki lingkungan sekolah
Pastikan kelengkapan imunisasi lingkungan sekolah

d) Usia 6 tahun
Pada usia ini anak sudah memasuki masa sekolah.
J. Stimulasi bermain untuk tumbuh kembang anak
a) Definisi bermain
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan/ kepuasan. Bermain merupakan cermin kemampuan
fisik, intelektual, emosional, dan sosial. Bermain merupakan media yang baik
untuk belajar karena bermain, anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya,
dan mengenalwaktu, jarak, serta suara. (Wong, 2000)
b) Fungsi permainan pada anak
Fungsi utama bermain adalah menstimulasi perkembangan anak, antara lain:
1) Perkembangan sensori-motorik
2) Perkembangan intelektual
3) Perkembangan social
4) Perkembangan kreativitas
5) Perkembangan kesadaran diri
6) Perkembangan moral
7) Bermain sebagai terapi
c) Tujuan bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1) Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam tumbuh kembang
2) Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta idenya.
3) Mengembangkan kreatrifitas dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya pada saat
melakukan permainan anak akan dihadapkan pada masalah dalam konteks

permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin tertantang untuk


dapat menyelesaikannya dengan baik.
4) Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat
di Rumh Sakit. Stress yang dialami anak di Rumah Sakit tidak dapat
dihindarkan sebagai mana juga yang dialami orang tuanya untuk itu yang
penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat
beradaptasi denga stresor yang dialaminya di Rumah Sakit secara efektif.
d) Alat dan jenis permainan yang cocok untuk anak usia prasekolah (3-6 th)
Sejalan dengan tumbuh kembangnya anak prasekolah mempunyai
kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang daripada anak usia
toddler.
Anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan
berbicara dan berhubungan sosial dengan temannya semakin meningkat.
Oleh karena itu jenis permainan yang sesuai adalah asosiatif play, dramatik play
dan skill play. Anak melakukan permainan bersama-sama dengan temannya
dengan komunikasi yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah
mampu memainkan peran orang tertentu yang diidentifikasikannya seperti ayah,
ibu dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan
motorik (skill play) banyak dipilih anak prasekolah. Untuk itu jenis alat
permainan yang diberikan pada anak, misal: sepeda, mobil-mobilan, alat olah
raga, berenang dan permainan balok-balok besar, dll.
J. Kebutuhan nutrisi pada anak usia prasekolah
Sama halnya dengan anak usia toddler, anak prasekolah mengalami pertumbuhan
sedikit lambat. Kebutuhannya kalorinya adalah 85 kkal per kg BB.
Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang
perlu diperhatikan pada anak prasekolah adalah sebagai berikut:
a) Nafsu makan berkurang
b) Anak lebih tertarik pada aktifitas bermain dengan teman atau lingkungannya
daripada makan.
c) Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru.
d) Waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar dan
bersosialisasi dengan keluarga.
Anjurkan untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut:

a)

Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara mengajarkan anak


mengenal nutrisi, misalnya dengan menggambar atau melakukan aktivitas

bermain yang lain.


b) Apabila makanan yang dikonsumsi cenderung sedikit, berikan berikan dengan
frekuensi lebih sering, yaitu 4 sampai 5 kali sehari. Apabila memberikan
makanan padat, seperti nasi, 3 kali dalam sehari, berikan makanan ringan atau
c)

kudapan diantara waktu makan tersebut. Susu cukup diberikan 1-2 kali sehari.
Izinkan anak untuk membantu orang tua menyiapkan makanan dan jangan

terlalu banyak berharap anak dapat melakukannya dengan tertib dan rapi.
d) Fasilitasi anak untuk mencoba jenis makanan baru. Makanan baru tidak harus
yang berharga mahal, yang penting memenuhi gizi seimbang.
e) Fasilitasi anak untuk dapat mengekspresikan ide, pikiran, serta perasaannya
saat makan bersama dan fasilitasi anak untuk berinteraksi secara efektif dengan
anda atau anggota keluarga yang lain.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Prioritas Masalah
1. Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memberi perawatan pada perubahan yang akan terjadi pada status kesehatan
2.

anaknya.
Resiko cedera fisik pada anak b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan yang aman untuk anak prasekolah.

3.

Resiko terjadinya gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


pada An. D b/d ketidakmampuan keluarga mengenali masalah nutrisi yang
dibutuhkan pada anak prasekolah

B. Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga


No
.
1.

Diagnosa
keperawatan

Tujuan

Intervensi

1. Anjurkan keluarga untuk

Rasionalisasi

Kecemasan orang tua

Tujuan umum:

berhubungan dengan

Setelah dilakukan

mengungkapkan

dirasakan kepada perawat, dapat

ketidakmampuan

pengkajian kecemasan

kecemasannya

mengurangi beban yang

keluarga memberikan

keluarga dapat berkurang


Tujuan khusus:
perawatan pada
a. Keluarga mampu mengenali
perubahan yang akan
2. Anjurkan keluarga untuk
masalah
terjadi pada status
b. Keluarga mampu
tetap mempertahankan
kesehatan anaknya.

memutuskan tindakan yang

mekanisme koping keluarga

tepat untuk mengatasi

dalam menghadapi masalah

kecemasan.

1. Dengan pengungkapan apa yang

dirasakan.
2. Mekanisme koping keluarga yang
adekuat dapat mencegah trauma
yang berlebih

3. Anjurkan keluarga untuk


mengurangi stresor yang
menyebabkan kecemasan

3. Dengan cara mencegah dan tidak


selalu memikirkan masalah

4. Anjurkan keluarga untuk


2.

meminta bantuan dari


tenaga kesehatan dalam

4. Pelayanan kesehatan merupakan

Resiko cedera fisik

Keluarga dapat mengetahui

pada anak b/d

berbagai resiko yang

ketidakmampuan

berhubungan dengan anak

upaya mengurangi masalah

salah satubentuk sumber daya

kesehatan

yang ada di masyarakat.

1. Anjurkan orang tua atau


keluarga untuk selalu

keluarga memodifikasi prasekolah

mengawasi kegiatan anak

lingkungan yang aman

khususnya bermain yang

untuk anak prasekolah

dapat membahayakan fisik.


2. Anjurkan keluarga untuk
memberikan tempat
tersendiri untuk bermain
anak.
3.
anjurkan keluarga
menjauhkan atau
menyimpan peralatan yang
Kebutuhan nutrisi anak

3.

dapat membahayakan anak


4. Anjurkan keluarga

terpenuhi dengan kriteria

membuat pembatas atau

khususnya terjadi

pagar depan rumah agar

peningkatan berat badan

anak lebih leluasa dalam

bermain.
1. Anjurkan keluarga
Resiko terjadinya
gangguan nutrisi dan
kebutuhan tubuh pada
An. D b/d
ketidakmampuan

menyediakan makanan yang


menarik namun memiliki
kandungan gizi yang baik
pada anak.
2. Berikan lingkungan yang

keluarga mengenali

nyaman dan menarik pada

masalah nutrisi yang

saat anak makan.

1. Makanan tidak merupakan focus


anak melainkan bermain.

dibutuhkan anak
3. Anjurkan untuk perhatikan 2. Agar anak lebih meningkat nafsu
waktu makan anak
4. Anjurkan keluarga agar

makannya dan tidak terfokus pada


bermain.

anak mencoba makanan


yang baru dan masih
memenuhi gizi seimbang

3. Biasanya anak lebih asyik


bermain hingga lupa makan.
4. Anak cenderung bosan dengan
makanan yang biasa ia makan.

C. Pelaksanaan / Implementasi
No
1.

Diagnosa

Pelaksanaan /
Implementasi

I
1. Menganjurkan keluarga untuk mengungkapkan kecemasan.
2. Menganjurkan keluarga untuk tetap mempertahankan
mekanisme koping keluarga dalam menghadapi masalah.
3. Menganjurkan keluarga untuk mengurangi stressor yang
menyebabkan kecemasan.
4. Menganjurkan keluarga untuk meminta bantuan dari tenaga
kesehatan dalam upaya mengurangi masalah kesehatan.

2.

II

1. Menganjurkan orang tua atau keluarga untuk selalu mengawasi


kegiatan anak khususnya bermain yang dapat membahayakan
fisik.
2. Menganjurkan keluarga untuk memberikan tempat tersendiri

untuk bermain anak.


3. Menganjurkan keluarga menjauhkan atau menyimpan peralatan
yang dapat membahayakan anak
4. Menganjurkan keluarga membuat pembatas atau pagar depan
rumah agar anak lebih leluasa dalam bermain.
3.

III

1. Menganjurkan keluarga menyediakan makanan yang menarik


namun memiliki kandungan gizi yang baik pada anak.
2. memberikan lingkungan yang nyaman dan menarik pada saat
anak makan.
3. Menganjurkan untuk perhatikan waktu makan anak
4. Menganjurkan keluarga agar anak mencoba makanan yang baru
dan masih memenuhi gizi seimbang

DAFTAR PSTAKA

1. Depkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI.
Jakarta. 192 : 6 18.
2. Markum. A.H. dkk. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta. 1991 : 9 -21.
3. Mirriamstoppard. Complete Baby and Child Care. 1997.
4. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta. 1998 : 1 63.
5.Behrman. Kliegman. Arvin. Ilmu Kesehatan Anak ( Nelson Textbook of
Pediatrics ). EGC. Jakarta. 2000 : 37 45.
6. Dhamayanti. Meita. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk Meningkatkan
Emotional Spiritual Quotient (ESQ). FK Unpad Subbagian Tumbuh Kembang
Pediatri Sosial Bagian Ilmu Kesehatan Anak Perjan RSHS Bandung.
Bandung

Anda mungkin juga menyukai