Anda di halaman 1dari 48

TINJAUAN TEORI

A Pengertian
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia
yang ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak
bertambah cepat menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai 250
kali/menit. Kelainan pada SVT mencakup komponen sistem konduksi
dan terjadi di bagian atas bundel HIS. Pada kebanyakan SVT
mempunyai kompleks QRS normal (Price, 2006).
B Etiologi
Menurut Hudak (1997), penyebab dari gangguan irama jantung secara
umum adalah sebagai berikut :
1

Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena


infeksi. Adanya

peradangan

pada

jantung akan

berakibat

terlepasnya mediator-mediator radang dan hal ini menyebabkan


2

gangguan pada penghantaran impuls.


Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner, spasme arteri
koroner, iskemi miokard, infark miokard). Arteri koroner
merupakan pembuluh darah yang menyuplai oksigen untuk sel otot
jantung. Jika terjadi gangguan sirkulasi koroner, akan berakibat
pada iskemi bahkan nekrosis sel otot jantung sehingga terjadi

gangguan penghantaran impuls.


Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti aritmia.
Obat-obat anti aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses
reenterallarisasi sel otot jantung. Dosis yang berlebih akan
mengubah reenterallarisasi sel otot jantung sehingga terjadi

gangguan irama jantung.


Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hienteralkalemia).
Ion kalium menentukan enteraltensial istirahat dari sel otot jantung.
Jika terjadi perubahan kadar elektrolit, maka akan terjadi
peningkatan atau perlambatan permeabilitas terhadap ion kalium.
Akibatnya enteraltensial istirahat sel otot jantung akan memendek
atau memanjang dan memicu terjadinya gangguan irama jantung.

Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi


kerja dan irama jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang
meningkat dapat memperlambat atau menghentikan aktivitas sel
pacu di nodus SA dengan cara meninggikan konduktansi ion

kalium.
Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan
aktivitas simpatis dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan

deenterallarisasi senteralntan.
Gangguan endokrin (hipertiroidisme dan hipotirodisme). Hormon
tiroid mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh melalui
perangsangan sistem saraf autonom yang juga berpengaruh pada

jantung.
Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di
mana jantung tidak dapat memompa darah secara optimal ke
seluruh tubuh.Pada gagal jantung, fokus-fokus ektopik (pemicu
jantung selain nodus SA) dapat muncul dan terangsang sehingga

menimbulkan impuls tersendiri.


Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan
disertai dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang

fokus-fokus ektopik dan menimbulkan gangguan irama jantung.


10 Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi
jantung. Sel otot jantung akan digantikan oleh jaringan parut
sehingga konduksi jantung pun terganggu.
C Patofisiologi
Secara umum terdapat tiga macam mekanisme terjadi aritmia, termasuk
aritmia ventrikel, yaitu automaticity, reentrant, dan triggered activity
1

Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari


enteraltensial aksi jantung. Aritmia ventrikel karena gangguan
automaticity biasanya tercetus pada gangguan akut seperti infark
miocard akut, gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam
basa, dan tonus adrenergik yang tinggi. Oleh karena itu bila
berhadapan dengan aritmia ventrikel karena gangguan automaticity,
perlu dikoreksi faktor penyebabnya yang mendasarinya.

Reentry adalah mekanisme aritmia ventrikel tersering dan biasanya


disebabkan oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau
kardiomiopati dialtasi. Jaringan parut yang terbentuk akibat infark
miokard yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang
ideal untuk terbentuknya sirkuit reentry. Bila sirkuit ini terbentuk
maka aritmia ventrikel reentrant dapat timbul setiap saat dan

menyebabkan kematian mendadak


Triggered activity memiliki gambaran campuran dari

kedua

mekanisme diatas . mekanismenya adalah adanya kebocoran ion


enteralsitif kedalam sel sehingga terjadi lonjakan enteraltensial pada
akhir fase 3 atau awal fase 4 dari aksi enteraltensial jantung. Bila
lonjakan ini cukup bermakna maka akan tercetus aksi enteraltensial
baru. Keadaan ini baru disebut after deenterallarization (Sudoyo,
2006).
D Tanda dan Gejala
SVT biasanya terjadi mendadak dan berhenti juga secara
mendadak Serangan bisa terjadi mungkin hanya beberapa detik saja,
bahkan dapat menetap sampai berjam-jam. Tanda dan gejala
supraventrikular takikardi anatar lain :
1 Frekuensi jantung 150 kali/menit sampai 250 kali/menit
2 Perubahan tekanan darah, nadi tidak teratur, iraama jantung tidak
3
4
5
6
7

teratur, kulit pucat, sianosis, berkeringat


Pusing, disorientasi, letargi, perubahan reflek pupil
Nyeri dada ringan sampai berat, gelisah
Napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan
Terdapat nafas tambahan (krekels, ronkhi, mengi)
Demam, kulit kemerahan, inflamasi eritema, edema,kehilangan
tonus otot (Hudak & Galo, 1997)

E Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang

dapat

dilakukan

untuk

membantu

menegakkan diagnosis dari ventrikel takikardi adalah :


1

EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.


Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.

Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk


menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.

Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung


sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup

Skan

pencitraan

miokardia

dapat

menunjukkan

area

iskemik/kerusakan miokard
yang dapat
Mekanisme
VT mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan
enteralmpa.
5 Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan
latihan
Otomatisasi
Reentry
yang menyebabkan disritmia.

6 Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan


engalami percepatan (di atrium, AV- juntion, bundel HIS dan ventrikel)
Dua jalur
magnesium dapat menyebabkan disritmia.
7

Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya


Jalur distal
Jalur proksimal
obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.

Hipokalemia
dan hipoksia
8 Pemeriksaan
tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum

Membentuk rangkaian kondisi tertutup


dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9 Laju
sedimentasi
Perubahan
irama
jantung : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi
Ventrikel Takikardi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10 GDA/nadi

Hipoksemia
dapat
Terjadi aliran listrik antegad secara lam
disritmia.
Penurunanmenyebabkan/mengeksaserbasi
curah jantung
(Sudoyo,2006)
F Pathway

oksimetri

Hipoksia jaringan
Jalur distal terangsang

Cerebral

Kardio

Pulmo
Terjadi aliran listrik retrograd secar

Sesak nafas/ hiperventilasi

Pola nafas tidak


Mempengaruhi
pusat efektif
kardiovaskuler dan reduksi m

Perubahan irama jantung

Intoleransi aktifitas
Inefektif perfusi jaringan kardiopulomon
Terjadi kelelahan

Gambar 1. Supraventrikular takikardi

G Pengkajian
1 Identitas klien, meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan,
2
3
4

pekerjaan, suku/bangsa, agama, diagnosa medis, no.RM)


Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu, seperti penyakit jantung, stroke dan

hipertensi
5 Riwayat penyakit keluarga
6 Pengkajian primer :
a Airway
1 Apakah ada peningkatan sekret ?
2 Adakah suara nafas : krekels ?
b Breathing
1 Adakah distress pernafasan ?
2 Adakah hienteralksemia berat ?
3 Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
4 Apakah ada bunyi whezing ?
c Circulation
1 Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
2 Apakah ada takikardi ?
3 Apakah ada takipnoe ?
4 Apakah haluaran urin menurun ?
5 Apakah terjadi penurunan TD ?
6 Bagaimana kapilery refill ?
7 Apakah ada sianosis ?
7

Pengkajian sekunder
Riwayat penyakit
1 Faktor risiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke,

hipertensi
Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK,

penyakit katup jantung, hipertensi


Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia

lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi


4 Kondisi psikososial
b

Pengkajian fisik
1 Aktivitas : kelelahan umum
2 Sirkulasi : perubahan TD (hipertensi atau hienteraltensi); nadi
mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak
teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan
kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat;

edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun


3

berat.
Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas,

takut, menolak,marah, gelisah, menangis.


Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak
toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat

badan, perubahan kelembaban kulit


Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,

bingung, letargi, perubahan pupil.


Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat,

dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah


Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk,
perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema

paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.


Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus
otot/kekuatan.

H Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan ventrikel takikardi,
antara lain:
1 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/irama
jantung, perubahan sekuncup jantung: preload, afterload, penurunan
2

kontraktilitas miokard.
Inefektif perfusi jaringan kardio pulmonal berhubungan dengan
kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran

kapiler
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri,

cemas, kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada.


Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.

Rencana Keperawatan

Diagnosa
Kriteria Hasil
Intervensi
Penurunan
curah setelah dilakukan tindakan keperawatan Cardiac Care
1 Monitor TTV pasien
jantung
selama 1x24jam, diharapkan curah jantung
berhubungan dengan normal dengan kriteria hasil :
Cardiac pump effectiveness :
perubahan
denyut/irama

No

Indikator

jantung, perubahan
sekuncup

jantung:

preload,

afterload,

penurunan

kardiovaskuler

Skala

Skala

awal

target

(intensitas, lokasi dan

4
4

durasi)
Monitor adanya perubahan

tekanan darah
Auskultasi suara jantung

klien
Anjurkan untuk istirahat

Kolaborasi pemberian obat

TD

dalam 2

batas normal
2
HR
dalam

kontraktilitas

miokard.

batas normal
2
Tidak terdapat
2
disritmia
Tidak terdapat

suara

jantung 2

4
4

Evaluasi adanya nyeri dada

1
2

Mengetahui kondisi umum klien


Mengetahui perubahan status

kardiovaskuler klien
3 Mengkaji kondisi nyeri pasien
4
5

Mengetahui perubahan tekanan darah


Mengetahui adanya suara abnormal

6
7

jantung
Mempercepat pemulihan kondisi
Mempercepat proses pemulihan

Mengetahui keadaan pasien

antiaritmia

abnormal
Tidak terdapat
angina
Keterangan :
1. keluhan ekstrim
2. keluhan berat
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan

Monitor Status

Rasional

Fluid monitoring
Monitor Balance cairan

5. tidak ada keluhan

Inefektif perfusi
jaringan kardio

setelah dilakukan tindakan keperawatan Intracranial pressure


1 Monitor intake dan output
selama 1x24jam, diharapkan perfusi

pulmonal

jaringan kardiopulmonal efektif, dengan 2 Ukur

berhubungan dengan kriteria hasil :


Circulation Status :
kerusakan
transenteralrtasi O2
melalui alveolar dan
atau membran

No

Indikator

tanda-tanda

tekanan

darah,

vital:

Memantau kondisi intak dan output

klien
mengetahui kondisi pasien

3
4

Mengetahui kemampuan pasien


Mempercepat pemulihan kondisi

5
6

Mengetahui keadaan pasien


mempercepat pemulihan kondisi

nadi,

pernapasan, suhu, saturasi


Skala

Skala

awal

target

O2
Monitor

aktivitas pasien
Anjurkan
untuk

kapiler

kemampuan
cukup

istirahat
5
6

Monitor Balance cairan


Beri cukup nutrisi sesuai
dengan diet

TTV

batas normal
Perfusi

3
4
5
6

dalam 2

jaringan perifer 2
JVP
tidak
2
tampak
Edema perifer
2
tidak muncul
Kelemahan
2
ekstrim tidak

ada
Intake

dan

output
seimbang
Keterangan :
1. keluhan ekstrim
2. keluhan berat
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan
5. tidak ada keluhan

5
4
4

Pola napas tidak


efektif
berhubungan
dengan
hiperventilasi,

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway Management :


1Enteralsisikan
klien
untuk
selama 1x24 jam pola nafas efektif, dengan
memaksimalkan ventilasi
kriteria hasil :
2Monitor RR klien
Respiratory status : ventilation
No

Indikator

Skala

Skala

RR dalam

awal
2

target
4

batas normal
2
Tidak terdapat
suara

3
4

nafas

tambahan
Tidak terdapat
dispnea
Tidak terdapat
nafas pendek

Keterangan :
1. keluhan ekstrim
2. keluhan berat
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan
5. tidak ada keluhan

Mencukupi kebutuhan oksigen

Mengetahui keadaan klien

Mengeidentifikasi

3Auskultasi suara nafas klien


4Monitor respirasi dan status O2
5Berikan terapi O2

adanya

nafas tambahan klien


4

Mengetahui keadaan klien

Mencukupi kebutuhan oksigen

suara

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan


berhubungan dengan selama 1x24 jam diharapkan aktivitas klien
Ketidakseimbangan
antara

suplai

dengan kebutuhan

O2

Skala

Skala

HR dalam

awal
2

target
4

2
3

batas normal
2
RR normal
2
Tekanan darah

sistol normal
2
Tekanan darah
2
diastol normal
EKG
dalam
batas normal

Keterangan :
1. keluhan ekstrim
2. keluhan berat
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan
5. tidak ada keluhan

Upaya untuk menurunkan keletihan


dan kelemahan pasien.

baring yang cukup dan

Indikator

periode istirahat dan tirah

meningkat, dengan kriteria hasil :


Pain Level :
No

Activity therapy
Rencanakan dan jadwalkan

4
5

adekuat.
Pantau resenteraln
kardiopulmonal sebelum dan

resenteraln abnormal dari tubuh

sesudah beraktivitas
3

Menjaga kemungkinan adanya


sebagai akibat dari latihan.

Minimalkan kerja
kardiovaskuler dengan

memberikan enteralsisi

sampai kekuatan pasien pulih

setengah duduk
4

kembali.

Monitor RR, HR, dan


tekanan darah

Menjaga kemungkinan adanya


resenteraln abnormal dari tubuh

Ajarkan klien bagaimana

sebagai akibat dari latihan.

menggunakan teknik
mengontrol pernafasan

Mengurangi pemakaian enargi

Pernafasan dapat meminimalkan


kerja kardiopulmonal

CONTOH
TINJAUAN KASUS
Tanggal Pengkajian

: 19 Juni 2013

Jam

: 08.30 WIB

Tanggal masuk ICU : 19 Juni 2013


Jam

: 08.15 WIB

Ruang

: ICU RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

No. Reg Med

: 532745

A IDENTITAS KLIEN
Nama
: Ny. A
Usia
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan
: Swasta
Suku Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Diagnosa
: Supraventrikular takikardi (SVT)
Suku
: Jawa
No. RM
: 532745
Alamat
: Langkap RT/RW 05/01, Kertanegara
Penanggung Jawab
Nama
: Tn. R
Usia
: 26 tahun
Suku Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Langkap RT/RW 05/01, Kertanegara
Status
: Suami klien
B PENGKAJIAN
1 Wawancara
a Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak nafas
b Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke RS karena mengeluh jantung terasa berdebar debar
sejak 1 hari yang lalu. Klien juga mengatakan sesak bertambah bila klien
melakukan aktivitas. Pada tanggal 19 juni 2013 jam 07.00 Klien
langsung dibawa ke IGD dan jam 08.15 klien dibawa ke ruang ICU
RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata. Pada saat dilakukan pengkajian pada

jam 08.30 pasien mengatakan jantung bedebar-debar dan sesak nafas.


Pasien terpasang NRM 10 liter/menit. Pada saat pemeriksaan HR klien
197 x/menit dan tekanan darah 103/62 mmHg. Pasien terlihat lemah dan
tampak tidak dapat memenuhi ADL karena sesak nafas bertambah bila
c

beraktivitas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit sama seperti yang
dirasakan sekarang. Pasien pernah dirawat dirumah sakit RSMS sekitar 4
bulan yang lalu dengan penyakit yang sama. Pasien mengatakan tidak

e
f

mempunyai riwayat penyakit hipertensi, DM, stroke dan asma.


Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan terdapat ada anggota keluarga yang
mempunyai riwayat penyakit jantung dan riwayat penyakit asma.
Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai karyawan swasta
Riwayat Geografi
Pasien merupakan warga asli Langkap RT/RW 05/01, Kertanegara. Desa
Langkap merupakan desa yang dekat dengan jalan raya sehingga paparan

g
h

polusi udara tinggi yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien.


Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan.
Kebiasaan Sosial
Pasien merupakan seorang istri. Pasien mengatakan memiliki hubungan
yang baik dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar rumahnya.
Kebiasaan pasien setiap harinya yaitu bekerja, mengurusi suami, dan
rumah. Pasien suka mengikuti kegiatan-kegiatan dilingkungan rumahnya
seperti pengajian rutin dan kalau ada hajatan, pasien suka ikut serta suka
mengikuti perkumpulan-perkumpulan lainnya dengan tetangga. Pasien

i
2

mengatakan sangat suka dengan anak kecil.


Kebiasaan Merokok
Pasien tidak mempunyai riwayat merokok.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: compos mentis
a Breath (Pernafasan)
1 Inspeksi: bentuk dada normochest, iramanya reguler, ekspansi dada
maksimal dan simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak
terdapat luka di daerah dada, tidak ada bantuan otot-otot tambahan

pernapasan, oksigenasi menggunakan NRM 10 liter per menit, saturasi


2
3
4
b

oksigen 100%.
Palpasi: pengembangan dada simetris
Perkusi: bunyi sonor pada semua lapang paru
Auskultasi: Suara napas bersih tidak ada sumbatan, suara paru

vesikuler, RR 29x/menit
Blood (Kardiovaskuler)
HR
: 197 x/menit
Bunyi jantung
: S1>S2, gallop (-), murmur (-)
EKG
: Supraventrikular takikardi
TD
: 103/62 mmHg
JVP
: tidak terlihat peningkatan JVP.
Sianosis perifer
: tidak terdapat sianosis di area perifer pasien (area
kuku).
Cafillary refill
Nadi karotis
Brain (Persyarafan)
Tingkat keadaran
GCS
Bentuk kepala
Mata

: compos mentis
: E4V5M6
: mesosefal
: konjungtiva tidak anemis, pupil isokor dan masih

Refleks Patologis
Refleks Fisiologis

berespon terhadap cahaya, sklera tidak ikterik.


: negatif
: positif

: < 2 detik
: teraba jelas

Bladder (Perkemihan)
Kandung kemih
: tidak terdapat distensi
Urin
: kuning jernih, jumlah urin 100 cc/ 1 jam
Alat bantu
: terpasang kateter two way
Bowel (Pencernaan)
Mulut
: bibir dan mukosa lembap, Mulut kurang bersih.
Bunyi usus
: bising usus, 11 x/menit
BAB
: pada saat dilakukan pengkajian pasien belum
BAB.
Alat bantu
: pasien tidak terpasang kateter urin.
Ascites
: tidak ascites
Hepatomegali
: tidak ada hepatomegali
Bone (Muskuloskleletal)
ROM
: ROM aktif. Pasien dapat menggerakan
tangan dan kakinya serta pergerakannya
Deformitas ekstremitas

masih normal.
: (-)

Mobilisasi

: Mobilisasi pasien bedrest di tempat tidur.


Dalam melakukan pemenuhan ADL, pasien
dibantu oleh keluarga dan perawat.
:

Kekuatan otot
5
5

5
5

Turgor
: < 2 detik
Akral
: hangat
Sosial
Pasien kurang kooporatif terhadap tindakan medis dan keperawatan di
ruangan. Terlihat saat akan dilakukan pemasangan kateter, pasien
menolak, tetapi setelah diberikan motivasi pasien mau dipasang. Pasien
mengatakan tidak pernah mempunyai masalah dengan siapapun, pasien
berhubungan baik dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar

rumahnya.
Spiritual
Pasien beragama islam. Pasien mengatakan selama dirumah pasien selalu
menjalankan solat 5 waktu. Tetapi selama dirumah sakit, pasien jarang
terlihat menjalankan solat, mungkin dikarenakan keterbatasannya dalam
mobilisasi dan kelemahan fisik pasien.

C HASIL UJI DIAGNOSTIK


1 Laboratorium
a Pemeriksaan tanggal 19 Juni 2013
Pemeriksaan
Paket darah rutin
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCH
MCHC
MCV
DIFF COUNT
Eosinofil
Basofil
Netrofil segmen
Limfosit
Monosit

Hasil
14,6
14,6
45
5,2
408
28
33
86
1
0
53
41
6

Satuan
g/dl
10^3/uL
10^6/uL
10^3/uL
Pg
g/dL
fL

Nilai normal
13,2-17,3
3,8-10,6
40-52
4,4-5,9
150-440
26-34
32-36
80-100
1-3
0-1
50-70
25-40
2-8

Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
GDS
Cholesterol total
Trigliserida
Ureum
Creatinin
Asam Urat
SGOT
SGPT
b

mmol/L
mmol/L
mmol/L
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
u/L
u/L

135,0-147,0
3,5-5,0
95,0-105,0
100-150
150,0-200,0
70,0-140,0
10-50
0,6-1,1
< 6,8
<= 37
<= 42

Pemeriksaan tanggal 20 Juni 2013


Pemeriksaan
Paket darah rutin
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCH
MCHC
MCV
DIFF COUNT
Eosinofil
Basofil
Netrofil segmen
Limfosit
Monosit

136
3,4
115,0
152,0
167
234
29,2
0,66
7,50
48,0
85,0

Hasil
13,4
11,1
42
4,8
312
28
32
87
1
1
66
26
6

Satuan
g/dl
10^3/uL
10^6/uL
10^3/uL
Pg
g/dL
fL

Nilai normal
13,2-17,3
3,8-10,6
40-52
4,4-5,9
150-440
26-34
32-36
80-100
1-3
0-1
50-70
25-40
2-8

EKG
Tanggal 19 juni 2013
Wide QRS tachycardia, left bundle branch, abnormal EKG
Tanggal 20 juni 2013
Marked sinus bradycardia with AV dissociation and junctional rhytm
with sinus /atrial capture, ST & T wave abnormalilty, consider
anterolateral ischemia, prolonged QT, Abnormal EKG
Tanggal 21 juni 2013
Normal sinus rhytm, right atrial enlargement, ST & T wave
abnormality, consider anterolateral ischemia, prolonged QT, Abnormal

EKG
D PROGRAM TERAPI
Tanggal 19 Juni 2013

1
2
3
4
5
6
7
8

Inj. Fargoxin 75 mg (intravena)


Inj. Ranitidin 25 mg 2 x1 (intravena)
Inj. Ondancetron 4 mg 2x1 (intravena)
Inj. Midazolam 5 mg (intravena)
Alprazolam 0,5 mg 2x1 (enteral)
Acetosal 8 mg 1x1(enteral)
ISDN 5mg 3x1 (enteral)
Digoxin 30 mg 2x1 (enteral)

Tanggal 20 Juni 2013

3
4
5
6

1 Inj. Ranitidin 25 mg 2x1 (intravena)


2 Inj. Ondancetron 4 mg 2x1 (intravena)
Alprazolam 0,5 mg 2x1 (enteral)
ISDN 5mg 3x1 (enteral)
Acetosal 8 mg 1x1(enteral)
Digoxin 30 mg 1x1 (enteral)

E ANALISA DATA
Tanggal
Data
Problem
Etiologi
19
Juni DS: pasien mengatakan Pola Nafas tidak Hiperventilasi
2013
sesak nafas
efektif
Jam 08.30
DO:
- HR = 197 x/menit
- RR = 29 x/menit
- Pasien tampak sesak,
kesulitan bernafas
- SaO2 100%
- Hasil EKG : Wide
QRS tachycardia, left
bundle branch,
abnormal EKG
19 juni DS: pasien mengatakan Inefektif perfusi
2013
jantung berdebar-debar, jaringan
Jam 08.30
nyeri dada
kardiopulmonal
DO:
- HR = 197 x/menit,
teratur
- TD = 103/62
mmHg
- Hasil EKG : Wide
QRS tachycardia,
left bundle branch,
abnormal EKG

Kerusakan
transenteralrtasi O2
melalui alveolar atau
membran kapiler

19 juni 2013

Perubahan irama

DS: pasien mengatakan Penurunan curah

Jam 08.30

jantung berdebar-debar, jantung


nyeri dada
DO:
-

19 juni 2013
Jam 08.30

jantung

HR = 197 x/menit
teratur
Hasil EKG : Wide
QRS tachycardia,
left bundle branch,
abnormal EKG
TD
=
103/62x/menit
Pasien
tampak
cemas
aritmia

DS: pasien mengatakan Intoleransi aktivitas


tidak mampu melakukan
ADL karena lemah dan
sesak
nafas
bila
beraktivitas
DO:
Pasien tampak lemah,
pasien
dibantu
oleh
keluarga untuk memenuhi
ADL. HR 197 x/menit
teratur, RR 29 x/menit,
TD 103/62 mmhg, Hasil
EKG : Wide QRS
tachycardia, left bundle
branch, abnormal EKG

Ketidakseimbangan
antara suplai O2 dengan
kebutuhan

F DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Inefektif perfusi jaringan kardio pulmonal berhubungan dengan kerusakan
2
3
4

transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran kapiler


Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai
O2 dengan kebutuhan

G RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Inefektif perfusi
jaringan kardio
pulmonal
berhubungan dengan
kerusakan
transenteralrtasi O2
melalui alveolar dan
atau membran
kapiler

Kriteria Hasil
setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x24jam, diharapkan perfusi
jaringan kardiopulmonal efektif, dengan
kriteria hasil :
Circulation Status :
No Indikator
Skala
Skala
awal
target
1

TD dalam
batas normal
2
HR dalam
batas normal
3
Kelemahan
ekstrim tidak
ada
4
Intake
dan
output
seimbang
5
Nyeri
dada
tidak ada
Keterangan :
1. keluhan ekstrim
2. keluhan berat
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan
5. tidak ada keluhan

Intervensi
Circulation Monitoring
1Monitor
nyeri
komprehensif

Rasional
secara

2Monitor intake dan output

3Ukur tanda-tanda vital: tekanan


darah, nadi, pernapasan, suhu,
saturasi O2
4Monitor kemampuan aktivitas
pasien
5Anjurkan untuk cukup istirahat

Memantau intake dan


output klien
3 mengetahui
kondisi
pasien

4
5

7Beri cukup nutrisi sesuai dengan

diet
8Kolaborasi pemberian
sesuai medikasi

Memantau kondisi nyeri


klien

6Monitor Balance cairan

obat

Mengetahui kemampuan
pasien
Mempercepat pemulihan
kondisi

Mengetahui
keadaan
pasien
7 Mempercepat pemulihan
kondisi
8 Membantu
penyembuhan
pasien
dengan obat yang tepat
6

Pola napas tidak


efektif
berhubungan
dengan
hiperventilasi,

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway Management :


selama 2x24 jam Pola nafas efektif, dengan 1 Enteralsisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi
kriteria hasil :
2 Monitor RR klien
Respiratory status : ventilation
No Indikator
Skala
Skala
3 Auskultasi suara nafas
awal
target
klien
1
RR dalam
2
4
batas normal
2
4
Tidak terdapat 2
4 Monitor respirasi dan
suara
nafas
status O2
tambahan
5
Berikan terapi O2
3
2
4
Tidak terdapat
dispnea
4
2
4
Tidak terdapat
nafas pendek
Keterangan :
1. keluhan ekstrim
2. keluhan berat
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan
5. tidak ada keluhan

Mencukupi kebutuhan
oksigen
2 Mengetahui
keadaan
klien
3 Mengeidentifikasi
adanya
suara
nafas
tambahan klien
4 Mengetahui
keadaan
klien
5 Mencukupi
kebutuhan
oksigen
1

Penurunan
curah
jantung
berhubungan dengan
perubahan
denyut/irama
jantung.

setelah dilakukan tindakan keperawatan Cardiac Care


selama 1x24jam, diharapkan curah jantung 1 Monitor TTV pasien
normal dengan kriteria hasil :
2 Monitor Status
Cardiac pump effectiveness :
kardiovaskuler
No Indikator
Skala
Skala
awal
target
3 Evaluasi adanya nyeri dada
(intensitas, lokasi dan
1
TD
dalam 2
4
durasi)
batas normal
2
4
4 Catat adanya disritmia
HR
dalam 2
batas normal
3
4
Tidak terdapat 2
disritmia
5 Monitor adanya perubahan
4
2
5
Aktivitas
tekanan darah
toleran
6
Atur periode latihan dan
5
2
4
Tidak terdapat
istirahat
angina
7 Anjurkan untuk mengurangi
stress
8
Keterangan :
1. keluhan ekstrim
2. keluhan berat
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan
5. tidak ada keluhan

Kolaborasi pemberian obat


antiaritmia

Fluid monitoring
1 Monitor Balance cairan

Mengetahui
kondisi
umum klien
2 Mengetahui perubahan
status kardiovaskuler
klien
3 Mengkaji kondisi nyeri
pasien
4

5
6

Kelainan irama jantung


menunjuukan adanya
kegawatan
Mengetahui perubahan
tekanan darah
Menghindari kelelahan
dan mempercepat
pemulihan
Stres dapat
meningkatkan TD dan
memperburuk kondisi
pasien
Mempercepat proses
pemulihan

Mengetahui keadaan
pasien

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan


Activity therapy
berhubungan dengan selama 2x24 jam diharapkan aktivitas klien 1 Rencanakan dan jadwalkan
periode istirahat dan tirah
Ketidakseimbangan meningkat, dengan kriteria hasil :
baring yang cukup dan
antara suplai O2
adekuat.
dengan kebutuhan

Activity tolerance :
No Indikator
1
2
3
4
5

HR dalam
batas normal
RR normal
Tekanan darah
sistol normal
Tekanan darah
diastol normal
EKG
dalam
batas normal

Keterangan :
1. keluhan ekstrim
2. keluhan berat
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan
5. tidak ada keluhan

Skala
awal

Skala
target

2
2

4
5

Pantau resenteraln
kardiopulmonal sebelum dan
sesudah beraktivitas

Minimalkan kerja
kardiovaskuler dengan
memberikan enteralsisi
setengah duduk

Monitor RR, HR, dan


tekanan darah

Ajarkan klien bagaimana


menggunakan teknik
mengontrol pernafasan

Upaya untuk
menurunkan keletihan
dan kelemahan pasien.

Menjaga kemungkinan
adanya resenteraln
abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari
latihan.

Mengurangi pemakaian
enargi sampai kekuatan
pasien pulih kembali.

Menjaga kemungkinan
adanya resenteraln
abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari
latihan.

Pernafasan dapat
meminimalkan kerja
kardiopulmonal

H IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal
19 Juni
2013

Jam
07.30

No.
Dx
1,2,3,
4

08.30
1, 2,
3, 4
08.35
1, 2,
3,4

Implementasi

Respon

Memberikan obat Alprazolam


mg 2x1 (enteral), Acetoral 8
1x1(enteral), ISDN 5mg
(enteral), Digoxin 30 mg
(enteral)

0,5
mg
3x1
2x1

Memonitor KU, kesadaran dan TTV


pasien dan mencatatnya

Mengkaji keluhan pasien

Menganjurkan pasien untuk istirahat

08.40
1,3
08.45
2

Memberikan O2 NRM 10 L/menit


dan
memberikan
enteralsisi
semifowler

Paraf

O : Memberikan obat Alprazolam 0,5 mg 2x1 Dwi K


(enteral), Acetoral 8 mg 1x1(enteral), ISDN 5mg 3x1
(enteral), Digoxin 30 mg 2x1 (enteral)

O : ku cukup, kesadaran baik. TD = 103/62 mmHg, Nur A.


RR = 29 x/menit, HR = 197 x/menit

S : Klien mengatakan sesak nafas, nyeri dada, jantung


berdebar-debar
O : RR = 29 x/menit, HR = 197x/menit

Tati

S:
O : pasien tampak istirahat
O : Terapi oksigen NRM 10 L/menit terpasang, posisi
klien semifowler

Tati

09.00

Nur A
1,3

09.15
1,3

09.30

10.00
10.40

Memberikan Inj. Fargoxin 75 mg


(intravena), Ranitidin 25 mg 2x1
(intravena), Ondancetron 4 mg
2x1(intravena) dan Inj. Midazolam 5
mg (intravena)
Melakukan pemasangan kateter two
way

1,2,3,
4

Monitor EKG, TD, HR, Senteral2,


MAP dan mencatatnya di lembar
monitoring

1,3

Memberikan defibrilator atau

O : Inj. Fargoxin 75 mg (intravena), Ranitidin 25 mg


2x1 (intravena), Ondancetron 4 mg 2x1(intravena) dan
Inj. Midazolam 5 mg (intravena) masuk
Dwi K
O : kateter two way terpasang, volume urin 100 cc
urin jernih
Tati
O : TD = 128/92 mmHg, HR = 169 x/menit, RR = 29
x/menit, Senteral2 100% dan MAP = 104, gambaran
EKG = ventrikel takikardi
Tati
Dwi k
O : HR = 90 x/menit,
Nur A
O : klien tampak melakukan teknik nafas dalam

11.00

11.15
11.30

3,4
1,2,3,
4

10 Mengajarkan pasien teknik nafas


dalam
11 Monitor EKG, TD, HR, Senteral2,
MAP dan mencatatnya di lembar
observasi

Dwi k
Dwi k

O : TD = 93/57 mmHg, HR = 198 x/menit, RR = 12


x/menit, Senteral2 100% dan MAP = 67, gambaran
Tati
EKG = ventrikel takikardi
S : klien berjanji akan mengurangi stres
Tati

3,4
1,3

12 Menganjurkan
mengurangi stres

klien

untuk

13 Mengkaji nyeri pasien

11.45

S : pasien mengatakan nyeri dibagian dada, jantung


berdebar-debar
P : nyeri karena sesak nafas
Q : nyeri seperti menusuk nusuk
R : nyeri di bagian dada
S : skala nyeri 4 (0-10)
T : nyeri sering muncul
Tati
O : klien tampak sesak, dan menarik nafas dalam
O : klien tampak menarik nafas dalam

12.00

13.00

3,4

1,2,3,
4

14.00

14 Meminta klien mendemonstrasikan


teknik nafas dalam
15 Monitor EKG, TD, HR, Senteral2,
MAP dan mencatatnya di lembar
observasi

1,2,3,
4

16 Monitor EKG, TD, HR, Senteral2,


MAP dan mencatatnya di lembar
observasi

1, 2, 3

17 Mengukur volume urin pasien dan


membuangnya

Nur A
O : TD = 98/61 mmHg, HR = 58 x/menit, RR = 22
x/menit, SPO2 100% dan MAP = 66, gambaran EKG =
sinus bradikardi

Nur A

O : TD = 98/61 mmHg, HR = 58 x/menit, RR = 22


x/menit, SPO2 100% dan MAP = 66, gambaran EKG =
sinus bradikardi
Nur A
O : urin 100 cc/1 jam

19 Juni
2013

14.00

1,2,3,

Memonitor TTV

Mengkaji adanya nyeri dada

S: Klien mengatakan terkadang masih terasa nyeri dada Dwi I.


dan jantung terkadang masih berdebar-debar

Membatasi pengunjung

O : pasien hanya ditemani oleh suami

Dwi I

Memberikan posisi semifowler

O : Posisi pasien semifowler

Dwi I

Memantau oksigenasi

O: Pasien mengunakan NRM 10 liter/menit

Dwi I

1,2,3,

Monitor TTV

O : TD=109/62 mmHg, HR= 75 x/menit, RR=20 Iin


x/menit, MAP=71

Monitor TTV

O: TD=103/57 mmHg, HR=81 x/menit, RR=11


x/menit, dan MAP=65

Memberikan terapi injeksi fargoxin


75 mg (intravena)

O : Injeksi fargoxin 75 mg (intravena)

O: TD=91/53 mmHg, HR= 59x/menit, RR=20 x/menit, Iin


MAP= 72

14.15
1,2,3

15.00
16.00

1,2,3,

17.00

1,3

18.00
18.45

9
19.00
20.00

Monitor TTV

1,2,3,
4

10 Memberikan tyarit drip pada cairan

O: TD=93/56 mmHg, HR=68 x/menit, RR=27 x/menit


MAP=66
O: Drip tyarit pada cairan infus glukosa 5%

Iin
Iin
Iin

infus glukosa 5% mengunakan


infus pump 41,6 cc/jam

1,3
21.00
1,2,3,

11 Monitor TTV

4
1,2,3,

12 Mencatat input dan output

4
13 Monitor TTV
1,2,3,
4

14 Monitor TTV

mengunakan infus pump 41,6 cc/jam


Dwi i
O : TD= /56 x/menit, HR=209 x/menit, RR=23 x/menit,
MAP=75, gambaran EKG = ventrikel takikardi
Dwi I
O : Input cairan 600 cc, dan Output 450 cc
Dwi I
O : TD= 99/64 mmHg, HR= 201 x/menit, RR=12
x/menit, MAP=75, dan gambaran EKG : ventrikel
takikardi
Dwi I
O : TD=98/71 mmHg, HR= 75 x/menit, RR= 21
x/menit
MAP= 59,
Iin

15 Monitor TTV

19 Juni
2013

22.00

1,2,3

22.10

1, 3

Memonitor KU, kesadaran, TTV,


SaO2, intake cairan serta status O2
pasien kemudian mencatatnya
dilembar monitoring.

Memberikan injeksi ranitidin 25 mg

O : TD= 83/51 mmHg, HR= 49 x/menit, RR= 25


x/menit, dan MAP= 77
O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=105/63 mmHg,
Lely
HR=52x/menit, RR=20x/menit, MAP=71, SaO2=100%,

O : Pasien tetap tertidur ketika diberikan injeksi

Retno

23.00

00.00

01.00

(intravena) dan ondansentron 4 mg


(intravena)

ranitidin 25 mg (intravena) dan ondansentron 4 mg


(intravena)

Memonitor KU, kesadaran, TTV,


SaO2, intake cairan serta status O2
pasien kemudian mencatatnya
dilembar monitoring.

O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=99/60 mmHg,


HR=51x/menit, RR=18x/menit, MAP= 72,
SaO2=100%,

Memonitor KU, kesadaran, TTV,


SaO2, intake cairan serta status O2
pasien kemudian mencatatnya
dilembar monitoring.

1,2,3

Retno

1,2,3

1,2,3

Lely
O ; KU=lemah, kesadaran CM, TD=99/63 mmHg,
HR=62x/menit, RR=22x/menit,MAP=73 SaO2=100%,
Lely

5
02.00

1,2,3
6

03.00

1,2,3
7

Memonitor KU, kesadaran, TTV,


SaO2, intake cairan serta status O2
pasien kemudian mencatatnya
dilembar monitoring.

O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=101/57 mmHg,


HR=69x/menit, RR=21x/menit, MAP=69, SaO2=100%,

Memonitor KU, kesadaran, TTV,


SaO2, intake cairan serta status O2
pasien kemudian mencatatnya
dilembar monitoring.

O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=97/62 mmHg,


HR=48x/menit, RR=24x/menit, MAP=72, SaO2=100%,

Memonitor KU, kesadaran, TTV,


SaO2, intake cairan serta status O2

O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=97/57 mmHg,


HR=83x/menit, RR=21x/menit, MAP=69, SaO2=100%,

Retno

Retno

04.00

1,2,3

pasien kemudian mencatatnya


dilembar monitoring.
8

05.00

Memonitor KU, kesadaran, TTV,


SaO2, intake cairan serta status O2
pasien kemudian mencatatnya
dilembar monitoring.

O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=102/57 mmHg,


HR=70x/menit, RR=20x/menit, MAP=68, SaO2=100%,

Memonitor KU, kesadaran, TTV,


SaO2, intake cairan serta status O2
pasien kemudian mencatatnya
dilembar monitoring.

O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=97/62 mmHg,


HR=48x/menit, RR=22x/menit, MAP=69, SaO2=100%,

Lely

10 Memonitor KU, kesadaran, TTV,


SaO2, intake cairan serta status O2
pasien kemudian mencatatnya
dilembar monitoring.

O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=107/71 mmHg,


HR=62x/menit, RR=24x/menit, MAP=71, SaO2=100%,

Lely

1,2,3

9
06.00

1,2,3

06.05

1,2,3

06.20

1,2,3

06.25

1,2,3

07.30

1,2,3

Lely

11 Mengukur urin output


12 Memberikan diit kepada pasien
13 Memberikan terapi oral
14 Menghitung balance cairan.

Lely

Retno
O : Jumlah urin 500cc/6jam
O : Pasien makan menyisakan sekitar dari diit.
O: Pasien kooperatif
O : Balance cairan = Masuk-keluar-IWL

Lely
Lely

IWL= 45X60X40 = 1080/24jam


100
1 jam = 46
IWL 23 jam = 45x23 = 1035
BC = 1700-1040-1035 = -325
20 Juni
2013

07.00

1,2,3,
4

07.45
1,2,3,
4
08.00

08.05

08.15

1,2,3,
4

1,2,3,
4

1 Monitor EKG, TD, HR, RR, SO2,


MAP dan mencatatnya di lembar
observasi
2 Mengkaji keluhan pasien

3 Monitor EKG, TD, HR, RR, Senteral2,


MAP dan mencatatnya di lembar
observasi

O : TD = 113/65 mmHg, RR = 22 x/menit, HR = 57 Dwi K


x/menit, SPO2 = 100%, MAP = 65
S : klien mengatakan nyeri dada berkurang, sudah
tidak sesak nafas, jantungnya sudah tidak berdebar- Dwi K
debar
O : klien tampak tidak sesak, lebih nyaman RR = 22
x/menit, HR = 57 x/menit, TD = 113/65 mmHg.
Dwi K
O : TD = 110/55 mmHg, RR = 18 x/menit, HR = 60
x/menit, SPO2 = 100%, MAP = 72
Dwi K

4 Memberikan inj Ranitidin 25 mg


(intravena) dan Inj. Ondancetron 4
mg (intravena)

O : inj Ranitidin 25 mg (intravena) dan inj


Ondancentron 4 mg (intravena) masuk

5 Melakukan EKG

Dwi K
O : Gambaran EKG : Sinus bradikardi with AV, ST & Iin
T wave abnormal, Anterolateral ischemia, Abnormal

EKG
08.30

1,3
6 Memandikan pasien

08.50

4
7 Mengganti NRM menjadi kanul nasal
3 L/menit

09.00
2
10.00

1,2,3,
4

11.00
1,2,3,
4
11.30
11.45

1,2,3,
4

Iin

8 Monitor EKG, TD, HR, Senteral2,


MAP dan mencatatnya di lembar
observasi

O : TD = 116/57 mmHg, HR = 72 x/menit, RR = 17


x/menit, SPO2 100% dan MAP = 71,

9 Monitor EKG, TD, HR, Senteral2,


MAP dan mencatatnya di lembar
observasi

O : TD = 98/60 mmHg, HR = 68 x/menit, RR = 17


x/menit, SPO2 100% dan MAP = 74,

10 Monitor EKG, TD, HR, Senteral2,


MAP dan mencatatnya di lembar
observasi

O : TD = 108/72 mmHg, HR = 78 x/menit, RR = 16


x/menit, SPO2 100% dan MAP = 66,

11 Motivasi untuk diet seimbang


12 Monitor intake klien

12.00

S : klien mengatakan lebih nyaman mandi sendiri di Iin


kamar mandi
O : klien tampak malu saat dilakukan seka,
Iin
O : Kanul nasal 3 L/menit terpasang

Dwi I

Dwi I

Dwi I
S : klien mengatakan akan makan yang banyak
O : terdapat sisa makanan porsi pada
makanan klien

tempat
Iin

1,2,3

12.05

13.00

13.45

1,2,3
1,2,3,
4

1,2,3,
4

14.00
1,2,3,
4

1,2,3
1,2,3,
4

13 Monitor EKG, TD, HR, SO2, MAP


dan mencatatnya di lembar observasi

O : TD = 110/72 mmHg, HR = 74 x/menit, RR = 17


x/menit, SPO2 100% dan MAP = 70,

14 Memberikan obat Alprazolam 0,5 mg


2x1 (enteral), ISDN 5mg 3x1
(enteral), Acetoral 8 mg 1x1(enteral),
Digoxin 30 mg 1x1 (enteral)

O : obat Alprazolam 0,5 mg 2x1 (enteral), ISDN 5mg


3x1), Acetoral 8 mg 1x1(enteral), Digoxin 30 mg 1x1
masuk

Iin

O : TD = 115/69 mmHg, HR = 78 x/menit, RR = 16


x/menit, SPO2 100% dan MAP = 66,

Dwi K

15 Monitor EKG, TD, HR, SO2, MAP


dan mencatatnya di lembar observasi
16 Mengukur jumlah urin dan
membuangnya
17 Monitor EKG, TD, HR, Senteral2,
MAP dan mencatatnya di lembar
observasi

O : volume urin 300cc/7 jam, urin jernih


O : TD = 113/75 mmHg, HR = 76 x/menit, RR = 18
x/menit, SPO2 100% dan MAP = 71,

Iin

Dwi K

20 Juni
2013

14.00

15.00

1,2,3

Mencatat dan memonitor tanda vital:


TD, MAP, HR, SaO2.

S: pasien mengatakan keadannya sudah membaik dan


tidak deg-degan lagi
O: TD: 119/62 mmHg, MAP :82 mmHg, HR: 58 x/mnt,
R 21 x/mnt dan SPO2: 100%.

Lita

1,2,3,
4

Mendengarkan bunyi nafas


tambahan dan irama jantung

O : Tidak terdengar suara nafas tambahan. Irama


jantung regular

Kustini

1,2,3
1,2,3

3
4

Memonitor tetesan D5% 12 tpm


O : tetesan D5% 12 tpm
Membenarkan posisi setengah duduk O : Pasien tampak istirahat dengan ;posisi setengah
dan O2 binasal 3 l/m
duduk dan O2 binasal 3 l/m

1,2,3

1,2, 4
16.00

1,2,3

17.00

1,2,3

18.00

1,2,3
1,2,3

Kustini
Kustini

Mencatat dan memonitor tanda vital:


TD, MAP, HR, SaO2.
6 Memotivasi pasien untuk latihan
duduk

O: TD: 104/61 mmHg, MAP :70 mmHg, N: 70 x/mnt,


R 21 x/mnt dan SPO2: 100%.
S: Pasien mengatakan mau latihan duduk
O : Pasien tampak dapat duduk sekitar 15 menit

Mencatat dan memonitor tanda vital:


TD, MAP, HR, SaO2.

O: TD: 101/66 mmHg, MAP :70 mmHg, N: 71 x/mnt, R


18 x/mnt dan SPO2: 100%.

Mencatat dan memonitor tanda vital:


TD, MAP, HR, SaO2.

Mencatat dan memonitor tanda vital:


TD, MAP, HR, SaO2.

S: Lita
O: TD: 102/64 mmHg, MAP :72 mmHg, N: 92 x/mnt, R
26 x/mnt dan SPO2: 97%.
Lita
O: TD: 102/70 mmHg, MAP :74 mmHg, N: 89 x/mnt, R
25 x/mnt dan SPO2: 100%. Suhu: 37,5 0C
Kustini

Lita

19.00

10 Mengkaji keluhan pasien

S: pasien mengatakan merasa greges.

11 Memberikan paracetamol 1 tablet

O : pasien tampak minum paracetamol 1 tablet

12 Menganjurkan pasien untuk istirahat

O : pasien tampak istirahat

13 Mencatat dan memonitor tanda vital:


TD, MAP, HR, SaO2.

S: O: TD: 119/69 mmHg, MAP :81 mmHg, N: 95 x/mnt, R


29 x/mnt dan SPO2: 97%.

1,2,3

14 Mengkaji keluhan pasien

Kustini
Kustini

S: Pasien mengatakan sudah merasa tidak greges dan


tidak mual

20.00

21.00

Kustini

Lita
15 Mencatat dan memonitor tanda vital:
TD, MAP, HR, SaO2, Suhu

O: TD: 103/69 mmHg, MAP :78 mmHg, HR: 91 x/mnt,


R 29 x/mnt dan SPO2: 97%. Suhu 36,8 0C.

16 Menganjurkan pasien minum obat


ISDN 1 tablet dan cefixime dan
memberikan injeksi ranitidin 30 mg
dan ondansentron 4 mg

O : Pasien meminum obat sesuai anjuran. Injeksi


ranitidin 30 mg dan ondansentron 4 mg masuk.

17 Mencatat dan memonitor tanda vital:


TD, MAP, HR, SaO2

O: TD: 105/64 mmHg, MAP :78 mmHg, HR: 88 x/mnt,


R 28 x/mnt dan SPO2: 98%,

18 Mengukur dan mencatat urin yang

O : out put urin 900 cc/ 7 jam

Lita

Kustini
Kustini

keluar.

Kustini

19 Menganjurkan pasien untuk istirahat


20 Juni
2013

21.00

1,2,3,
4

Mengkaji kesadaran, KU dan TTV


pasien

DS:Tati
DO: Keadaan umum pasien baik, Kesadaran
comenterals mentis, E4V5M6, TTV: HR 85x/menit
teratur, TD 98/62 mmhg, RR 22 x/menit,
SaO2=97%

1,3

Memberikan inj alprazolam 0,5 mg

DO: Inj alprazolam 0,5 mg masuk

1,2,3,
4

Mengkaji keluhan pasien

DS: Pasien mengatakan kondisinya sudah membaik,


jantung sudah tidak berdebar-debar, sesak nafas
sudah tidak, nyeri dada juga berkurang
DO: HR:81 x/menit, TD 105/65 mmhg,
RR:24x/menit

21.15
21.45

22.00

22.10

1,2,3,
4

5
23.00

S: pasien mengatakan mau istirahat.

1,2,3,
4

Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP,


dan
mencatatnya
di
lembar
monitoring

DS:DO: HR:81 x/menit, MAP 75, TD 105/65 mmhg,


RR:24x/menit, SPO2 98%

Memonitor
pemberian
binasal 3 l/menit

DS:DO: pasien tampak nyaman, binasal 3 l/menit

oksigen

Tati
Tati

Avi

Avi

Avi

Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP,


dan
mencatatnya
di
lembar
monitoring

Mengurangi stimulus lingkungan


dengan tidak membuat kebisingan

23.15
1,3
24.00
1,2,3,
4
01.00

02.00

03.00

04.00

1,2,3,
4

1,2,3,
4

1,2,3,
4

1,2,3,

Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP,


dan
mencatatnya
di
lembar
monitoring

Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP,


dan
mencatatnya
di
lembar
monitoring

10 Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP,


dan
mencatatnya
di
lembar
monitoring
11 Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP,
dan
mencatatnya
di
lembar
monitoring

DS:DO: HR:76 x/menit, MAP 67, TD 96/67 mmhg, Avi


RR:22x/menit, SPO2 98%
DS:DO:Pasien tampak tidur pulas

Tati

DS:Tati
DO: HR:74 x/menit, MAP 67, TD 92/58 mmhg,
RR:22x/menit, SPO2 98%
DS:Tati
DO: HR:83 x/menit, MAP 74, TD 109/65 mmhg,
RR:22x/menit, SPO2 98%
Avi
DS:DO: HR:69 x/menit, MAP 72, TD 96/65 mmhg,
RR:23x/menit, SPO2 99%
Avi
DS:DO: HR:60 x/menit, MAP 72, TD 96/63 mmhg,
RR:23x/menit, SPO2 98%

05.00

12 Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP,


dan
mencatatnya
di
lembar
monitoring

06.00
1,2,3,
4
06.30
1,2,3,
4
07.00

13 Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP,


dan
mencatatnya
di
lembar
monitoring
14 Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP,
dan
mencatatnya
di
lembar
monitoring

Avi
DS:DO: HR:78 x/menit, MAP 75, TD 99/64 mmhg,
RR:20x/menit, SPO2 98%
Tati
DS:DO: HR:62 x/menit, MAP 73, TD 98/53 mmhg,
Tati
RR:20x/menit, SPO2 98%
DS:DO: HR:75 x/menit, MAP 69, TD 102/59 mmhg,
RR:22x/menit, SPO2 97%

15 Menghitung balance cairan


1,2,3,
4

1,3

1,2,3,

16 Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP,


dan
mencatatnya
di
lembar
monitoring

Tati
DS:DO: Input 24 jam: 7570cc, output 24 jam: 620cc,
iwl dengan berat badan 60 kg (810cc). BC: 7570(620-810)= +6140 cc
DS:DO: HR:89 x/menit, MAP 74, TD 102/68 mmhg,
RR:13x/menit, SPO2 99%

4
21 Juni
2013

07.00

1,2,3

1. Mencatat dan memonitor tanda vital:

S: pasien mengatakan tidak deg-degan lagi dan

TD, MAP, HR, SaO2.

keadannya sudah membaik


O: TD: 119/62 mmHg, MAP :74 mmHg, HR: 89 x/mnt,

2. Memonitor tetesan D5% 12 tpm


3. Membenarkan posisi O2 binasal 3 l/m
4. Mengambil spesimen darah pasien
1,2,3 5 Mencatat dan memonitor tanda vital:
08.00

TD, MAP, HR, SaO2.


6 Memonitor tetesan D5% 10 tpm
7 Memasang EKG dan merekam EKG
8 Memandikan pasien dan bed making
9 Memotivasi pasien untuk minum obat
Lanzoprazol, cefixime, ISDN,

R 13 x/mnt dan SPO2: 97%. Spesimen darah dapat

Lita \

Lita

diambil.
S: Pasien mengatakan mau minum obat agar bisa cepat
pulang
O: TD: 100/65 mmHg, MAP :75 mmHg, HR: 82 x/mnt,

Kustini

R 24 x/mnt dan SPO2: 99%.


Hasil EKG anterolateral iskemia, SV & T wave
abnormality, prolonged QT, abnormal EKG
Pasien tampak lebih bersih, segar, dan rapi.

Digoxin, dan Asestosal masing-masing


1 tablet
10 Mencatat dan memonitor tanda vital:
1,2,3
09.00

TD, MAP, HR, SaO2.


11 Memonitor tetesan D5% 10 tpm

S: O: TD: 106/64 mmHg, MAP :76 mmHg, HR: 82 x/mnt,


R 23 x/mnt dan SPO2: 97%.
S: pasien mengatakan mau latihan duduk
O: TD: 98/68 mmHg, MAP : 75 mmHg, HR: 77 x/mnt,

Kustini

R 23 x/mnt dan SPO2: 97% .Pasien tampak duduk


10.00

1,2,3,
4

12. Mencatat dan memonitor tanda vital:

selama 30 menit

TD, MAP, HR, SaO2.

Lita

13 Memonitor tetesan D5% 10 tpm


14 Memotivasi pasien untuk latihan

11.00
1,2,3

duduk

S: O: TD: 107/69 mmHg, MAP :78 mmHg, HR: 81 x/mnt,

15. Menganjurkan pasien untuk istirahat

R 21 x/mnt dan SPO2: 97%.

16. Mencatat dan memonitor tanda vital:

S: Pasien mengatakan sudah merasa baik dan ingin

TD, MAP, HR, SaO2.

pulang
O: TD: 107/69 mmHg, MAP :78 mmHg, HR: 81 x/mnt,

17. Memonitor tetesan D5% 10 tpm

R 21 x/mnt dan SPO2: 97%. Diet habis


18. Mengevaluasi keadaan pasien
19. Melepas infus, tensi meter, chest

12.00
1,2,3,
4

Kustini

piece, dan kateter

S: O: Pasien tampak duduk


Pasien mau mencoba mengikuti anjuran

Lita

20. Memotivasi pasien untuk


menghabiskan diet
21. Melatih pasien untuk duduk latihan

13.00

terlebih dahulu sambil menunggu

Lita

jemputan
22. Memberikan discharge planning
yaitu memotivasi pasien agar tidak
stress, dapat megontrol emosi

Lita
Kustini

dengan nafas dalam dan istighfar,


meminum obat secara teratur,
kontrol tepat waktu, dan jika
memungkinkan latihan aktivitas
secara bertahap dan jangan
dipaksakan bila terasa sudah lelah

EVALUASI
Tanggal dan Jam
20 Juni 2013
Jam 14.00 WIB

Diagnosa
Inefektif perfusi
jaringan kardio
pulmonal berhubungan
dengan kerusakan
transenteralrtasi O2
melalui alveolar dan
atau membran kapiler

Evaluasi
Paraf
S: klien mengatakan nyeri dada berkurang, sudah tidak sesak nafas,
Kustini
O: klien tampak tidak sesak, lebih nyaman TD = 113/75 mmHg, HR = 76 LitaI
x/menit, RR = 18 x/menit, SPO 2 100% dan MAP = 71, klien tampak mau
makan, terdapat sisa makanan porsi pada tempat makan klien,
A: Masalah perfusi jaringan kardiopulmonal efektif,dengan kriteria hasil:

No

Indikator

1
2
3
4
5

TD dalam batas normal


HR dalam batas normal
Kelemahan ekstrim tidak ada
Intake dan output seimbang
Nyeri dada tidak ada

Skal
a
awal
2
2
2
2
2

Skala
sekaran
g
5
4
4
4
4

Skala
target
5
4
4
5
5

P: pertahankan kondisi pasien, sampai pasien benar-benar pulih tetapi tetap


mengingatkan kepada pasien agar tidak terlalu banyak beraktivitas agar tidak
terjadi keluhan yang sama
20 juni 2013
14.00 WIB

pola napas tidak


efektif berhubungan
dengan
hiperventilasi,

S:pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas


Kustini
O: klien tampak tidak sesak, lebih nyaman TD = 113/75 mmHg, HR = 76 Lita
x/menit, RR = 18 x/menit, SPO2 100% dan MAP = 71
A: masalah Pola nafas teratasi dengan kriteria hasil:
Respiratory status : ventilation
N Indikator
Skala Skala
o
awal Tujua
n
1
RR dalam batas normal
2
4
2
Tidak terdapat suara nafas 2
4
tambahan

Skala
target
4
4

3
4

20 juni 2013
14.00 WIB

Tidak terdapat dispnea


Tidak terdapat nafas pendek

2
2

4
4

4
4

P: Pertahankan kondisi pasien, sampai pasien benar-benar pulih


Penurunan
curah S: Pasien mengatakan jantungnya sudah tidak berdebar-debar
Kustini
O:
pasien
tampak
tenang
,
lebih
nyaman
TD
=
113/75
mmHg,
HR
=
76
x/menit,
Lita
jantung berhubungan
dengan
perubahan RR = 18 x/menit, SPO2 100% dan MAP = 71
denyut/irama jantung.
A: masalah curah jantung teratasi dengan kriteria hasil:
Cardiac pump effectiveness :
No
Indikator
Skala
Skala
Skala
awal
Sekarang
target
1
TD dalam batas normal
2
4
4
2
HR dalam batas normal
2
4
4
3
Tidak terdapat disritmia
2
4
4
4
Aktivitas toleran
2
4
5
5
Tidak terdapat angina
2
4
4

P: Pertahankan kondisi pasien, dan anjurkan pasien untuk mengurangi beban


pikiran yang dapat menimbulkan stres

20 Juni 2013
Jam 14.00 WIB

Intoleransi
aktivitas
berhubungan dengan
Ketidakseimbangan
antara
suplai
O2
dengan kebutuhan

S: Pasien mengatakan jantungnya sudah tidak berdebar-debar


Kustini
O: pasien tampak tenang , lebih nyaman TD = 113/75 mmHg, HR = 76 x/menit, Lita
RR = 18 x/menit, SPO2 100% dan MAP = 71
A: Masalah aktivitas klien teratasi, dengan kriteria hasil :

Activity tolerance :
No

Indikator

Skala
awal

1
2
3

HR dalam batas normal


RR normal
Tekanan
darah
sistol
normal
Tekanan darah diastol
normal
EKG dalam batas normal

4
5

Skala
target

2
2
2

Skala
Sekaran
g
4
4
5

4
4
5

P: Pertahankan kondisi pasien, dan anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas

yang berat.

DAFTAR PUSTAKA
Cheitlin M D, dkk. (2009). Clinical Cardilogy. Edisi ke-6. California: Prenticehall Interntional Inc
Hanafi B. Trisnohadi. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Hudak, C.M, Gallo B.M. (1997) Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik.
Jakarta : EGC.
McCloskey, J. & Gloria M. B. (2000).Nursing Outcome Classificatian
(NOC).Second Ed. New York : Mosby.
McCloskey, J. & Gloria M. B..(2005). Nursing Intervention Classificatian
(NIC).Second Ed. New York : Mosby.
NANDA. (2012). Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta : EGC.
Santoso Karo karo. (1996) Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Sudoyo,D Arua, dkk. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Anda mungkin juga menyukai