Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA IBU DENGAN POST PARTUM (MASA NIFAS)


A. PENGERTIAN
Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lamanya
berlangsung selama 6-8 minggu (Mochtar_Rustam, 1998 : 115).
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu atau 42 hari.
Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi (Manuaba,
1998: 190).
Menurut WHO menyatakan bahwa, pasca partus-post natal, mulai sejak 1
jam setelah plasenta lahir sampai minggu ke-6 atau berlangsung selama 42
hari (Manuaba, 2001).
Masa puerparium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kambali
seperti sebelumnya pada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu Kebidanan,
2007).
B. Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
jalan lain, dengan bantuan.
1. Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalanjalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2
sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir
kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih

mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir


seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar
berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk
melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat
untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya
plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong
ke atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
d. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang
dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda
vital, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih
normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba,
1989).
2. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, factor
janin, dan faktor persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah
kehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim
(lebih dari 28 minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan
terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan,
tanpa mengingat jumlah anaknya (Oxorn, 2003). Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan kelahiran atau
partus Pada primipara robekan Perineum hampir selalu terjadi dan
tidak jarang berulang pada persalinan berikutnya (Sarwono, 2005).
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu
harus didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia
merasakan dorongan dan memang ingin mengejang (Jhonson,
2004). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih efektif
pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).
b. Faktor Janin

1) Berat Badan Bayi Baru lahir


Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000
gram (Rayburn, 2001). Makrosomia disertai dengan meningkatnya
resiko trauma persalinan melalui vagina seperti distosia bahu,
kerusakan fleksus brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan
jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan
pada perineum (Rayburn, 2001).
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan
sumbu memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu
(Dorland,1998).
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang,
sikap extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk
panggul atau diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm.
Bagian terendahnya adalah bagian antara glabella dan dagu,
sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara glabella
dan bregma (Oxorn, 2003).
b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan),
hal ini berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya
sempurna. Bagian terendahnya adalah daerah diantara margo
orbitalis dengan bregma dengan penunjukknya adalah dahi.
Diameter bagian terendah adalah diameter verticomentalis
sebesar 13,5 cm merupakan diameter antero posterior kepala
janin yang terpanjang (Oxorn, 2003).
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan
dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah dengan
penunjuknya

adalah

sacrum.

Berdasarkan

posisi

janin,

presentas bokong dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu


presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni,
presentasi bokong kaki, dan presentasi bokong lutut (Oxorn,
2003).
c. Faktor Persalinan Pervaginam

1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin
dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negative dengan
alat vacum yang dipasang di kepalanya (Mansjoer, 2002).
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin
dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala janin (Mansjoer,
2002). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan
ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio, vagina,
ruptur perineum, syok, perdarahan, post partum, pecahnya varices
vagina (Oxorn, 2003)
3) Embriotomi
Adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan
pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada
bayi dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk
melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut (Syaifudin, 2002).
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat
cepat berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh
abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat,
atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya
rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya
proses persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2005)
C. Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan,
uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus
dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam
waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam Pada
hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah

melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah


melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron
bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil.
Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebapkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk
selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit
lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai
terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan
oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen
yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin
secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan
bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
2. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in/ ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana
ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu

muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik


sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran.
Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang
baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali
dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.

E. Manifestasi klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organorgan reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini
kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak,
2004).
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh
baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira
500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah
lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul.
Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50- 60gr. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap
ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin

secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta


lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi
vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang
meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke
atas menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah
pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha
luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa
pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.
d. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna
merah, kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra
terutama mengandung darah dan debris desidua dan debris
trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari.
Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus
jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau
putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus,
serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi
lahir.
e. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan.18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu
melahirkan.
f. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap
ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan
semenonjol pada wanita multipara.
2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol,
serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik
kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna

pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun


secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen
berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra
seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
b. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan
tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada
wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena
kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita
menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon
terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes,
1991).
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya
akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil.
Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan
sebelum hami.
4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia
pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan
sebelum hamil (Cunningham, dkk ; 1993).
5. Sistem cerna
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan,
ibu merasa sangat lapar
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga
hari setelah ibu melahirkan.
6. Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama
wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionic gonadotropin,
prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
a. Ibu tidak menyusui

Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi
dailakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat
pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras,
nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.
b. Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba
hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama
sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
7. Sistem Perkemihan
a. Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung
kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti
daerah-daerah kecil hemoragi.
8. Sistem Integumentasi
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya
setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan
panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.
F. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama
periode post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah
lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada
satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya
perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih
dari 24 jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat
dan menadi kasus lainnya, tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi
dengan baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post
partum. Uterus yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda,

dengan kehamilan dengan janin besar), partus lama dan pemberian


narkosis merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
b. Laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan
segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi
lahir.
d. Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan
parut pada uterus setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000)
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post
partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya
kenaikan suhu > 380 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum.
Penyebap klasik adalah : streptococus dan staphylococus aureus dan
organisasi lainnya
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membrane
memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis (Novak, 1999).
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya
puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertamapost
partum (Novak, 1999)
5. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan
resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli
dan bakterigram negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan thrombosis

Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan
meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler,
akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah
dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan
trombus) tromboplebitis superficial terjadi 1 kasus dari 500 750
kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
7. Emboli
Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil
menyebapkan kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999).
8. Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai
beberapa minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa
takut pada dirinya. Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian
tidak aman, perasaan obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya.
Wanita juga mengeluh bingung, nyeri kepala, ganguan makan, dysmenor,
kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan semangat (Novak,
1999)
G. Tanda Tanda Bahaya Post Partum
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi
rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan
jalan lahir (Depkes RI, 2004). Tanda-tanda yang mengancam terjadinya
robekan perineum antara lain :
1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan
pada mukosa vagina
H. Pemeriksaan penunjang
1. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
2. Urine lengkap
I. Penatalaksanaan Medis
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk

5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PADA IBU DENGAN POST PARTUM NORMAL
A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Sakit perut, pendarahan, nyeri pada luka jaritan, takut bergerak.
2. Riwayat kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyertai.
3. Riwayat persalinan
a. Tempat persalinan
b. Normal/terdapat komplikasi
c. Keadaan bayi
d. Keadaan ibU
4. Riwayat nifas yang lalu
a. Pengeluaran ASI lancer atau tidak
b. BB bayi
c. Riwayat ber KB atau tidak
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
b. Payudara
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
2) Kaji adanya abses
3) Kaji adanya nyeri tekan
4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5) Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau uterus
1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adnanya kontraksi uterus
3) Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomy
3) Kaji adanya pembengkakan
4) Kaji adnya luka
5) Kaji adanya hemoroid
6. Pemeriksaan psiko social

a. Respon + persepsi keluarga


b. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
7. Pemeriksaan penunjang
a. Darah lengkap : Hb, WBC, PLT
b. Elektrolit sesuai indikasi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema atau
pembesaran jaringan atau distensi efek-efek hormonal.
2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara.
3. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek
anastesi, profil darah abnormal.
4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan Hb, prosedur infasive, pecah ketuban, malnutrisi.
5. Perubahan eliminasi urin berhubunagn dengan efek hormonal, trauma
mekanis, edema jaringan, efek anastesi ditandai dengan distensi
kantong kemih, perubahan-perubahan jumlah/ frekuensi berkemih.
6. Risiko kekurangan volume cairan berhubunag dengan penurunan
masukan atau penggantian tidak adekuat, kehil;angan cairan berlebih
( muntah, hemoragik, peningkatan pengeluaran urin).
7. Konstipasi

behubungan

dengan

penurunan

tonus

otot,

efek

progesterone, dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan perubahan


bising usus, veses kurang dari biasanya.
8. Defisiensi pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri
dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman, salah interpretasi
tidak tahu sumber-sumber.
C. INTERVENSI
No
1

Diagnosa
Nyeri

Noc
akut NOC:

berhubungan dengan
trauma

mekanis,

1. Pain Level
2. Pain Control

Nic
NIC:
Pain Mangement:
1. Lakukan pengkajian

nyeri

edema

atau

3. Comfort level

secara komprehensif (PQRST)

pembesaran jaringan Kriteria Hasil:

2. Monitor vital sign

atau distensi efek-

3. Gunakan teknik komunikasi

efek hormonal.

1. Mampu mengontrol nyeri


(tahu

penyebab

nyeri,mampu menggunakan
teknik
untuk

non

farmakologi

mengurangi

nyeri,

mencari bantuan)
2. Melaporakn

nyeri
dengan

manajemen

nyeri
3. Mampu

4. Pilih dan lakukan penanganan


nyeri

(Farmakologi

Analgesic Administration
1. Tentukan PQRST

non

mengenali

nyeri

sebelum

pemberian obat
2. Tentukan

(PQRST)

pilihan

analgesic

tergantung tipe dan beratnya


nyeri

4. Merasakan

rasa

nyaman

setalah nyeri berkurang

pengalaman nyeri pasien

farmakologi dan interpersonal)

bahwa

berkurang
menggunaka

terapeutik untuk mengetahui

3. Evaluasi efektifitas analgesic


tanda dan gejala

Ketidakefektifan

NOC
NIC
1. Breastfeding ineffective
Breastfeding Assistence
pemberian
ASI
2. Bretahing
pattern
1. Evaluasi pola menghisap/
berhubungan dengan
ineffective
menelan bayi
tingkat pengetahuan,
3. Breasfeeding interrupted
2. Tentukan keinginan dan
pengalaman
sebelumnya, tingkat

Kriteria hasil:

motivasi

1. Kementapan

pemberian

dukungan,

ASI: Bayi: perlekatan bayi

karakteristik

yang sesuai pada dan

payudara.

proses

menghisap

payudara
memperoleh

ibu

dari
untuk
nutrisi

selama 3 minggu pertama

ibu

untuk

mrnyusui
3. Kaji kemampuan bayi untuk
latch on dan menghisap
secara efektif
4. Pantau
integritas

kulit

putting ibu
5. Pantau berat badan dan pola
eliminasi bayi

pemberian ASI
Breast
examination
Lactation
2. Kemantapan pemberian
suppression
ASI:IBU: kemantapan ibu
1. Sediakan informasi tentang
untuk membuat bayi
laktasi
dan
teknik
melekat dengan tepat dan
memompa ASI (secara
menyusui dari payudara
manual atau dengan pompa

ibu

untuk

memperoleh

nutrisi selama 3 minggu


pertama pemberian ASI.
3. Pemeliharaan pemberian
ASI:

keberlangsungan

pemberian

ASI

untuk

menyediakan nutrisi bagi


bayi/toddler
4. Penyapihan
ASI:

pemberian
Diskontinuitas

ASI: tigkat pemahaman


yang ditunjukan mengenai
makanan

cara

mengumpulkan

dan

menyimpan ASI
2. Ajarkan
orang

tua

mempersiapkan,
menyimpan,
menghangatkan
kemungkinan

progresi pemberian ASI


5. Pengetahuan pemberian

laktasi

elektrik)

dan

pemberian

bayi

melalui

proses pemberian ASI.


6. Ibu mengenali isyarat

dan
pemberian

tambahan susu formula


Lactation Counseling
1. Sediakan infromasi tentang
keuntungan dan kerugian
peberian ASI
2. Demonstrasikan

latihan

menghisap jika perlu


3. Diskusikan
metode
alternative

pemberian

makan bayi

lapar dari bayi dengan


segera
7. Ibu
kepuasan

mengindikasikan
terhadap

pemberian ASI
8. Ibu tidak mengalami nyeri
tekan pada putting
9. Mengenali
tanda-tanda
penurunan suplai ASI
3

Risiko

cedera NOC
NIC
1. Risiko Kontrol
Manajemen lingkungan
berhubungan dengan
1. Sediakan lingkungan yang
Kriteria Hasil
biokimia
efek
aman untuk pasien
1. Klien terbebas dari cedera
anastesi, profil darah
2. Identifikasi
kebutuhan
2. Klien mampu menjelaskan
abnormal
keamanan
pasien,
sesuai
cara/metode untuk mencegah
dengan kondisi fisik dan fungsi
injury/cedera
3. Klien mampu menjelaskan
kognitif pasien dan riwayat
factor risiko dari lingkungan

penyakit terdahulu pasien

personal
4. Mampu memodifikasi gaya
hidup untuk mencegah injury
5. Menggunakan
fasilitas
kesehatan yang ada
6. Mampu
mengenali
perubahan status kesehatan

3. Menghindarkan

lingkungan

yang berbahaya
4. Memasang side rail tempat
tidur
5. Menyediakan

tempat

tidur

yang nyaman dan bersih


6. Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
7. Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
8. Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya
kesehatan

Risiko

tinggi NOC
1. Immune Status
terhadap
infeksi
2. Knowledge:
berhubungan dengan
control
trauma
jaringan,
3. Risk control
penurunan

Hb,

prosedur

infasive,

pecah

ketuban,

malnutrisi.

perubahan
dan

status
penyebab

penyakit.
NIC
Infection control (control infeksi)
Infection
1. Bersihkan
lingkungan
setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Gunakan
baju,
sarung
tangan sebagai lat pelindung
4. Pertahankan
lingkungan
aseptic selama pemsangan
alat
5. Monitor tanda gejala infeksi
sistemik dan local
6. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
7. Pertahankan teknik asepsis
pada pasien yang berisiko
8. Ajarkan pasien dan keluarga

tanda dan gejala infeksi


Gangguan eliminasi NOC
NIC
1. Urinary elimination
urie
berhubunagn
Urinary retention care
2. Urinary continuence
dengan
efek
1. Lakukan penilaian kemih
Kriteria hasil
hormonal,
trauma
yang komprehensif berfokus
1. Kandung kemih kosong
mekanis,
edema
pada
inkontinensia

jaringan,

efek

anastesi

ditandai

dengan

distensi

kantong

kemih,

perubahanperubahan

jumlah/

secara penuh
2. Tidak ada residu urine
>100-200 cc
3. Intake
cairan

dalam

rentang normal
4. Bebas dari ISK
5. Tidak ada spasme bladder
6. Balance cairan seimbang

frekuensi berkemih.

(misalnya, output urin, pola


berkemih, fungsi kognitif
dan

masalah

kencing

raeksisten)
2. Merangsang reflex kandung
kemih

kemih

dengan

menerapkan dingin untuk


perut, membelai tinggi batin
atau air.
3. Sediakan waktu yang cukup
untuk

pengosongan

kandung kemih (10 menit)


4. Memantau asupan dan
keluaran
5. Memantau tingka distensi
kandung
6

Risiko

kekurangan NOC:

volume

cairan

berhubunag dengan
penurunan masukan
atau

penggantian

tidak
kehil;angan

adekuat,
cairan

1. Fluid Balance
2. Hydration
3. Nutrisional Status: Food
and Fluid intake

berlebih ( muntah, Kriteria Hasil :


hemoragik,
peningkatan
pengeluaran urin).

1. Mempertahankan urine
output sesuai dengan usia
dan BB, BJ, urine normal,
HT normal.
2. Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal.
3. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, elastisitas

kemih

dengan

palpasi dan perkusi


NIC
Fluid management
1. Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
2. Monitor
status
hidrasi
(kelembaban

membrane

mukosa,

nadi

adekuat,

tekanan

darah

ortostatik)

jika diperlukan
3. Monitor vital sign
4. Monitor
masukan
makanan/cairan dan hitung
intake kalori harian
5. Monitor status nutrisi
Hypopolemia Management :
1. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan.

turgor kulit baik,

2. Monitor BB

membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan

3. Dorong pasien untuk


menambah intake oral
4. Monitor adanya tanda
gagal ginjal

Konstipasi

NOC
NIC
1. Bowel Elimination
Constipation/Impaction
behubungan dengan
2. Hydration
Management
penurunan
tonus
Kriteria Hasil:
1. Monitor tanda dan gejala
otot,
efek
1. Mempertahankan bentuk
konstipasi
progesterone,
2. Monitor bising usus
feses lunak setiap 1-3 hari
3. Monitor feses : frekuensi,
dehidrasi,
nyeri
2. Bebas
dari
konsistensi dan volume
perineal
ditandai
ketidaknyamanan
dan
4. Identifikasi factor penyebab
dengan perubahan
konstipasi
dan knstribusi konstipasi
3. Mengidentifikasi indicator
bising usus, veses
5. Dukung intake cairan
untuk
mencegah
6. Kolaborasi
pemberian
kurang
dari
konstipasi
laksatif
biasanya.
4. Feses lunak dan berbentuk
7. Pantau tanda-tanda dan
gejala konstipasi
8. Anjurkan pasien/keluarga
mencatat warna, volume,
ferkuensi, dan konstipasi
tinja
9. Ajarkan pasien/ keluarga
tentang

Defisiensi

NOC
1. Knowledge:

pengetahuan
(kebutuhan belajar)
mengenai perawatan
diri

dan

bayi

berhubungan dengan
kurang pemahaman,
salah

interpretasi

process
2. Konowledge:

health

tingkat pengetahuan pasien


tentang

Kriteria hasil:
dan

menyatakan

waktu

untuk resolusi sembelit


NIC
disease Teaching: Disease Process
1. Berikan penilaian tentang

behavior
1. Pasien

kerangka

keluarga
pemahaman

proses

penyakit

yang spesifik
2. Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul dengan
cara tepat

tidak tahu sumber-

tentang penyakit kondisi,

3. Hindari

sumber.

prognosis, dan program

kosong
4. Sediakan bagi keluarga atau

pengobatan
2. Pasien
dan
mampu

keluarga

SO

jaminan

informasi

yang

tentang

menjelaskan

kemajuan pasien dengn cara

prosedur yang dijelaskan

yang tepat
5. Diskusikan pilihan terapi

secara benar
3. Pasien
dan
mampu
kembali

keluarga
menjelaskan

apa

yang

dijelaskan perawat/ tim


kesehatan lainnya.

atau penanganan
6. Dukung
pasien

untuk

mengeksplorasi
mendapatkan

atau
second

opinion dengan cara yang


tepat atau diindikasikan

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Impementasi yang dilakukan sesuai dengan masalah yan ada berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat ( Doenges, 2001)
E. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dsan sumatif:
1. Evaluasi formatif : evaluasi yang dilakukan berdasarkan respon pasien
terhadap tidakakan yang dilakukan.
2. Evaluasi sumatif: evaluasi yang dilakukan dengan mengetahui secara
keseluruhan apakah tujuan tercapai atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Adaptasi maternal pada periode. Available at:
http://kesehatanbyteguh.blogspot.com/2012/01/adaptasi-maternal-padaperiode.html. Opened at: 20 maret 2014, 18.21 wita.
Anonim. 2012. Asuhan keperawatan Post partum. Available at:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-2babii.pdf. Opened at: 20 Maret 2014, 18.00 wita.
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000),
Rencana
AsuhanKeperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.Buku Panduan Praktis
Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yoga. 2013. Askep post partum. Available at:
http://yogasrondeng.blogspot.com/2013/09/askep-post-partum-nifas.html. opened
at: 20 maret 2014, 18.05 wita

Anda mungkin juga menyukai