I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan akan daging sebagai sumber protein hewani dari tahun ketahun terus meningkat
bersamaan dengan meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya perekonomian
masyarakat dan kesadaran akan gizi. Sementara kemampuan penyediaan ternak potong
dalam negeri belum mampu mengimbangi permintaan yang terus meningkat tersebut.
Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu alternatif dalam pemenuhan
kebutuhan akan daging dan usaha ini membuka peluang yang cukup besar bagi pihak
pihak yang ingin menekuni usaha tersebut terutama petani. Berdasarkan hasil analisis
potensi wilayah Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten prospek pasar ternak sapi sangat
menjanjikan, dimana sasaran pasarnya adalah kota-kota Kabupaten yang ada di Propinsi
Jawa Tengah (Data Monografi Kabupaten Klaten 2013). Prospek pasar di Kabupaten Klaten
didukung dengan pemotongan di Rumah Potong Hewan (RPH) yang ada di Kabupaten
Klaten 1578 ekor setiap tahun (Data Dinas Pertanian Kabupaten Klaten 2013). Aspek lain
yang juga sangat mendukung dalam pengembangan ternak sapi yaitu luas lahan yang
dimiliki cukup luas meliputi lahan sawah 33,398 ha, lahan kering 6.384 ha dan lahan bukan
pertanian 25.760 ha dan populasi ternak di Kabupaten Klaten meliputi sapi dan kerbau
sebanyak 82.888 ekor (BPS 2013).
Penggunaan silase isi rumen sebagai campuran pakan ternak sapi kenyataan dilapangan
masih belum digunakan oleh petani ternak. Hasil identifikasi, penyebab utama hal ini yaitu
pengetahuan petani tentang cara pengolahan dan pemanfaatan limbah isi rumen masih
sangat rendah, oleh karena itu maka inovasi ini sangat perlu disuluhkan kepada petani
ternak, sebagai salah satu cara untuk menanggulangi kesulitan penyediaan pakan dan
mahalnya biaya pakan.
Inovasi pemanfaatan silase isi rumen sebagai campuran pakan ternak tergolong baru,
sehingga dalam mengemas untuk menjadi suatu rancangan penyuluhan, perlu
mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik individu sasaran, dan
keadaan wilayah tempat dilakukan penyuluhan. Sebelum materi ini disampaikan dalam
pelaksanaan rancangan penyuluhan, terlebih dahulu dimantapkan melalui penelitian,
dengan metode kaji widya di Divisi Ternak Sapi Potong Balai Besar Pelatihan Peternakan
Batu.
C. Perumusan Masalah.
1. Bagaimana pengaruh pemberian silase isi rumen pada masing-masing
tingkatan
terhadap penambahan bobot badan penggemukan sapi potong.
2. Bagaimana mengemas rancangan penyuluhan tentang pemberian silase isi rumen
sebagai campuran pakan ternak penggemukan sapi potong.
3. Bagaimana hasil evaluasi pelaksanaan penyuluhan tentang pemberian silase isi
rumen sebagai campuran pakan ternak penggemukan sapi potong.
D. T u j u a n
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian silase isi rumen pada masing-masing
tingkatan terhadap peningkatan bobot badan penggemukan sapi potong.
2. Agar dapat mengemas rancangan penyuluhan tentang pemberian silase isi rumen
sebagai campuran pakan ternak penggemukan sapi potong.
3. Untuk mengetahui hasil evaluasi pelaksanaan penyuluhan tentang penggunaan silase
isi rumen sebagai campuran pakan ternak penggemukan sapi potong.
II.METODOLOGI
A. Rancangan Kajiwidya
Rancangan percobaan yang digunakan pada kaji widya adalah Bujur Sangkar
Latin (Garspersz ,1991 )., alasan dipilihnya rancangan percobaan RBL ini karena
materi percobaan terbatas, rancangan percobaan ini sederhana namun dapat
digunakan untuk menarik suatu kesimpulan dalam penelitian. Metode percobaan
RBL 3x3. Yaitu materi percobaan 9 ekor sapi dengan 3 perlakuan pemberian pakan
yaitu Po, P1, dan P2. RBL menetapkan perlakuan dilakukan secara acak, dan dalam
setiap kolom maupun baris tidak boleh terjadi pengulangan perlakuan.
Gambar 1 Denah perlakuan penelitian sebagai berikut :
KODE SAPI
WAKTU PERLAKUAN
A
B
C
90 Hari Mar - Mei 2014
P0
P1
P2
90 Hari Mar Mei 2014
P2
P0
P1
90 Hari Mar Mei 2014
P1
P2
P0
Rancangan pelaksanaan kaji widya dengan menggunakan sapi Peranakan Ongole
(PO) silangan sebanyak sembilan ekor dengan rata-rata umur 2.5 tahun dan kisaran
bobot badan 275-300 kg. Adapun pakan yang diberikan terdiri dari: Rumput,
Konsenterat, dan silase isi rumen dengan jumlah yang disesuaikan dengan
kebutuhan ternaknya. Perlakuan dan pengamatan dilakukan selama 3 bulan/90 hari.
Pemberian pakan didasarkan kepada kebutuhan bahan kering (BK) yaitu 3% dari
bobot badan atau sekitar 8-9 kg. Perlakuan pada kaji widya adalah sebagai berikut :
a) Po 50% hijauan +50% konsentrat.
b) P1 50% hijauan +25% konsentrat+25% silase isi rumen.
c) P2. 50% hijauan +12,5 konsentrat +37,5 silase isi rumen.
B. Ruang Lingkup Kajiwidya
Untuk mengetahui apakah silase isi rumen dapat dijadikan campuran pakan sapi
potong, maka dilakukan kaji widya tentang pemberian silase isi rumen sebagai
campuran pakan penggemukan sapi potong.
Penyusuna rancangan penyuluhan berdasarkan hasil identifikasi keadan wilayah
yang terkait pada latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan,
dan materi yang ditetapkan berdasarkan hasil identipikasi sebelum disuluhkan
dimantapkan dulu melalui kaji widya.
C.Populasi Sampel dan Besaran Sampel
Langkah-langkah penentuan sampel dan besaran sampel meliputi identifikasi wilayah
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Orentasi lapang untuk mengumpulkan data potensi wilayah yaitu data primer dan
data sekunder.
- Metode pengumpulan data dengan metode observasi data primer diperoleh melalui
wawancara dengan menggunakan kwesioner dan data skunder diperoleh dari
aparat kecamatan dan desa serta intansi terkait.
Metode pengambilan sample.
Sampel yang akan dijadikan sasaran adalah peternak sapi potong di desa
Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten. Pengambilan sample dilakukan
dengan purpusiv sampling dengan kriteria memiliki sapi potong minimal 2 ekor dan
lama usaha minimal 1 tahun dengan jumlah yang dijadikan sample 20 orang sesuai
dengan pendapat Sujana (1996).
nilai pengamatan dari perlakuan ke- k dalam baris ke- I dan kolom
ijk
Sumber Keragaman
Baris
Lajur
Perlakuan
Eror
Julah
DB
JK
KT
Fhit
F tabel
5%
1%
(3-1)
(3-1)
(3-1)
(3-1)(3-2)
(r2-1)
3. Rancangan Penyuluhan.
a. Persiapan.
Penyuluhan akan berjalan dengan baik dan lancer apabila dilakukan persiapan
yang baik.Persiapan yang perlu disiapkan meliputi :ketersedian alat dan bahan
yang diperlukan dalam penyuluhan,Media ,dan serana tempat pelaksanaan
penyuluhan serta sasaran penyuluhan.
b. Penetapan materi.
Materi yang akan disampaikan pada kegiatan penyuluhan merupakan
rekomendasi dari hasil kaji widya tentang penggunan silase isi rumen sebagai
campuran pakan pada penggemukan sapi potong yaitu:Pengertian silase isi
rumen, Manfaat silase isi rumen, cara penggunaan dan pemberiaannya pada
penggemukan sapi potong.
c.Metode, Media, dan Teknik Penyuluhan.
Metode, Media, dan Teknik Penyuluhan yang digunakan akan disesuaikan
dengan : Kondisi jumlah sasaran, Lokasi antar sasaran, Krakteristik sasaran dan
Waktu yang tersedia.
Metode Penyuluhan yang akan digunakan adalah : Pendekatan kelompok dan
Pendekatan indipidu. Teknik Penyuluhan adalah : 1) Ceramah, 2) Diskusi. 3)
Demontrasi cara. Media yang akan digunakan dalam penyuluhan adalah : VCD
dan Folder. Sedangkan Tujuan dari Penyuluhan ini adalah : Untuk meningkatkan
pengetahuan petani ternak sapi potong tentang penggunaan silase isi rumen
sebagai campuran pakan pada penggemukan sapi potong.
d. Pelaksanaan dan Pengorganisasian.
Sasaran penyuluhan adalah
kelompok tani ternak sapi potong di desa
Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Sebanyak 20 orang.
e. Evaluasi.
Untuk mengetahui pola tingkat pengetahuan sasan tentang penggunaan silase isi
rumen sebagai campuran pakan pada penggemukan sapi potong dilakukan
melalui pre test dan post test. Sedangkan evaluasi tentang hasil pelaksanaan
penyuluhan dilakukan dengan menggunakan rumus Efektifitas program yaitu :
1. Efektifitas perubahan pengetahuan:
Kejadian peningkatan pengetahuan X 100 %
Target peningkatan pengetahuan
2. Efektifitas program.
Kejadian pengetahuan
X 100 %.
Target perubahan pengetahuan.
Peningkatan pengetahuan yang dimaksud adalah : Peningkatan
pengetahuan sasaran tentang materi yang disampaikan pada waktu
penyuluhan.Sehingga Ginting (1994) menyatakan untuk mengetahui
efektifitas program dan efektifitas perubahab pengetahuan dapat diukur
dengan tiga kategori dan dengan tiga kretaria yaitu sebagai berikut :
a. Efektif
= > 66,66 %.
b.Cukup efektif
= 33,33 66,66 %.
c. Kurang efektif
= < 33,33 %.
40,1
X 100% 89,1% , termasuk kategori efektif
45
b. Efektivitas perubahan pengetahuan
18,7
X 100% 79,2% , termasuk kategori efektif
23,6
A. Pembahasan
A. Penggunaan silase isi rumen Kulit Buah Kakao sebagai Campuran Pakan
pada Penggemukan Sapi Potong
Pengaruh perlakuan penggunaaan silase isi rumen kulit buah kakao sebagai
campuran pakan pada penggemukan sapi potong beberapa tingkatan dapat dilihat
pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Rata-rata Pengaruh Penggunaan silase isi rumen Kulit Buah Kakao
terhadap Penambahan Berat Badan Harian Sapi Potong.
Perlakuan
P0 ( tanpa silase isi rumenkulit buah kakao)
P1 (0,5 Kg silase isi rumen kulit buah kakao )
P2 ( 1 Kg silase isi rumen kulit buah kakao)
PBB/hari/ekor
0,55 1,17
0,24 1,35
0,95 1,61
Rata-rata
(kg/hari/ekor)
0,89
0,97
1,33
ternak yang memelihara ternak ruminansia, karena kulit buah kakao masih
mengandung beberapa zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak. Sebagaimana
yang dikatakan Kartadisastra yang mengutip Harrie et al (2004) kulit buah kakao
mengandung Bahan Kering 90%, Protein 9,7%dari BK, Lemak 1,8% dari BK, Serat
32,6% dari BK, Mineral 7,3 dari BK dan 2,71 Energi (Mcal) ME.
B. Penerapan Rancangan Penyuluhan Pemanfaatan silase isi rumen Kulit Buah
Kakao sebagai Campuran Pakan pada Penggemukan Sapi Potong
I. Alasan Penetapan Rancangan Penyuluhan
Materi penyuluhan yang di rekomendasikan yaitu Penggunaan silase
isi rumen kulit buah kakao sebagai campuran pakan pada penggemukan sapi
potong , karena materi ini sudah dimantapkan melalui kaji widya. Ditinjau dari
aspek teknis materi penyuluhan ini dapat dilakukan oleh petani ternak, karena
beberapa hal yaitu :(1) limbah kulit buah kakao tersedia dan melimpah dilokasi
penerapan rancangan, (2) teknologi ini dapat dikerjakan oleh petani ternak dan (3)
pengaruh pemanfaatannya baik yaitu dapat memberikan penambahan BBH sapi
0,97 kg 1,33 kg/ekor/hari. Berdasarkan aspek sosial masyarakat dilokasi
penerapan rancangan, pemberian kulit buah kakao pada ternak sapi, tidak
dipertentangkan.
Ditinjau dari analisa harga pakan lebih menguntungkan karena dengan
mengurangi konsentrat 1 kg/ekor/hari dapat memberikan penambahan BBH sapi
lebih tinggi dari yang tidak menggunakan. Dari hasil penelitian, penggunaan kulit
buah kakao yang dianjurkan yaitu 1 kg/ekor/hari, diberikan dua kali sehari
dicampur dengan konsentrat.
Beberapa alasan dan pertimbangan penetapan rancangan penyuluhan ini
yaitu : (1) Petani ternak belum mengetahui manfaat limbah kulit buah kakao,
sehingga belum pernah ada yang memanfaatkannya, (2) Limbah kulit buah kakao
melimpah, (3) Prospek pasar komoditi ternak sapi baik, (4) Menanggulangi biaya
pakan dalam memelihara sapi yang relatif tinggi, (5) Teknologi dapat dilaksanakan
oleh petani ternak.
II. Penerapan Rancangan Penyuluhan
Penerapan rancangan penyuluhan tentang penggunaan kulit buah kakao
sebagai campuran pakan pada penggemukan sapi potong, berjalan sesuai dengan
rencana karena ada beberapa faktor yang mendukung dari hasil identifikasi
masalah dan potensi wilayah sebagai berikut :
a. Sasaran Penyuluhan
Dari hasil identifikasi masalah dan potensi wilayah sasaran yang mengikuti
penyuluhan yaitu kelompok tani ternak didesa Plosowansi Kecamatan Cawas
Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah, dimana sasaran ini belum pernah
memanfaatkan kulit buah kakao sebagai pakan ternak sapi, hal ini disebabkan
sasaran belum mengetahui tentang manfaat dan cara memanfaatkan limbah kulit
buah kakao untuk dijadikan pakan ternak sapi. Penetapan sasaran didasarkan
atas beberapa pertimbangan yaitu sasaran minimal memelihara sapi 2 ekor dan
memiliki kebun kakao minimal 0,25 ha.
Sebagaimana dikatakan oleh Ibrahim (2003) sasaran penyuluhan pertanian
adalah para petani dan keluarganya agar pengetahuan, keterampilan dan
sikapnya menjadi meningkat sehingga bersedia memanfaatkan peluang yang ada.
Diwilayah desa Plosowangi peluang yang ada yaitu pengembangan usaha sapi
potong, dengan pemanfaatan limbah kulit buah kakao, jerami padi, dedak padi
dan bungkil kelapa sebagai pakan ternak sapi.
Sasaran peserta penyuluhan dalam penerapan rancangan ini berjumlah 20
orang, diharapkan dari 20 orang yang menerima penyuluhan selanjutnya akan
terjadi difusi teknologi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Soedarmanto (1992) mengatakan bahwa sasaran penyuluhan meliputi sasaran
utama yaitu petani nelayan dan keluarganya, sasaran penentu keberhasilan
sehingga sasaran disamping mendengarkan isi pesan, juga dapat melihat cara
pemanfaatannya. Dengan menggunakan metode demonstrasi sering dipandang
sebagai metode yang paling efektif, karena metode seperti ini sesuai dengan
motto penyuluhan pertanian seeing is believing yang dapat diartikan dengan
melihat kita menjadi percaya atau percaya karena melihat (Bambang Riyanto :
2000).
Setelah ceramah selesai disampaikan, dilanjutkan dengan diskusi
berkaitan dengan materi yang sudah disuluhkan, agar petani ternak peserta
penyuluhan dapat menyampaikan masalah-masalah dan pendapat-pendapat
yang perlu dimusyawarahkan, untuk mendapatkan pemecahannya. Menurut
Sastraatmadja (1986) pertemuan diskusi biasanya dipergunakan untuk pertukaran
pendapat mengenai suatu hal yang akan diselenggarakan, atau guna
mengumpulkan saran untuk memecahkan suatu masalah.
f. Media Penyuluhan
Sebagai bahan bacaan pada waktu penyuluhan dan setelah selesai
mengikuti penyuluhan, dibagikan media penyuluhan berupa folder, dengan
harapan teknologi inovasi yang disuluhkan dapat diadopsi dengan baik. Dari hasil
identifikasi potensi wilayah petani ternak yang menjadi sasaran yang menerima
penyuluhan, tingkat pendidikan teredah adalah sekolah dasar (bisa membaca)
dengan demikian media folder dapat digunakan.
Dasar pertimbangan memilih media penyuluhan adalah untuk
memperlancar proses komunikasi atau ingin memberikan gambaran yang lebih
konkrit dan dapat menambah pengertian serta mendalami materi yang
disampaikan kepada sasaran (Soedarmanto : 1992).
g. Evaluasi Penyuluhan
Pelaksanaan penyuluhan dapat berjalan dengan baik, karena dilakukan
dengan pertimbangan yang memenuhi syarat- syarat dalam menetapkan sasaran,
materi penyuluhan,
metode, teknik dan media. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui bagaimana hasil kegiatan penyuluhan yang sudah dilaksanakan,
berkaitan dengan tingkat efektivitas penyuluhan dan tingkat efektivitas perubahan
pengetahuan. Sebagaimana yang dikemukan Mardikanto dan Sutarni (1999)
manfaat dari evaluasi adalah (1) untuk mengetahui sejauh mana tujuan telah
dicapai, (2) apakah perubahan yang terjadi sesuai dengan yang di inginkan, (3)
untuk mengetahui segala permasalahan yang dihadapi dalam mencapai tujuan
dan (4) mengukur tingkat efektivitas dan efisiensi dari metode dan sitem kerja
yang telah diterapkan.
Penyuluhan dilaksanakan tanggal 10 sampai dengan 11 Juli 2014 di
Kelompok Tani Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten. Hasil
pelaksanaan penyuluhan sebagaimana pada tabel berikut : tingkat pengetahuan
petani ternak tentang penggunaan kulit buah kakao sebagai campuran pakan
pada penggemukan sapi sebelum penyuluhan dapat dilihat pada tabel 2,
sedangkan tingkat pengetahuan setelah penyuluhan pada tabel 3.
Tabel 2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Petani Ternak Tentang Penggunaan
silase isi rumen Kulit Buah Kakao sebagai Campuran Pakan pada
Penggemukkan Sapi Potong sebelum Penyuluhan.
No
Kategori tingkat
Responden
pengetahuan
N
%
1.
Rendah (< 25)
17
85
2.
Sedang (25 34)
3
15
3.
Tinggi (> 34)
Jumlah
20
100
Sumber : Data primer waktu penyuluhan 2014
Tingkat pengetahuan
Jumlah Skor
Rata-rata
347
20,4
81
27
428
21,4
Kategori tingkat
Responden
pengetahuan
N
%
1.
Rendah (< 25)
2.
Sedang (25 34)
2
10
3.
Tinggi (> 34)
18
90
Jumlah
20
100
Sumber : Data primer waktu penyuluhan 2014
Tingkat pengetahuan
Jumlah Skor
Rata-rata
65 32,5
737 40,94
802 40,1
40,1
X 100% 89,1% , termasuk kategori efektif
45
b. Efektivitas perubahan pengetahuan
18,7
X 100% 79,2% , termasuk kategori efektif
23,6
Keterangan kategori efektivitas :
- Kurang efektif dengan skor < 33,3
- Cukup efektif dengan skor 33,3 66,6
- Efekti dengan skor
> 66,6
Peningkatan pengetahuan petani ternak tentang materi yang disuluhkan
dipengaruhi oleh beberapa variabel meliputi : umur, pendidikan, jumlah pemilikan
lahan, lama memelihara ternak sapi, jumlah anggota keluarga dan jumlah
pemilikan ternak sapi. Besaran pengaruh masing-masing variabel itu dapat dilihat
pada beberapa tabel berikut ini:
Tabel 4. Distribusi Hubungan Antara Umur Dengan Tingkat Pengetahuan
Petani Ternak tentang Penggunaan silase isi rumen Kulit Buah
Kakao sebagai Campuran Pakan pada Penggemukan Sapi Potong
Kategori umur
(tahun)
Resp
Tingkat pengetahuan
No
Pre test
N
Jlh
Skor
Peningkatan
Pengetahuan
Post test
Ratarata
Jlh
Skor
Rata-rata
1.
40
173
21,6
321
40,1
18,5
2.
Sedang(34-41)
45
192
21,3
366
40,7
19,4
3.
15
63
21
115
38,3
17,3
Resp
Tingkat pengetahuan
No
Pre test
N
Jlh
Skor
Ratarata
Post test
Jlh
Skor
Peningkatan
Pengetahuan
Rata-rata
1.
SD
12
60
245
20,4
460
38,3
17,9
2.
SLTP
25
109
21,8
208
41,6
19,8
3.
SLTA
15
76
25,3
134
44,7
19,4
No
Kategori
pemilikan lahan
(Ha)
Resp
Tingkat pengetahuan
Pre test
Jlh
Skor
Post test
Ratarata
1.
Sempit(< 1)
10
40
2.
Sedang(1-2)
16
80
347
3.
Luas (> 2)
10
41
20
Jlh
Skor
Peningkatan
Pengetahuan
Rata-Rata
77
38,5
18,5
21,9
643
40,2
18,3
20,5
82
41
20,5
No
Kategori lama
memelihara ternak
sapi (thn)
Resp
Pre test
N
1.
Baru (< 7)
2.
3.
Tingkat pengetahuan
Jlh
Skor
Ratarata
Post test
Jlh
Skor
Peningkatan
Pengetahuan
Rata Rata
14
70
298
21,3
555
39,6
18,3
Sedang(711)
20
82
20,5
158
39,5
19
10
48
24
89
44,5
20,5
Resp
Tingkat pengetahuan
No
Pre test
N
Jlh
Skor
Ratarata
Post test
Jlh
Skor
Peningkatan
Pengetahuan
RataRata
1.
Sedikit (< 4)
11
55
241
21,9
444
40,4
18,5
2.
Sedang(45)
40
166
20,8
319
39,9
19,2
3.
Banyak (>5 )
21
39
20
19
39
No
Kategori jumlah
anggota keluarga
(org)
Responden
Tingkat pengetahuan
Pre test
Jlh
Skor
Ratarata
Post test
Jlh
Skor
Peningkatan
Pengetahuan
Rata Rata
1.
Sedikit (< 4)
20
78
19,5
157
39,3
19,8
2.
Sedang(4- 5)
12
60
273
22,8
446
37,2
14,6
3.
Banyak (> 5)
20
77
19,3
157
39,3
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2006. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Departemen Pertanian
Statistik
Diskriptif.
Muhammadiyah
University
Press.