Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
(Penggolongan Karangan Menurut Jenisnya)
A.

Karangan

Karangan adalah hasil dari perwujudan gagasan atau apresiasi seseorang dalam bahasa
tulisan yang dapat dibaca, dipahami dan dimengerti oleh seorang pembaca. Karangan
bukanlah sekedar pengetahuan dan wawasan yang bersifat teoritis melainkan yang
berkenaan dengan segala aktivitas aplikatif kontinuvitas.[1]
Dalam pembuatan karangan, pengarang harus memperhatikan etika-etika pembuatan
karangan diantaranya yaitu bahasa karangan. Dalam menyusun karangan hendaklah kita
mengerti dan memahami bahasa yang baik dalam karangan, pilihan kata yang baik dan
sebagainya. Susunan kalimat jangan terlalu panjang agar tidak terjadi hal-hal yang
membosankan bagi si pembaca. Biasakan dalam pembuatan karangan menggunakan
kalimat yang efektif, singkat dan padat, tetapi maksudnya harus jelas. Kata-kata yang
dipakai dalam pembuatan karangan adalah kata-kata yang sederhana dan mudah
dimengerti oleh si pembaca.[2]
Bahasa dikatakan sebagai alat berpikir dan bernalar. Dengan berbahasa kita bisa
mengungkapkan apa yang kita rasakan dan kita pikirkan sehingga berbahasa bisa
mengaktualisasikan perwujudan konsep-konsep hasil pemikiran. Oleh karena itu, manusia
yang sedang berpikir senantiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan bagaimana dan
bagaimana fenomena yang dihadapinya itu bisa seperti pada saat manusia melihat,
mendengar dan merasakan. Pertanyaan itu muncul akibat dari keingintahuan manusia yang
tidak mungkin dapat dilontarkan tanpa menggunakan bahasa.[3]
Sebelum menulis karangan kita harus membuat terlebih dahulu kerangka karangan sebab
kerangka karangan adalah sebagai rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau
susunan pokok pembicaraan mengenai sebuah karangan yang akan ditulis. Kerangka
karangan ditulis dalam rangka untuk menghindari adanya tumpang tindih pada bagianbagian tertentu. Selain itu, penyimpangan-penyimpangan dari topik pun dapat dihindari.
B.

Macam-macam Penggolongan Karangan Menurut Jenisnya[4]

Menurut jenisnya, karangan dapat digolongkan menjadi 4 macam : (1) karangan ilmiah,
(2) karangan informatif, (3) prosa dan (4) puisi. Karangan ilmiah dan karangan informatif
termasuk ragam karangan faktual, sedangkan prosa dan puisi termasuk ragam karangan
khayali.
1.

Karangan ilmiah adalah karangan yang ditujukan kepada kalangan ahli dan

profesional yang penyajiannya sesuai dengan tingkat keilmuan mereka dengan metode,
pengolahan dan penyajian yang ilmiah dengan gaya tulisan yang mengikuti asas-asas jelas
terang, ringkas padat dan tepat cermat. Mungkin maksud dalam penyusunan karangan
ilmiah ini harus jelas, padat dan cermat dalam menyampaikan dan menuangkan
apresiasinya sehingga pembaca dapat memahami dan mengetahui isi dari karangan ilmiah
tersebut.
2.

Karangan informatif adalah karangan yang berisi informasi yang diberikan hanya

sekedar sebagai pemberitahuan atau keterangan saja yang diperuntukkan bagi masyarakat
umum. Karangan jenis ini tidak disertai perangkat-perangkat yang diperlukan oleh
karangan ilmiah, seperti daftar pustaka, catatan kaki, kutipan, serta persyaratan lainnya
yang bersifat ilmiah.
Karangan ilmiah dan karangan informatif adalah termasuk dari ragam karangan faktual
(Factual writing).
Karangan faktual adalah ragam karangan yang bertujuan memberikan informasi sesuai
dengan fakta atau realitas yang ada.
3.

Puisi adalah jenis karangan yang mengutamakan pemilihan kata dengan secermat-

cermatnya dan sehemat-hematnya, pengungkapannya beralun dan merdu (puitis). Puisi


juga dapat diartikan sebagai ekspresi yang konkret dan artistik dari pikiran manusia dalam
bahasa emosional dan berirama (Watts-Dunton).[5]
4.

Prosa adalah karangan yang tidak begitu mempedulikan banyaknya kata, panjang

pendeknya kalimat, irama dan persamaan, dan biasanya diungkapkan secara bebas.
Adapun ukuran penggolongannya adalah :
a.

Menyajikan pengetahuan ilmiah atau keterangan biasa dan

b.

Bercorak bebas atau terikat pada bunyi irama

C.

Langkah-Langkah Yang Harus Diperhatikan Dalam Menyusun Puisi Dan

Prosa
1.

Langkah-langkah dalam menyusun puisi[6]

Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam membuat puisi, yaitu :


a.

Pemilihan katanya (diksinya tepat)

Ku lihat tubuh mengeluarkan darah (menggunakan diksi / bahasa yang biasa).

Ku lihat tubuh mengucur darah (menggunakan pemilihan kata secara khusus).

b.

Penggunaan kata-kata konkret

Ku lihat tubuh mengeluarkan darah

kata mengucur adalah kata

konkret karena lebih dapat menggambarkan arti dan dapat menstimulasi fungsi-fungsi
indra kita.
Mendengar kata mengucur orang akan membayangkan air yang keluar dari kran.
c.

Penggunaan majas (gaya bahasa)

Gadis itu sangat cantik

Gadis itu bak bunga mawar

2.

bahasa biasa
menggunakan majas

Langkah-langkah dalam menyusun prosa [7]

Ada 5 hal yang harus diperhatikan dalam membuat prosa, yaitu :


a.

Pengarang terlebih dahulu harus menentukan tema karangan yang akan dibuat.

b.

Pengarang harus menetapkan tujuan karangan tersebut supaya tidak terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan.


c.

Pengarang harus merencanakan kerangka karangan supaya kerangka karangan yang

akan kita buat bisa mudah didesain.

d.

Pengarang harus mengumpulkan data apabila ingin membuat karangan karena

dengan adanya data yang sudah terkumpul, pengarang akan mudah membuat sebuah
karangan tersebut.
e.

Pengarang kemudia mengembangkan kerangka karangannya sesuai dengan apa

yang ingin dikehendaki dalam mengarang.

D.

Hal-Hal Yang Membedakan Antara Puisi Dengan Prosa[8]

Ada beberapa cara membedakan antara puisi dengan prosa, ini dapat kita lihat
perbedaannya di bawah ini :
Puisi

Puisi biasanya berupa kata

Prosa

Prosa biasanya berupa

dan tersusun dalam atas larik-larik

kalimat

1 baris-baris

dikelompokkan menjadi paragraf

Puisi biasanya larik

Prosa biasanya kalimat

dikelompokkan menjadi sebuah

atau alenia

bait atau kuplet

kesusastraan yang telah lama ada

Puisi merupakan bentuk

Prosa merupakan bentuk

kesusastraan yang telah lama ada

menggambarkan tokoh yang

Puisi biasanya tidak terdapat

Prosa biasanya

penggambaran tokohnya

dikemukakan dengan kalimat-

kalimat penjelas

Puisi ini lebih

mengutamakan isi

Prosa biasanya lebih

mengutamakan cara pengutaraan


yang runtut

E.

Contoh Puisi dan Prosa[9]

Berikut ini contoh puisi dan prosa.


1.

Contoh puisi bisa dilihat di bawah ini :

Pagi
Fajar baru dengan cahaya pagi
Ku sadap sendiri di muka bumi
Sementara angin lembut mengantar
Aroma bunga mekar segar dalam jamah
Dan embun-embun di rerumputan
Seperti mutiara bertebaran
Di sepanjang jalur hayatku
Yang ku ambil satu demi satu
Sampai batas tertentu
Segalanya bakal ku serahkan kembali padamu
2.

Contoh prosa bisa dilihat di bawah ini :

Kemarau Panjang
Hari ini udara sangat panas sekali dan debu berterbangan
Di sepanjang jalan, lebih-lebih mobil baru saja lewat
Musim kemarau yang panjang tahun ini merupakan bencana
Bagi daerah kami, sungai yang mengalir di desa kami kering

Kerbau dan binatang lain berjalan menuju daerah


yang terdapat air, daun-daun jatuh dan rontok
Menggugurkan diri dari pohonnya
BAB III
PENUTUP
Sebagai salah satu hasil dari perwujudan gagasan atau apresiasi diartikan sebagai bahasa
kita dalam berpikir dan bernalar. Maka dengan karangan, kita bisa mengaktualisasikan
perwujudan dari konsep-konsep pemikiran kita. Oleh karena itu, manusia yang sedang
berpikir senantiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan bagaimana dan mengapa fenomena
yang dihadapinya itu bisa seperti pada saat manusia melihat, mendengar dan merasakan.
Dan dari karangan itu dapat digolongkan menurut jenisnya itu ada 4 macam, yaitu :
(1) karangan ilmiah, (2) karangan informatif, (3) prosa dan (4) puisi.
Dari keempat karangan itu termasuk karangan faktual dan karangan khayali.

DAFTAR PUSTAKA

slamet, Antonius. 2007. Buku Pelengkap Bahasa Indonesia 2A, untuk kelas II

Semester 3. Semarang : CV. Surya Angkasa.

Muryani. 2006. Bahasa Indonesia, SMA Kelas X Semseter 1. Depok : CV. Bina

Pustaka.

Syaifullah. 2006. Belajar Efektif Bahasa Indonesia, SMA Semester 2. Surakarta :

CV. Media Karya Putra.

Umum Budika Ryanto. Bahasa Indonesia Untuk Pergutuan Tinggi. Pekalongan :

STAIN Press. 2009.

[1] Umum Budika Ryanto. Bahasa Indonesia Untuk Pergutuan Tinggi. Pekalongan :
STAIN Press. 2009. Hal. 62
[2] Antonius Slamet. Buku Pelengkap Bahasa Indonesia 2A, untuk kelas II Semester 3.
Semarang : CV. Surya Angkasa. 2007. Hal. 28
[3] Ibid. Hal. 74
[4] Ibid. Hal. 68
[5] Muryani. Bahasa Indonesia, SMA Kelas X Semseter 1. Depok : CV. Bina
Pustaka.2006. hal. 52
[6] Ibid. Hal. 53
[7] Ibid. Hal. 79
[8] Ibid. Hal. 19
[9] Syaifullah. Belajar Efektif Bahasa Indonesia, SMA Semester 2. Surakarta : CV. Media
Karya Putra. 2006. Hal. 20

Anda mungkin juga menyukai