LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN NEUROLOGI
1.1. IDENTIFIKASI
1.2
Nama
: Ny. K
Umur
: 59 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
MRS Tanggal
: 23 Mei 2015
ANAMNESA
Penderita di rawat di bangsal syaraf RSUD Palembang BARI karena tidak
bisa berjalan yang disebabkan kelemahan tungkai kiri dan lengan kiri, secara tibatiba.
Sejak 1 hari SMRS, saat penderita beraktivitas (berjalan pulang
kerumah), tiba-tiba penderita jatuh dan mengalami kelemehan pada tungkai kiri
dan lengan kiri tanpa disertai penurunan kesadaran. Saat serangan penderita
mengeluh sakit kepala, mual, muntah tidak ada, kejang tidak ada dan tidak ada
gangguan rasa pada sisi yang lemah. Pada saat serangan, penderita tidak
mengalami jantung berdebar- debar disertai sesak nafas. Kelemahan pada tungkai
kiri dan lengan kiri sama berat. Sehari-hari penderita menggunakan tangan kanan.
Penderita dapat mengungkapkan isi pikiranya baik secara lisan, tulisan dan
isyarat. Penderita dapat mengerti isi pikiran orang lain, baik secara lisan, tulisan
dan isyarat. Mulut penderita mengot dan bicara pelo ada.
Riwayat hipertensi ada sejak 1tahun, berobat teratur, riwayat kencing
manis ada sejak 1 tahun, berobat teratur, riwayat penyakit jantung disangkal.
Keluhan ini baru pertama kalinya dirasakan.
1.3
PEMERIKSAAN FISIK
1
A. Status Praesens
Kesadaran
Status Internus
M6, V5)
Paru:Vesikuler(+),wheezing(-),ronkhi(-)
Nadi
Lien
: 108 x/menit
Pernapasan
TD
: 24 x/menit
: Tidak teraba
: 180/96 mmHg
< 2
Genitalia : Tidak diperiksa
Status Psikiatrikus
Sikap
: Kooperatif
Perhatian : Ada
B. Status Neurologikus
Kontak Psikis
1. KEPALA
Bentuk : Brachiocephali
Ukuran : Normocephali
Simetris : Simetris
2. LEHER
Sikap
: Lurus
Torticolis : Tidak ada
Kaku kuduk: Tidak ada
: ada
Deformitas
: Tidak ada
Tumor
: Tidak ada
Kanan
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Campus Visi :
Kiri
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Anopsia :
Hemianopsia :
Fundus Oculi
- Papil edema :
- Papil atrofi :
- Perdarahan retina:
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Kiri
Tidak ada
Simetris
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Pupil
- Bentuknya
Bulat
Bulat
- Besanya
3 mm
3 mm
- Isokori/anisokor
Isokor
Isokor
- Midriasis/miosis
Miosis
Miosis
- Refleks cahaya
Langsung
Konsensuil
Akomodasi
- Argyl Robertson
+
+
+
+
+
+
Tidak ada
Tidak ada
Kiri
Kuat
Kuat
Tidak ada
Tidak ada
- Refleks kornea
Normal
Normal
Normal
Normal
Sensorik
- Dahi
- Pipi
Normal
Normal
- Dagu
Normal
Normal
5. N. Facialis
Motorik
Kanan
Kiri
- Mengerutkan dahi
:
Datar
Normal
- Menutup mata
: Logaphtalmus Positif Logaphtalmus negatif
- Menunjukkan gigi
:
Datar
Tidak ada kelainan
- Lipatan nasolabialis :
Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Bentuk Muka
Istirahat
:
Asimetris
Berbicara/bersiul :
Asimetris
Sensorik
- 2/3 depan lidah
Otonom
- Salivasi
- Lakrimasi
Chvosteks sign
6. N. Cochlearis
Suara bisikan
Detik arloji
Tes Weber
Tes Rinne
Kanan
Kiri
Terdengar
Terdengar
Terdengar
Terdengar
Tidak dilakukan penilaian
Tidak dilakukan penilaian
:
:
:
:
Kiri
Tidak ada kelainan
Gangguan menelan
Suara serak/sengau
Denyut jantung
Refleks
- Muntah
Tidak di periksa
- Batuk
Tidak di periksa
- Okulocardiac :
Tidak di periksa
4
- Sinus carotikus:
Tidak di periksa
Sensorik
- 1/3 belakang lidah:
8. N. Accessorius
Mengangkat bahu :
Memutar kepala :
Kanan
Bisa
Tidak ada hambatan
9. N. Hypoglossus
Menjulurkan lidah:
Fasikulasi
:
Atrofi papil
:
Disartria
:
Kanan
Mencong
Kiri
Tidak Bisa
Tidak ada hambatan
Kiri
Lurus
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
D. KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis
: Tidak ada
Lordosis
: Tidak ada
Gibbus
: Tidak ada
Deformitas
: Tidak ada
Tumor
: Tidak ada
Meningocele
: Tidak ada
Hematoma
: Tidak ada
Nyeri ketok
: Tidak ada
Kanan
Kiri
Gerakan
Cukup
Kurang
Kekuatan
Tonus
Normal
Meningkat
Refleks fisiologis
-
Biceps
Normal
Meningkat
Triceps
Normal
Meningkat
Radius
Normal
Meningkat
Ulna
Normal
- Refleks patologis
Hoffman Ttromner
- Trofik
Eutrofi
Meningkat
Negatif
Eutrofi
TUNGKAI
Kanan
Kiri
Gerakan
Cukup
Kurang
Kekuatan
Tonus
Normal
Meningkat
Klonus
-
Paha
Tidak ada
Tidak ada
Kaki
Tidak ada
Tidak ada
- Refleks fisiologis
-
KPR
Normal
Meningkat
APR
Normal
Meningkat
- Refleks patologis
Babinsky
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Rossolimo
Mendel Bechterew
- Refleks kulit perut
Atas
Tengah
Bawah
- Tropik
+
+
+
+
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Eutrofi
Sensorik:
Kanan
Kiri
Tidak ada
Tidak ada
Kernig Sign
Tidak ada
Tidak ada
Lasseque Sign
Tidak ada
Tidak ada
- Neck Sign
Tidak ada
Tidak ada
- Cheek Sign
Tidak ada
Brudzinsky
Tidak ada
Tidak ada
- Leg I
Tidak ada
Tidak ada
- Leg II
Tidak ada
Tidak ada
Ataxia
: Tidak ada
Romberg
: Tidak ada
Hemiplegic
: Tidak ada
Dysmetri
: Tidak ada
Scissor
: Tidak ada
- jari-jari
: Tidakbisa dinilai
Histeric
: Tidak ada
Limping
: Tidak ada
Steppage
: Tidak ada
Trunk Ataxia
: Tidak ada
Limb Ataxia
: Tidak ada
GERAKAN ABNORMAL
Tremor
: Tidak ada
Chorea
: Tidak ada
Athetosis
: Tidak ada
Ballismus
: Tidak ada
Dystoni
: Tidak ada
Myocloni
: Tidak ada
FUNGSI VEGETATIF
Miksi
Defekasi
Ereksi
: Tidak diperiksa
8
FUNGSI LUHUR
Afasia motorik
: tTdak ada
Afasia sensorik
: Tidak ada
Apraksia
: Tidak ada
Agrafia
: Tidak ada
Alexia
: Tidak ada
Afasia nominal
Laboratorium
: Tidak ada
Pemeriksaan
Hb
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Hitung Jenis
Hasil
13,4
15.300
294.000
38
Satuan
g/dL
/UL
/UL
%
Nilai Normal
12-14
5000-10000
150.000-400.000
40-48
Basofil
0-1
Eosinofil
1-3
Batang
2-6
Segmen
74
50-70
Limfosit
18
20-40
2-8
Monosit
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa
9
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa
Arteriography
: Tidak diperiksa
Electrocardiography
: Tidak diperiksa
Pneumography
: Tidak diperiksa
10
PEMERIKSAAN
Status Generalis
Kesadaran
TD
: 180/96 mmHg
Status Neurologicus
Nn. Cranialis
: Nervus VII
Nervus XII
Fungsi Motorik
LENGAN
Kanan
Kiri
Gerakan
Cukup
Kurang
Kekuatan
Tonus
Normal
meningkat
Refleks fisiologis
-
Biceps
Normal
Meningkat
Triceps
Normal
Meningkat
Radius
Normal
Meningkat
Ulna
Normal
Meningkat
Refleks patologis
-
Hoffman Ttromner
Negatif
Trofik
Eutrofi
TUNGKAI
Kanan
Kiri
Gerakan
Cukup
Kurang
Kekuatan
Tonus
Normal
Meningkat
Klonus
-
Paha
Tidak ada
Tidak ada
Kaki
Tidak ada
Tidak ada
Refleks fisiologis
11
KPR
Normal
Meningkat
APR
Normal
Meningkat
Refleks patologis
-
Babinsky
Tidak ada
Ada
Chaddock
Tidak ada
Ada
Oppenheim
Tidak ada
Ada
Gordon
Tidak ada
Ada
Schaeffer
Tidak ada
Tidak ada
Rossolimo
Tidak ada
Tidak ada
Mendel Bechterew
Tidak ada
Tidak ada
DIAGNOSADIAGNOSA KLINIK
: Kapsula Interna
DIAGNOSA ETIOLOGI
TATALAKSANA
a. Perawatan
1) Bed rest
2) Diet bubur
b. Medikamentosa
1) IVFD RL gtt XX
2) Citicolin 2x500 mg iv
3) Ranitidin 2x1 amp iv
4) Aspilet 1x80mg
5) Metformin tt 3x50 mg
6) Amlodipin 5 mg
7) Neurodex 2x1 tab
PROGNOSA
Quo ad Vitam
: dubia ad bonam
Quo ad Functionam
: dubia ad bonam
12
FOLLOW UP
Tanggal /
Perjalanan Penyakit
Pukul
24 Mei
2015 /
06.00 wib
Kesadaran : E4M6V5
TD
: 170/80 mmHg
13
Instruksi
IVFD RL gtt XX
Citicolin 2x500
mg iv
Ranitidin
amp iv
Aspilet 1x80mg
Metformin
tt
2x1
Nadi
: 85 x/menit
RR
: 21 x/menit
Temp
: 36.5 0C
Status Neurologikus
Nn. Cranialis: N. Facialis
Kanan
-
kiri
Mengerutkan dahi
normal
Menutup mata
datar
logoftalmus (+)
(+)
-
Menunjukan gigi
datar
normal
Lipat nasolabialis
datar
normal
N. Hypoglosus
Menjukurkan lidah
mengot
lurus
Fungsi Motorik
LENGAN
Ka
Gerakan
cukup
Kekuatan
Tonus
Ki
kurang
2
normal
meningkat
Refleks fisiologis
Triceps
normal
meningkat
Radius normal
meningkat
Ulna
meningkat
normal
TUNGKAI
Kanan
Gerakan
cukup
Kekuatan
Tonus
Kiri
kurang
2
normal
meningkat
Klonus
14
3x50 mg
Amlodipin 5 mg
Neurodex 2x1 tab
Paha
tidak ada
tidak ada
Kaki
tidak ada
tidak ada
Refleks fisiologis
K P R normal
meningkat
A P R normal
meningkat
Refleks patologis
Babinsky
tidak ada
ada
chadock
tidak ada
ada
Gordon
tidak ada
ada
Schaeffer
tidak ada
ada
2015 /
06.30 wib
Kesadaran : E4M6V5
TD
: 170/80 mmHg
Nadi
: 85 x/menit
RR
: 21 x/menit
Temp
: 36.5 0C
Mengerutkan dahi
normal
Menutup mata
IVFD RL gtt XX
Citicolin 2x500
mg iv
Ranitidin
amp iv
Aspilet 1x80mg
Metformin
tt
3x50 mg
Amlodipin 5 mg
Status Neurologikus
kiri
datar
logoftalmus (+)
15
2x1
(+)
-
Menunjukan gigi
datar
normal
Lipat nasolabialis
datar
normal
N. Hypoglosus
Menjukurkan lidah
mengot
lurus
Fungsi Motorik
LENGAN
Ka
Gerakan
cukup
Kekuatan
Tonus
normal
Ki
kurang
2
meningkat
Refleks fisiologis
Triceps
normal
meningkat
Radius normal
meningkat
Ulna
meningkat
normal
TUNGKAI
Kanan
Gerakan
cukup
Kekuatan
Tonus
Kiri
kurang
2
normal
meningkat
Klonus
Paha
tidak ada
tidak ada
Kaki
tidak ada
tidak ada
Refleks fisiologis
K P R normal
meningkat
A P R normal
meningkat
Refleks patologis
Babinsky
tidak ada
ada
chadock
tidak ada
ada
Gordon
tidak ada
ada
Schaeffer
tidak ada
ada
16
Perjalanan Penyakit
Pukul
26 Mei
2015 / 06.30
wib
Instruksi
IVFD RL gtt
XX
Citicolin 2x500
mg iv
Ranitidin
amp iv
Aspilet
1x80mg
Metformin
tt
3x50 mg
Amlodipin
mg
Neurodex 2x1
Kesadaran : E4M6V5
TD
: 160/90 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
RR
: 24 x/menit
Temp
: 36.7 0C
Status Neurologikus
Nn. Cranialis: N. Facialis
Kanan
-
Mengerutkan
dahi
kiri
datar
normal
Menutup mata logoftalmus (+)
Menunjukan
gigi
(+)
datar
normal
Lipat
datar
nasolabialis
normal
N. Hypoglosus
Menjukurkan lidah
mengot
Fungsi Motorik
17
lurus
tab
2x1
LENGAN
Ka
Ki
Gerakan
cukup
Kekuatan
Tonus
kurang
2
normal
meningkat
Refleks fisiologis
Triceps
normal
meningkat
Radius normal
meningkat
Ulna
meningkat
normal
TUNGKAI
Kanan
Kiri
Gerakan
cukup
kurang
Kekuatan
Tonus
normal
meningkat
Klonus
Paha
tidak ada
tidak ada
Kaki
tidak ada
tidak ada
Refleks fisiologis
K P R normal
meningkat
A P R normal
meningkat
Refleks patologis
Babinsky
tidak ada
ada
chadock
tidak ada
ada
Gordon
tidak ada
ada
Schaeffer
tidak ada
ada
18
IVFD RL gtt
2015 / 06.30
wib
Kesadaran : E4M6V5
TD
: 160/90 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
Temp
: 37.3 0C
Status Neurologikus
Kanan
Mengerutkan
kiri
dahi
datar
normal
Menutup mata logoftalmus (+)
(+)
Menunjukan
normal
Lipat
gigi
datar
nasolabialis
datar
normal
N. Hypoglosus
Menjukurkan lidah
mengot
lurus
Fungsi Motorik
LENGAN
Ka
Ki
Gerakan
cukup
Kekuatan
Tonus
kurang
2
normal
meningkat
Refleks fisiologis
Triceps
normal
meningkat
Radius normal
meningkat
Ulna
meningkat
normal
19
XX
Citicolin 2x500
mg iv
Ranitidin
amp iv
Aspilet
1x80mg
Metformin
tt
3x50 mg
Amlodipin
2x1
mg
TUNGKAI
Kanan
Kiri
Gerakan
cukup
kurang
Kekuatan
Tonus
normal
meningkat
Klonus
Paha
tidak ada
tidak ada
Kaki
tidak ada
tidak ada
Refleks fisiologis
K P R normal
meningkat
A P R normal
meningkat
Refleks patologis
Babinsky
tidak ada
ada
chadock
tidak ada
ada
Gordon
tidak ada
ada
Schaeffer
tidak ada
ada
IVFD RL gtt
XX
Citicolin 2x500
mg iv
Ranitidin
amp iv
Aspilet
1x80mg
Metformin
tt
3x50 mg
Amlodipin
Kesadaran : E4M6V5
TD
: 160/90 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
Temp
: 37.3 0C
Status Neurologikus
20
2x1
mg
Neurodex 2x1 tab
Kanan
-
Mengerutkan
kiri
dahi
normal
Menutup mata
datar
logoftalmus (+)
(+)
-
Menunjukan
normal
Lipat
gigi
datar
nasolabialis
datar
normal
N. Hypoglosus
Menjukurkan lidah
mengot
lurus
Fungsi Motorik
LENGAN
Ka
Ki
Gerakan
cukup
Kekuatan
Tonus
kurang
2
normal
meningkat
Refleks fisiologis
Triceps
normal
meningkat
Radius normal
meningkat
Ulna
meningkat
normal
TUNGKAI
Kanan
Kiri
Gerakan
cukup
kurang
Kekuatan
Tonus
normal
meningkat
Klonus
Paha
tidak ada
tidak ada
Kaki
tidak ada
tidak ada
Refleks fisiologis
K P R normal
meningkat
21
A P R normal
meningkat
Refleks patologis
Babinsky
tidak ada
ada
chadock
tidak ada
ada
Gordon
tidak ada
ada
Schaeffer
tidak ada
ada
IVFD RL gtt
XX
Citicolin 2x500
mg iv
Ranitidin
amp iv
Aspilet
1x80mg
Metformin
tt
3x50 mg
Amlodipin
Kesadaran : E4M6V5
TD
: 140/70 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
RR
: 20 x/menit
Temp
: 36,2 0C
Status Neurologikus
Nn. Cranialis: N. Facialis
Kanan
-
Mengerutkan
dahi
kiri
datar
normal
Menutup mata logoftalmus (+)
(+)
Menunjukan
normal
Lipat
gigi
nasolabialis
normal
N. Hypoglosus
22
datar
datar
mg
Neurodex 2x1 tab
2x1
Menjukurkan lidah
mengot
lurus
Fungsi Motorik
LENGAN
Ka
Ki
Gerakan
cukup
Kekuatan
Tonus
kurang
2
normal
meningkat
Refleks fisiologis
Triceps
normal
meningkat
Radius normal
meningkat
Ulna
meningkat
normal
TUNGKAI
Kanan
Kiri
Gerakan
cukup
kurang
Kekuatan
Tonus
normal
meningkat
Klonus
Paha
tidak ada
tidak ada
Kaki
tidak ada
tidak ada
Refleks fisiologis
K P R normal
meningkat
A P R normal
meningkat
Refleks patologis
Babinsky
tidak ada
ada
chadock
tidak ada
ada
Gordon
tidak ada
ada
Schaeffer
tidak ada
ada
23
29 Mei
2015 / 06.30
wib
IVFD RL gtt
XX
Citicolin 2x500
mg iv
Ranitidin
amp iv
Aspilet
1x80mg
Metformin
tt
3x50 mg
Amlodipin
Kesadaran : E4M6V5
TD
: 160/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 22 x/menit
Temp
: 36.0 0C
Status Neurologikus
Nn. Cranialis: N. Facialis
Kanan
-
Mengerutkan
kiri
dahi
normal
Menutup mata
datar
logoftalmus (+)
(+)
-
Menunjukan
normal
Lipat
gigi
datar
nasolabialis
datar
normal
N. Hypoglosus
Menjukurkan lidah
mengot
lurus
Fungsi Motorik
LENGAN
Ka
Ki
Gerakan
cukup
Kekuatan
Tonus
kurang
2
normal
meningkat
Refleks fisiologis
Triceps
normal
meningkat
Radius normal
meningkat
Ulna
meningkat
normal
24
mg
Neurodex 2x1 tab
2x1
TUNGKAI
Kanan
Kiri
Gerakan
cukup
kurang
Kekuatan
Tonus
normal
meningkat
Klonus
Paha
tidak ada
tidak ada
Kaki
tidak ada
tidak ada
Refleks fisiologis
K P R normal
meningkat
A P R normal
meningkat
Refleks patologis
Babinsky
tidak ada
ada
chadock
tidak ada
ada
Gordon
tidak ada
ada
Schaeffer
tidak ada
ada
IVFD RL gtt
XX
Citicolin 2x500
mg iv
Ranitidin
amp iv
Aspilet
1x80mg
Metformin
Kesadaran : E4M6V5
TD
: 170/70 mmHg
Nadi
: 92 x/menit
RR
: 22 x/menit
Temp
: 36,7 0C
3x50 mg
25
2x1
tt
Status Neurologikus
Nn. Cranialis: N. Facialis
-
mg
Kanan
kiri
dahi
datar
Mengerutkan
normal
Menutup mata logoftalmus (+)
(+)
Menunjukan
normal
Lipat
gigi
datar
nasolabialis
datar
normal
N. Hypoglosus
Menjukurkan lidah
mengot
lurus
Fungsi Motorik
LENGAN
Ka
Ki
Gerakan
cukup
Kekuatan
Tonus
kurang
2
normal
meningkat
Refleks fisiologis
Triceps
normal
meningkat
Radius normal
meningkat
Ulna
meningkat
normal
TUNGKAI
Kanan
Kiri
Gerakan
cukup
kurang
Kekuatan
Tonus
normal
meningkat
Klonus
Paha
tidak ada
tidak ada
Kaki
tidak ada
tidak ada
26
Amlodipin
Refleks fisiologis
K P R normal
meningkat
A P R normal
meningkat
Refleks patologis
Babinsky
tidak ada
ada
chadock
tidak ada
ada
Gordon
tidak ada
ada
Schaeffer
tidak ada
ada
UMN
Pada penderita
(Perifer)/FLAKSID
(Central)/SPASTIK
ditemukan gejala
Hipotonus
Hipertonus
Hipertonus
Hiporefleksi
Hipereflexi
Hipereflexi
Refleks Patologis (-)
Refleks Patologis (+)
Refleks Patologis (+)
Atrofi otot (+)
Atrofi otot (-)
Atrofi otot (-)
Jadi, tipe kelemahan yang dialami penderita yaitu tipe spastik.
Pada Penderita
ditemukan gejala
Otot dahi tidak lumpuh
Tidak ada
Otot orbicularis oculi bagian atas tidak lumpuh
Tidak ada
Otot orbicularis oculi bagian bawah lumpuh
Tidak ada
Otot mimik di daerah pipi dan dagu lumpuh
Ada
Jadi, penderita mengalami parese N.VII sinistra sentral
Gejala parese N.XII sentral
27
Pada penderita
ditemukan gejala
Kelumpuhan otot lidah bagian kontralateral lesi
Ada deviasi lidah
Tidak ada atrofi papil lidah
Tidak ada
Tidak ada fassikulasi/fibrilasi lidah
Tidak ada
Jadi penderita mengalami parese N.XII sinistra sentral
Kesimpulan diagnosa klinik :
Hemiparese sinistra tipe spastik + parese N.VII dan N.XII sinistra tipe
sentral
dextra, gejalanya:
Defisit motorik
Gejala iritatif
lemah
Kelemahan lengan dan tungkai kiri
berat)
Defisit sensorik pada sisi yang
sama berat
Tidak ada gangguan sensibilitas pada
lumpuh
tubuh sebelah kiri
Jadi kemungkinan lesi di cortex cerebri hemisferium dextra dapat
disingkirkan.
Pada
penderita
ditemukan
gejala:
sesisi
Neuron motorik atas di bawah lesi,
Tidak ada
Hemiparese sinistra tipe spastik
28
29
dextra, gejalanya:
Hemiparese/hemiplegi typica
Parese n.VII sinistra sentral
Parese n.XII sinistra sentral
Kelemahan sisi yang lumpuh sama
berat
berat
Jadi kemungkinan lesi di capsula interna hemisferium dextra belum dapat
disingkirkan
Diagnosis topik : Capsula interna hemisferium dextra
DIAGNOSIS BANDING ETIOLOGI
1. Emboli cerebri
2. Trombosis cerebri
3. Hemorragic cerebri
1. Emboli cerebri, gejalanya:
Pada
penderita
ditemukan
gejala:
- Kehilangan kesadaran < 30 menit
- - tidak ada kehilangan kesadara
- Ada arterial fibrilasi
- Tidak ada arterial fibrilasi
- Terjadi saat aktifitas
- Terjadi saat aktifitas ringan
Jadi kemungkinan etiologi emboli cerebri dapat disingkirkan
2. Trombosis cerebri, gejalanya:
Pada penderita ditemukan gejala:
- Tidak ada kehilangan kesadaran
- Tidak ada penurunan kesadaran
- Terjadi saat istirahat
- Terjadi saat beraktivitas ringan
Jadi kemungkinan etiologi trombosis cerebri belum dapat disingkirkan.
1. Hemorragia cerebri, gejalanya:
- Kehilangan kesadaran > 30 menit
- Terjadi saat aktifitas
- Didahului sakit kepala, mual dan
Muntah
disertai muntah dan mual
- Riwayat hipertensi
- Ada riwayat hipertensi
Jadi kemungkinan etiologi hemorragia cerebri dapat disingkirkan
30
Kesimpulan:
DIAGNOSIS ETIOLOGI Stroke Non Hemoragik
DISKUSI
A. Diagnosis Topik : Capsula interna hemisferium dextra
B. Diagnosis etiologi: Stroke Non Hemoragik
31
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Pembuluh Darah Otak
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang
yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah.
Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi
koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak
membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi
mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam
darah arterial.
32
33
34
b. Etiologi
Stroke non hemoragik bisa terjadi akibat suatu dari dua mekanisme
patogenik yaitu trombosis serebri atau emboli serebri.12 Trombosis serebri
menunjukkan oklusi trombotik arteri karotis atau cabangnya, biasanya
karena arterosklerosis yang mendasari. Proses ini sering timbul selama tidur
dan bisa menyebabkan stroke mendadak dan lengkap. Defisit neurologi bisa
timbul progresif dalam beberapa jam atau intermiten dalam beberapa jam
atau hari.12
Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau
cabangnya oleh trombus atau embolisasi materi lain dari sumber proksimal,
seperti bifurkasio arteri karotis atau jantung. Emboli dari bifurkasio karotis
biasanya akibat perdarahan ke dalam plak atau ulserasi di atasnya di sertai
trombus yang tumpang tindih atau pelepasan materi ateromatosa dari plak
sendiri. Embolisme serebri sering di mulai mendadak, tanpa tanda-tanda
disertai nyeri kepala berdenyut.12
2.3. Stroke Non Hemoragik
2.3.1. Klasifikasi Stroke Non Hemoragik
Stroke sebagai diagnosis klinis untuk gambaran manifestasi lesi
vaskular serebral, dapat di bagi dalam :
1. Stroke non hemoragik yang mencakup13
a. TIA (Transient Ischemic Attack)
b. Stroke in-evolution
c. Stroke trombotik
d. Stroke embolik
e. Stroke akibat komperesi terhadap arteri oleh proses di luar
arteri seperti tumor, abses, granuloma.
2. Berdasarkan subtipe penyebab11
a. Stroke lacunar
b. Stroke trombotik pembuluh besar
c. Stroke embolik
35
d. Stroke kriptogenik
36
Riwayat stroke
Seseorang yang pernah memiliki riwayat stoke sebelumnya dalam
waktu lima tahun kemungkinan akan terserang stroke kembali
sebanyak 35% sampai 42%.16
2.
Hipertensi
Hipertensimeningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak
empat sampai enam kali ini sering di sebut the silent killer
danmerupakan risiko utama terjadinya stroke non hemoragik dan
stroke hemoragik.Berdasarkan Klasifikasi menurut JNC 7 yang
dimaksud dengan tekanan darah tinggai apabila tekanan darah
lebih tinggi dari 140/90 mmHg, makin tinggi tekanan darah
kemungkinan stroke makin besar karena mempermudah terjadinya
kerusakan pada dinding pembuluh darah, sehingga mempermudah
terjadinya penyumbatan atau perdarahan otak.16,19
3.
Penyakit jantung
Penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi
otot jantung, paska oprasi jantung juga memperbesar risiko stroke,
yang paling sering menyebabkan stroke adalah fibrilasi atrium,
karena memudahkan terjadinya pengumpulan darah di jantung dan
dapat lepas hingga menyumbat pembuluh darah otak.16
4.
Diabetes mellitus
Kadar gulakosa dalam darah tinggi dapat mengakibatkan
37
TIA
Merupakan serangan-serangan defisit neurologik yang
mendadak dan singkat akibat iskemik otak fokal yang cenderung
membaik dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan berfariasi
tapi biasanya 24 jam.Satu dari seratus orang dewasa di perkirakan
akan mengalami paling sedikit satu kali TIA seumur hidup
mereka, jika diobati dengan benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini
akan mengalami stroke dalam 3,5 bulan setelah serangan pertama,
dan sekitar 1/3 akan terkena stroke dalam lima tahun setelah
serangan pertama.11,20
6.
Hiperkolesterol
Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan
asam lemak bebas.Kolesterol dan trigliserida adalah jenis lipid
yang relatif mempunyai makna klinis penting sehubungan dengan
aterogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma sehingga lipid terikat
dengan protein sebagai mekanisme transpor dalam serum, ikatan
ini menghasilkan empat kelas utama lipuprotein yaitu kilomikron,
lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL), lipoprotein densitas
rendah (LDL), dan lipoprotein densitas tinggi (HDL).
Dari keempat lipo protein LDL yang paling tinggi kadar
kolesterolnya, VLDL paling tinggi kadar trigliseridanya, kadar
protein tertinggi terdapat pada HDL. Hiperlipidemia menyatakan
peningkatan kolesterol dan atau trigliserida serum di atas batas
normal, kondisi ini secara langsung atau tidak langsung
meningkatkan risiko stroke, merusak dinding pembuluh darah dan
38
Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia,
dan
diabetes
melitus.Prevalensinya
meningkat
dengan
Merokok
Merokok meningkatkan risiko terjadinya stroke hampir dua
kali lipat, dan perokok pasif berisiko terkena stroke 1,2 kali lebih
besar. Nikotin dan karbondioksida yang ada pada rokok
menyebabkan kelainan pada dinding pembuluh darah, di samping
itu juga mempengaruhi komposisi darah sehingga mempermudah
terjadinya proses gumpalan darah.Berdasarkan penelitian Siregar
F (2002) di RSUD Haji Adam Malik Medan kebiasaan merokok
meningkatkan risiko terkena stroke sebesar empat kali.16,5
2.3.3. Patofisiologi
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel
penunjang yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan
pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama
sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi neuron berbeda39
beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (12001400 gram) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20%
oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial. Dalam
jumlah normal darah yang mengalir ke otak sebanyak 50-60ml per
100 gram jaringan otak per menit. Jumlah darah yang diperlukan
untuk seluruh otak adalah 700-840 ml/menit, dari jumlah darah itu di
salurkan melalui arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis
(dekstra dan sinistra), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak
disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior, yang kedua adalah
vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak
disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior, selanjutnya
sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri
serebrum posterior membentuk suatu sirkulus Willisi.5,13
Gangguan pasokan darah otak dapat terjadi dimana saja di
dalam arteri-arteri yang membentuk sirkulus willisi serta cabangcabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak
terputus 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian
jaringan. Perlu di ingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu
menyebabkan infark di daerah otak yang di perdarahi oleh arteri
tersebut dikarenakan masih terdapat sirkulasi kolateral yang memadai
ke daerah tersebut. Proses patologik yang sering mendasari dari
berbagi proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang
memperdarhai otak diantaranya dapat berupa :11
1. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti pada
aterosklerosis dan thrombosis.
2. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah,
misalnya syok atau hiperviskositas darah.
3. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang
berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium.
Dari gangguan pasokan darah yang ada di otak tersebut dapat
40
41
Fungsi
Penemuan
klinis
Penciuman
dengan lesi
Anosmia (hilangnya daya
Penglihatan
Gerak mata; kontriksi
penghidu)
Amaurosis
Diplopia (penglihatan
pupil; akomodasi
kembar), ptosis;
midriasis; hilangnya
IV: Troklearis
V: Trigeminus
VI: Abdusen
VII: Fasialis
Gerak mata
Sensasi umum wajah,
akomodasi
Diplopia
mati rasa pada wajah;
gerak mengunyah
Gerak mata
Pengecapan; sensasi
Diplopia
Hilangnya kemampuan
42
VIII: Vestibulokoklearis
IX: Glosofaringeus
X: Vagus
kelenjar lakrimalis,
submandibula dan
terus menerus);
Pengecapan; sensasi
vertigo;nitagmus
Hilangnya daya
pengecapan pada
telinga; mengangkat
parotis
Pengecapan; sensasi
paralisis palatum
XII: Hipoglosus
abdomen
Fonasi; gerakan kepala;
Gerak lidah
bahu
Kelemahan dan pelayuan
lidah
Gejala klinis tersering yang terjadi yaitu hemiparese yang
dimana Pendeita stroke non hemoragik yang mengalami infrak bagian
hemisfer otak kiri akan mengakibatkan terjadinya kelumpuhan pada
sebalah kanan, dan begitu pula sebaliknya dan sebagian juga terjadi
Hemiparese dupleks, pendeita stroke non hemoragik yang mengalami
hemiparesesi dupleks akan mengakibatkan terjadinya kelemahan pada
kedua bagian tubuh sekaligus bahkan dapat sampai mengakibatkan
kelumpuhan.26
Gambaran klinis utama yang berkaitan dengan insufisiensi arteri
ke otak mungkin berkaitan dengan pengelompokan gejala dan tanda
43
2.
3.
4.
5.
disorientasi
j. Gangguan penglihatan dan pendengaran
Arteri serebri posterior
a. Koma
b. Hemiparese kontralateral
c. Afasia visual atau buta kata (aleksia)
44
d. Kelumpuhan
saraf
kranialis
ketiga:
hemianopsia,
koreoatetosis.
2.3.6. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan stroke adalah sebagai berikut:
a. Non medikamentosa
Konsultasi, informasi, edukasi yaitu memberi informasi keadaan pasien
(stroke,jenis,etiologi), penjelasan tentang stroke dan jenisnya, penyebab
stroke pada pasien ini, prognosis dan lain sebagainya.
b. Medikamentosa
1) Obat antihipertensi
i. Ace inhibitor : captropil, enalapril, fosinopril, ramipril, quinapril
ii. Beta bloker : atenolol, propanolon, timolol, metoprolol
iii. Kalsium channel blocker : nifedipine, verapamil
iv. Diuretik : bumetanid, furosemid, hidroclorothiazid, spironolactone
v. Antiadrenergik : prazosin, terazosin, doxazosin
2) Stroke Iskemik (Guideline Stroke, 2007)
Terapi spesifik pada stroke iskemik akut atas dasar patofisiologinya
i.
ii.
fibrin.
3) Obat neuroprotektif
Seperti citicholin, piracetam
4) Obat anti edema
i.
Edema sitotoksik
Manitol, diberikan manitol 25% dalam dosis 6 x 100 cc (0,5
mg/kg), tiap 100 cc dihabiskan dalam 15-20 menit. Serum
osmolalitas harus dipantau antara 300-320 mOs. Manitol dapat
mengurangi edema sitotoksik, memperbaiki mikrosirkulasi,
menstabilkan aliran darah kortikal, dan lain sebagainya.
Gliserol oral diberikan dalam dosis 0,5 mg/Kg dan per infuse 10%
ii.
membran,
furosemid
yaitu
memperlancar
45
46
47
Diterima alat dengar pusat otak primer dan sekunder area 41 & 42
pusat otak asosiatif: area wernicke (area 22) kata yang didengar akan
dipahami girus angularis (area 39) tempat pola kata-kata
dibayangkan lewat area wernicke di fasikulus arkuatus area broca:
gerakan motorik pembicaraan area motorik primer (area 4) otot-otot
lidah untuk ucapan area motorik suplementer (area 6) agar
ucapan/gerakan lidah menjadi jelas.
Adapun proses bahasa visual adalah sebagai berikut:
Diterima alat visual pusat otak primer penglihatan: area 17 pusat
otak asosiasi penglihatan: area 18 & 19 (di sini terjadi pengenalan
informasi) girus angularis area wernicke area broca (gerakan
pembicaraan) area motorik primer dan suplementer, sehingga pada
akhirnya tulisan dapat dimengerti.
Temuan klinis yang penting paling penting pada afasia Broca/afasia
motorik adalah berkurangnya ataupun tidak dapat sama sekali untuk
memproduksi bahasa. Pasien masih dapat mengerti kata-kata, namun
memproduksi kalimat yang salah dan mengganti atau menukar bunyi
dari kata-kata.
c. Fungsi memori (ingatan)
Yaitu kemampuan seseorang untuk menyimpan informasi/pengalaman
dan mengemukakannya setiap saat. Jenis memori yaitu immediate
memory (korteks prefrontal, milidetik), recent memory (hipokampus,
lobus temporal, beberapa detik sampai beberapa menit) dan remote
memory (didistribusikan ke hampir seluruh hemisfer cerebri lobus
frontal, jam, hari, bulan, tahun ingatan permanen).
d. Fungsi emosi
Yaitu perasaan kompleks (menyenangkan atau tidak menyenangkan)
pada organisme. Fungsi emosi melibatkan perubahan aktivitas organ
tubuh terutama organ visceral dan berada di bawah kontrol sistem saraf
otonom. Adapun komponen emosi yaitu stimulus (real atau khayalan),
afek atau perasaan, perubahan aktivitas otonom organ visceral dan
dorongan aktivitas atau perilaku tertentu.
e. Fungsi visuospatial
48
b. Regulasi minum
Lesi di nucleus ventromedialis bisa membangkitkan adipsia (hilang rasa
haus) dan polifagia (rakus). Mungkin ada 2 pusat dihipotalamus yang
secara bebas mengurus intake air. Yang pertama ialah kelola neuronal
yang dilakukan oleh inti rentromedial, yang kedua ialah kelola
neurohormonal melalui hormone antidiuretik (ADH). Pusat haus
neuronal bekerja secara reflektorik atas stimulasi akibat kekeringan
mukosa rongga mulut dan kekurangan air didalam tubuh. ADH ikut
mempengaruhi rasa haus dengan mengatur keseimbangan air melalui
reabsorbsi air ditubulus distal dari nefron.
c. Regulasi makan
49
Inti yang dinamakan pusat makan (pusat lapar) ialah nucleus latelaris
hipotalami dan pusat kenyang yang terletak di nucleus ventromedialis
hipotalami. Lesi di nucleus ventromedialis hipotalami menimbulkan
hiperfagia dan obesitas.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Hemiparese
Kiri.
Media
Medika
Indonesia.
Surakarta,
2.
2008.
Rambe AS. Sekilas Tentang Definisi, Penyebab, Efek, Dan Faktor Risiko.
3.
4.
5.
6.
7.
50
8.
9.
Lampung, 2010.
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta
10.
11.
12.
13.
14.
Jakarta. 2010.
Noeryanto M. Masalah-masalah Dalam Stroke Akut, Temu Regional
Neurologi, Universitas Diponegoro. Semarang, 2002.dalam Standard
Pelayanan Minimal Tatalaksana Stroke Non Hemoragik Fase Akut Dan
Pfevensi Skunder.2011. http://standar-pelayanan-minimal-tatalaksana.html
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
51
23.
USU.medan.2010.
Andaka D. Normalkah
Body
Mass
Index
(BMI)
Anda?.2008.
http://www.andaka.com/normalkah-body-mass-index-bmi-anda.php.
24.
(30
Mei 2015)
Lamsudin R. Algoritma Stroke Gajah Mada Penyusunan Dan Validasi
Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral Dengan Stroke
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
Jakarta, 2005.
Arikunto, S, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
35.
Jakarta, 2006.
Pujarini LA. Dislipidemia pada Penderita Stroke dengan Demensia di RS
36.
52