Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Adanya material panas pada kedalaman beberapa ribu kilometer di bawah
permukaan bumi menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber panas hingga
ke pemukaan. Hal ini menyebabkan tejadinya perubahan temperatur dari bawah
hingga ke permukaan bumi, dengan gradien temperatur rata-rata sebesar 30
0

C/km.

Pada dasarnya sistem panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari
suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara
konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan
perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan
suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi
karena gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai
kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak
dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga
temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini
menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin
bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.
Karena alasan-alasan di atas tersebut maka makalah ini kami buat.

I.2 Tujuan
Mengetahui bagaimana proses sistem panas bumi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.1 Hukum Fourier


Pada prinsipnya, proses perpindahan panas didalam benda padat akan terjadi
secara konduksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi karena suatu system
memiliki temperature yang berbeda dari sumber dengan sekelilingnya (Gerald,
1994). Arah perpindahan panas adalah dari daerah yang temperaturnya tinggi ke
daerah yang temperaturnya rendah. Cara perpindahan panas dapat terjadi melalui
3 macam proses, yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi. Dalam makalah ini hanya
membahas perpindahan panas secara konduksi (Anonim, 2013).
Proses perpindahan panas secara konduksi, yaitu aliran panas terjadi karena
adanya transfer energy dari satu molekul ke molekul lainnya tanpa molekul
tersebut berpindah ke tempat lain tetapi hanya mengalami getaran. Teori
perpindahan panas secara konduksi diformulasikan dalam hukum Fourier untuk
menentukan besarnya kalori Q yang dapat bepindah setiap detik dalam medium.
Besarnya perpindahan kalor dalam suatu medium sebanding dengan gradient
temperature (Incropera, 1981).
Difusi konduksi panas dapat melalui benda padat atau melalui fluida yang diam.
Hukum yang menentukan dapat dinyatakan dengan singkat melalui persamaan
secara matematik. Untuk mendapatkan solusi persamaan tersebut dapat
diselesaikan secara analitik dalam kasus-kasus tertentu, secara analogi grafik, dan
secara metode numerik digunakan untuk kasus-kasus yang lebih sulit
penyelesaiannya secara analitik (Anonim, 2013).
Persamaan umum transfer panas dalam medium secara konduksi adalah
memenuhi persamaan Laplace yang merupakan hasil dari gabungan persamaan
hukum Fourier laju aliran panas dan persamaan aliran atau biasa dikenal dengan

persamaaan kontinuitas. Perpindahan energy panas secara konduksi atau dikenal


dengan hukum Fourier adalah (Anonim, 2013):
q=k

dT
dT
Q=kA
dl
dl

Dengan q adalah kecepatan kalor atau fluks panas.


I.2 Suhu Bawah Permukaan

Gambar 2.1 Suhu bawah permukaan (Supriyanto,2006)


Semakin ke bawah, temperatur bawah permukaan bumi semakin meningkat atau
semakin panas. Panas yang berasal dari dalam bumi dihasilkan dari reaksi
peluruhan unsur-unsur radioaktif seperti uranium dan potassium. Reaksi nuklir
yang sama saat ini masih terjadi di matahari dan bintang-bintang yang tersebar di
jagad raya. Reaksi ini menghasilkan panas hingga jutaan derajat celcius.
Permukaan bumi pada awal terbentuknya juga memiliki panas yang dahsyat.
Namun setelah melewati masa milyaran tahun, temperatur bumi terus menurun
dan saat ini sisa-sisa reaksi nuklir tersebut hanya terdapat dibagian inti bumi saja.
Pada kedalaman 10.000 meter atau 33.000 feet, energi panas yang dihasilkan bisa
mencapai 50.000 kali dari jumlah energi seluruh cadangan minyak bumi dan gas
3

alam yang masih tersimpan di dunia. Inilah yang menjadi sumber energi panas
bumi (Anonim, 2013).
I.3 Intrusi Magma

Gambar 2.2 Intrusi magma (supriyanto,2006).


Intrusi magma yang terakumulasi di perut gunung api masih memiliki temperatur
sekitar 700C hingga 1600C dan masih memiliki tekanan yang sedemikian kuat
sehingga terus mendorong ke atas dan menerobos rekahan-rekahan yang akhirnya
keluar ke permukaan menjadi lava. Foto diatas memperlihatkan lava panas
berwarna merah yang keluar dari dalam bumi dimana efek tekanan dari bawah
membuat lava tersebut terdorong atau tersembur ke udara hingga ketinggian
beberapa ratus meter. Tidak semua magma keluar menjadi lava, bahkan sebagian
besar magma tetap tersimpan di perut gunung atau di lempeng benua. Magma
tersebut memberikan panasnya kepada batuan yang ditempatinya hingga mampu
merubah struktur dan sifat-sifat batuan disekitarnya dan akhirnya membentuk
mineral-mineral yang beraneka ragam. Batuan yang terpengaruh oleh temperatur
tinggi tersebut secara umum dinamakan batuan alterasi atau batuan yang
mengalami alterasi. Disisi lain, air bawah tanah yang berada disekitar batuan

alterasi akan menjadi air panas atau uap panas yang bertekanan tinggi
(supriyanto,2006).

I.4 Lapisan Bumi

Gambar 2.3 Lapisan bumi (supriyanto,2006).


Suatu model lapisan bumi berikut unsur-unsur yang dominan dimasing-masing
lapisan tersebut telah dirilis oleh J. Marvin Herndon dalam CURRENT
SCIENCE, VOL. 88, NO. 7, 10 APRIL 2005. Model tersebut, sebagaimana yang
ditampilkan di atas, merupakan model terakhir yang diakui oleh kalangan
ilmuwan geofisika, meskipun masih diperdebatkan khususnya pada bagian inti
bumi (inner core) apakah keadaannya berupa liquid (cairan) atau solid (padat) atau
plasma? Adapun pada lapisan outer-core, para ilmuwan sepakat bahwa kandungan
unsur pada lapisan tersebut didominasi oleh Fe (iron atau unsur besi)
(supriyanto,2006).
Sementara itu, beberapa pakar dari University College London telah melakukan
simulasi dengan superkomputer Cray T3E untuk mengukur temperatur tinggi yang
bisa melelehkan besi dalam tekanan yang sangat tinggi sebagaimana yang ada di

inti bumi. Hasil simulasi tersebut menunjukkan bahwa titik leleh atau titik lebur
besi adalah pada suhu 6700 Kelvin pada tekanan diantara inner-core dan outercore di perut bumi. Temuan ini mendukung model sebelumnya yang mengatakan
bahwa temperatur inti bumi berkisar pada suhu tersebut(supriyanto,2006).
Dari sini sebuah pertanyaan sainstifik bisa dimunculkan, yaitu darimana inti bumi
mendapatkan energi panas yang dahsyat tersebut? Para ilmuwan masih percaya
bahwa semua itu dihasilkan oleh reaksi fisi nuklir alamiah (geo-reaktor) yang
terjadi di dalam inner-core. Itulah sebabnya dalam model (gambar) di atas,
Herndon menempatkan uranium sebagai unsur yang mendominasi bagian innercore, dimana kita semua tahu bahwa uranium adalah salah satu unsur radioaktif
yang bisa menghasilkan reaksi fisi nuklir. Asumsi akan adanya georeaktor tersebut
cukup tepat untuk menjawab teka-teki mengenai keberadaan isotop helium yang
begitu melimpah, sekaligus juga menjelaskan fenomena variasi medan
geomagnetik bumi (supriyanto,2006).
Mungkin ada baiknya menyaksikan film fiksi-ilmiah berjudul The Core yang
bercerita tentang ekspedisi para ilmuwan menuju inti bumi. Mereka turun ke dasar
bumi dari palung Mariana di samudra Pasifik yang merupakan palung terdalam di
dunia dengan kedalaman mencapai 11 km. Tapi saran saya jangan buru-buru
percaya sama kondisi perut bumi yang ditampilkan dalam film tersebut. Namanya
juga fiksi(supriyanto,2006).

I.5 Proses Tektonik dan Geothermal

Gambar 2.4 proses tektonik (supriyanto,2006).


Kerak bumi (crust) terdiri dari dua jenis lempengan (plate) yaitu lempeng
samudera (oceanic plate) dan lempeng benua (continental plate). Lempeng benua
lebih tebal dibandingkan lempeng samudera. Namun densitas lempeng samudera
lebih besar dari pada lempeng benua. Kedua jenis lempeng tersebut berada dalam
posisi mengapung di atas mantel bumi yang berupa semi-cairan yang sangat panas
yang dikenal dengan magma. Cairan panas tersebut tidak diam, melainkan
berputar atau mengalir mengikuti pola konveksi akibat perbedaan temperatur yang
tinggi antara inti bumi dan mantel bumi. Aliran konveksi tersebut mempengaruhi
kestabilan lempeng benua dan lempeng samudera sehingga lempeng-lempeng
tersebut bergerak bahkan saling bertabrakan satu sama lain. Pada saat lempeng
samudera bertabrakan dengan lempeng benua, karena memiliki desitas lebih
tinggi, maka lempeng samudera melesak atau menunjam (subducting) ke bawah
lempeng benua. Inilah yang terjadi di bagian selatan pulau Jawa dan bagian barat
pulau Sumatera. Lempengan Indo-Australia yang memuat Australia, India dan
Samudera Hindia melesak ke bawah lempeng Eurasia yang memuat benua Asia,
termasuk Indonesia. Pada saat menghunjam ke bagian yang lebih dalam dimana
temperatur dan tekanannya lebih tinggi, lempeng samudera tersebut meleleh
7

menjadi magma. Adanya rekahan-rekahan di bagian lempeng benua sebagai


akibat dari gesekan dan tabrakan tadi membuka jalan bagi magma untuk
menerobos ke atas mendekati permukaan bumi sekaligus mendorong lempeng
benua membentuk gunung api. Proses ini disebut intrusi magma. Sebenarnya,
deretan gunung api semacam inilah yang membentuk Sumatera, Jawa, Bali,
Lombok dan pulau-pulau dengan gunung api lain sampai ke Laut Banda.
Terkadang magma tersebut memperoleh jalan untuk menuju ke permukaan bumi
dan muncul sebagai lava. Ini terjadi pada saat terjadi letusan gunung api
(supriyanto,2006).

Gambar 2.5 Lapisan Bumi (supriyanto,2006).


Secara bahasa, kata geothermal terbentuk dari dua kata yaitu geo yang berarti
bumi dan thermal yang artinya panas. Jadi istilah geothermal sama saja dengan
panas bumi. Geothermal dapat dimaknai sebagai energi panas yang terbentuk
secara alami dibawah permukaan bumi. Perhatikan gambar di atas. Kerak bumi
(crust), yang merupakan lapisan terluar yang keras/padat berupa batu, mampu
menahan aliran panas yang berasal dari bawah permukaan bumi. Sementara
mantel bumi (mantle) merupakan lapisan yang semi-cair atau batuan yang meleleh
atau sedang mengalami perubahan fisik akibat pengaruh tekanan dan temperatur
tinggi disekitarnya. Sedangkan bagian luar dari inti bumi (outer core) berbentuk

liquid. Akhirnya, lapisan terdalam dari inti bumi (inner core) berwujud
padat(supriyanto,2006).

I.6 Reservoir

Gambar 2.6 Reservoir geothermal (supriyanto,2006).


Air hujan (rain water) itu bisa turun dari awan disebabkan oleh pengaruh gravitasi
bumi. Ketika tiba di permukaan bumi air hujan akan merembes ke dalam tanah
melalui saluran pori-pori atau rongga-rongga diantara butir-butir batuan. Bila
jumlah air hujan yang turun cukup deras, maka air tersebut akan mengisi ronggarongga antar butiran sampai penuh atau jenuh. Air hujan yang sudah masuk ke
tanah disebut air tanah. Kalau sudah tidak tertampung lagi, maka air hujan yang
masih dipermukaan akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Ini disebut air
permukaan. Perlu diketahui disini bahwa daya serap (atau lebih dikenal dengan
istilah permeabilitas) masing-masing batuan atau lapisan batuan bervariasi
tergantung jenis batuannya. Di daerah gunung api, dimana terdapat potensi panas
bumi, seringkali ditemukan struktur sesar (fault) dan kaldera (caldera) sebagai
akibat dari letusan gunung maupun aktifitas tektonik lainnya. Keberadaan struktur
tersebut tidak sekedar membuka pori-pori atau rongga-rongga antar butiran
menjadi lebih terbuka, bahkan lebih dari itu mereka menciptakan zona rekahan

(fracture zone) yang cukup lebar dan memanjang secara vertikal atau hampir
vertikal dimana air tanah dengan leluasa menerobos turun ke tempat yang lebih
dalam lagi sampai akhirnya dia berjumpa dengan batuan panas (hot rock). Air
tersebut tidak lagi turun ke bawah, sekarang dia mencari jalan dalam arah
horizontal ke lapisan batuan yang masih bisa diisi oleh air. Seiring dengan
berjalannya waktu, air tersebut terus terakumulasi dan terpanaskan oleh batuan
panas (hot rock). Akibatnya temperatur air meningkat, volume bertambah dan
tekanan menjadi naik. Sebagiannya masih tetap berwujud air panas, namun
sebagian lainnya telah berubah menjadi uap panas. Tekanan yang terus meningkat,
membuat fluida panas tersebut menekan batuan panas yang melingkupinya seraya
mencari jalan terobosan untuk melepaskan tekanan tinggi. Kalau fluida tersebut
menemukan celah yang bisa mengantarnya menuju permukaan bumi, maka akan
dijumpai sejumlah manifestasi sebagaimana yang diterangkan pada halaman
sebelumnya. Namun bila celah itu tidak tersedia, maka fluida panas itu akan tetap
terperangkap disana selamanya. Lokasi tempat fluida panas tersebut dinamakan
reservoir panas bumi (geothermal reservoir). Sementara lapisan batuan dibagian
atasnya dinamakan cap rock yang bersifat impermeabel atau teramat sulit
ditembus oleh fluida (supriyanto,2006).

I.7 Manifestasi

Gambar 2.7 Manifestasi geothermal (supriyanto,2006).


10

Seiring dengan meningkatnya temperatur, volumenya bertambah dan efeknya


tekanan fluida semakin naik. Akhirnya fluida mendesak dan mendorong batuan
sekitarnya atau berusaha menerobos celah-celah antar batuan (fracture) untuk
melepaskan tekanannya. Secara umum, tekanan di sekitar permukaan bumi lebih
rendah dari pada tekanan dibawah permukaan bumi. Berdasarkan hal ini, air panas
maupun uap panas yang terperangkap dibawah permukaan bumi akan berupaya
mencari jalan terobosan supaya bisa keluar ke permukaan bumi (supriyanto,2006).
Ketika mereka menemukan jalan untuk sampai ke permukaan, kita bisa
melihatnya sebagai asap putih yang sesungguhnya adalah uap panas (fumarole),
atau bisa juga mereka keluar dalam wujud cairan membentuk telaga air panas
(hot spring), atau bisa juga berupa lumpur panas (mud pots). Semua fenomena ini
adalah jenis-jenis manifestasi dari keberadaan sistem panas bumi (geothermal
system). Jenis-jenis manifestasi itu Tanah hangat (warm ground), Permukaan
tanah beruap (steaming ground), Mata air panas/hangat (hot/warm spring), Kolam
air panas (Hot Pools), Telaga air panas (hot lake), Fumarole, Geyser, Kubangan
lumpur panas (Nahdi, 2012).

11

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Kata geothermal terbentuk dari dua kata yaitu geo yang berarti bumi dan thermal
yang artinya panas. Jadi istilah geothermal sama saja dengan panas bumi .
Lapisan outer-core, kandungan unsur pada lapisan tersebut didominasi oleh Fe.
Panas dalam inti bumi dihasilkan oleh reaksi fisi nuklir alamiah (geo-reaktor).
Semakin ke bawah, temperatur bawah permukaan bumi semakin . Karena adanya
cairan panas dalam bumi menyebabkan adanya aliran arus konveksi sehingga
menyebabkan lempeng samudera dan benua dapat bergerak dan saling
bertubrukan, karena densitas lempeng samudera tinggi sehingga menunjam ke
bawah lempeng benua. Pada saat menghunjam ke bagian yang lebih dalam
dimana temperatur dan tekanannya lebih tinggi, lempeng samudera tersebut
meleleh menjadi magma. Magma yang keluar disebut intrusi magma dan yang
tetap tinggal karena tidak dapat menerobos keluar akan tetap berada dalam
permukaan bumi. Ketika air hujan tiba di permukaan bumi air hujan akan
merembes ke dalam tanah melalui saluran pori-pori diantara butir-butir batuan.
Zona rekahan yang cukup lebar dan memanjang secara vertikal memungkinkan air
tanah dengan leluasa menerobos turun ke tempat yang lebih dalam lagi sampai
akhirnya dia berjumpa dengan batuan panas (hot rock). air tersebut terus
terakumulasi dan terpanaskan oleh batuan panas. Akibatnya temperatur air
meningkat, volume bertambah dan tekanan menjadi naik. Sehingga membuat
fluida panas tersebut menekan batuan panas yang melingkupinya seraya mencari
jalan terobosan untuk melepaskan tekanan tinggi. Kalau fluida tersebut
menemukan celahmenuju permukaan bumi, maka akan dijumpai sejumlah
manifestasi panas bumi. Namun bila celah itu tidak tersedia, maka fluida panas itu
akan tetap terperangkap disana selamanya. Lokasi tempat fluida panas tersebut
dinamakan reservoir panas bumi (geothermal reservoir).

12

III.2 Saran
Sebaiknya jika pembaca ingin memahami lebih lanjut tentang panas bumi agar
membaca makalah ini dan banyak referensi lain.

13

Lampiran Pertanyaan

1. Aswar
Pertanyaan : Berasal dari mana sumber panas bumi?
Jawaban : panas bumi berasal dari hasil reaksi peluruhan unsur-unsur
radioaktif seperti uranium dan potassium
2. Suciati
Pertanyaan : Termasuk Jenis batuan apa itu hot rock?
Jawaban : sebenarnya belum bisa di pastikan batuan jenis apa, tetapi yang
jelas batuan itu mengalami alterasi(perubahan suhu) sehingga sering di
sebut juga sebagai batuan alterasi. Tapi menurut bapak Muh. Hamzah
mengatakan bahwa ada juga yang disebut batuan plutonik, mungkin
batuan tersebut juga bisa dikatakan sebagai batuan plutonik.
3. Andi Darmawansyah
Pertanyaan : Sejauh mana pemanfaatan geothermal dan adakah masa
penghabisannya?
Jawaban : sejauh ini memanfaatannya belum maksimal, tapi menurut para
ahli bahwa panas bumi sudah menurun dari suhu awalnya jadi mungkin
ada kemungkinan panas bumi akan terus turun sampai titik bekunya.
4. La Ode Marzujriban
Pertanyaan : Adakah nama untuk system geothermal?
Jawaban : ada, yaitu Geothermal System
5. Anoegrah pratama DM
Pertanyaan : Dari mana asal panas dari batuan hot rock
Jawaban : Tidak semua magma keluar menjadi lava, bahkan sebagian
besar magma tetap tersimpan di perut gunung atau di lempeng benua.
Magma tersebut memberikan panasnya kepada batuan yang ditempatinya.
Sehingga terciptalah batuan panas (hot rock). Jadi panasnya berasal dari
intrusi magma.
DAFTAR PUSTAKA

14

Anonim. 2013. Modul I Matakuliah Geodinamika. Universitas Hasanuddin :


Makassar
Supriyanto,

2006.

Eksploitasi

http://taman.blogsome.com/category/panas-bumi/

Panas

Bumi.

Diakses pada tanggal

10 April 2013
Ahsan,

Nahdhi.

2012.

Manifestasi

Panas

Bumi.

http://www.slideshare.net/angga33/manifestasi-panas-bumi Diakses pada


tanggal 10 April 2013

15

Anda mungkin juga menyukai