Anda di halaman 1dari 1

Pola hidup anak-anak yang tidak sehat dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya

pendidikan kesehatan bagi anak. Sehingga pendidikan kesehatan harus ditanamkan dengan benar
di usia dini. Usaha untuk menanamkan pendidikan kesehatan harus dimulai dari guru yang
berperan sebagai pengajar disekolah, guru sebagai pengajar di sekolah tidak saja dituntut untuk
menciptakan anak didiknya mampu mencerna pelajaran yang diberikan, namun guru juga
diharapkan mampu memberi contoh tentang pola hidup yang benar kepada siswa-siswinya agar
mendapatkan hidup yang berkualitas.
Elliot dan Sanders (dalam M. Hamid Anwar, 2005: 1) Sekarang banyak anak-anak yang
kurang sadar tentang pola hidup sehat, terbukti dengan aktivitas anak-anak yang banyak
bermalas-malasan seperti pergi ke sekolah dengan naik kendaraan, terlalu banyak
menonton TV, banyak bermain di depan komputer, dan tidak mempunyai banyak
kesempatan untuk bermain di luar, hanya mengalami sedikit pendidikan jasmani kurang
berolahraga. Akibatnya anak menjadi kurang aktif secara jasmani, cenderung kelebihan
berat badan (kegemukan/obesitas) dan akibatnya tingkat kesehatannya buruk.
Selama ini anak-anak sekolah dasar cenderung lebih suka makanan yang di buat secara
instan, karena di anggap lebih praktis. Anak-anak lebih suka membeli makanan dan
minuman ringan, karena lebih murah harganya. Selain itu anak-anak lebih suka jajan
sembarangan, dikarenakan lebih mudah di dapat. Beberapa jenis makanan yang
berbahaya makanan gorengan, makanan kalengan, makanan asinan, makanan berlemak
(jeroan), mie instan, makanan yang dipanggang dan manisan kering (warta loka, 2013,1)
jenis makanan yang mempunyai cita rasa enak di lidah, mudah di dapat, penampilan yang
menarik dan harganya terjangkau sehingga banyak anak SD yang suka membeli jenis makanan
tersebut. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan kualitas makanan, baik dari segi
keamanan komposisinya maupun kebersihannya yang dapat membahayakan kesehatan anak.
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014 sekitar 40% - 44% pangan
jajanan anak sekolah tidak memenuhi syarat kesehatan. Pangan jajanan anak sekolah yang
tidak memenuhi syarat tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
kondisi makanan yang tidak higienis, alat yang digunakan untuk mengolah makanan tidak
bersih, orang yang menjual/membuatnya tidak sehat, makanan yang terkontaminasi
bakteri, hingga bahan-bahan berbahaya seperti boraks, formalin,rhodamin B, dan
methanil yellow (BPOM, 2014)
Sementara berdasarkan penelitian yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kemetrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 menyatakan bahwa 26,4% anak usia
sekolah dan sekolah menengah pertama menderita anemia gizi. Salah satunya disebabkan
kebiasaan jajanan panganan-panganan yang mengenyangkan, tetapi miskin gizi. Pangan jajanan
anak sekolah hanya menyumbang 30% karbohidrat, 25% protein, dan 52% zat besi (Judarwanto,
2012)
Dampaknya bisa menyebabkan gangguan gizi, anak cacingan, anemia,
obesitas. Hampir merusak semua organ, hati terjadi sirosis (pengerasan
hati), gagal ginjal dan organ metabolik lain, hingga kanker. Jika
mengandung bakteri atau virus bisa menyebabkan diare, muntahmuntah hingga keracunan.

Anda mungkin juga menyukai