PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh yang terjadi akibat
kekerasan. Dalam kesempatan kali ini kami akan membahas tentang luka bakar khususnya
luka bakar yang disebabkan oleh sengatan listrik. (1)
Luka bakar adalah suatu trauma yang dapat disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia, petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan-jaringan yang lebih dalam. Dalamnya
luka bakar tergantung tinggi panasnya, penyebab dan lamanya kontak dengan kulit. (2)
Luka listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, merupakan jenis trauma
yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan benda yang memiliki arus listrik, sehingga
dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi
panas1,2,3. Umumnya tanda utama trauma listrik adalah luka bakar pada kulit. Gambaran
makroskopis kerusakan kulit yang kontak langsung dengan sumber listrik bertegangan rendah
disebut electrical mark. Luka listrik biasanya dapat diamati di titik masuk (entry point )
maupun titik keluar (exit point ) 2.
Luka listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir kedalam tubuh
manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ
dalam tubuh manusia adalah penghantar listrik yang baik. Kontak langsung dengan arus
listrik bisa berakibat fatal1. Arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan
menghasilkan panas yang dapat membakar dan menghancurkan jaringan tubuh. Meskipun
luka bakar listrik tampak ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam
yang serius, terutama pada jantung, otot atau otak2.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Luka listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, yangmerupakan jenis
trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan bendayang memiliki arus
listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibatberubahnya energi listrik
menjadi energi panas1,2,3.
2.2. Etiologi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat seseorang menjadi bagian
dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat berada dekat dengan
sumber listrik. Klasifikasi yang paling sering untuk membagi trauma karena listrik adalah
karena petir, Aliran listrik tegangan rendah arus bolak balik (AC), aliran listrik tegangan
tinggi arus bolak balik (AC) dan arus searah (4)
Petir
Petir/lightening, adalah muatan listrik statis dalam awan dengan voltase sampai 10 mega
volt dan kekuatan arus listrik sampai seratus ribu ampere yang dalam waktu 1/1000-1 detik
dilepaskan kebumi. Luka karena petir biasanya terjadi saat seseorang menjadi bagian atau
bearada dekat dengan terjadinya petir, secara umum, biasanya pasien menjdi objek yang
paling tinggi dibandingkan sekitarnya atau berada dekat dengan objek yang tinggi misalnya
pohon. Pada saat petir menyambar, biasanya langit terlihat bersih.(4)
Seseorang yang disambar petir pada tubuhnya terdapat kelainan yang disebabkan oleh
faktor arus listrik, faktor panas dan faktor pemindahan udara.(5)
1. Efek Listrik
Setelah kilat udara setempat menjadi vacum lalu diisi oleh udara kembali sehingga
terdapat luka akibat persentuhan dengan benda tumpul, misalnya abrasi, kontusi, patah tulang
tengkorak, epidural/subdural bleeding
Bile tidak meninggal mungkin didapatkan : lumpuh, tuli, buta yang sifatnya
o
sementara.
Sebaliknya, pada tegangan tinggi, arus searah lebih berbahaya. Efek AC pada tubuh manusia
sangat tergantung kepada kecepatan berubahnya arus (frekuensi), yang diukur dalam satuan
siklus/detik (hertz).
Arus frekuensi rendah (50-60 hertz) lebih berbahaya dari arus frekuensi tinggi dan 3-5
kali lebih berbahaya dari DC pada tegangan dan kekuatan yang sama. AC sebesar 60 hertz
menyebabkan otot terpaku pada posisinya, sehingga korban tidak dapat melepaskan
genggamannya dari sumber listrik. Akibatnya korban terkena sengatan listrik lebih lama
sehingga terjadi luka bakar yang berat. Arus DC dipakai dalam industri yang menggunakan
proses elektrolisa, misalnya pada pemurnian dan pelapisan atau penyepuhan logam. Juga
digunakan pada telepon (30-50 volt) dan kereta listrik (600-1500 volt). Arus AC digunakan di
rumah-rumah dan pabrik, biasanya menggunakan tegangan 110 volt atau 220 volt.
2
Tegangan (Voltage)
Dikenal ada 2 macam tegangan :
paling rendah adalah saraf, pembuluh darah, otot, kulit, tendo, dan tulang. Tahanan kulit +
500-10.000 Ohm. Kulit yang kering mempuyai tahanan antara 2000-3000 Ohm, sedangkan
kulit yang basah mempunyai tahanan sekitar 500 Ohm. Resistensi kulit yang tertusuk atau
tergores atau resistensi selaput lendir yang lembab (misalnya mulut, rektum atau vagina),
hanya separuh dari resistensi kulit utuh yang lembab. Resistensi dari kulit telapak tangan atau
telapak kaki yang tebal adalah 100 kali lebih besar dari kulit yang lebih tipis.
Arus listrik banyak yang melewati kulit, karena itu energinya banyak yang dilepaskan
di permukaan. Jika resistensi kulit tinggi, maka permukaan luka bakar yang luas dapat terjadi
pada titik masuk dan keluarnya arus, disertai dengan hangusnya jaringan diantara titik masuk
dan titik keluarnya arus listrik. Tergantung kepada resistensinya, jaringan dalam juga bisa
mengalami luka bakar.
5
a. Kejang.
b.
Pendarahan otak.
c. Kelumpuhan pernapasan.
d. Perubahan psikis (misalnya gangguan ingatan jangka pendek, perubahan kepribadian, mudah
tersinggung dan gangguan tidur)
e. Irama jantung yang tidak beraturan.
f. Kerusakan pada mata bisa menyebabkan katarak.
6
Pada keadaan ini dapat menjadikan korban berada dalam keadaan syok yang mematikan.
Sedangkan tegangan tinggi, seseorang mungkin dapat segera terlempar/melepaskan
konduktor atau sumber listrik yang tersentuh, oleh karena arus listrik dengan tegangan tinggi
tersebut dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot, termasuk otot yang tersentuh aliran
listrik tersebut.
2.3. Klasifikasi
Luka bakar listrik dapat diklasifikasikan menjadi(8):
a
Kontak langsung
pemanasan elektrothermal
ii.
iii.
cedera tegangan tinggi, terutama bila tersengat listrikdi sekitar kepala. Meskipun katarak
mungkin hadirlebih cepat atau lambat setelah kecelakaan itu, katarak biasanya muncul
beberapa bulansetelah kejadian. Ketajaman visual dan pemeriksaan funduskopi harus
dilakukanpada kemudian hari. Pasien harus segera dirujuk ke dokter mata untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya katarak ini.
2. Sistem kardiovaskular
Serangan jantung, baik dari detak jantung atau fibrilasi ventrikel, adalah kondisi umum
yang akan terjadi dalam kecelakaan listrik. Pada Elektrokardiografi (EKG) ditemukan sinus
takikardi, sementara elevasi segmen ST, QT reversibelsegmen perpanjangan, kontraksi
ventrikel prematur, fibrilasi atrium, danbundel branch block. Infark miokard akut dilaporkan
tetapi relatif jarang. Kerusakan otot rangka dapat menghasilkan peningkatan fraksi CPK-MB,
mengarah pada diagnosis palsu infark miokard dalam beberapa pengaturan.
3. Kulit
Selain serangan jantung, luka yang paling dahsyat yang terjadi saat cedera listrik adalah
kulit terbakar, yang paling parah pada luka masuk dan tubuh yang kontak dengan tanah.
Bagian tubuh yang paling sering dari terkena kontak dengan sumber listrik ialah tangan dan
tengkorak. Daerah yang paling sering dari tanah adalah tumit. Seorang pasien mungkin
memiliki beberapa luka masuk dan titik kontak dengan tanah. Luka bakar di listrik yang
parah sering muncul keluhan seperti rasa sakit, depresi, kuning abu-abu, belang-belang
daerah dengan pusat nekrosis, atau daerah yang mengeras seperti mumi. Arus tegangan tinggi
seringmengalir pada internal tubuh dan dapat membuat kerusakan otot besar. Jika kontak
dalam singkat. Namun, arus minimal mungkin terjadi dan kerusakan kulit terlihat mungkin
mewakili hampir semua kerusakan. Seseorang sebaiknya tidak mencoba untuk memprediksi
jumlah kerusakan jaringan di bawahnya dari jumlah keterlibatan kulit. Cedera listrik yang
paling umum terlihat pada anak-anak kurang dari 4 tahun adalah mulut luka bakar yang
terjadi dari mengisap pada kabel ekstensi listrik rumah tangga. Luka-luka bakar biasanya
merupakan luka bakar busur lokal, mungkin melibatkan orbicularis oris otot, dan sangat
mengkhawatirkan ketika komisura yang terlibat karena dari kemungkinan deformitas
kosmetik. Sebuah risiko yang signifikan pendarahan tertunda dari arteri labial ada ketika
memisahkan escar . Kerusakan pertumbuhan dilaporkan , dan biasanya dirujuk ke bedah
mulut.
Pada kulit terjadi escar yang bisa menyebabkan timbulnya sindrom kompartemen.
Syndrom kompartemen adalah suatu kondiri dimana terjadi peningkatan tekannan insterstitial
Pain : nyeri pada saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena
Pallor: kulit terasa dingin jika dipalpasi, warna kulit biasanya pucat
Pulselesness: berkurang atau hilangnya denyut nadi akibat adanya gangguan perfusi arterial.
Dalam cedera tegangan tinggi, nekrosis otot dapat meluas ke tempat yang jauh dari luka
kulit yang terlihat, dan kompartemen sindrom terjadi sebagai akibat dari pembuluh
darahiskemia dan edema otot. Dekompresi fasciotomy atau amputasi sering diperlukan
karena kerusakan jaringan yang luas.
4. Ekstrimitas
Pelepasan mioglobin yang banyakdari otot yang rusak dapat menyebabkan kerusakan
Myoglobinuria. Vaskular ginjal dari energi listrik bisa menjadi jelas setiap saat isi ulang
kapiler harus dikaji dan didokumentasikan dalam semua ekstremitas, dan pemeriksaan
neurovaskular harus sering diulang. Karena arteri adalah sistem high-flow, panas dapat hilang
cukup baik dan menyebabkan sedikit kerusakan awal jelas tapi hasilnya dalam kerusakan
berikutnya. Pembuluh darah, di sisi lain, adalah sistem aliran rendah, yang memungkinkan
energi panas untuk menyebabkan pemanasan lebih cepat dari darah, dengan akibat
trombosis . Akibatnya, ekstremitas mungkin muncul pembengkakan pada awalnya. Dengan
luka parah, seluruh ekstremitas mungkin muncul pengerasan ketika semua elemen jaringan,
termasuk arteri, mengalami koagulasi nekrosis. Kerusakan pada dinding pembuluh pada saat
cedera juga dapat mengakibatkan tertundatrombosis dan perdarahan, terutama dalam arteri
kecil pada otot.
2.6. Diagnosa (10)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Jika korban tidak sadar atau telah mengalami cedera kepala, dilakukanCT scan untuk
memeriksa adanya kerusakan pada otak.
2.6. Penanganan Luka Bakar
Kasus
luka
bakar
merupakan
suatu
bentuk
cedera
sehingga
pernafasan pasien yang berhubungan dengan dan atau asap/sisa pembakaran yang
terhisap ialah cedera inhalasi, hal ini dapat dicurigai jika didapati tanda klinis
seperti :
Dijumpainya deposit karbon pada mulut dan atau hidung dan pada sputum
(Carbonaceous sputum)
Suara Serak
nafas sebelumnya, cedera jalan nafas yang ada sekarang, dan tanda-tanda
obstruksi jalan nafas. Meskipun jalan nafas pasien tampak normal, perlu
dipertimbangkan untuk melakukan intubasi endotrakeal terutama jika ditemukan
tanda - tanda cedera inhalasi. Indikasi pemasangan intubasi dengan segera ketika
dijumpai stridor dan luka bakar yang mengenai sekeliling leher karena dapat
menyebabkan pembengkakan di jaringan jalan napas.
2. Penilaian mekanisme bernafas (Breathing)
Ventilasi membutuhkan paru, dinding dada, dan diafragma dalam keadaan
yang fungsional dan harus dievaluasi pada survey primer.
yang
menyebabkan
restriksi
pergerakan
dada
tindakan
Pada pasien dengan kondisi hemodinamik yang stabil dan tidak terdapatnya
cedera spinal dapat dilakukan peninggian kepala dan dada setinggi 30o untuk
mengurangi edema pada leher dan dada.
total
cairan
yang
dibutuhkan
disesuaikan
dengan
kebutuhan,
pemberian cairan harus ditambah sampai target urin output terpenuhi. Pemberian
cairan berdasarkan perhitungan pada waktu terjadinya luka bakar, bukan pada
waktu dimulainya resusitasi.
Adanya disritmia jantung mungkin tanda awal dari hipoksia, gangguan
elektrolit ataupun gangguan asam-basa sehingga pemasangan elektrokardiogram
(EKG) harus dipantau.
Pada kasus luka bakar listrik gangguan aritmia jantung dapat terjadi akibat
listrik yang mengalir sehingga dibutuhkan monitoring terhadap EKG jantung.
Adanya kontraksi otot secara paksa akibat aliran listrik dapat menyebabkan
kerusakan pada otot, tulang bahkan termasuk tulang vetebra. Mioglobin yang
terlepas akibat rabdomiolisis dapat menyebabkan gagal ginjal akut yang ditandai
dengan urin yang berwarna kemerahan ataupun gelap. Pada kasus luka bakar
listrik target cairan harus diperbanyak mencapai 100 mL/jam pada dewasa dan
pada anak 2 mL/jam pada anak < 30 Kg.
B. Survei Sekunder
Komponen utama secondary survey adalah anamnesis, pemeriksaan fisik
ulang, dokumentasi, pemeriksaan laboratorium dan radiologi, pemeliharaan
sirkulasi perifer pada daerah yang terbakar, pemasangan NGT, kontrol infeksi dan
penanganan nyeri, pengaturan nutrisi dan perawatan luka.10
1.
Anamnesis10
Hal-hal yang perlu ditanyakan berupa
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)
2.
Pemeriksaan fisik10
Untuk menentukan rencana pengobatan pasien selanjutnya, pemeriksa harus
dapat menentukan derajat keparahan dan kedalaman luka bakar, memeriksa adanya
trauma lain, dan melakukan pengukuran berat badan pasien.
3.
Pemeriksaan penunjang10
Ambil contoh darah untuk pemeriksaan darah lengkap, golongan darah dan
4.
Fungsi memantau sirkulasi perifer pada pasien dengan luka bakar adalah untuk
mencegah terjadinya sindrom kompartemen. Sindrom komparemen disebabkan oleh
peningkatan tekanan didalam kompartemen yang mempengaruhi perfusi pada
jaringan-jaringan didalam kompartemen tersebut. Pada ekstremitas, perfusi pada otot
di dalam kompartemen adalah perhatian utama. Tekanan kompartemen lebih dari 30
mmHg dapat menyebabkan nekrosis otot. Jika pulsasi nadi pada daerah ekstremitas
telah hilang, akan sulit untuk mencegah terjadinya nekrosis otot. Karena itu,
pemeriksa harus mengetahui tanda-tanda sindrom komp artemen, yaitu meningkatnya
nyeri pada gerakan pasif dan melemahnya pulsasi distal atu gejala klinis yang terjadi
pada syndrome kompartemen dikenal dengan 5 P yaitu:
1. Pain (nyeri)
Nyeri yang hebat saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena,
ketika ada trauma langsung. Nyeri merupakan gejala dini yang paling penting.
Terutama jika munculnya nyeri tidak sebanding dengan keadaan klinik (pada
anak-anak tampak semakin gelisah atau memerlukan analgesia lebih banyak
dari biasanya). Otot yang tegang pada kompartemen merupakan gejala yang
spesifik dan sering.
2. Pallor (pucat)
Diakibatkan oleh menurunnya perfusi ke daereah tersebut.
3. Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi)
4. Parestesia (rasa kesemutan)
5. Paralysis
Jika diduga terjadi sindrom kompartemen, ukur tekanan kompartemen dengan
memasukkan jarum yang dihubungkan dengan monitor tekanan arteri atau sentral ke
dalam kompartemen. Jika tekanan >30 mmHg, maka perlu dilakukan escharatomy.
Untuk menjaga sirkulasi perifer pada pasien dengan luka bakar, seluruh
aksesoris pada ekstremitas perlu dilepaskan. Selain itu, penting untuk menilai status
sirkulasi distal, periksa apakah ada sianosis, CRT yang memanjang, dan gejala-gejala
neurologis, seperti parestesia. Penilaian pulsasi perifer pada pasien dengan luka bakar
paling baik dilakukan dengan Doppler Ultrasonic flow meter.
5.
Pemasangan NGT10
Melakukan pemasangan NGT dan bila perlu dengan suction apabila pasien
mengalami mual, muntah, atau distensi abdomen, atau jika terdapat luka bakar lebih
dari 20% total BSA. Dalam hal merujuk pasien, NGT perlu dipasang untuk mencegah
terjadinya aspirasi.
6. Kontrol Infeksi dan Penanganan Nyeri
7.
Nutrisi1
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 25003000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Pada masa kini, tiap unit luka bakar
sudah menerapkan pemberian dini nutrisi enteral melalui selang nasogastrik untuk
mencegah terjadinya ulkus Curling dan memenuhi kebutuhan status hipermetabolisme
yang tarjadi pada fase akut luka bakar. Nutrisi enteral ini diberikan melalui selang
nasogastrik yang sekaligus berfungsi untuk mendekompresi lambung. Penderita yang
sudah mulai stabil keadaanya memerlukan fisioterapi untuk memperlancar peredaran
darah dan mecegah kekauan sendi.1
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari
orang normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan
hipermetabolik. Kondisi yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi
hipermetabolik yang ada adalah:
Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa
bebas lemak.
Penggantian balutan
Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal adalah
dengan mengukur kebutuhan kalori secara langsung menggunakan indirek kalorimetri
karena alat ini telah memperhitungkan beberapa faktor seperti BB, jenis kelamin, luas
luka bakar, luas permukan tubuh dan adanya infeksi. Untuk menghitung kebutuhan
kalori total harus ditambahkan faktor stress sebesar 20-30%. Tapi alat ini jarang
tersedia di rumah sakit.
Yang sering di rekomendasikan adalah perhitungan kebutuhan kalori basal
dengan formula HARRIS BENEDICK yang melibatkan faktor BB, TB dan Umur.
Sedangkan untuk kebutuhan kalori total perlu dilakukan modifikasi formula dengan
menambahkan faktor aktifitas fisik dan faktor stress.
Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) (6.8 X U) X AF X FS
Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X AF X FS
Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka bakar perlu perhatian khusus
karena kurangnya asupan kalori akan berakibat penyembuhan luka yang lama dan
juga meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Disisi lain, kelebihan asupan
kalori dapat menyebabkan hiperglikemi, perlemakan hati.
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu : oral, enteral dan parenteral. Untuk menentukan waktu dimualinya
pemberian nutrisi dini pada penderita luka bakar, masih sangat bervariasi, dimulai
sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48 jam pascatrauma.
2.8.
Komplikasi