Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh yang terjadi akibat
kekerasan. Dalam kesempatan kali ini kami akan membahas tentang luka bakar khususnya
luka bakar yang disebabkan oleh sengatan listrik. (1)
Luka bakar adalah suatu trauma yang dapat disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia, petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan-jaringan yang lebih dalam. Dalamnya
luka bakar tergantung tinggi panasnya, penyebab dan lamanya kontak dengan kulit. (2)
Luka listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, merupakan jenis trauma
yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan benda yang memiliki arus listrik, sehingga
dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi
panas1,2,3. Umumnya tanda utama trauma listrik adalah luka bakar pada kulit. Gambaran
makroskopis kerusakan kulit yang kontak langsung dengan sumber listrik bertegangan rendah
disebut electrical mark. Luka listrik biasanya dapat diamati di titik masuk (entry point )
maupun titik keluar (exit point ) 2.
Luka listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir kedalam tubuh
manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ
dalam tubuh manusia adalah penghantar listrik yang baik. Kontak langsung dengan arus
listrik bisa berakibat fatal1. Arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan
menghasilkan panas yang dapat membakar dan menghancurkan jaringan tubuh. Meskipun
luka bakar listrik tampak ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam
yang serius, terutama pada jantung, otot atau otak2.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Luka listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, yangmerupakan jenis
trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan bendayang memiliki arus
listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibatberubahnya energi listrik
menjadi energi panas1,2,3.
2.2. Etiologi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat seseorang menjadi bagian
dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat berada dekat dengan
sumber listrik. Klasifikasi yang paling sering untuk membagi trauma karena listrik adalah
karena petir, Aliran listrik tegangan rendah arus bolak balik (AC), aliran listrik tegangan
tinggi arus bolak balik (AC) dan arus searah (4)

Petir
Petir/lightening, adalah muatan listrik statis dalam awan dengan voltase sampai 10 mega
volt dan kekuatan arus listrik sampai seratus ribu ampere yang dalam waktu 1/1000-1 detik
dilepaskan kebumi. Luka karena petir biasanya terjadi saat seseorang menjadi bagian atau
bearada dekat dengan terjadinya petir, secara umum, biasanya pasien menjdi objek yang
paling tinggi dibandingkan sekitarnya atau berada dekat dengan objek yang tinggi misalnya
pohon. Pada saat petir menyambar, biasanya langit terlihat bersih.(4)
Seseorang yang disambar petir pada tubuhnya terdapat kelainan yang disebabkan oleh
faktor arus listrik, faktor panas dan faktor pemindahan udara.(5)
1. Efek Listrik

Ada tanda listrik (electrick mark)

Aborecence mark : gambaran seperti percabangan pohon oleh karena vasodilatasi


pembuluh darah vena pada kulit akibat bersentuhan dengan petir, gambaran ini akan
menghilang setelah beberapa jam
2. Efek panas

Rambut, pakaian,sepatu, bahkan seluruh tubuh akan terbakar/hangus

Metalisasi : Logam yang dikenakan korban akan meleleh ( perhiasan, arloji)


3. Efef ledakan (pemindahan udara)

Setelah kilat udara setempat menjadi vacum lalu diisi oleh udara kembali sehingga

timbul suara menggelegar/guntur


Akibat pemindahan udara ini, pakaian korban koyak, korban terlontar sehingga

terdapat luka akibat persentuhan dengan benda tumpul, misalnya abrasi, kontusi, patah tulang
tengkorak, epidural/subdural bleeding
Bile tidak meninggal mungkin didapatkan : lumpuh, tuli, buta yang sifatnya

o
sementara.

Listrik tegangan Tinggi AC


Pada kasus ini tegangan listrik lebih dari 600 volt. Luka listrik karena tegangan tinggi
sering terjadi pada saat terdapat objek yang bersifat konduktif disentuh yang tersambung
dengan sumber listrik bertegangan tinggi. (4)

Listrik tegangan rendah AC


Tegangan rendah adalah 600 volt atau kurang dari 600 volt. Secara umum, ada 2 tipe luka
listrik tegangan rendah dengan arus bolak-balik yang memungkinkan : Anak yang menggigit
kawat listrik yang bisa menyebabkan luka berat pada bibir, wajah, dan lidah, kemudian anakanak atau orang dewasa yang terjatuh saat menyentuh objek yang dialiri energi listrik. (4)

Arus searah (DC)


Luka listrik karena arus searah biasanya terjadi saat laki-laki usia muda secara tidak
sengaja menyentuh rel kereta dari sebuah kereta listrik yang sedang berjalan. Arus searah
(DC) kurang berbahaya dibanding arus bolak-balik (AC); arus dari 50-80 mA AC dapat
mematikan dalam hitungan detik, dimana 250 mA DC dalam waktu yang sama sering dapat
selamat. Arus bolak-balik adalah 4-6 kali menyebabkan kematian, sebagian karena efek
bertahan, yang merupakan hasill dari spasme otot tetanoid dan mencegah korban lepas dari
konduktor hidup.(4)
Luka bakar listrik bisa terjadi luka bakar ringan sampai kematian, tergantung kepada(6):

Jenis aliran listrik


Kejadian kecelakaan karena tersengat arus listrik pada manusia lebih sering
dikarenakan arus bolak-balik (AC) dibandingkan arus searah (DC). Manusia lebih sensitif
terhadap arus AC dibandingkan arus DC (sekitar 4-6 kali). Arus DC menyebabkan satu
kontraksi otot. Sedangkan arus AC menyebabkan kontraksi yang kontinyu (tetani) dapat
mencapai 40-110 kali/detik, sehingga menyebabkan luka yang lebih parah. Pada tegangan
rendah, arus searah tidak berbahaya dibanding arus bolak-balik dengan ampere yang sama.

Sebaliknya, pada tegangan tinggi, arus searah lebih berbahaya. Efek AC pada tubuh manusia
sangat tergantung kepada kecepatan berubahnya arus (frekuensi), yang diukur dalam satuan
siklus/detik (hertz).
Arus frekuensi rendah (50-60 hertz) lebih berbahaya dari arus frekuensi tinggi dan 3-5
kali lebih berbahaya dari DC pada tegangan dan kekuatan yang sama. AC sebesar 60 hertz
menyebabkan otot terpaku pada posisinya, sehingga korban tidak dapat melepaskan
genggamannya dari sumber listrik. Akibatnya korban terkena sengatan listrik lebih lama
sehingga terjadi luka bakar yang berat. Arus DC dipakai dalam industri yang menggunakan
proses elektrolisa, misalnya pada pemurnian dan pelapisan atau penyepuhan logam. Juga
digunakan pada telepon (30-50 volt) dan kereta listrik (600-1500 volt). Arus AC digunakan di
rumah-rumah dan pabrik, biasanya menggunakan tegangan 110 volt atau 220 volt.
2

Tegangan (Voltage)
Dikenal ada 2 macam tegangan :

Tegangan rendah (low voltage)

Tegangan tinggi (high voltage)


Batasnya ditetapkan pada 1000 volt. Tegangan tinggi dapat menyebabkan kematian
mendadak akibat dari henti jantung (cardiac arrest), tetapi untuk tagangan rendah (110-380
V, arus searah 50-60 Hz) kematian biasanya akibat dari fibrilasi ventrikel.

Kuat arus (Intensitas)


Kekuatan arus listrik diukur dalam ampere. 1 miliampere (mA) sama dengan 1/1,000
ampere. Kuat arus dapat dihitung dari tegangan (volt) dibagi dengan tahanan (Ohm). 10 mA
dapat menimbulkan rasa tidak enak (unpleasant sensation). 10-60 mA dapat menghilangkan
kontrol otot-otot dan dapat menyebabkan asfiksia. Kuat arus lebih dari 60 mA dan
berlangsung lebih dari 1 detik dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Arus 60-80 mA atau
200-250 mA pada DC adalah berbahaya bagi manusia. Jika arus langsung mengalir ke
jantung, misalnya melalui sebuah pacemaker, maka bisa terjadi gangguan irama jantung
meskipun arus listriknya jauh lebih rendah (kurang dari 1 mA). Lobl O mengatakan bahwa
kuat arus sebesar 30 mA adalah batas atas ketahanan seseorang, pada 40 mA dapat
menimbulkan hilangnya kesadaran. Kematian akan terjadi pada kuat arus sebesar 100 mA
atau lebih.

Ketahanan tubuh terhadap arus listrik (Resistensi)


Resistensi adalah kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat aliran
arus listrik (satuan: Ohm). Tahanan tubuh manusia terhadap arus listrik tergantung dari
banyaknya kandungan air pada jaringan tersebut. Urutan tahanan jaringan dimulai dari yang

paling rendah adalah saraf, pembuluh darah, otot, kulit, tendo, dan tulang. Tahanan kulit +
500-10.000 Ohm. Kulit yang kering mempuyai tahanan antara 2000-3000 Ohm, sedangkan
kulit yang basah mempunyai tahanan sekitar 500 Ohm. Resistensi kulit yang tertusuk atau
tergores atau resistensi selaput lendir yang lembab (misalnya mulut, rektum atau vagina),
hanya separuh dari resistensi kulit utuh yang lembab. Resistensi dari kulit telapak tangan atau
telapak kaki yang tebal adalah 100 kali lebih besar dari kulit yang lebih tipis.
Arus listrik banyak yang melewati kulit, karena itu energinya banyak yang dilepaskan
di permukaan. Jika resistensi kulit tinggi, maka permukaan luka bakar yang luas dapat terjadi
pada titik masuk dan keluarnya arus, disertai dengan hangusnya jaringan diantara titik masuk
dan titik keluarnya arus listrik. Tergantung kepada resistensinya, jaringan dalam juga bisa
mengalami luka bakar.
5

Aliran arus listrik (path of current)


Aliran arus listrik adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak
masuk sampai meninggalkan tubuh. Letak titik masuk arus listrik (point of entry) dapat pada
setiap titik dari tubuh korban, tetapi karena adanya titik keluar yangg juga dapat berbedabeda, maka efek dari arus listrik tersebut bervariasi dari yang ringan sampai berat. Jaffe
(1928) mengatakan bahwa apabila arus listrik masuk dari sebelah kiri bagian tubuh lebih
berbahaya daripada apabila masuk dari sebelah kanan. Schridde (1936) mendapatkan 88%
kematian setelah adanya kontak antara konduktor dengan tangan kiri. Bahaya terbesar bisa
timbul apabila jantung atau otak berada dalam posisi aliran dari arus listrik tersebut .
Arus listrik paling sering masuk melalui tangan, kemudian kepala dan paling sering
keluar dari kaki. Arus yang melewati kepala bisa menyebabkan:

a. Kejang.
b.

Pendarahan otak.

c. Kelumpuhan pernapasan.
d. Perubahan psikis (misalnya gangguan ingatan jangka pendek, perubahan kepribadian, mudah
tersinggung dan gangguan tidur)
e. Irama jantung yang tidak beraturan.
f. Kerusakan pada mata bisa menyebabkan katarak.
6

Lamanya terkena arus listrik


Semakin lama terkena listrik maka semakin banyak jumlah jaringan yang mengalami
kerusakan. Seseorang yang terkena arus listrik bisa mengalami luka bakar yang berat. Pada
tegangan yang rendah, arus listrik dapat menimbulkan spasme otot-otot dan menyebabkan
korban menggenggam konduktor, sehingga arus listrik akan mengalir dalam beberapa saat.

Pada keadaan ini dapat menjadikan korban berada dalam keadaan syok yang mematikan.
Sedangkan tegangan tinggi, seseorang mungkin dapat segera terlempar/melepaskan
konduktor atau sumber listrik yang tersentuh, oleh karena arus listrik dengan tegangan tinggi
tersebut dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot, termasuk otot yang tersentuh aliran
listrik tersebut.
2.3. Klasifikasi
Luka bakar listrik dapat diklasifikasikan menjadi(8):
a

Kontak langsung
pemanasan elektrothermal

Kontak tidak langsung

bunga api listrik (arc)

nyala api listrik (flame)

kilatan listrik (flash)


Pemanasan jaringan sekunder untuk menyebabkan arus luka bakar electrothermal.
Biasanya luka bakar ini adalah hasil dari aliran listrik bertegangan rendah pada daerah yang
terbatas. Aliran yang terus-menerus saat ini dapat menyebabkan luka bakar yang signifikan di
mana saja di sepanjang jalan saat ini. Biasanya lesi kulit luka bakar electrothermal yang
berbatas tegas, deep- parsial untuk luka bakar full-thickness(8).
Yang paling merusak dari cedera tidak langsung terjadi ketika korban terkena dari
percikan bunga listrik. Bunga api listrik adalah percikan yang terbentuk antara dua benda
bertegangan yang tidak bersentuhan satu sama lain, biasanya merupakan sumber yang
bertegangan tinggi dan tanah. Karena suhu bunga api listrik adalah sekitar 2500 C,
menyebabkan luka bakar yang sangat mendalam pada titik di mana terjadi kontak dengan
kulit. Dalam keadaan lengkung, luka bakar dapat disebabkan oleh panas dari busur itu
sendiri, pemanas electrothermal akibat arus aliran, atau dengan api yang dihasilkan dari
pembakaran pakaian(8).
Berdasarkan American Burn Association luka bakar diklasifikasikan berdasarkan
kedalaman, luas permukaan, dan derajat ringan luka bakar. Berdasarkan luas permukaan luka
bakar.

Gambar 1. Wallence Rule of Nines1


Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan tubuh atau
Total Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung secara cepat dipakai Rules of Nine atau
Rules of Walles dari Walles. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa,
karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Pada anak-anak dipakai
modifikasi Rule of Nines menurut Lund and Browder, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun,
5 tahun dan 1 tahun.(8)
Bedasarkan derajat ringan luka bakar menurut American Burn Association(2,8) :
a

Luka Bakar Ringan

i. Luka bakar derajat II < 5%


ii. Luka bakar derajat II 10% pada anak
iii. Luka bakar derajat II < 2%1
b. Luka Bakar Sedang
i.

Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa

ii.

Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak

iii.

Luka bakar derajat III < 10%1


c. Luka Bakar Berat
i Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
ii Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak

iii Luka bakar derajat III 10% atau lebih


iv Luka bakar mengenai tangan, telinga, mata, kaki, dan genitalia/perineum.

v Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.


2.4 Patofisiologi
Secara umum, energi listrik membutuhkan aliran energi (elektron-elektron) dalam
perjalanannya ke objek. Semua objek bisa bersifat konduktor (menghantarkan listrik) atau
resistor (menghambat arus listrik). Kulit berperan sebagai penghambat arus listrik yang alami
dari sebuah aliran listrik. Kulit yang kering memiliki resistensi sebesar 40.000-100.000 ohm.
Kulit yang basah memiliki resistensi sekitar 1000 ohm, dan kulit yang tebal kira-kira sebesar
2.000.000 ohm. Anak dengan kulit yang tipis dan kadar air tinggi akan menurunkun
resistensi, dibandingkan orang dewasa. Tahanan dari alat-alat tubuh bagian dalam
diperkirakan sekitar 500-1000 ohm, termasuk tulang, tendon, dan lemak memproduksi
tahanan dari arus listrik. Pembuluh darah, sel saraf, membran mukosa, dan otot adalah
penghantar listrik yang baik. Dengan adanya luka listrik , pada sayatan melintang akan
memperlihatkan kerusakan jaringan.(9)
Elektron akan mengalir secara abnormal melewati tubuh yang menyebabkan
perlukaan ataupun kematian dengan cara depolarisasi otot dan saraf, menginisiasi aliran
listrik abnormal yang dapat menggangu irama jantung dan otak, atau produksi energi listrik
menyebabkan luka listrik dengan cara pemanasan yang menyebabkan nekrosis dan
membentuk porasi (membentuk lubang di membran sel). (5)
Aliran sel yang melewati otak, baik tegangan tinggi atau tegangan rendah, dapat
menyebabkan penurunan kesadaran dan secara langsung menyebabkan depolarisasi sel-sel
saraf otak. Arus bolak balik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika aliran listrik melewati
daerah dada. Hal ini dapat terjadi saat aliran listrik mengalir dari tangan ke tangan, tangan ke
kaki, atau dari kepala ke tangan/kaki. (9)
2.5. Gejala Klinis (10)
Gejalanya tergantung kepada interaksi yang rumit dari semua sifat arus listrik. Suatu
kejutan dari sebuah arus listrik bisa mengejutkan korbannya sehingga dia terjatuh atau
menyebabkan terjadinya kontraksi otot yang kuat. Kedua hal tersebut bisa mengakibatkan
dislokasi, patah tulang dan cedera tumpul. Kesadaran bisa menurun, pernafasan dan denyut
jantung bisa lumpuh. Luka bakar listrik bisa terlihat dengan jelas di kulit dan bisa meluas ke
jaringan yang lebih dalam.
1. Kepala dan Leher
Kepala adalah titik kontak utama untuk cedera tegangan tinggi, dan pasienmungkin
menunjukkan luka bakar serta kerusakan neurologis. Katarak timbul di sekitar 6 % kasus

cedera tegangan tinggi, terutama bila tersengat listrikdi sekitar kepala. Meskipun katarak
mungkin hadirlebih cepat atau lambat setelah kecelakaan itu, katarak biasanya muncul
beberapa bulansetelah kejadian. Ketajaman visual dan pemeriksaan funduskopi harus
dilakukanpada kemudian hari. Pasien harus segera dirujuk ke dokter mata untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya katarak ini.
2. Sistem kardiovaskular
Serangan jantung, baik dari detak jantung atau fibrilasi ventrikel, adalah kondisi umum
yang akan terjadi dalam kecelakaan listrik. Pada Elektrokardiografi (EKG) ditemukan sinus
takikardi, sementara elevasi segmen ST, QT reversibelsegmen perpanjangan, kontraksi
ventrikel prematur, fibrilasi atrium, danbundel branch block. Infark miokard akut dilaporkan
tetapi relatif jarang. Kerusakan otot rangka dapat menghasilkan peningkatan fraksi CPK-MB,
mengarah pada diagnosis palsu infark miokard dalam beberapa pengaturan.
3. Kulit
Selain serangan jantung, luka yang paling dahsyat yang terjadi saat cedera listrik adalah
kulit terbakar, yang paling parah pada luka masuk dan tubuh yang kontak dengan tanah.
Bagian tubuh yang paling sering dari terkena kontak dengan sumber listrik ialah tangan dan
tengkorak. Daerah yang paling sering dari tanah adalah tumit. Seorang pasien mungkin
memiliki beberapa luka masuk dan titik kontak dengan tanah. Luka bakar di listrik yang
parah sering muncul keluhan seperti rasa sakit, depresi, kuning abu-abu, belang-belang
daerah dengan pusat nekrosis, atau daerah yang mengeras seperti mumi. Arus tegangan tinggi
seringmengalir pada internal tubuh dan dapat membuat kerusakan otot besar. Jika kontak
dalam singkat. Namun, arus minimal mungkin terjadi dan kerusakan kulit terlihat mungkin
mewakili hampir semua kerusakan. Seseorang sebaiknya tidak mencoba untuk memprediksi
jumlah kerusakan jaringan di bawahnya dari jumlah keterlibatan kulit. Cedera listrik yang
paling umum terlihat pada anak-anak kurang dari 4 tahun adalah mulut luka bakar yang
terjadi dari mengisap pada kabel ekstensi listrik rumah tangga. Luka-luka bakar biasanya
merupakan luka bakar busur lokal, mungkin melibatkan orbicularis oris otot, dan sangat
mengkhawatirkan ketika komisura yang terlibat karena dari kemungkinan deformitas
kosmetik. Sebuah risiko yang signifikan pendarahan tertunda dari arteri labial ada ketika
memisahkan escar . Kerusakan pertumbuhan dilaporkan , dan biasanya dirujuk ke bedah
mulut.
Pada kulit terjadi escar yang bisa menyebabkan timbulnya sindrom kompartemen.
Syndrom kompartemen adalah suatu kondiri dimana terjadi peningkatan tekannan insterstitial

pada kompartemen osteofasial yang tertutup. Sehingga mengakibatkan berkurangnya perfusi


jaringan dan tekanan oksigen pada jaringan.
Gejala klinis yang umumnya ditemukan pada sindroa kompartemen meliputi:

Pain : nyeri pada saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena

Pallor: kulit terasa dingin jika dipalpasi, warna kulit biasanya pucat

Parastesia: biasanya terasa panas dan gatal pada daerah lesi

Paralisi: diawali dengan ketidak mampuan untuk menggerakkan sendi

Pulselesness: berkurang atau hilangnya denyut nadi akibat adanya gangguan perfusi arterial.
Dalam cedera tegangan tinggi, nekrosis otot dapat meluas ke tempat yang jauh dari luka
kulit yang terlihat, dan kompartemen sindrom terjadi sebagai akibat dari pembuluh
darahiskemia dan edema otot. Dekompresi fasciotomy atau amputasi sering diperlukan
karena kerusakan jaringan yang luas.
4. Ekstrimitas
Pelepasan mioglobin yang banyakdari otot yang rusak dapat menyebabkan kerusakan
Myoglobinuria. Vaskular ginjal dari energi listrik bisa menjadi jelas setiap saat isi ulang
kapiler harus dikaji dan didokumentasikan dalam semua ekstremitas, dan pemeriksaan
neurovaskular harus sering diulang. Karena arteri adalah sistem high-flow, panas dapat hilang
cukup baik dan menyebabkan sedikit kerusakan awal jelas tapi hasilnya dalam kerusakan
berikutnya. Pembuluh darah, di sisi lain, adalah sistem aliran rendah, yang memungkinkan
energi panas untuk menyebabkan pemanasan lebih cepat dari darah, dengan akibat
trombosis . Akibatnya, ekstremitas mungkin muncul pembengkakan pada awalnya. Dengan
luka parah, seluruh ekstremitas mungkin muncul pengerasan ketika semua elemen jaringan,
termasuk arteri, mengalami koagulasi nekrosis. Kerusakan pada dinding pembuluh pada saat
cedera juga dapat mengakibatkan tertundatrombosis dan perdarahan, terutama dalam arteri
kecil pada otot.
2.6. Diagnosa (10)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Untuk memantau denyut jantung korban dilakukan pemeriksaan EKG (elektrokardiogram).


Jika diperkirakan jantung telah menerima kejutan listrik, pemantauan EKG dilakukan selama
12-24 jam.

Jika korban tidak sadar atau telah mengalami cedera kepala, dilakukanCT scan untuk
memeriksa adanya kerusakan pada otak.
2.6. Penanganan Luka Bakar
Kasus

luka

bakar

merupakan

suatu

bentuk

cedera

sehingga

penatalaksanaannya secara umum sesuai dengan penatalaksanaan cedera yang


diterapkan menurut Advanced Trauma Life Support (ATLS) secara khusus menurut
Advanced Burn Life Support (ABLS) dijabarkan sebagai berikut.
A. Survei primer
1. Penilaian jalan nafas (Airway)3,16
Penilaian jalan nafas harus diperhatikan sejak awal pasien diterima dan harus
dipastikan bahwa tidak ada hambatan jalan napas. Manuver chin lift, jaw thrust,
pemasangan oropharingeal tube pada pasien tidak sadar atau pertimbangan
pemasangan endotrakeal tube dapat dilakukan untuk pembebasan jalan napas.
Memposisikan pasien dalam posisi in-line dengan proteksi servikal juga harus
dilakukan sebelum melakukan tindakan yang lain.

Perhatian utama status

pernafasan pasien yang berhubungan dengan dan atau asap/sisa pembakaran yang
terhisap ialah cedera inhalasi, hal ini dapat dicurigai jika didapati tanda klinis
seperti :

Luka bakar yang mengenai wajah dan atau leher

Terbakarnya alis mata dan rambut hidung

Dijumpainya deposit karbon pada mulut dan atau hidung dan pada sputum
(Carbonaceous sputum)

Terdapat tanda-tanda radang akut daerah orofaring, seperti eritema

Suara Serak

Ledakan yang disertai api yang mengenai kepala dan badan

Kadar dari carboxyhemoglobin lebih dari 10 % pada pasien luka bakar

Adanya penurunan kesadaran pada pasien.


Informasi awal yang harus diperoleh adalah ada tidaknya abnormalitas jalan

nafas sebelumnya, cedera jalan nafas yang ada sekarang, dan tanda-tanda
obstruksi jalan nafas. Meskipun jalan nafas pasien tampak normal, perlu
dipertimbangkan untuk melakukan intubasi endotrakeal terutama jika ditemukan

tanda - tanda cedera inhalasi. Indikasi pemasangan intubasi dengan segera ketika
dijumpai stridor dan luka bakar yang mengenai sekeliling leher karena dapat
menyebabkan pembengkakan di jaringan jalan napas.
2. Penilaian mekanisme bernafas (Breathing)
Ventilasi membutuhkan paru, dinding dada, dan diafragma dalam keadaan
yang fungsional dan harus dievaluasi pada survey primer.

Melihat dinding dada atau diafragma mengembang


Mendengar dan merasakan suara napas.
Memberikan terapi oksigen high flow 15 L pada setiap pasien dengan
menggunakan masker non-rebreathing.

Gangguan mekanisme bernapas harus lebih diperhatikan pada kasus-kasus


seperti:

Hipoksia yang mungkin berhubungan dengan trauma inhalasi, adanya


skar melingkar di dinding dada dan atau adanya cedera toraks (misal
pneumotoraks, hematoraks, fraktur tulang iga) yang menyebabkan
ventilasi tidak adekuat. Adanya luka bakar pada anterior atau lateral
dada

yang

menyebabkan

restriksi

pergerakan

dada

tindakan

escharotomy mungkin dibutuhkan.


Keracunan karbon monosida terutama pada pasien yang terbakar pada
ruangan tertutup. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan kadar carboxyhemoglobin (HbCO) pasien dengan kadar HbCO
dibawah 20% masih belum menunjukkan gejala klinis dan tanda warna
kulit berwarna cherry-red sangat jarang ditemukan hanya dapat

ditemukan saat pasien hampir mati.


Cedera inhalasi asap. Terinhalasinya bahan pembakar termasuk
partikel karbon dan uap toksik dapat menyebabkan inflamasi
(capillary leakage) sehingga terjadi gangguan difusi oksigen.

Pada pasien dengan kondisi hemodinamik yang stabil dan tidak terdapatnya
cedera spinal dapat dilakukan peninggian kepala dan dada setinggi 30o untuk
mengurangi edema pada leher dan dada.

3. Penilaian sirkulasi (Circulation)


Resusitasi cairan merupakan tindakan prioritas ketiga pada penatalaksanaan
ABC pada kasus luka bakar akut (setelah tatalaksana gangguan jalan nafas dan
gangguan mekanisme bernafas).
Perhatian utama pada adanya manifestasi klinis syok hipovolemik
intravaskular dan syok selular yang timbul pada luka bakar (yaitu: gangguan
kesadaran, pucat, takikardia, nadi cepat, dan tidak teratur disertai pengisian kapilar
yang tidak adekuat atau uji pengisian kapilar >2 detik, suhu tubuh turun naik).
Resusitasi awal pada pasien luka bakar menggunakan cairan ringer laktat
dengan

total

cairan

yang

dibutuhkan

disesuaikan

dengan

kebutuhan,

menggunakan rumus 2 sampai 4 ml ringger laktat perkilogram berat badan dikali


luas permukaan luka bakar yang diberikan dalam 24 jam pertama untuk menjaga
volume cairan yang adekuat.
Perhitungan cairan dalam 24 jam pertama, hitung kebutuhan cairan. Berikan
dari total kebutuhan cairan dalam waktu 8 jam pertama dan sisanya 16 jam
berikutnya.
Contoh : untuk pasien dengan berat badan 100 kg dengan luka bakar 80%.
Total cairan dalam waktu 24 jam pertama
= 2-4 x 80 x 100 = 16.000 32.000 mL dalam 24 jam
= 8.000 16.000 mL dalam 8 jam pertama (1.000 - 2.000 mL per-jam) dan
sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Pada anak cairan yang diberikan Ringer Laktat : Dextran = 17 : 3 dengan total
cairan 2 cc x berat badan x % luas luka bakar ditambah kebutuhan faali
diberikan pada 8 jam pertama sisanya pada 16 jam berikutnya.
Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1-3 Tahun : berat badan x 75 cc
3-5 Tahun : berat badan x 50 cc
Pada hari ke-2 total cairan yang diberikan pada dewasa dari total cairan
pertama dan pada anak diberi sesuai dengan kebutuhan faali
Formula cairan resusitasi ini hanya perkiraan kebutuhan cairan awal yang
dibutuhkan dan tetap harus disesuaikan dengan respon pasien. Target cairan yang
diberikan berdasarkan urin output 0,5 mL/KgBB/jam untuk anak dan 1
mL/KgBB/jam untuk anak < 30 Kg, ketika target cairan belum tercapai maka

pemberian cairan harus ditambah sampai target urin output terpenuhi. Pemberian
cairan berdasarkan perhitungan pada waktu terjadinya luka bakar, bukan pada
waktu dimulainya resusitasi.
Adanya disritmia jantung mungkin tanda awal dari hipoksia, gangguan
elektrolit ataupun gangguan asam-basa sehingga pemasangan elektrokardiogram
(EKG) harus dipantau.
Pada kasus luka bakar listrik gangguan aritmia jantung dapat terjadi akibat
listrik yang mengalir sehingga dibutuhkan monitoring terhadap EKG jantung.
Adanya kontraksi otot secara paksa akibat aliran listrik dapat menyebabkan
kerusakan pada otot, tulang bahkan termasuk tulang vetebra. Mioglobin yang
terlepas akibat rabdomiolisis dapat menyebabkan gagal ginjal akut yang ditandai
dengan urin yang berwarna kemerahan ataupun gelap. Pada kasus luka bakar
listrik target cairan harus diperbanyak mencapai 100 mL/jam pada dewasa dan
pada anak 2 mL/jam pada anak < 30 Kg.
B. Survei Sekunder
Komponen utama secondary survey adalah anamnesis, pemeriksaan fisik
ulang, dokumentasi, pemeriksaan laboratorium dan radiologi, pemeliharaan
sirkulasi perifer pada daerah yang terbakar, pemasangan NGT, kontrol infeksi dan
penanganan nyeri, pengaturan nutrisi dan perawatan luka.10

1.

Anamnesis10
Hal-hal yang perlu ditanyakan berupa

A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)

E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.

2.

Pemeriksaan fisik10
Untuk menentukan rencana pengobatan pasien selanjutnya, pemeriksa harus

dapat menentukan derajat keparahan dan kedalaman luka bakar, memeriksa adanya
trauma lain, dan melakukan pengukuran berat badan pasien.
3.

Pemeriksaan penunjang10
Ambil contoh darah untuk pemeriksaan darah lengkap, golongan darah dan

crossmatch, kadar karboksihemoglobin, gula darah, elektrolit, analisa gas darah.


Pemeriksaan foto toraks dapat dilakukan beberapa kali jika diperlukan.

4.

Sirkulasi perifer pada daerah luka bakar10

Fungsi memantau sirkulasi perifer pada pasien dengan luka bakar adalah untuk
mencegah terjadinya sindrom kompartemen. Sindrom komparemen disebabkan oleh
peningkatan tekanan didalam kompartemen yang mempengaruhi perfusi pada
jaringan-jaringan didalam kompartemen tersebut. Pada ekstremitas, perfusi pada otot
di dalam kompartemen adalah perhatian utama. Tekanan kompartemen lebih dari 30
mmHg dapat menyebabkan nekrosis otot. Jika pulsasi nadi pada daerah ekstremitas
telah hilang, akan sulit untuk mencegah terjadinya nekrosis otot. Karena itu,
pemeriksa harus mengetahui tanda-tanda sindrom komp artemen, yaitu meningkatnya
nyeri pada gerakan pasif dan melemahnya pulsasi distal atu gejala klinis yang terjadi
pada syndrome kompartemen dikenal dengan 5 P yaitu:
1. Pain (nyeri)

Nyeri yang hebat saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena,
ketika ada trauma langsung. Nyeri merupakan gejala dini yang paling penting.
Terutama jika munculnya nyeri tidak sebanding dengan keadaan klinik (pada
anak-anak tampak semakin gelisah atau memerlukan analgesia lebih banyak
dari biasanya). Otot yang tegang pada kompartemen merupakan gejala yang
spesifik dan sering.
2. Pallor (pucat)
Diakibatkan oleh menurunnya perfusi ke daereah tersebut.
3. Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi)
4. Parestesia (rasa kesemutan)
5. Paralysis
Jika diduga terjadi sindrom kompartemen, ukur tekanan kompartemen dengan
memasukkan jarum yang dihubungkan dengan monitor tekanan arteri atau sentral ke
dalam kompartemen. Jika tekanan >30 mmHg, maka perlu dilakukan escharatomy.
Untuk menjaga sirkulasi perifer pada pasien dengan luka bakar, seluruh
aksesoris pada ekstremitas perlu dilepaskan. Selain itu, penting untuk menilai status
sirkulasi distal, periksa apakah ada sianosis, CRT yang memanjang, dan gejala-gejala
neurologis, seperti parestesia. Penilaian pulsasi perifer pada pasien dengan luka bakar
paling baik dilakukan dengan Doppler Ultrasonic flow meter.
5.

Pemasangan NGT10
Melakukan pemasangan NGT dan bila perlu dengan suction apabila pasien

mengalami mual, muntah, atau distensi abdomen, atau jika terdapat luka bakar lebih
dari 20% total BSA. Dalam hal merujuk pasien, NGT perlu dipasang untuk mencegah
terjadinya aspirasi.
6. Kontrol Infeksi dan Penanganan Nyeri

Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang


banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas.
Bila ada infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan
kuman. Antibiotik topikal tidak dibutuhkan dalam luka bakar kecil dan luka bakar
derajat I. Namun pada luka bakar derajat lebih dari II dan luka bakar yang dalam,
dibutuhkan pemberian antibiotik sesegera mungkin sambil menunggu hasil kultur.1,21,22
Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui intavena dalam dosis
serendah mungkin yang menghasilkan analgesia yang adekuat namun tanpa disertao
hipotensi. Selanjutnya, diberikan pencegahan tetanus berupas ATS dan/atau toksoid.1

7.

Nutrisi1
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan

keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 25003000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Pada masa kini, tiap unit luka bakar
sudah menerapkan pemberian dini nutrisi enteral melalui selang nasogastrik untuk
mencegah terjadinya ulkus Curling dan memenuhi kebutuhan status hipermetabolisme
yang tarjadi pada fase akut luka bakar. Nutrisi enteral ini diberikan melalui selang
nasogastrik yang sekaligus berfungsi untuk mendekompresi lambung. Penderita yang
sudah mulai stabil keadaanya memerlukan fisioterapi untuk memperlancar peredaran
darah dan mecegah kekauan sendi.1
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari
orang normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan
hipermetabolik. Kondisi yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi
hipermetabolik yang ada adalah:

Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa
bebas lemak.

Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit


ginjal dan lain-lain.

Luas dan derajat luka bakar

Suhu dan kelembaban ruangan ( memepngaruhi kehilangan panas melalui


evaporasi)

Aktivitas fisik dan fisioterapi

Penggantian balutan

Rasa sakit dan kecemasan

Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.

Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal adalah
dengan mengukur kebutuhan kalori secara langsung menggunakan indirek kalorimetri
karena alat ini telah memperhitungkan beberapa faktor seperti BB, jenis kelamin, luas
luka bakar, luas permukan tubuh dan adanya infeksi. Untuk menghitung kebutuhan
kalori total harus ditambahkan faktor stress sebesar 20-30%. Tapi alat ini jarang
tersedia di rumah sakit.
Yang sering di rekomendasikan adalah perhitungan kebutuhan kalori basal
dengan formula HARRIS BENEDICK yang melibatkan faktor BB, TB dan Umur.
Sedangkan untuk kebutuhan kalori total perlu dilakukan modifikasi formula dengan
menambahkan faktor aktifitas fisik dan faktor stress.
Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) (6.8 X U) X AF X FS
Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X AF X FS
Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka bakar perlu perhatian khusus
karena kurangnya asupan kalori akan berakibat penyembuhan luka yang lama dan
juga meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Disisi lain, kelebihan asupan
kalori dapat menyebabkan hiperglikemi, perlemakan hati.
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu : oral, enteral dan parenteral. Untuk menentukan waktu dimualinya
pemberian nutrisi dini pada penderita luka bakar, masih sangat bervariasi, dimulai
sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48 jam pascatrauma.
2.8.

Komplikasi

Anda mungkin juga menyukai