Anda di halaman 1dari 20

A.

Pendahuluan
Setiap anak memilki anugrah tersendiri yang diberikan dari
sang maha pencipta kepadanya melalui berbagai cara salah
satunya adalah sperti anak yang berbakat. Anugrah yang
diberikan bukan hanya saja berupa keblebihan namun erkadang
kekuranganpun termasuk anugrah dari tuhan yang diberikan
kepada umatnya. Setiap kelebihan dan kekurangan pada manusia
pada dasarnya harus di syukuri dan cara yang mensyukuri yang
paling baik adalah dengan mengembangkan kekurangan menjadi
suatu kelebihan dan menjadikan kelebihan sebagai sebagai
perantara untuk membantu orang lain dalam hal kebaikan.
Dalam makalah ini akan dibahasa bagaimana cara
menangani anak yang berbakat, oleh karena itu mengapa anak
berbakat masuk kedalam kategori anak berkebutuhan khusus
karena pada dasarnya anak berbakat itu anak yang memilki
perbedaan dengan anak yang lainnya sehingga perlu
mendapatkan penanganan atau wadah untuk menampung anak
berbakat tersebut.
Keberbakatan hingga kini masih menjadi wacana yang
sangat menarik, baik bagi yang terlibat langsung dengan
persoalan keberbakatan maupun yang tidak. Bahkan menjadi
lebih menarik lagi, karena banyak terjadi miskonsepsi terhadap
keberbakatan. Secara umum Keberbakatan dapat diartikan
sebagai kemampuan unggul yang memungkinkan seseorang
berinteraksi dengan lingkungan dengan tingkat prestasi dan
kreativitas yang sangat tinggi.
Dari peranyataan tersebut dapat dipahami bahwa pertama,
keberbakatan merupakan suatu kualitas yang dibawa sejak lahir
(dengan kata lain keberbakatan itu bersifat alamiah), dan kedua,

bahwa lingkungan keberbakatan adalah arena di mana anak


berbakat memainkan peran didalamnya). Karena itulah dapat
dikatakan bahwa tingkat prestasi dan kreativitas yang tinggi
dihasilkan dari interaksi yang terus menerus dan fungsional
antara kemampuan dan karakteristik yang dibawa seseorang dari
lahir dan yang diperoleh selama dalam kehidupannya.
Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya
sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Misalnya, Plato pernah
menyerukan agar anak-anak berbakat dikumpulkan dan dididik
secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal menjadi
pemimpin negara dalam segala bidang pemerintahan. Oleh
karena itu, mereka dibekali ilmu pengetahuan yang
dapat menunjang tugas mereka.
Demikian pula di Indonesia, kehadiran mereka sudah
dikenal sejak dulu. Banyak sekolah yang menerapkan sistem
loncat kelas atau dapat naik ke kelas berikutnya lebih cepat
meskipun waktu kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang
lebih serius dan formal tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989
bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa berhak memperoleh pendidikan khusus
untuk mengembangkan potensi anak-anak tersebut secara
optimal.
Anak berbakat tidak mengalami kecacatan, seperti anak
tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita. Walaupun diantara anak
berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi kelainan itu
bukan pada terhambatnya kecerdasan. Agar anak berbakat yang
mempunyai potensi unggul tersebut dapat mengembangkan
potensinya dibutuhkan program dan layanan pendidikan secara
khusus. Mereka lahir dengan membawa potensi luar biasa yang

berarti telah membawa kebermaknaan hidup. Oleh karena itu,


tugas pendidikan adalah mengembangkan kebermaknaan
tersebut secara optimal sehingga mereka dapat berkiprah dalam
memajukan bangsa dan negara.
B. Karakteristik Mental Retardion (MR) dan Keberbakatan
(gifted)
Retardasi mental (RM)/ Mental Retardation atau
keterbelakangan mental atau yang sekarang memakai istilah
disabilitas intelektual (DI) adalah keadaan dengan tingkat
kecerdasan yang di bawah rata-rata atau kurangnya kemampuan
mental dan keterampilan yang diperlukan dalam menjalankan
kehidupannya sehari-hari. Orang-orang dengan disabilitas
intelektual dapat belajar untuk keterampilan yang baru, akan
tetapi mereka belajar mereka hanya lebih lambat. Keadaan
disabilitas ini bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun
terdapat proses patologis yang terjadi pada otak. Ada beberapa
tingkat disabilitas intelektual, dari ringan sampai sangat berat.
Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa
dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa
perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya
terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan,
tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang.
Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau
sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental.1
C. Karakteristik Umum Anak Retardasi Mental
1 W.F. Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa. (Surabaya:
Airlangga University Press, 2005), hlm.386
3

Karakteristiknya antara lain:


1.

Tidak memiliki kemampuan untuk mengerti situasi yang


serius dan tidak dapat pula berperilaku sesuai dengan situasi
hukum yang berlaku terlebih lagi mereka tidak dapat

2.

merespon tindakan dengan cara impulsif.


Anak yang mengalami retardasi mental dalam hal
komunikasi mengalami kesulitan karena perbendaharaan
kata yang terbatas dan mereka mengalami kesulitan
(handicap) dalam kemampuan untuk membaca serta

3.

menulis.
Mereka juga mengalami kesulitan dalam bertingkah laku
yang sesuai dengan usianya dan lebih memilih anak-anak
yang usianya lebih rendah dari dirinya sebagai teman karena
mereka sukar berinteraksi dengan teman seusianya.
Demikian juga interaksi yang terbatas dengan teman lawan

4.

jenisnya.
Anak retardasi mental dalam beberapa kasus tertentu
diketahui bahwa ambang frustasinya rendah sekali dan
sering mengalami kekecewaan yang tidak jelas ujung

5.

pangkalnya, akhirnya meledak dengan hebatnya.


Anak retardasi mental mengalami kesulitan mengingat,
memahami, logika dan memecahkan permasalahan suatu
Pengertian anak gifted adalah anak yang mempunyai

potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak


normal. Para ahli dalam bidang anak-anak gifted memiliki
pandangan sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan dari
pada manipulasi lingkungan sesudah anak dilahirkan.2

2Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, (Jakarta :


Erlangga, 2008), hlm. 258

Anak gifted diklasifikasikan dalam dua golongan pertama,


extreemely gifted child (genius) dengan taraf intelegensi 160200. Kedua, superior child yang mempunyai taraf integelensi 125160. Seperti yang ditulis oleh Anwar Prabu Mangkunegara yang
mengutip penelitian Gertrude Hildreth menyimpulkan bahwa
anak-anak gifted yang IQ nya antara 135-145 menunjukkan sikap
periang, ramah, dan umumnya sering menjadi pemimpin dari
teman-teman sebaya. Sedangkan anak gifted dengan IQ 175
banyak mengalami kesulitan dalm bergaul dan kurang dapat
memanfaatkan kemampuannya sehingga sering kurang dihargai
kawan-kawan sebayanya.3
Ciri Atau Karakteristik Umum Siswa Berbakat (gifted)
1.

Perbedaharaan kata yang kaya, kemampuan berbahasa yang

2.
3.

tinggi, dan keterampilan membaca di atas rata-rata.


Pengetahuan umum yang kaya mengenai dunia
Kemampuan belajar lebih cepat, mudah, dan mandiri

4.

dibandingkan teman-teman sebayanya


Proses kognitif dan strategi belajar yang lebih canggih dan

5.

efisien
Fleksibilitas yang lebih besar dalam hal gagasan dan

6.

pendekatan terhadap tugas


Standar performa yang tinggi (kadang kala terlalu

7.

perfeksionis)
Konsep diri yang positif, khususnya dalam kaitan dengan

8.

usaha-usaha akademis
Perkembangan sosial dan penyesuaian emosi diatas rata-rata
(meskipun beberapa siswa berbakat yang ekstrem mungkin

3Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka


Cipta, 2008), hlm. 195

mengalami kesulitan karena mereka sangat berbeda dari


9.

teman-teman sebayanya).4
Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang

10.

kuat.
Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika

11.
12.
13.
14.

dan/atau sains.
Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan
dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu
dengan yang lainnya.
Karakteristik fisik
Anak gifted merupakan kelompok anak yang berbakat yang

memiliki keunggulan lebih, baik pada ketinggian, energi dan


kesehatan dibandingkan dengan anak-anak seusia mereka yang
memiliki kecerdasan rata-rata.
Anak gifted rata-rata baik dalam karakter fisik dan mental
pada saat mereka berusia beberapa tahun, keuggulan mereka
tidak tampak pada awal kelahiran. Selain itu, terdapat hubungan
antara IQ dan status sosial ekonomi, Keunggulan fisik pada anak
gifted mungkin diakibatkan faktor non-intelektual.
Karakteristik Pendidikan dan karakter pekerjaan
Dalam hal pendidikan anak gifted cenderung memiliki
prestasi pada akademik. Mereka bisa belajar membaca, menulis
dengan mudah bahkan sebelum mereka memasuki sekolah.
Dalam dunia pekerjaan anak gifted, menuntut kemampuan
intelektual, kreativitas, dan motivasi yang lebih besar dibanding
dengan yang lainnya.
4Jeanne Ellis Ormrod, Op. Cit., hlm. 258
6

Karakteristik Sosial dan Emosional


Anak-anak gifted cenderung bahagia dan disukai oleh
rekan-rekan mereka. Secara emosional stabil dan mandiri dan
kurang rentan terhadap gangguan neurotik dan psikotik daripada
anak-anak rata-rata. Mereka memiliki kepentingan luas dan
bervariasi dan menganggap diri mereka dalam hal positif.
Penelitian Galbraith (1985) tidak menunjukkan adanya keluhan
yang pasti yang terdapat pada anak-anak gifted.
Satu pengertian umum dan terus-menerus, namun keliru,
tentang orang-orang gifted, terutama mereka yang unggul dalam
seni, adalah bahwa mereka rentan terhadap penyakit mental.
Namun, Freud bahkan berteori bahwa seniman berpaling dari
dunia nyata dan menuju upaya-upaya kreatif karena konflik tidak
sadar. prestasi mereka itu mungkin dilakukan meskipun, bukan
karena, gangguan emosi mereka.
Karakteristik Moral dan Ethical
Individu gifted harus dapat melihat lebih cepat atau lebih
mendalam daripada rata-rata orang tentang berbagai hal. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa orang-orang gifted menjadi lebih
unggul untuk individu rata-rata dalam keprihatinan untuk
masalah moral dan etika dan perilaku moral.
Anak-anak berbakat cenderung peduli dengan konsepkonsep abstrak yang baik dan jahat, benar dan salah, keadilan
dan ketidakadilan. mereka cenderung sangat peduli dengan
masalah sosial dan cara mereka dapat diselesaikan.
Karakteristik Intelektual-Kognitif
1. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasangagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.

2. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan


menjadi suatu konsep yang utuh.
3. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
4. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi
suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.
5. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan
masalah.
6. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
7. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan
mampu mengartikulasikannya dengan baik.
8. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain
atau merangkai kata-kata.
9. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran
yang diberikan.
10. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang
kuat.
11. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika
dan/atau sains.
12. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
13. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
14. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
15. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan
dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu
dengan yang lainnya.
Karakteristik Persepsi/Emosi
1. Sangat peka perasaannya.

2. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim


(sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi
tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
3. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain
(peka dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orangorang lain).
4. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.
5. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan
sekitar (suara, aroma, cahaya).
6. Pada umumnya introvert.
7. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut
pandang.
8. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
9. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding
anak lain.
Karakteristik Motivasi Dan Nilai-Nilai Hidup
1. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu
(perfectionistic).
2. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri
sendiri dan orang lain.
3. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
4. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain,
tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk
melakukan sesuatu (self driven).
5. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan
dogma, mencari makna hidup.
6. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang
seringkali sulit dipahami orang lain.

7. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko,


menunjukkan perilaku yang dianggap nyerempetnyerempet bahaya .
8. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan,
kejujuran, integritas.
9. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.
Karakteristik Aktifitas
1. Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif
beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.
2. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang
lebih sedikit dibanding anak normal.
3. Sangat waspada.
4. Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi
pada satu persoalan dalam waktu yang sangat lama.
5. Tekun, gigih, pantang menyerah.
6. Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah
diam, selalu memunculkan hal-hal baru untuk dilakukan.
7. Spontanitas yang tinggi.
Karakteristik Relasi Sosial
1. Umumnya senang mempertanyakan atau menggugat sesuatu
yang telah mapan.
2. Sulit melakukan kompromi dengan pendapat umum.
3. Merasa diri berbeda, lebih maju dibanding orang lain, merasa
sendirian dalam berpikir atau pada saat merasakan suatu
bentuk emosi.
4. Sangat mudah jatuh iba, empatik, senang membantu.
5. Lebih senang dan merasa nyaman untuk berteman atau
berdiskusi dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua.

10

D. Jenis-Jenis Mental Retardion (MR) dan Keberbakatan


(Gifted)
Beberapa ahli cenderung membedakan bakat atas bakat
umum dan bakat khusus. Berbakat atau gifted, diartikan sebagai
memiliki bakat intelektual (baik umum atau khusus) dan talent
sebagai bakat-bakat khusus, misalnya dalam seni musik atau seni
rupa.
Bakat-bakat tersebut, baik yang masih sebagai potensi
maupun yang sudah terwujud, meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Kemampuan
Kemampuan
Kemampuan
Kemampuan
Kemampuan
Kemampuan

intelektual umum.
akademik khusus.
berpikir secara kreatif-produktif.
dalam salah satu bidang seni.
psikomotorik/kinestik.
psikososial atau bakat kepemimpinan.

Anak berbakat intelektual umum, biasanya mempunyai


taraf inteligensi yang tinggi dan menunjukkan prestasi sekolah
yang menonjol. Sedangkan anak yang mempunyai bakat
akademik khusus, menunjukkan prestasi yang menonjol dalam
mata pelajaran tertentu, misalnya matematika atau bahasa.
Ada anak yang inteligensinya mungkin tidak terlalu tinggi,
tetapi unggul dalam kemampuan berpikir kreatif-produktif. Ada
pula anak bakatnya dalam bidang olahraga, atau dalam salah
satu bidang seni, seperti seni lukis atau musik. Ada anak yang di
sekolah tidak termasuk anak yang pandai, tetapi ia menonjol
dalam keterampilan teknik. Dikenal juga anak yang oleh temantemannya atau oleh gurunya selalu dipilih atau ditunjuk sebagai
pemimpin, bakat mereka terletak dalam bidang psikososial.

11

Berkaitan dengan uraian diatas maka dapat disimpulkan


bahwa jenis bakat dapat berupa bakat umum atau bakat khusus
yang meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan
berpikir kreatif-produktif, kemampuan dalam bidang seni,
kemampuan psikomotorik, kemampuan psikososial (bakat
kepemimpinan). Biasanya, setiap anak yang berbakat akan
menunjukkan bakat yang menonjol yang dimilikinya.
1. Retardasi mental ringan
Sekitar 75-90% kasus retardasi mental masuk dalam
klasifikasi ini. Nilai fungsi intelektual antara 50-70. Lambat dalam
mempelajari kemampuan menyesuaikan diri. Dapat berkomukasi
dan melakukan fungsi sosial dalam masyarakat dengan baik.
Dapat mengurus diri sendiri dengan baik. Secara umum dapat
berfungsi seperti orang lain yang normal dengan beberapa
keterbatasan yang dapat dilatih.
2. Retardasi mental sedang
Sekitar 10-25% dari kasus retardasi mental masuk dalam
klasifikasi

ini.

Nilai

dari

fungsi

intelektual

antara

35-49.

Kemampuan menyesuaikan diri rendah terutama kemampaun


berbahasa.

Dapat

melakukan

aktivitas

yang

mudah

dan

mengurus diri sendiri. Dapat mempelajari hal-hal dasar tentang


kesehatan dan keselamatan diri.
3. Retardasi mental berat

12

Sekitar 10-25% dari kasus retardasi mental masuk dalam


klasifikasi

ini.

Nilai

dari

fungsi

intelektual

antara

20-34.

Kemampuan menyesuaikan diri sangat rendah. Kemampuan


komunikasi

hampir

tidak

ada,

kadang

dapat

memberikan

beberapa respon. Selalu memerlukan pengawasan terhadap


dirinya. Dapat dilatih mengurus diri yang mudah dilakukan.

4. Retardasi mental sangat berat


Sekitar 10-25% dari kasus retardasi mental masuk dalam
klasifikasi ini. Nilai dari fungsi intelektual kurang dari 20. Sering
disertai dengan cacat bawaan dari lahir. Membutuhkan bantuan
untuk mengurus diri dan membutuhkan pengawasan ketat.
Selain

kondisi

fungsi

intelektual

dan

kemampuan

menyesuaikan diri, dapat juga ditemukan gejala lain sebagai


bagian dari penyakit. Contohnya kejang setelah trauma atau
cedera berat pada kepala.
Secara umum, keberbakatan (giftedness) didefinisikan
sebagai kemampuan atau bakat yang sangat tinggi disatu atau
lebih bidang (misalnya, dalam matematika, sains, menulis kreatif,
seni, atau musik) sedemikian rupa sehingga sisbwa
mwmbutuhkan layanan pendidikan khusus agar dapat
mengembangkan potensinya itu sepenuhnya.

13

Meskipun Dasar falsafah dan kebijakan di Indonesia jelas


menunjang pelayanan pendidikan khusus bagi anak berbakat,
akan tetapi cukup banyak juga orang, termasuk pakar yang
mempertanyakan perlunya hal itu. Mere berpendapat bahwa jika
anak yang betul-betul berbakat ia akan memenuhi kebutuhan
pendidikannya sendiri. Adapula yang beranggapan bahwa jika
guru melakuklan tugasnya dengan baik anak berbakat tidak perlu
mendapat perhatian khusus, berbeda dengan mereka yang
menyandang ketunaan. Seakan-akan ada kekhawatiran bahwa
pelayanan pendidikan khusus bagi yang berbakat adalah tidak
demokratis, membentuk kelompok elite, dan merupakan
pemborosan.
Dengan timbulnya permasalahan ini dapat dikemukakan
beberapa pertimbangan atau alasan (Rasional) mengapa
pelayanan khusus bagi yang berbakat perlu, yaitu :5
a. Keterbakatan tumbuh dari proses interaktif antara
lingkungan yang merangsang kemampuan pembawaan dan
prosesnya. Pengembangan potensi bawaan ini akan paling
mudah dan paling efektif jika dimulai sejak usia dini.
b. Pendidikan atau sekolah hendaknya dapat memberikan
kesempatan pendidikan yang sama kepada semua anak
untuk mengembangkan potensinya sepenuhnya.
c. Jika anak berbakat dibatasi dan dihambat dalam
perkembangannya jika mereka tidak dimungkinkan untuk
maju lebih cepat dan memperoleh materi pengajaran sesuai
dengan kemampuannya, sering mereka, menjadi bosan,
jengkel, atau acuh tak acuh.
d. Terhadap kekhawatiran bahwa pelayanan pendidikan khusus
bagi anak berbakat akan membentuk kelompok elite, perlu
dipertanyakan apa yang dimaksud dengan kelompok elite.
5 Wardani, dkk. Materi Pokok Pengantar Pendidikan
Luar Biasa. (Jakarta: Universitas Terbuka. 2008),
hlm.56
14

e. Anak dan reamaja berbakat merasa bahwa minat dan


gagasan mereka sering berbeda teman sebaya, hal ini dapat
membuat mereka merasa terisolasi dari yang lain.
f. Jika kebutuhan anak berbakat dipertimbangkan, dan
dirancang program untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
mereka sejak awal, maka mereka menunjukkan peningkatan
yang nyata dalam prestasi, sehingga tumbuh rasa
kompetensi dan rasa harga diri.
g. Mereka yang berbakat jika diberi kesempatan dan pelayanan
pendidikan yang sesuai akan dapat memberi sumbangan
yang bermakna kepada masyarakat dalam semua bidang
usaha manusia.
h. Dari sejarah tokoh-tokoh yang unggul dalam bidang tertentu
ternyata memang ada di antara mereka yang semasa kecil
atau sewaktu dibangku sekolah tidak kenal sebagai seorang
yang menonjol dalam prestasi sekolah, namun mereka
berhasil dalam hidup.6
E. Pembelajaran Adiftif Bagi anak Mental Retardation (MR)
dan Keberbakatan (Gifted)
1. Percepatan (akselerasi)
Meloncatkan anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi
(skipping). Sesuai dengan keadaannya di mana usia mental
(mental

age)

pada

anak

berbakat

lebih

tinggi

dari

usia

sebenarnya (cronological age), maka mudah timbul perasaan


tidak puas belajar bersama dengan anak-anak lain seumurnya.
Meskipun banyak aspek perkembangan lain pada anak ternyata
memang lebih maju dari pada anak-anak seumurnya, misalnya
aspek sosial, akan tetapi cara percepatan dengan meloncatkan
anak pada kelas-kelas yang yang lebih tinggi dianggap kurang
baik, antara lain karena mempermudah timbulnya masalah6Utami Munandar, Pemanduan Anak Berbakat. (Jakarta: CV
Rajawali, 1982), hlm. 16

15

masalah penyesuaian, baik disekolah, di rumah maupun di


lingkungan sosialnya. Percepatan yang diberikan kepada anak
berbakat untuk menyelesaikan bahan pelajaran dalam waktu
yang lebih singkat sesuai dengan kemampuannya yang istimewa.
2. Pendidikan dalam kelompok khusus (special grouping
segregation)
1) Model A
Kelas biasa penuh ditambah kelas khusus (mini). Cara ini
bisa dilakukan disetiap sekolah karena anak berbakat mengikuti
secara penuh acara di sekolah dan setelah itu memperoleh
pelajaran tambahan dalam kelas khusus. Waktu belajarnya
bertambah dan mata pelajaran dasar atau yang berhubungan
dengan kemampuan khusus (misalnya matematika) ditambah.
2) Model B
Pada model ini anak mengikuti kelas biasa tetapi tidak
seluruhnya

(bisa

75%,

60%,

50%)

dan

ditambah

dengan

mengikuti kelas khusus. Jumlah jam pelajaran tetap dan hal ini
menguntungkan anak sehingga ia masih mempunyai waktu untuk
melakukan dalam mengembangkan aspek-aspek kepribadiannya.
3) Model C
Pada model ini semua anak berbakat dimasukan dalam
kelas secara penuh. Kurikulum dibuat secara khusus demikian
pula guru-gurunya.

16

4) Model D
Pada model ini, merupakan sekolah khusus yang hanya
mendidik anak berbakat. Dari sudut administrasi sekolah jelas
mudah diatur. Tapi dari sudut anak banyak kerugiannya karena
dengan mengikuti pendidikan sekolah khusus, anak terlempar
jauh dari lingkungan sosialnya dan menjadi anggota kelompok
sosial khusus dan istimewa.7
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu
diambil anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai:
kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan serta perkembangan
anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
a. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi
Mental
1) Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan
kapasitas yang dimiliki dengan sebaik-baiknya.
2) Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki
sifat-sifat yang salah.
3) Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat
keterampilan berkembang, sehingga ketergantungan
pada pihak lain menjadi berkurang atau bahkan
hilang.
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari
pada melatih anak normal antara lain karena perhatian penderita
retardasi mental mudah terinterupsi. Untuk mengikat perhatian
mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan
merangsang indera.
b. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
7 Ibid, hlm.17
17

Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada


penderita retardasi mental, yaitu: 1) Latihan di rumah: belajar
makan sendiri, membersihkan badan dan berpakaian sendiri,
dst., 2) latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap
social, 3) Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat
dan jenis kelamin penderita, dan 4) latihan moral: latihan berupa
pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang baik dan buruk
secara moral.

F. Kesimpulan
Anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orangorang yang berkualifikasi profesional sebagai anak yang memiliki
kemampuan luar biasa. Mereka menghendaki program
pendidikan yang sesuai atau layanan melebihi sebagaimana
diberikan secara normal oleh program sekolah regular, sehingga
dapat merealisasikan kontribusi secara bermakna bagi diri dan
masyarakatnya. Karakteristik anak berbakat, diantaranya
menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, terutama di bidang
kemampuan umum, kemampuan khusus, dan menunjukkan
komitmen yang terhadap tugas, serta menunjukkan kreativitas
yang tinggi
Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu; Superior, Gifted dan
Genius. Faktor yang mempengaruhi anak berbakat meliputi
hereditas, yaitu faktor yang diwariskan dari orang tua dan

18

lingkungan yang ditinjau dari segi keluarga, sekolah dan


masyarakat. Perkembangan anak berbakat meliputi
perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan
emosi, dan perkembangan social.
Anak keberbakatan mengandung atau memunculkan
masalah bagi : individu sendiri, keluarga, masyarakat, dan
penyelenggara pendidikan. Identifikasi anak berbakat perlu
dilakukan sejak dini. Prosedur yang digunakan dalam proses
identifikasi bersifat nondiskriminatif dikaitkan dengan ras, latar
belakang ekonomik, suku, dan kondisi kecacatan. Dalam rangka
identifikasi ABA, ada dua langkah penting, yaitu penjaringan
(screening) dan assessmen. Penjaringan (Screening) meliputi
nominasi guru, nominasi orangtua, nominasi teman sebaya (peer
nomination), prestasi akademik anak, portofolio, produk kerja
atau kinerja siswa, observasi, mereviu catatan siswa, dan tes
kelompok (group test). Sedangkan untuk melakukan assessmen,
digunakan tes dan instrumen terstandar, di antaranya digunakan
tes inteligensi, tes bakat skolastik, tes bakat, tes kreativitas, dan
inventory komitmen akan tugas.
DAFTAR PUSTAKA
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Erlangga,
2008.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta,
2008.
Utami Munandar, Pemanduan Anak Berbakat. Jakarta: CV
Rajawali, 1982.
W.F. Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press, 2005.
19

Wardani, dkk. Materi Pokok Pengantar Pendidikan Luar Biasa.


Jakarta: Universitas Terbuka. 2008.

20

Anda mungkin juga menyukai