PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan
jantung adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung
terhenti sehingga sel otot jantung mengalami kematian. Proporsi penyakit ini
meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Salah satu
klasifikasi dari Infark Miokard Akut (IMA) yaitu ST-segment Elevation
Myocardial Infarct (STEMI). Infark miokard akut dengan elevasi ST
(STEMI) terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak akibat
oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.
Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler,
dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi,
dan akumulasi lipid (Sudoyo, 2010).
Tahun 2013, 478.000 pasien di Indonesia didiagnosa Penyakit Jantung
Koroner. Saat ini, prevalensi STEMI meningkat dari 25% ke 40% dari
presentasi Infark Miokard (Depkes, 2013).
Komplikasi yang ditimbulkan oleh IMA antara lain gangguan irama dan
konduksi jantung, syok kardiogenik, gagal jantung, ruptur jantung,
regurgutasi mitral, trombus mural, emboli paru, dan kematian. Angka
mortalitas dan morbiditas komplikasi IMA yang masih tinggi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keterlambatan mencari pengobatan,
kecepatan serta ketepatan diagnosis dan penanganan dokter yang menangani.
Kecepatan penanganan dinilai dari time window antara onset nyeri dada
sampai tiba di rumah sakit dan mendapat penanganan di rumah sakit.
Ketepatan dinilai dari modalitas terapi yang dipilih oleh dokter yang
menangani. Evaluasi tentang kecepatan dan ketepatan penanganan terhadap
pasien IMA diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi.
1.2 TUJUAN
A. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat membuat dan melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan pada sistem kardiovaskuler yaitu ST Elevasi Miokard
Infark (STEMI).
B. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, klasifikasi,
tanda dan gejala, patofisiologi, penatalaksanaan, serta proses keperawatan
yang akan dijalankan pada pasien kasus penyakit ST Elevasi Miokard
Infark (STEMI).
a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien
dengan kasus penyakit ST Elevasi Miokard Infark (STEMI).
b. Agar makalah ini dapat menjadi bahan ajar bagi mahasiswa lainnya
tentang berbagai hal yang berhubungan dengan Manajemen nyeri,
ketidakseimbangan perfusi ventilasi dan intoleransi aktivitas pada kasus
penyakit ST Elevasi Miokard Infark (STEMI).
BAB II
ANALISA KASUS
3.
4.
5.
6.
7.
lambung.
Demam adalah suhu diatas normal, > 37,5oC
Cemas adalah keadaan khawatir dengan sesuatu yang mungkin terjadi.
ICCU (Intensif Coronary Care Unit) adalah ruang perawatan intensif
8.
9.
tidak terkontrol?
Apa saja etiologi dari penyakit STEMI?
Apa saja klasifikasi STEMI?
Apa saja manifestasi klinis dari penyakit STEMI?
Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan dari STEMI?
Bagaimana cara pencegahan pada penyakit STEMI?
Bagaimana penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi pada
pasien STEMI?
10. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk penyakit STEMI?
11. Bagaimana pemenuhan asupan nutrisi enteral dan peroral pada pasien
STEMI?
plak
arteriosklerotik,
emboli
koroner,
abnormalitas
D.
PERORAL
MANIFESTASI KLINIS
ETIOLOGI
DEFINISI
PENYEBAB
MUAL,
MUNTAH,
DEMAM
NUTRISI
SESAK
NAFAS
KERINGAT
DINGIN &
KAKI
BENGKAK
PROSES
FARMAKOLOGI
PENATALAKSANAAN
STEMI
PENYEB
ABA
PENYEB
AB
PROS
ES
PROSE
S
NON FARMAKOLOGI
PENCEGAHAN
Pathways
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
KLASIFIKASI
8
Kelebihan
volume cairan
oedem
Perpindahan cairan
intravaskuler ke intersisial
Akumulasi
vol.darah vena
E.
F.
(http://id.portalgaruda.org/?
(http://Id.Portalgaruda.Org/?
(NORTH AMERICAN NURSING DIAGNOSIS ASSOCIATION) NICNOC. Jogjakarta: Penerbit Mediaction Jogja
G.
1.
10
Etiologi
Penelitian angiografi menunjukkan bahwa sebagian besar IMA disebabkan
oleh trombosis arteri koroner. Dalam banyak kasus, gangguan pada plak
arterosklerotik yang sudah ada (pembentukan fisura) merupakan suatu
nodus untuk pembentukan trombus. Terdapat juga dalam beberapa kondisi
yang jarang, STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri koroner yang
disebabkan oleh emboli koroner, abnormalitas kongenital, spasme koroner
4.
11
Patofisiologi
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak arterosklerosis
mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik
memicu trombogenesis, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur
yang
mengakibatkan
oklusi
arteri
koroner.
Penelitian
histologis
troponin (cTn) T atau cTn 1 yang dilakukan secara serial. cTn harus
digunakan sebagai petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai
kerusakan otot skletal karena pada keadaan juga akan diikuti
peningkatan CKMB. Peningkatan nilai enzim diatas dua kali batas atas
normal menunjukkan adanya nekrosis jantung. Selain itu, Troponin juga
digunakan sebagai marker yang spesifik pada kerusakan otot jantung,
karena reseptor troponin lebih khas pada otot jantung dibandingkan
dengan CKMB. Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu mioglobin,
creatinine kinase (CK), Lactic dehydrogenase (LDH). Reaksi non
spesifik terhadap injuri miokard adalah leukositosis polimorfonuklear
yang dapat terjadi dalam beberapa jam setelah onset nyeri dan menetap
selama 3-7 hari. Leukosit dapat mencapai 12.000-15.000/ul.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan EKG 12 sandapan umumnya pada IMA terdapat gambaran
iskemia, injuri dan nekrosis yang timbul menurut urutan tertentu sesuai
dengan perubahan-perubahan pada miokard yang disebut evolusi EKG.
Evolusi terdiri dari fase-fase sebagai berikut:
1. Fase awal atau fase hiperaktif. Terdiri dari:
a) Elevasi ST yang non spesifik
b) T yang tinggi dan melebar.
2. Fase evolusi lengkap. Terdiri dari:
a) Elevasi ST yang spesifik, konveks ke atas
b) T yang negatif dan simetris
c) Q patologis
3. Fase infark lama. Terdiri dari:
a) Q patologis, bisa QS atau Qr
b) ST yang kembali iso-elektrik
c) T bisa normal atau negatif.
Timbulnya kelainan-kelainan EKG pada IMA bisa terlambat,
sehingga untuk menyingkirkan diagnosis IMA membutuhkan
EKG serial. Fase evolusi yang terjadi bisa sangat bervariasi, bisa
beberapa jam hingga 2 minggu. Selama evolusi atau sesudahnya,
gelombang Q bisa hilang sehingga disebut infark miokard non-Q.
13
7.
Penatalaksanaan
a. Tatalaksana di rumah sakit
ICCU; Aktivitas, Pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama. Diet,
karena resiko muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard, pasien
harus puasa atau hanya minum cair dengan mulut dalam 4-12 jam
pertama. Diet mencakup lemak < 30% kalori total dan kandungan
kolesterol <300mg/hari.
serat, kalium,
14
menjadi
plasmin,
suatu
enzim
yang
dapat
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
, pasien menderita hipertensi yang tidak terkontrol sejak 10 tahun yang lalu,
kaki sering bengkak. Pasien menderita diabetes melitus namun tidak
terkontrol. Alergi tehadap makanan atau lainnya disangkal. Riwayat penyakit
keturunan: pasien dan keluarga menyangkal memiliki penyakit keturunan
(DM, HT, Jiwa, dll)
: Tn. S
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Kebumen
Status
: Kawin
Agama
: Islam
Suku
: Betawi
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pedagang
Tanggal Masuk Rs
: 28-11-2005
Tanggal Pengkajian
: 5-12-2005
Diagnosa Medis
: Stemi
: Ny. T
17
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Kebumen
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada dada kiri dan menjalar ke tangan dan dagu
terus menerus tidak hilang dengan istirahat.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Alasan utama MRS:
Pasien mengeluh nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu terus
menerus tidak hilang dengan istirahat. Keringat dingin, sesak napas,
orthopnea. Sesak-sesak mulai 3 hari yang lalu sebelum MRS,
memberat, mual, muntah, demam.
Keluhan utama:
Saat MRS, nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu terus menerus
tidak hilang dengan istirahat. Pada hari perawatan ke 4 tanggal 1-122005 terjadi serangan berulang dengan nyeri dan karakteristik yang
sama. Saat pengkajian keluhan utama adalah cemas tentang penyakit
dan kesembuhannya dengan sering bertanya kepada pengkaji.
Upaya yang telah dilakukan:
Istirahat dan berobat ke RSCM. Saat pengkajian pasien dan keluarga
mengikuti prosedur perawatan yang diberikan, namun keluarga
menolak untuk merawat penderita di ICCU dengan alasan tidak ada
biaya serta menandatangani surat pernyataan tidak akan menuntut bila
terjadi sesuatu pada pasien. Keluarga juga menolak melakukan tindakan
18
Pengkajian fungsional
1.
Pola Oksigenasi
Sebelum sakit
Saat dikaji
2.
Pola Nutrisi
Sebelum sakit
Saat dikaji
19
3.
Pola Eliminasi
Sebelum sakit
Saat dikaji
4.
Pola Aktivitas
Sebelum sakit
Saat dikaji
5.
Saat dikaji
keringat
dingin,
sesak
napas
dan
orthopnea.
6.
Saat dikaji
20
7.
rumah
bersama
saudara
dan
keluarganya.
Saat dikaji
8.
Pola Berpakaian
Sebelum sakit
mandiri
tanpa
dibantu
oleh
anggota
keluarganya.
Saat dikaji
9.
Saat dikaji
10.
Saat dikaji
11.
Saat dikaji
12.
21
Sebelum sakit
Saat dikaji
13.
Saat dikaji
14.
Saat dikaji
Kesadaran: Composmentis
Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
RR
: 30 x/menit
Nadi
: 100 x/menit
Suhu
: 38C
Pemeriksaan Fisik
1.
Kepala
Inspeksi : Rambut lurus, kulit kepala tampak kotor, berwarna hitam
dan distribusi merata, bentuk kepala mesocepal
22
Palpasi
2.
Mata
Inspeksi : Bentuk simetris, konjungtiva anemis, bola mata berwarna
hitam, sklera anikterik
Palpasi
3.
Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering, gigi bersih, tidak terdapat karies,
lidah bersih
Palpasi
4.
Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, sekret tidak ada
Palpasi
5.
Leher
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas, tidak ada benjolan
Palpasi
6.
Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak terdapat jejas, fungsi pendengaran
tidak ada masalah, tidak ada penumpukan serumen.
Palpasi
7.
Dada
a. Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
b. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Pekak
Auskultasi
8.
Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen simetris, datar, tidak terdapat jejas/luka,
tidak terdapat tumor
Auskultasi: Bising usus 37 x/menit
9.
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Genetalia
Bersih, jenis kelamin laki-laki, terpasang selang DC
10. Ekstremitas
Atas
Bawah
24