Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan
jantung adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung
terhenti sehingga sel otot jantung mengalami kematian. Proporsi penyakit ini
meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Salah satu
klasifikasi dari Infark Miokard Akut (IMA) yaitu ST-segment Elevation
Myocardial Infarct (STEMI). Infark miokard akut dengan elevasi ST
(STEMI) terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak akibat
oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.
Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler,
dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi,
dan akumulasi lipid (Sudoyo, 2010).
Tahun 2013, 478.000 pasien di Indonesia didiagnosa Penyakit Jantung
Koroner. Saat ini, prevalensi STEMI meningkat dari 25% ke 40% dari
presentasi Infark Miokard (Depkes, 2013).
Komplikasi yang ditimbulkan oleh IMA antara lain gangguan irama dan
konduksi jantung, syok kardiogenik, gagal jantung, ruptur jantung,
regurgutasi mitral, trombus mural, emboli paru, dan kematian. Angka
mortalitas dan morbiditas komplikasi IMA yang masih tinggi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keterlambatan mencari pengobatan,
kecepatan serta ketepatan diagnosis dan penanganan dokter yang menangani.
Kecepatan penanganan dinilai dari time window antara onset nyeri dada
sampai tiba di rumah sakit dan mendapat penanganan di rumah sakit.
Ketepatan dinilai dari modalitas terapi yang dipilih oleh dokter yang
menangani. Evaluasi tentang kecepatan dan ketepatan penanganan terhadap
pasien IMA diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi.

1.2 TUJUAN
A. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat membuat dan melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan pada sistem kardiovaskuler yaitu ST Elevasi Miokard
Infark (STEMI).
B. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, klasifikasi,
tanda dan gejala, patofisiologi, penatalaksanaan, serta proses keperawatan
yang akan dijalankan pada pasien kasus penyakit ST Elevasi Miokard
Infark (STEMI).
a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien
dengan kasus penyakit ST Elevasi Miokard Infark (STEMI).
b. Agar makalah ini dapat menjadi bahan ajar bagi mahasiswa lainnya
tentang berbagai hal yang berhubungan dengan Manajemen nyeri,
ketidakseimbangan perfusi ventilasi dan intoleransi aktivitas pada kasus
penyakit ST Elevasi Miokard Infark (STEMI).

BAB II
ANALISA KASUS

1.1 SKENARIO KASUS


Tn. S, No rekam medis: 296 82 95, umur 95 tahun, laki-laki, Islam, betawi,
kawin. Diagnosa masuk: STEMI. Alasan utama MRS: Pasien mengeluh nyeri
pada dada kiri menjalar ke tangan dan dagu terus menerus tidak hilang
dengan istirahat. Keringat dingin, sesak napas, orthopnea. Sesak-sesak mulai
tiga hari yang lalu sebelum MRS, memberat, mual, muntah, demam. Keluhan
utama: saat MRS, nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu terus menerus
tidak mau hilang dengan istirahat. Pada hari perawatan ke 4 tanggal 1-122005 terjadi serangan berulang dengan nyeri dan karakteristik yang sama.
Saat pengkajian keluhan utama adalah cemas tentang penyakit dan
kesembuhannya dengan sering bertanya kepada pengkaji. Upaya yang telah
dilakukan: istirahat dan berobat ke RSCM. Saat pengkajian pasien dan
keluarga mengikuti prosedur perawatan yang diberikan, namun keluarga
menolak untuk merawat penderita di ICCU dengan alasan tidak ada biaya
serta menandatangani surat pernyataan tidak akan menuntut bila terjadi
sesuatu pada pasien. Keluarga juga menolak melakuan tindakan medis yang
memerlukan biaya terlalu besa seperti bila ada kemungkinan operasi jantung
dan sebagainya. Terapi/operasi yang pernah dilakukan: tidak ada. Pasien tidak
pernah mengalami nyeri dada seperti ini. Stroke, asma, maag disangkal pasien
, pasien menderita hipertensi yang tidak terkontrol sejak 10 tahun yang lalu,
kaki sering bengkak. Pasien menderita diabetes melitus namun tidak
terkontrol. Alergi tehadap makanan atau lainnya disangkal. Riwayat penyakit
keturunan: pasien dan keluarga menyangkal memiliki penyakit keturunan
(DM, HT, Jiwa, dll)
1.2 PENYELESAIAN MASALAH
Penyelesaian dan metode diskusi masalah yang ada dalam skenario kasus
diatas menggunakan metode tujuh langkah atau seven jumps. Seven jumps
meliputi:
A. Seven Jump 1 (mengklarifikasi istilah atau konsep)
1. STEMI adalah ST Elevasi Miokard Infark (STEMI), yaitu salah satu
2.

penyakit pada sistem kardiovaskuler.


Orthopnea adalah sesak nafas pada saat berbaring.

3.
4.

Mual adalah gejala awal muntah.


Muntah adalah respon mengeluarkan makanan yang telah masuk ke

5.
6.
7.

lambung.
Demam adalah suhu diatas normal, > 37,5oC
Cemas adalah keadaan khawatir dengan sesuatu yang mungkin terjadi.
ICCU (Intensif Coronary Care Unit) adalah ruang perawatan intensif

8.

untuk penyakit jantung.


Tindakan medis adalah kegiatan mengobati yang dilakukan oleh

9.

dokter kepada pasien.


Stroke adalah penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak,

yang dapat mengakibatkan kematian sel di otak.


10. Asma adalah penyakit kronis pada paru-paru yang meradang dan
mempersempit jalan nafas, biasanya ditandai dengan sesak nafas
wheezing (mengi).
11. Maag adalah iritasi lambung yang disebabkan kelebihan asam
lambung.
12. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
diatas normal.
13. Bengkak adalah penumpukan cairan didalam ruang interstisial.
14. Diabetes melitus adalah penyakit yang terjadi karena kelainan gula
darah (terlalu tinggi).
B. Seven Jump 2 (menetapkan permasalahan)
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit ST Elevasi Miokard Infark
(STEMI) ?
2. Mengapa pada penyakit STEMI, muncul gejala dan tanda pada pasien
adanya nyeri dada, sesak napas, keringat dingin, mual, muntah, demam,
dan kaki sering bengkak?
3. Apakah ada hubungannya penyakit STEMI pada pasien yang
mempunyai riwayat hipertensi dan penyakit diabetes melitus namun
4.
5.
6.
7.
8.
9.

tidak terkontrol?
Apa saja etiologi dari penyakit STEMI?
Apa saja klasifikasi STEMI?
Apa saja manifestasi klinis dari penyakit STEMI?
Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan dari STEMI?
Bagaimana cara pencegahan pada penyakit STEMI?
Bagaimana penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi pada

pasien STEMI?
10. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk penyakit STEMI?
11. Bagaimana pemenuhan asupan nutrisi enteral dan peroral pada pasien
STEMI?

12. Apa saja faktor resiko penyakit STEMI?


13. Apa saja diagnosa yang muncul dan intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan pada kasus ini?
C. Seven jump 3 (menganalisis masalah)
1. ST-segment Elevation Myocardial Infarct (STEMI) adalah jika aliran
darah koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada
plak arterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.
2. Nyeri dada atau angina pektoris adalah jeritan otot jantung yang
merupakan rasa sakit pada dada akibat kekurangan pasokan oksigen
miokard. Faktor pencetus yang menyebabkan angina adalah kegiatan
fisik, emosi berlebihan dan terkadang sesudah makan. Hal ini karena
kegiatan tersebut mencetuskan peningkatan kebutuhan oksigen. Rasa
nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat dingin
dan lemas.
3. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Peningkatan
tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi vaskuler terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri. Akibatnya kerja jantung
bertambah, sehingga ventrikel kiri hipertrofi untuk meningkatkan
kekuatan pompa. Bila proses aterosklerosis terjadi, maka penyediaan
oksigen untuk miokard berkurang. Tingginya kebutuhan oksigen karena
hipertrofi jaringan tidak sesuai dengan rendahnya kadar oksigen yang
tersedia. Diabetes mellitus tipe II dapat menyebabkan disfungsi dan
aktivasi endotelial. Pemaparan terhadap diabetes mellitus tipe II
menimbulkan injury bagi sel endotel. Akibat disfungsi endotel, sel-sel
tidak dapat lagi memproduksi molekul-molekul vasoaktif seperti nitric
oxide, yang berkerja sebagai vasodilator, anti-trombotik dan antiproliferasi. Sebaliknya, disfungsi endotel justru meningkatkan produksi
vasokonstriktor, endotelin-1, dan angiotensin II.
4. Penyebab penyakit STEMI diantaranya karena trombosis arteri koroner ,
gangguan

plak

arteriosklerotik,

emboli

koroner,

abnormalitas

kongenital, spasme koroner dan berbagai penyakit inflamasi sistemik.

5. STEMI merupakan salah satu klasifikasi dari IMA (Infark Miokard


Akut). IMA diklasifikasikan berdasar EKG 12 sadapan menjadi: IMA
ST-elevasi (STEMI) dan IMA non ST-elevasi (NSTEMI).
6. Tanda dan gejala STEMI diantaranya nyeri dada kiri yang menjalar,
disertai berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas.
7. Komplikasi STEMI diantaranya Gagal jantung, Syok kardiogenik,
Emboli sitemik/pulmonal, Otot papilar, Kelainan septal ventrikel dan
Disfungsi katup.
8. Melakukan diet rendah kalori dan mudah dicerna, menghentikan
aktivitas selama ada serangan dan istirahat, olahraga yang cukup,
berhenti merokok, dan hindari stress.
9. Penatalaksanaan di rumah sakit: ICCU (Intensif Coronary Care Unit).
Farmakologi: Fibrinolitik, Antitrombotik, Inhibitor ACE, Beta-Blocker.
10. Pemeriksaan penunjang: laboratorium (petanda kerusakan jantung,
pemeriksaan enzim jantung, leukosit), dan pemeriksaan EKG.
11. Pemenuhan asupan nutrisi enteral diberikan jika pasien tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui oral, maka diberikan lewat
tube ke dalam lambung atau NGT. Sedangkan nutrisi peroral, nutrisi
yang diberikan melalui rute oral. Nutrisi yang diberikan merupakan
makanan dan cairan dengan gizi seimbang, kaya serat, cukup nutrisi,
rendah lemak sesuai dengan kondisi pasien.
12. Faktor risiko STEMI diantaranya diabetes mellitus, gagal ginjal kronis,
dislipidemia, merokok, riwayat STEMI dalam keluarga, dan hipertensi.
Faktor risiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah yaitu
usia, jenis kelamin sehingga berpotensi dapat memperlambat proses
aterogenik, antara lain kadar serum lipid, hipertensi, merokok,
gangguan toleransi glukosa, dan diet yang tinggi lemak jenuh,
kolesterol, serta kalori (Santoso, 2005).
13. Diagnosa keperawatan:
a. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
b. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (iskemia)

c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang


asupan makanan
d. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi
(peningkatan tekanan hidrostatik dan kapiler)
e. Ansietas b.d ancaman kematian
Intervensi keperawatan:
a. Activity Therapy
b. Pain Management
c. Nutrition Management, Nutrition Monitoring
d. Fluid Management, Fluid Monitoring
e. Anxiety Reduction

D.

Step 4 (Mind Maping dan Pathways)


ENTERAL
AL

PERORAL

MANIFESTASI KLINIS

ETIOLOGI

DEFINISI

PENYEBAB
MUAL,
MUNTAH,
DEMAM

NUTRISI

SESAK
NAFAS

KERINGAT
DINGIN &
KAKI
BENGKAK

PROSES

FARMAKOLOGI

PENATALAKSANAAN

STEMI

PENYEB
ABA

PENYEB
AB

PROS
ES

PROSE
S

NON FARMAKOLOGI

PENCEGAHAN

Pathways
DIAGNOSA
KEPERAWATAN

PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

KLASIFIKASI

8
Kelebihan
volume cairan

oedem

Perpindahan cairan
intravaskuler ke intersisial

Akumulasi
vol.darah vena

Tekanan hidrostatik meningkat di kapiler &


limfatik

E.

F.

Step 5 (menetapkan tujuan belajar)


1. Mengetahui tentang definisi STEMI
2. Mengetahui tentang etilogi/penyebab STEMI
3. Mengetahui tentang klasifikasi dari STEMI
4. Mengetahui tentang faktor resiko dari STEMI
5. Mengetahui tentang manifestasi klinik/tanda dan gejala STEMI
6. Mengetahui tentang pathway STEMI
7. Mengetahui tentang pemeriksaan penunjang STEMI
8. Mengetahui tentang pencegahan untuk STEMI
9. Mengetahui tentang penatalaksanaan baik farmakologi ataupun non
farmakologi untuk STEMI
10. Mengetahui diagnosa keperawatan pada STEMI
11. Mengetahui tindakan keperawatan pada STEMI
Step 6 (mengumpulkan informasi tambahan (belajar mandiri)
1. Pratiwi, F. I, dkk. 2011. Komplikasi pada Pasien Infark Miokard Akut STElevasi (STEMI) yang Mendapat maupun Tidak Mendapat Terapi
Reperfusi.

(http://id.portalgaruda.org/?

ref=browse&mod=viewarticle&article=73544 Diakses pada tanggal 25


Oktober 2016. Pukul 16:15 WIB)
2. FK, HS. 2011. BAB II Tinjauan Pustaka. Universitas Sumatera Utara
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23084/4/Chapter
%2520II.pdf diakses pada 25 Oktober 2016. Pukul 16.20 WIB)
3. Siregar, YF. 2011. BAB 2 Tinjauan Pustaka. Universitas Sumatera Utara
(http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/22069/4/Chapter
%2520II.pdf diakses pada 25 Oktober 2016 pukul 16.20 WIB)
4. Wally, TM. 2014. BAB II Tinjauan Pustaka
(http://eprints.undip.ac.id/44887/3/Tegusti_M._Waly_22010110110046_B
AB2KTI.pdf diakses pada 25 Oktober 2016. Pukul 16.45 WIB)
5. Safitri, E.S. ST Elevasi Miokard Infark (Stemi) Anteroseptal Pada Pasien
Dengan Faktor Resiko Kebiasaan Merokok Menahun Dan Tingginya
Kadar Kolestrol Dalam Darah Medula, Volume 1, Nomor 4, Oktober
2013

(http://Id.Portalgaruda.Org/?

Ref=Browse&Mod=Viewarticle&Article=122525. Diakses pada tanggal


25 Oktober 2016. Pukul 16:30 WIB)
6. Huda Nurarif, Amin dan Hardhi Kusuma. 2015. APLIKASI ASUHAN
KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA

(NORTH AMERICAN NURSING DIAGNOSIS ASSOCIATION) NICNOC. Jogjakarta: Penerbit Mediaction Jogja
G.
1.

Step 7 (mensintesis/menguji informasi baru)


Definisi Penyakit ST Elevasi Miokard Infark (STEMI)
IMA ST-elevasi (STEMI) yaitu oklusi total dari arteri koroner yang
menyebabkan area infark yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan
miokardium, yang ditandai dengan adanya elevasi segmen ST pada EKG.
Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST Elevation Myocardial
Infarct) merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA)
yang terdiri atas angina pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST, dan IMA
dengan elevasi ST. Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi
jika aliran darah koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus
pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri
koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler, dimana injuri ini
dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi

lipid (Sudoyo, 2010).


2. Klasifikasi
Terdapat dua tipe dasar IMA yaitu:
1) Infark transmural
Berhubungan dengan aterosklerosis pada arteri koroner utama. Infark
transmural dapat diklasifikasikan menjadi infark anterior, posterior,
atau inferior. Infark transmural meluas ke seluruh ketebalan otot
jantung dan pada umumnya menyebabkan sumbatan total pada area
suplai pembuluh darah tersebut.
2) Infark subendokardial
Otot-otot subendokardium sering mengalami infark walaupun tanpa
adanya bukti terjadi infark di bagian permukaan luar jantung, yang
meliputi area yang kecil di dinding subendokardial ventrikel kiri,
septum interventrikel, atau otot papillaris. Hal ini disebabkan otot
subendokardium dalam keadaan normal lebih sulit untuk memperoleh
alirah darah yang adekuat karena pembuluh darah di subendokardium
terkompresi oleh kontraksi sistolik jantung. Oleh karena itu, setiap
kondisi yang mengganggu aliran darah ke jantung manapun,

10

menyebabkan kerusakan pertama kali di subendokrdium, dan


kemudian kerusakan tersebut menyebar keluar ke arah epikardium.
IMA diklasifikasikan berdasar EKG 12 sadapan menjadi :
1) IMA ST-elevasi (STEMI) yaitu oklusi total dari arteri koroner yang
menyebabkan area infark yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan
miokardium, yang ditandai dengan adanya elevasi segmen ST pada
EKG.
2) IMA non ST-elevasi (NSTEMI) yaitu oklusi sebagian dari arteri
koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan miokardium, sehingga
tidak ada elevasi segmen ST pada EKG.
Di dalam klinik, IMA lebih lanjut diklasifikasikan menjadi ST-segment
Elevation Myocardial Infarct (STEMI) dan Non- ST-segment Elevation
Myocardial Infarct (NSTEMI) berdasar perubahan pada EKG.
3.

Etiologi
Penelitian angiografi menunjukkan bahwa sebagian besar IMA disebabkan
oleh trombosis arteri koroner. Dalam banyak kasus, gangguan pada plak
arterosklerotik yang sudah ada (pembentukan fisura) merupakan suatu
nodus untuk pembentukan trombus. Terdapat juga dalam beberapa kondisi
yang jarang, STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri koroner yang
disebabkan oleh emboli koroner, abnormalitas kongenital, spasme koroner

4.

dan berbagai penyakit inflamasi sistemik.


Manifetasi Klinis
a. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat, seperti rasa
terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir,
tertekan yang berlangsung 20 menit, tidak berkurang dengan
pemberian nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat, pucat dan mual,
sulit bernapas, cemas, dan lemas.
b. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
c. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung
akut.
d. Bisa atipik:
-Pada manula: bisa kolaps atau bingung.

11

-Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal


jantung bisa tanpa disertai nyeri dada.
5.

Patofisiologi
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak arterosklerosis
mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik
memicu trombogenesis, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur
yang

mengakibatkan

oklusi

arteri

koroner.

Penelitian

histologis

menunjukkan plak koroner cenderung mengalami ruptur jika mempunyai


fibrous cap yang tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core). Pada STEMI
gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red trombus, yang
dipercaya menjadi dasar sehingga STEMI memberikan respon terhadap
terapi trombolitik.
Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP,
efinefrin, serotonin) memicu aktivasi trombosit, yang selanjutnya akan
memproduksi dan melepaskan tromboxan A2 (vasokontriktor lokal yang
poten). Selain aktivasi trombosit memicu perubahan konformasi reseptor
glikoprotein.
Setelah mengalami konversi fungsinya, reseptor mempunyai afinitas
tinggi terhadap sekuen asam amino pada protein adhesi yang larut
(integrin) seperti faktor von Willebrand (vWF) dan fibrinogen, dimana
keduanya adalah molekul multivalen yang dapat mengikat 2 platelet yang
berbeda secara simultan, menghasilkan ikatan silang platelets dan agregasi.
Kaskade koagulasi di aktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel
endotel yang rusak. Faktor VII dan X di aktivasi, mengakibatkan konversi
protrombin menjadi trombin, yang kemudian mengkonversi fibrinogen
menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat kemudian akan mengalami
oklusi oleh trombus yang terdiri agregat trombosit dan fibrin. Pada kondisi
yang jarang, STEMI dapat juga disebabkan oleh emboli koroner,
abnormalitas kongenital, spasme koroner dan berbagai penyakit inflamasi
6.

sistemik (Alwi, 2006).


Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan sebagai bagian dalam
tatalaksana pasien STEMI. Pemeriksaan petanda kerusakan jantung
yang dianjurkan adalah creatinine kinase (CK) MB dan cardiac specific
12

troponin (cTn) T atau cTn 1 yang dilakukan secara serial. cTn harus
digunakan sebagai petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai
kerusakan otot skletal karena pada keadaan juga akan diikuti
peningkatan CKMB. Peningkatan nilai enzim diatas dua kali batas atas
normal menunjukkan adanya nekrosis jantung. Selain itu, Troponin juga
digunakan sebagai marker yang spesifik pada kerusakan otot jantung,
karena reseptor troponin lebih khas pada otot jantung dibandingkan
dengan CKMB. Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu mioglobin,
creatinine kinase (CK), Lactic dehydrogenase (LDH). Reaksi non
spesifik terhadap injuri miokard adalah leukositosis polimorfonuklear
yang dapat terjadi dalam beberapa jam setelah onset nyeri dan menetap
selama 3-7 hari. Leukosit dapat mencapai 12.000-15.000/ul.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan EKG 12 sandapan umumnya pada IMA terdapat gambaran
iskemia, injuri dan nekrosis yang timbul menurut urutan tertentu sesuai
dengan perubahan-perubahan pada miokard yang disebut evolusi EKG.
Evolusi terdiri dari fase-fase sebagai berikut:
1. Fase awal atau fase hiperaktif. Terdiri dari:
a) Elevasi ST yang non spesifik
b) T yang tinggi dan melebar.
2. Fase evolusi lengkap. Terdiri dari:
a) Elevasi ST yang spesifik, konveks ke atas
b) T yang negatif dan simetris
c) Q patologis
3. Fase infark lama. Terdiri dari:
a) Q patologis, bisa QS atau Qr
b) ST yang kembali iso-elektrik
c) T bisa normal atau negatif.
Timbulnya kelainan-kelainan EKG pada IMA bisa terlambat,
sehingga untuk menyingkirkan diagnosis IMA membutuhkan
EKG serial. Fase evolusi yang terjadi bisa sangat bervariasi, bisa
beberapa jam hingga 2 minggu. Selama evolusi atau sesudahnya,
gelombang Q bisa hilang sehingga disebut infark miokard non-Q.

13

Gambaran infark miokard subendokardial pada EKG tidak begitu


jelas dan memerlukan konfirmasi klinis dan laboratoris, pada
umumnya terdapat depresi segmen ST yang disertai inversi
segmen T yang bertahan beberapa hari. Pada infark miokard pada
umumnya dianggap bahwa Q menunjukkan nekrosis miokard,
sedangkan R menunjukkan miokard yang masih hidup, sehingga
bentuk QR menunjukkan infark non-transmural sedangkan bentuk
QS menunjukkan infark transmural. Pada infark miokard non-Q,
berkurangnya tinggi R menunjukkan nekrosis miokard. Pada
infark miokard dinding posterior murni, gambaran EKG
menunjukkan bayangan cermin dari infark miokard anteroseptat
terhadap garis horisontal, jadi terdapat R yang tinggi di V1, V2,
V3 dan disertai T yang simetris.

7.

Penatalaksanaan
a. Tatalaksana di rumah sakit
ICCU; Aktivitas, Pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama. Diet,
karena resiko muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard, pasien
harus puasa atau hanya minum cair dengan mulut dalam 4-12 jam
pertama. Diet mencakup lemak < 30% kalori total dan kandungan
kolesterol <300mg/hari.

Menu harus diperkaya

serat, kalium,

magnesium, dan rendah natrium. Bowels, istirahat di tempat tidur.


Penggunaan narkotik sering menyebabkan efek konstipasi sehingga di
anjurkan penggunaan pencahar ringan secara rutin. Sedasi, pasien
memerlukan sedasi selama perawatan, untuk mempertahankan periode
inaktivasi dengan penenang (Alwi, 2006).
b. Terapi farmakologis

14

1. Fibrinolitik: Berkhasiat melarutkan trombus dengan cara mengubah


plasminogen

menjadi

plasmin,

suatu

enzim

yang

dapat

menguraikan fibrin. Fibrin ini merupakan zat pengikat dari


gumpalan darah.
2. Antitrombotik: untuk mementapkan dan memepertahankan potensi
arteri kororner yang terkait infark dan menurunkan tendensi pasien
menjadi thrombosis.
3. Inhibitor ACE: Inhibitor ACE menurunkan mortalitas pasca
STEMI dan manfaat terhadap mortalitas bertambah dengan
penambahan aspirin dan penyekat beta.
4. Beta-Blocker: Beta blockers menurunkan kebutuhan oksigen otot
jantung dengan cara menurunkan frekuensi denyut jantung, tekanan
darah dan kontraktilitas.
8. Pencegahan
a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan
Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai
kelebihan berat badan lebih dari 20% dan hiperkolestrol mempunyai
risiko yang lebih besar terkena hipertensi (Rahajeng, 2009).
b. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
mengontrol sistem saraf yang akan menurunkan tekanan darah (Depkes,
2006).
c. Melakukan olahraga teratur
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah
kebugaran dan memperbaiki metabolisme tubuh yang akhirnya
mengontrol tekanan darah (Depkes, 2006).
d. Melakukan diet rendah kalori dan mudah dicerna.
e. Menghentikan aktivitas selama ada serangan dan istirahat.
9. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
b. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (iskemia)
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
asupan makanan
d. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi
(peningkatan tekanan hidrostatik dan kapiler)
15

e. Ansietas b.d ancaman kematian

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 SKENARIO KASUS


Tn. S, No rekam medis: 296 82 95, umur 95 tahun, laki-laki, Islam, betawi,
kawin. Diagnosa masuk: STEMI. Alasan utama MRS: Pasien mengeluh nyeri
pada dada kiri menjalar ke tangan dan dagu terus menerus tidak hilang
dengan istirahat. Keringat dingin, sesak napas, orthopnea. Sesak-sesak mulai
tiga hari yang lalu sebelum MRS, memberat, mual, muntah, demam. Keluhan
utama: saat MRS, nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu terus menerus
tidak mau hilang dengan istirahat. Pada hari perawatan ke 4 tanggal 1-122005 terjadi serangan berulang dengan nyeri dan karakteristik yang sama.
Saat pengkajian keluhan utama adalah cemas tentang penyakit dan
kesembuhannya dengan sering bertanya kepada pengkaji. Upaya yang telah
dilakukan: istirahat dan berobat ke RSCM. Saat pengkajian pasien dan
keluarga mengikuti prosedur perawatan yang diberikan, namun keluarga
menolak untuk merawat penderita di ICCU dengan alasan tidak ada biaya
serta menandatangani surat pernyataan tidak akan menuntut bila terjadi
sesuatu pada pasien. Keluarga juga menolak melakuan tindakan medis yang
memerlukan biaya terlalu besa seperti bila ada kemungkinan operasi jantung
dan sebagainya. Terapi/operasi yang pernah dilakukan: tidak ada. Pasien tidak
pernah mengalami nyeri dada seperti ini. Stroke, asma, maag disangkal pasien
16

, pasien menderita hipertensi yang tidak terkontrol sejak 10 tahun yang lalu,
kaki sering bengkak. Pasien menderita diabetes melitus namun tidak
terkontrol. Alergi tehadap makanan atau lainnya disangkal. Riwayat penyakit
keturunan: pasien dan keluarga menyangkal memiliki penyakit keturunan
(DM, HT, Jiwa, dll)

3.2 ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama

: Tn. S

Umur

: 50 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Kebumen

Status

: Kawin

Agama

: Islam

Suku

: Betawi

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Pedagang

Tanggal Masuk Rs

: 28-11-2005

Tanggal Pengkajian

: 5-12-2005

Diagnosa Medis

: Stemi

Identitas Penanggung Jawab


Nama

: Ny. T

17

Umur

: 50 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Kebumen

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada dada kiri dan menjalar ke tangan dan dagu
terus menerus tidak hilang dengan istirahat.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Alasan utama MRS:
Pasien mengeluh nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu terus
menerus tidak hilang dengan istirahat. Keringat dingin, sesak napas,
orthopnea. Sesak-sesak mulai 3 hari yang lalu sebelum MRS,
memberat, mual, muntah, demam.
Keluhan utama:
Saat MRS, nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu terus menerus
tidak hilang dengan istirahat. Pada hari perawatan ke 4 tanggal 1-122005 terjadi serangan berulang dengan nyeri dan karakteristik yang
sama. Saat pengkajian keluhan utama adalah cemas tentang penyakit
dan kesembuhannya dengan sering bertanya kepada pengkaji.
Upaya yang telah dilakukan:
Istirahat dan berobat ke RSCM. Saat pengkajian pasien dan keluarga
mengikuti prosedur perawatan yang diberikan, namun keluarga
menolak untuk merawat penderita di ICCU dengan alasan tidak ada
biaya serta menandatangani surat pernyataan tidak akan menuntut bila
terjadi sesuatu pada pasien. Keluarga juga menolak melakukan tindakan

18

medis yang memerlukan biaya terlalu besar seperti bila ada


kemungkinan operasi jantung dan sebagainya.
Terapi/operasi yang pernah dilakukan: tidak ada.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami nyeri dada seperti ini. Stroke, asma,
maag disangkal
pasien, pasien menderita hipertensi yang tidak terkontrol sejak } 10
tahun yang lalu, kaki sering bengkak. Pasien menderita diabetes
mellitus namun tidak terkontrol. Alergi terhadap makanan atau lainnya
disangkal.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien menyangkal memiliki penyakit keturunan (DM, HT,
Jiwa, dll)

Pengkajian fungsional
1.

Pola Oksigenasi
Sebelum sakit

: Pasien dapat bernafas dengan normal dan tanpa


menggunakan alat bantu pernafasan.

Saat dikaji

: Pasien merasa kesulitan bernafas, dengan RR: 30


x/menit dan dipasang alat bantu pernafasan, yaitu
selang oksigen binasal kanul.

2.

Pola Nutrisi
Sebelum sakit

: Pasien makan sehari 3 kali, dengan komposisi


makan nasi, sayur yang bersantan, lauk pauk daging
dan jerohan, gorengan. Minum air putih 4-5 gelas
per hari dan kadang minum susu ataupun teh.

Saat dikaji

: Pasien makan sehari 3 kali, menghabiskan hanya


porsi makan. Komposisi makan bubur nasi, sayur
sup, dan lauk pauk jenis tempe kukus. Minum air
putih 2 gelas per hari.

19

3.

Pola Eliminasi
Sebelum sakit

: BAB 1 x/hari, warna, bau dan konsistensi dalam


batas normal (dbn), keluhan tidak ada. BAK 3 4
x/hari, warna dan karakteristik urin dbn, keluhan
tidak ada.

Saat dikaji

: BAB 1 x/hari, warna, bau dan konsistensi dalam


batas normal (dbn), keluhan tidak ada. BAK
menggunakan dower kateter, tercatat 1000 cc/24
jam, warna dan karakteristik urin dbn, keluhan tidak
ada.

4.

Pola Aktivitas
Sebelum sakit

: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya


dan pergi ke pasar untuk berdagang dengan lancar
tanpa ada hambatan apapun.

Saat dikaji

: Pasien hanya berbaring di tempat tidur selama


sakit, tidak bisa beraktivitas seperti biasa karena
sakit yang dideritanya.

5.

Pola Kebutuhan Istirahat dan Tidur


Sebelum sakit

: Pasien dapat beristirahat dengan nyaman dan tidur


dengan nyenyak selama 7-8 jam per hari.

Saat dikaji

: Pasien sulit tidur karena merasa nyeri pada dada


bagian kiri menjalar ke tangan dan dagu terus
menerus,

keringat

dingin,

sesak

napas

dan

orthopnea.
6.

Pola Personal Hygiene


Sebelum sakit

: Pasien mandi 2x sehari, keramas 3x sehari,


menggosok gigi 3x sehari. Dilakukan secara
mandiri.

Saat dikaji

: Pasien dibantu oleh anggota keluarganya dalam


melakukan personal hygienenya yaitu dengan cara
di seka setiap 1x

20

7.

Pola Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman


Sebelum sakit

: Pasien merasa aman dan nyaman jika berada di


lingkungan

rumah

bersama

saudara

dan

keluarganya.
Saat dikaji

: Pasien mengatakan merasa tidak aman dan


nyaman karena sebelumnya belum pernah rawat
inap di rumah sakit.

8.

Pola Berpakaian
Sebelum sakit

: Pasien ganti baju 3x sehari dan dapat berpakaian


secara

mandiri

tanpa

dibantu

oleh

anggota

keluarganya.
Saat dikaji

: Pasien memakai baju dengan dibantu oleh anggota


keluarganya.

9.

Pola Kebutuhan Spiritual


Sebelum sakit

: Pasien mengatakan dapat melakukan ibadah shalat


5 waktu dengan dilakukan secara berdiri.

Saat dikaji

: Pasien mengatakan menjalankan ibadah di atas


tempat tidur sambil tiduran atau dudu

10.

Pola Kebutuhan berkomunikasi dan emosi


Sebelum sakit

: Pasien dapat berkomunikasi normal.

Saat dikaji

: Pasien mengatakan tidak dapat berkomunikasi


dengan lancar saat dikaji oleh perawat karena
merasa nyeri pada dada bagian kiri menjalar
ketangan dan dagu terus menerus, dan cemas
tentang penyakit dan kesembuhannya.

11.

Pola Temparatur tubuh


Sebelum sakit

: Suhu pasien normal dan ketika dingin dipakaikan


jaket dan ketika panas hanya dipakaikan kaos biasa.

Saat dikaji
12.

: Pasien memiliki suhu 38 C

Pola Kebutuhan Bekerja

21

Sebelum sakit

: Pasien dapat melakukan perkerjaannya yaitu


berdagang tanpa ada hambatan.

Saat dikaji

: Pasien tidak dapat melakukan pekerjaanya karena


sakit yang dialaminya sekarang dan hanya berbaring
saja ditempat tidur.

13.

Pola Kebutuhan Bermain dan Rekreasi


Sebelum sakit

: Pasien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan


rutin untuk rekreasi hanya saja biasanya pasien
berkunjung ke rumah saudaranya.

Saat dikaji

: Pasien tidak bisa pergi kemana-mana dan hanya


berbaring di tempat tidur.

14.

Pola Kebutuhan Belajar


Sebelum Sakit

: Pasien mengatakan mendapatkan informasi dari


TV dan majalah.

Saat dikaji

: Pasien tidak bisa belajar karena berbaring di rumah


sakit.

Pemeriksaan Keadaan Umum


1.
2.

Kesadaran: Composmentis
Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah

: 100/70 mmHg

RR

: 30 x/menit

Nadi

: 100 x/menit

Suhu

: 38C

Pemeriksaan Fisik
1.

Kepala
Inspeksi : Rambut lurus, kulit kepala tampak kotor, berwarna hitam
dan distribusi merata, bentuk kepala mesocepal

22

Palpasi
2.

: Nyeri tekan tidak ada, tidak ditemukan benjolan

Mata
Inspeksi : Bentuk simetris, konjungtiva anemis, bola mata berwarna
hitam, sklera anikterik
Palpasi

3.

: Nyeri tekan tidak ada

Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering, gigi bersih, tidak terdapat karies,
lidah bersih
Palpasi

4.

: Tidak ada nyeri tekan pada langit-langit mulut

Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, sekret tidak ada
Palpasi

5.

: Nyeri tekan sinus tidak ada

Leher
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas, tidak ada benjolan
Palpasi

: Nyeri tekan tidak ada, tidak ada pembesaran kelenjar


tiroid

6.

Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak terdapat jejas, fungsi pendengaran
tidak ada masalah, tidak ada penumpukan serumen.
Palpasi

7.

: Nyeri tekan tidak ada

Dada
a. Thoraks
Inspeksi

: Bentuk simetris, tidak ada pencembungan dan


penarikan abnormal.

Palpasi

: Pergerakan simetris, tidak ada gerakan yang


tertinggal depan dan belakang, kanan dan kiri.

Perkusi

: Sonor dikedua lapang paru

Auskultasi

: Vesikuler, ronchi basah halus +/+, wheezing

b. Jantung
Inspeksi

: Iktus tidak tampak, pulsasi tidak tampak


23

Palpasi

: Iktus tidak teraba, getaran (thrill) tidak ada

Perkusi

: Pekak

Auskultasi

: Bunyi jantung 1 dan 2 normal, terdengar murmur,


gallop tidak ada

8.

Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen simetris, datar, tidak terdapat jejas/luka,
tidak terdapat tumor
Auskultasi: Bising usus 37 x/menit

9.

Palpasi

: Nyeri tekan tidak ada, tidak terdapat distensi

Perkusi

: Timpani

Genetalia
Bersih, jenis kelamin laki-laki, terpasang selang DC

10. Ekstremitas
Atas

: Turgor kulit baik, CRT 3 detik

Bawah

: Turgor kulit baik, tidak terdapat varises

24

Anda mungkin juga menyukai