Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN

KULIAH LAPANGAN
GEOLOGI DASAR

DISUSUN OLEH
DENNY HERMAWAN SAPUTRA
270110150014
KELAS C
KELOMPOK C3

UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT. Banyak nikmat yang
Allah berikan. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas hasil laporan Kuliah Lapangan. Karena berkat limpahan
rahmatnya penulis bisa menyelesaikan laporan hasil kuliah lapangan ini.
Laporan ini ditulis, setelah kegiatan kuliah lapangan selesai pada hari
Selasa, 8 Desember 2015 di desa Citatah, Kecamatan Padalarang, Kabupaten
Bandung Barat untuk melaporkan hasil yang didapat selama kegiatan ini
berlangsung.
Selama pelaksanakan kegiatan Kuliah Lapangan Geologi Dasar dan dalam
penulisan laporan, penulis banyak menghadapi hambatan. Namun dengan bantuan
berbagai pihak, penulis dapat melaksanakan kegiatan kuliah lapangan dengan
lancar dan baik.

Jatinangor, 11 Desember 2015


Penulis

Denny Hermawan Saputra

[Type here]

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................
1.2 Tujuan..........................................................................................
1.3 Sifat Kegiatan..............................................................................
1.4 Waktu dan Tempat Kegiatan........................................................
1.5 Pembatasan Masalah...................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batuan..........................................................................................
2.2 Awal Mula Batuan.......................................................................
2.3 Pengertian Batuan Beku..............................................................
2.3.1 Klasifikasi Batuan Beku..............................................
2.3.2 Contoh Batuan Beku ..................................................
2.4 Batuan Sedimen............................................................................
2.4.1......................................................................................
2.4.2 Penamaan Batuan Sedimen Klastik.............................
2.4.3 Struktur Sedimen.........................................................
2.4.4 Batuan Sedimen Non-Klastik......................................
2.4.5 Contoh Batuan Sedimen..............................................
2.5 Batuan Metamorf..........................................................................
2.5.1 Jenis-Jenis Batuan Metamorf ......................................
2.5.2 Contoh Batuan Metamorf ............................................
2.6 Peralatan Geologi.........................................................................
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Stasiun 1......................................................................................
3.1.1 Interpretasi geologi.............................................................
3.1.2 Deskripsi Batuan................................................................
3.1.3 Sketsa Lokasi......................................................................
3.2 Stasiun 2......................................................................................
3.2.1 Interpretasi geologi.............................................................
3.2.2 Deskripsi Batuan................................................................
3.2.3 Sketsa Lokasi......................................................................
3.3 Stasiun 3......................................................................................

[Type here]

3.3.1 Interpretasi geologi.............................................................


3.3.2 Deskripsi Batuan................................................................
3.3.3 Sketsa Lokasi......................................................................
3.4 Stasiun 4......................................................................................
3.4.1 Interpretasi geologi.............................................................
3.4.2 Deskripsi Batuan................................................................
3.4.3 Sketsa Lokasi......................................................................
3.5 Stasiun 5......................................................................................
3.5.1 Interpretasi geologi.............................................................
3.5.2 Deskripsi Batuan................................................................
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan..................................................................................
4.2 Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam mempelajari mata kuliah geologi, terutama geologi dasar diperlukan
peninjauan langsung terhadap lapangan untuk lebih memahami seluruh materi
dasar dalam menginterpretasi seluruh fenomena geologi beserta gambarannya
secara rill.
Desa Citatah, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat merupakan
salah satu daerah yang memiliki fenomena geologi yang kaya, salah satunya
bentang alam karst yang sangat terkenal dimana Morfologi Karst atau Topografi
Karst adalah termasuk kedalam bentangalam Order 3 yang terbentuk sebagai hasil
dari proses erosi pada batugamping. Batugamping (CaCO3) merupakan batuan
utama karst, dan merupakan batuan penyusun bentangalam karst dengan berbagai
bentuk. Sebagaimana diketahui bahwa 20-25% dari populasi sirkulasi air bawah

[Type here]

tanah (ground water) di dunia ada di wilayah batuan karst, sehingga dalam bidang
hidro-geologi, studi terhadap bentangalam karst menjadi sangat penting.
Dengan berdasarkan itulah pelaksanaan kuliah lapangan kali ini dilaksanakan
di Desa Citatah, Kabupaten Bandung Barat dimana seluruh fenomena geologi
yang terdapat disana dapat dipelajari lebih mendalam.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam kegiatan kuliah lapangan ini , yaitu :
a. Mengaplikasikan cara membaca peta dan menentukan suatu lokasi dengan
metode resection dan intersection, juga dengan menggunakan GPS.
b. Menentukan dan mendeskripsi batuan.
c. Mempelajari arah perlapisan batuan dengan metode strike and dip.
d. Mempelajari karakteristik geologi daerah Citatah, Kabupaten Bandung
Barat.

1.3 Sifat Kegiatan


Kuliah lapangan merupakan bagian penting dari pembelajaran di bidang
Geologi, dikarenakan geologi merupakan ilmu yang harus diperdalam dengan
melihat fenomena-fenomena secaralangsung di alam.
1.4 Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan kuliah lapangan dilaksanan pada Hari Selasa, 8 Desember 2015
yang berlokasi di Desa Citatah, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung
Barat. Secara geografis daerah ini terletak antara 107 24 48,5 107 24 47,4
BT dan 6 50 05,6 6 50 09.3 LS.
1.5 Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah yang akan dibahas, diantaranya :
a. Pembacaan peta yang benar serta penggunaannya.
b. Cara pemakaian alat-alat yang di pergunakan di lapangan.
c. Penginterpretasian geologi untuk setiap stasiun di Desa Citatah.
d. Pendeskripsian batuan untuk setiap stasiun di Desa Citatah.
e. Pembuatan sketsa stasiun secara horizontal maupun vertical.

[Type here]

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batuan pembentuk litosfer
Pada lithosfer terdapat tiga jenis batuan yaitu:
1.
2.
3.

Batuan beku
Batuan sedimen
Batuan metamorf

2.2 Awal Mula Batuan


1. Semua batuan pada mulanya
dari magma
2. Magma adalah benda cair,
panas, pijar yang bersuhu
diatas 1000C
3. Lava adalah magma yang
sudah muncul ke permukaan
4. Lahar adalah lava yang
bercampur
dengan
gas,
meterial piroklastik, air, tanah
tumbuhan
Magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung
berapi. Gunung berapi ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma yang sudah
mencapai permukaan bumi akan membeku. Magma yang membeku kemudian
menjadi batuan beku. Batuan beku muka bumi selama beribu-ribu tahun lamanya
dapat hancur terurai selama terkena panas, hujan, serta aktivitas tumbuhan dan
hewan. Selanjutnya hancuran batuan tersebut tersangkut oleh air, angin atau
hewan ke tempat lain untuk diendapkan. Hancuran batuan yang diendapkan
disebut batuan endapan atau batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau beku
dapat berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan

[Type here]

temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan malihan atau
batuan metamorf.
2.3 Batuan Beku
Dimulai dari batuan beku, batuan beku adalah batuan cair pijar atau magma
dari dalam bumi yang membeku. Berdasarkan tempat proses membekunya
batuan-batuan beku tersebut terdiri atas :
Batuan dalam, membeku secara perlahan-lahan di dalam
Batuan korok, membeku di daerah korok
Batuan leleran, membeku secara tiba-tiba di permukaan bumi
Batuan beku dibedakan berdasarkan sifat kimiawinya yaitu :
Batuan asam, mengandung banyak asam salisilat merupakan senyawa
silikon dan oksida, mengandung kwarsa berwarna keputih-putihan.
Batuan basa, kadar asam salisilatnya rendah banyak mengandung
magnesium dan besi, warnanya gelap/hitam
Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna, kimia,
tekstur, dan mineraloginya.
a) Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibedakan atas :
1. Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut
bumi.
2. Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh dari
permukaan bumi
3. Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan
bumi
Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu mineral
mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotit, dan mineral felsic
(terang) seperti Feldspar, muskovit, kuarsa dan feldspatoid.
b) Klasifikasi batuan beku berdasarkan warnanya yaitu:
Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%
Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%
Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%
Hypermalanic rock, kandungan mineral mafic > 90%
c) Berdasarkan kandungan kimianya yaitu kandungan SiO2-nya batuan beku
diklasifikasikan menjadi empat yaitu:

[Type here]

Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit,

Ryolit.
Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% - 52%.

Contohnya Diorit, Andesit


Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya

Gabbro, Basalt
Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30%

Gambar 5.10 berbagai jenis batuan berdasarkan tekstur dan mineraloginya

Mineralogi dan tekstur biasanya menjadi suatu dasar yang tidak


terpisahkan dalam pengklasifikasian batuan beku. Berdasarkan mineraloginya
(Streickeisen) batuan beku terbagi menjadi 2 yaitu :
Kelas A dengan mineral mafic <90%
Kelas B dengan mineral mafic >90%
Penamaan nama batuan pada kelas A dengan kandungan mineral mafic <
90 % didasarkan pada persentase tiga mineral yaitu Plagioklas, K-Feldspar, dan
Quarsa. Batuan yang mengandung Feldspatoid tidak akan mengandung kuarsa
sehingga klasifikasinya menggunakan segitiga yang bawah.

[Type here]

Keterangan :

A (K-Feldspar)
P (Plagioklas)
Q (Kuarsa)
F (Feldspatoid)
Gambar 5.11 Klasifikasi batuan beku kelas A bertekstur phaneritic
Q

60

60

Rhyolite

Dacite

20

20

Trachyte

Latite
35

A
10

(foid)-bearing
Trachyte

65

(foid)-bearing
Latite

Phonolite

A (K-Feldspar)
P (Plagioklas)
Q (Kuarsa)

[Type here]

10

60

(Foid)ites

(foid)-bearing
Andesite/Basalt

Tephrite

60

Keterangan :

Andesite/Basalt

F (Feldspatoid)

Gambar 5.6 Klasifikasi batuan beku kelas A bertekstur Aphanitic

Klasifikasi Batuan beku kelas B, dengan mineral mafic >90%

Gambar 5.7 Klasifikasi batuan beku kelas B

Untuk klasifikasi berdasarkan mineralogi, batuan harus disayat tipis dan


kemudian dilakukan deskripsi di bawah mikroskop.

Berikut adalah contoh-contoh batuan beku :


2.3.1 Granit
Proses
terbentuk Batuan
ini
terbentuk dari hasil pembekuan magma
berkomposisi asam yang membeku di
dalam dapur magma, sehingga batu ini
merupakan jenis batu beku dalam.
Massa jenis
: sekitar 2,2 2,3
gram/cm3
Warna
: putih, abu-abu, atau
campuran keduanya.
Batuan ini banyak di temukan di
daerah pinggiran pantai dan di pinggiran sungai besar ataupun di dasar sungai.
2.3.2 Gabro

[Type here]

Proses Terbentuk
: terbentuk dari magma yang membeku di dalam
gunung. Termasuk batuan dalam
Massa Jenis
:2,9 3,21 gram/cm3
Warna
: Gelap kehijauan , coklat bercampur putih
Karakteristik lain
: Batuan gabro berwarna gelap kehijauan, menunjukkan
kandungan silika rendah sehingga magma asal bersifat basa. Struktur batuan ini
adalah massive, tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-retakan.
Batuan ini masih segar 3. Andesit

Proses terbentuk :Batuan ini berasal dari lelehan lava gunung merapi yang
meletus, batu Andesit terbentuk (membeku) ketika temperatur lava yang meleleh
turun antara 900 sampai dengan 1,100 derajat Celsius. Merupakan jenis batuan
beku luar.
Massa Jenis
: 2,8 3 gram/cm3
Warna
: agak gelap (abu-abu tua).
4.Diorit

Proses terbentuk
: Merupakan batuan hasil terobosan batuan beku (instruksi)
yang Terbentuk dari hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafic pada suatu
subduction zone. biasanya diproduksi pada busur lingkaran volkanis, dan
membentuk suatu gunung didalam cordilleran ( subduction sepanjang tepi suatu
benua, seperti pada deretan Pegunungan). Massa jenis
: 2,8 2,9
3
gram/cm

[Type here]

Warna
5. Basalt

: Kelabu bercampur putih, atau hitam bercampur putih

Proses Terbentuk
: Berasal dari hasil pembekuan
magma berkomposisi basa di permukaan atau dekat
permukaan bumi. Biasanya membentuk lempeng
samudera di dunia. Mempunyai ukuran butir yang
sangat baik sehingga kehadiran mineral mineral tidak
terlihat.
Massa jenis
: 2,7 3 gram/cm3
Warna
: Gelap
Karakteristik lain
: Batuan Basalt lazimnya bersifat masif dan keras,
bertekstur afanitik, terdiri atas mineral gelas vulkanik, plagioklas, piroksin.
Amfibol dan mineral hitam.
6. Obsidian

Proses Terbentuk
:Obsidian merupakan batuan yang terbentuk oleh
hasil kegiatan erupsi gunung api bersusunan asam hingga basa yang
pembekuannya sangat cepat sehingga akan terbentuk gelas atau kaca
daripada kristal dominan. Obsidian adalah batuan yang disusun secara
keseluruhan dari kaca amorf dan sedikit kristal feldspar, mineral hitam dan
kuarsa.
Massa Jenis
: 2,36 2,5 gram/cm3
Warna
: Warnanya bening seperti kaca dan warnanya
kadang-kadang hitam mulus, merah tua, agak hijau atau abu-abu. Batu ini
jarang yang berwarna kuning atau merah putih atau biru. Batu obsidian
sering ditemukan dalam keadaan mengkilau mulus walaupun belum
dipoles. Batu obsidian terbuat dari 70% silicon dioxide bahkan lebih dan
jika tercampur mineral mineral tertentu warnanya akan berubah.
7. Pumice (batu apung)

Proses Terbentuk : Batu apung merupakan hasil material erupsi gunung api
yang membeku ketika didalamnya masih terdapat udara sehingga
mempunyai sifat titik berongga-rongga tersebar secara tidak merata. Batu
apung
mengandung
silika tinggi, dan termasuk jenis batuan beku luar.

[Type here]

Massa Jenis : dibawah 1 gram/cm3

Warna

Karakteristik lain : dapat terapung di air,


kedap suara, batuapung juga tahan terhadap
api, kondensi, jamur dan panas.

Manfaat
: Dalam sektor industri lain, batu apung digunakan sebagai
bahan pengisi (filler), pemoles/penggosok (polishing), pembersih
(cleaner), stonewashing, abrasif, isolator temperatur tinggi dan lain-lain.

: Putih, dan coklat muda

8. Diorit
Batuan ini bertekstur feneris, mengandung
feldspar plagioklas calsiksodik dalam jumlah yang
besar dengan tipe sodik yang banyak. Plagioklasnya
melebihi ortoklas, kwarsa tidak ada, tetapi
mengandung augit dalam jumlah sedikit. Harnbledia
biasanya lebih banyak dari biotit. Diorite sangat
mirip dengan gabro, tetapi diorit plagioklasnya lebih
asam (sodik) daripada labradorit. Batuan dengan plagioklas yang lebih basa
disebut dengan gabro. Jika banyak penokris disebut dengan porfir diorit. diorit
terdiri dari kurang lebih 65% plagioklas dan 35% mineral silikat gelap seperti
biotit dan augit. Mineral-mineral accesorisnya kwarsa, apotik, kalsit, klorit, granit,
dan epidot. Varietas yang umum adalah diorite hornblende. Warna diorit cerah
abu-abu gelap hijau keabu-abuan.
9. Liparit
Lapirit merupakan batuan bertekstur porfiris
dan
umumnya
berwarna
putih,
mineral
pembentuknya feldspar, kuarsa, biotit dan mungkin
juga mineral berwarna gelap.
9. Dasit
Dasit merupakan batuan yang memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu terang,
mineral plagioklas berbutir kasar dalam masa dasar lebih halus. Dasit
mengandung 15-20% kwarsa, kurang lebih 60% feldaspar dan 10-20% biotit atau
hornblande. Mineral silikat ada dalam jumlah sedikit. Misalnya biotit, hornblende,
dan augit. Jika panerisnya plagioklas atau kwarsa banyak, disebut dengan porfir

[Type here]

dan dasit. Masa dasar dari batuan ini biasanya berbutir halus, tetapi dapat juga
secara gradual menjadi glass.
10. Skoria
Skoria merupakan batuan yang terentuk
jika air dan gelombang-gelombang gas lainnya
keluar melalui lava yang mampat (stiff lava),
yang luabang-lubangnya lebih besar kalau
dibandingkan dengan purnice. Warna skoria
coklat kemerahan sampai abu-abu gelap dan
hitam.
11. Tufa Gelas
Tufa Gelas merupakan batuan piroklastik
yang disusun oleh material hasil gunung api
yang banyak mengandung debu vulkanik dan
mineral gelas, dengan warna putih kekurangan,
abu-abu dan kuning kecoklatan. Kegunaan
digunakan sebagai timbunan.

2.4 BATUAN SEDIMEN


Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok
utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang
terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan
(deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari
larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk
dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.
Batuan sedimen (batuan endapan) adalah batuan yang terjadi akibat
pengendapan materi hasil erosi. Sekitar 80% permukaan benua tertutup oleh
batuan sedimen. Materi hasil erosi terdiri atas berbagai jenis partikel yaitu ada
yang halus, kasar, berat dan ada juga yang ringan. Cara pengangkutannya pun
bermacam-macam seperti terdorong (traction), terbawa secara melompat-lompat
(saltion), terbawa dalam bentuk suspensi, dan ada pula yang larut (salution).
Klasifikasi lebiih lanjut seperti berikut:
Berdasarkan proses pengendapannya
batuan sedimen klastik
batuan sedimen kimiawi
batuan sedimen organik
Berdasarkan tenaga alam yang mengangkut
batuan sedimen aerik

[Type here]

batuan sedimen aquatik


batuan sedimen marin
batuan sedimen glastik
Berdasarkan tempat endapannya
batuan sedimen limnik
batuan sedimen fluvial
batuan sedimen marine
batuan sedimen teistrik
Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan
tersebut. Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir, batulanau,
batulempung, stalaktit dan stalakmit, moraine.
Tekstur Pada Batuan Sedimen Klastik
Pada hakekatnya tekstur adalah hubungan antar butir / mineral yang
terdapat di dalam batuan. Sebagaimana diketahui bahwa tekstur yang terdapat
dalam batuan sedimen terdiri dari fragmen batuan / mineral dan matrik (masa
dasar). Adapun yang termasuk dalam tekstur pada batuan sedimen klastik terdiri
dari : Besar Butir, Bentuk Butir, Kemas (Fabric), Pemilahan (Sorting), Sementasi,
Porositas (kesarangan), dan Permeabilitas (Kelulusan).
a) Besar Butir adalah ukuran butir dari material penyusun batuan sedimen
diukur berdasarkan klasifikasi Wentword.
b) Bentuk butir pada sedimen klastik dibagi menjadi : Rounded (Membundar ),
Sub-rounded (Membundar tanggung), Sub-angular (Menyudut tanggung), dan
angular (Menyudut).
c) Kemas (Fabric) adalah hubungan antara masa dasar dengan fragmen batuan /
mineralnya. Kemas pada batuan sedimen ada 2, yaitu : Kemas Terbuka, yaitu
hubungan antara masa dasar dan fragmen butiran yang kontras sehingga
terlihat fragmen butiran mengambang diatas masa dasar batuan. Kemas
tertutup, yaitu hubungan antar fragmen butiran yang relatif seragam, sehingga
menyebabkan masa dasar tidak terlihat).
d) Pemilahan (Sorting) adalah keseragaman ukuran butir dari fragmen penyusun
batuan.
e) Sementasi (Cement) adalah bahan pengikat antar butir dari fragmen penyusun
batuan. Macam dari bahan semen pada batuan sedimen klastik adalah :
karbonat, silika, dan oksida besi.

[Type here]

f) Porositas (Kesarangan) adalah ruang yang terdapat diantara fragmen butiran


yang ada pada batuan. Jenis porositas pada batuan sedimen adalah Porositas
Baik, Porositas Sedang, dan Porositas Buruk.
g) Permeabilitas (Kelulusan) adalah sifat yang dimiliki oleh batuan untuk dapat
meloloskan air. Jenis permeabilitas pada batuan sedimen adalah permeabilitas
baik, permeabilitas sedang, permeabilitas buruk.
Penamaan Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis
batuan atas dasar ukuran butirnya. Batu lempung adalah batuan sedimen klastik
yang ukuran butirnya ukuran lempung; batulanau adalah batuan sedimen klastik
yang berukuran lanau; batupasir adalah batuan sedimen klastik yang ukuran
butirnya pasir, sedangkan konglomerat dan breksi adalah batuan sedimen klastik
yang ukuran butirnya mulai dari lempung hingga bongkah. Konglomerat dan
breksi dibedakan berdasarkan perbedaan bentuk butirnya, dimana bentuk butir
konglomerat membundar sedangkan breksi memiliki bentuk butir yang menyudut.
Klasifikasi ukuran butir yang dipakai dalam pengelompokkan batuan sedimen
klastik menggunakan klasifikasi dari Wentword seperti yang diperlihatkan pada
Tabel 2.1. :
Particle name

Particle diameter

Gravel Boulders

> 256 mm

Sand

[Type here]

Cobbles

64 - 256 mm

Pebbles

2 - 64 mm

Granules

2 - 4 mm

Very coarse 1 - 2 mm
sand

Coarse
sand

0.5 - 1 mm

Medium
sand

0.25 - 0.5 mm

Fine sand

0.125 - 0.25 mm

Very
sand

fine 0.0625 - 0.125 mm

Silt

1/256
1/16
mm
(or 0.004 - 0.0625 mm)

Clay

<
1/256
(or < 0.004 mm)

Gambar 2.2 Bentuk Butir

Gambar 2.2 Parameter Pemilahan

[Type here]

mm

Batuan Sedimen Non Klastik


Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari
proses kimiawi, seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan batuan
rijang sebagai proses kimiawi. Batuan sedimen non-klastik dapat juga terbentuk
sebagai hasil proses organik, seperti batugamping terumbu yang berasal dari
organisme yang telah mati atau batubara yang berasal dari sisa tumbuhan yang
terubah. Batuan ini terbentuk sebagai proses kimiawi, yaitu material kimiawi yang
larut dalam air (terutamanya air laut). Material ini terendapkan karena proses
kimiawi seperti proses penguapan membentuk kristal garam, atau dengan bantuan
proses biologi (seperti membesarnya cangkang oleh organisme yang mengambil
bahan kimia yang ada dalam air).
Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat sangat kompleks, dan sukar
untuk dibedakan antara bahan yang terbentuk hasil proses kimia, atau proses
biologi (yang juga melibatkan proses kimia secara tak langsung). Jadi lebih sesuai
dari kedua-dua jenis sedimen ini dimasukan dalam satu kelas yang sama, yaitu
sedimen endapan kimiawi / biokimia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
sedimen evaporit (evaporites), karbonat (carbonates), batugamping dan dolomit
(limestones and dolostone), serta batuan bersilika (siliceous rocks), rijang (chert).

[Type here]

Berikut adalah contoh-contoh dan karakteristik dari batu apung :


1. Konglomerat

Proses Terbentuk
Konglomerat merupakan suatu
bentukan fragmen dari proses
sedimentasi, batuan yang berbutir
kasar, terdiri atas fragmen dengan
bentuk membundar dengan ukuran
lebih besar dari 2mm yang berada
ditengah-tengah semen yang tersusun
oleh batupasir dan diperkuat & dipadatkan lagi kerikil. Dalam
pembentukannya membutuhkan energi yang cukup besar untuk
menggerakan fragmen yang cukup besar biasanya terjadi pada sistem
sungai dan pantai.

Warna
: berwarna warni
Manfaat
: Biasanya batuan tersebut menjadi batuan penyimpan
hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai
penghasil hidrokarbon (source rocks).

2. Batu Pasir

Proses Terbentuk
Batupasir adalah suatu batuan
sedimen klastik yang dimana partikel
penyusunya
kebanyakan
berupa
butiran berukuran pasir. Kebanyakan
batupasir dibentuk dari butiran-butiran
yang terbawa oleh pergerakan air,
seperti ombak pada suatu pantai atau saluran di suatu sungai. Butirannya
secara khas di semen bersama-sama oleh tanah kerikil atau kalsit untuk
membentuk batupasir tersebut. Batupasir paling umum terdiri atas butir
kwarsa sebab kwarsa adalah suatu mineral yang umum yang bersifat
menentang laju arus.

Warna

[Type here]

: Coklat dan putih

Manfaat
: Batupasir mempunyai banyak kegunaan didalam industri
konstruksi sebagai suatu kumpulan dan batu-tembok. batupasir hasil galian
dapat digunakan sebagai material di dalam pembuatan gelas/kaca.

3. Breksi

Karakteristik
: Breks
i merupakan
batuan
sedimen
klastik
yang memiliki
ukuran
butir
yang
cukup besar (diameter lebih dari dua milimeter) dengan tersusun atas
batuan dengan fragmen menyudut (tajam). Ruang antara fragmen besar
bisa diisi dengan matriks partikel yang lebih kecil atau semen mineral
yang mengikat batu itu bersama-sama. Spesimen yang ditunjukkan di atas
memiliki ukuran garis tengah sekitar dua inci (lima sentimeter).
Warna
: merah kecoklatan, keemasan, coklat
Manfaat
: sebagai Hiasan Bisa, misalnya di ukir hingga halus
membentuk vas bunga, meja kecil, atau asbak.

4. Stalakmit dan Stalagmit

Proses Terbentuknya: Stalaktit


dan Stalakmit adalah bentukan
alam khas daerah Karst. Air
yang larut di daerah karst akan
masuk
ke
lobang-lobang
(doline) kemudian turun ke
gua dan menetes-netes dari
atap gua ke dasar gua. Nah tetesan-tetesan air yang mengandung kapur ini
lama-lama kapurnya membeku dan menumpuk sedikit demi sedikit lalu
berubah jadi batuan kapur yang bentuknya runcing-runcing. Stalaktit
adalah batu yang terbentuk di atap gua, bentuknya meruncing ke bawah,
sedangkan stalakmit adalah batu yang terbentuk di dasar gua bentuknya
meruncing ke atas.

Warna
: kuning, coklat, krem, keemasan, putih
Manfaat
: sebagai keindahan alam (biasanya di gua-gua), dapat di
jadikan hiasan rumah.
Tempat
: Sangat sering di temukan di daerah gua, ada juga yang di
sekitar air terjun.

5.Batu Lempung

[Type here]

Proses Terjadinya
: Type utama
batulempung menurut terjadinya terdiri dari
lempung residu dan lempung letakan (sedimen),
lempung residu adalah sejenis lempung yang
terbentuk karena proses pelapukan (alterasi) batuan
beku dan ditemukan disekitar batuan induknya.
Kemudian material lempung ini mengalami proses
diagenesa sehingga membentuk batu lempung.
Warna
: Coklat, keemasan, coklat, merah, abu-abu
Manfaat
: Dapat dijadikan kerajinan, seperti asbak, patung, celengan.
Tempat : Sering ditemukan di Pinggiran Sungai ataupun pinggiran danau.
6. Batu gamping (batu kapur)
Batu Gamping merupakan batuan
carbonat yang paling banyak terdapat,
demngan kenampakan textur aphanitik
sampai phanero-cristalin. Warna putih
keabu-abuan, abu-abu, abu-abu gelap, hitam,
kuning, coklat, dan lainnya oleh adanya
kotoran-kotoran, oksid besi dan zat-zat
organik.
Limestone
berbutir
mulus,
pecahannya conchoidal. Bila ditetesi HCL memercik/berbuih. Mudah larut
terutama dalam air yang mengandung CO 2 sehingga terjadi lubang-lubang, celahcelah, diaklas- diaklas dan lainnya. tebal dapat dari beberpa centimeter sampai
beberapa ratus meter. Beberapa limestone seluruhnya dapat terdiri dari butir-butir
calcit. Keras dari limestone sangat berbeda-beda, ada yang keras dan ada yang
lunak, agak keras, dan sebaginya, tergantung dari texturnya. Selama proses
pelapukan dari limestone, calcium carbonatnya dapat terlarut, dan yang tertinggal
adalah kotoran-kotorannya, yang kemudian dapat terkonsentrasi dan membentuk
clay atau loams yang berwarna merah atau kuning, oleh aksidasi dari mineralmineral oksida besi.
Ciri-ciri: Warna putih keabu-abuan, agak lunak, dan bila ditetesi asam membentuk
gas karbondioksida.
Terbentuk dari hasil pemadatan cangkang hewan lunak atau hewan laut yang telah
mati. Cangkang tersebut terdiri dari kapur tidak musnah.
7. Travertin

[Type here]

Calcium carbonat tidak larut dalam air


murni, tetapi bila aornya mengandung
CO2 maka calcium carbonat itu mudah
berubah menjadi biocarbonat. Jadi dibawah
tekanan atmosfer, air yang banyak
mengandung CO2 secara perlahan-lahan
melarutkan calcium carbonat, terutama bila
air tersebut berasal dari tempat yang dalam
dengan tekanan yang lebih besar dan kandungan CO2 nya lebih banyak, maka
daya melarutkan lebih tinggi. Bila larutan tersebut mencapai permukaan bumi
dibawah tekanan atmosfer, calcium carbonatnya segera diendapkan oleh proses
evaporasi, dan proses ini dapat dipercepat oleh adanya kegiatan dari tumbuhtumbuhan (algae). Calcum carbonat yang doiendapkan di mulut/lubang mata air
itu disebut travertine. Pada gua-gua kapur, terjadi pula pengendapan dari calcium
carbonat oleh tetesan-tetesan air secara perlahan-lahan yang terdiri dari kristalkristal halus dan kompak, yang disebut dengan dripstone. Warna putih, kuning,
atau cokelat. Struktur fibrous atau konsentris. Yang tumbuh dari bawah disebut
stalagnite.
8. Serpin
Sepin berasal dari lumpur yang
mengendap. Terdiri dari butiran-butiran
batu lempung atau tanah liat, pada
umumnya sepertiga terdiri atas kuarsa,
sepertiga bahan tanah, sepertiga bahan
lain termasuk karbonat, besi oksida,
feldspar, dan zat organik. Berwarna abuabu kehijauan, merah, atau kuning.
Dimanfaatkan sebagi bahan bangunan.
Berasal dari endapan hasil pelapukan
batuan tanah liat.
2.4 BATU METAMORF
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme
batuan-batuan sebelumnya karena perubahan temperatur dan tekanan.
Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi proses
kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi
dalam lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan batuan
asalnya terbentuk. Banyak mineral yang mempunyai batas-batas kestabilan
tertentu yang jika dikenakan tekanan dan temperatur yang melebihi batas

[Type here]

tersebut maka akan terjadi penyesuaian dalam batuan dengan membentuk


mineral-mineral baru yang stabil. Disamping karena pengaruh tekanan dan
temperatur, metamorfisme juga dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida (H 2O)
dalam jumlah bervariasi di antara butiran mineral atau pori-pori batuan yang
pada umumnya mengandung ion terlarut akan mempercepat proses
metamorfisme.
Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut ;
Komposisi mineral batuan asal
Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
Pengaruh gaya tektonik
Pengaruh fluida
Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat
dari pengaruh tekanan diferensial (berbeda) pada saat
proses metamorfisme.
Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak
memperlihatkan penjajaran mineral-mineral dalam batuan
tersebut.
Jenis-jenis Metamorfisme
Metamorfisme kontak/termal Adalah Metamorfisme oleh temperatur
tinggi pada intrusi magma atau ekstrusi lava.
Metamorfisme regional Adalah Metamorfisme oleh kenaikan tekanan
dan temperatur yang sedang, dan terjadi pada daerah yang luas.
Metamorfisme Dinamik
Metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan
patahan lempeng.
Berikut adalah contoh dan karakteristik dari betuan metamorf :
1.
Gneiss (ganes)
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil
metamorfosisme batuan beku dalam temperatur dan
tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh
rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan
amphibole.
Asal
: Metamorfisme regional
siltstone, shale, granit
Warna
: Abu-abu
Ukuran butir
: Medium Coarse grained
Struktur
: Foliated (Gneissic)
Komposisi
: Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
Derajat metamorfisme
: Tinggi

[Type here]

Ciri khas
: Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan
lapisan tipis kaya amphibole dan mika.
Ganes adalah batuan matemorf dengan
kristal-kristal yang kasar, biasanya berlapis-lapis
akibat pemisahan mineral-mineral yang berbeda
sehingga membentuk foliasi sekunder yang
kasar. Terbentuk pada tempat yang dalam dan
pada tingkat metamorfise, yang tinggi bersamasama dengan struktur pegunungan lipatan. Pada
prinsipnya gneiss berasal dari batuan beku silllicaous seperti granit, monozit
kwarsa, syenite, dan granodiorit, tetapi dapat juga dari rhyolit, tuff, arkosa dan
batu pasir feldspatik. Mineral-mineral utama pada gneis adalah kwarsa dan
feldspat, sedangkan mineral-mineral yang lain adalah, biotite, horblende dan
augite. Warna bervariasi tergantung pada warna mineral dominan yang ada.
Pelapisan disini dihasilkan oleh pergantian warna-warna mineral yang terang dan
gelap atau oleh perbedaan ukuran butir dengan pelapisan yang tebal dan kasar
ataupun tipis. Sering mengandung mineral-mineral metamorf yang lain seperti
garnet, epidot, tournaline, graphite, dan silimanite.
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang
mengandung lapisan mika, grafit, horndlende. Mineral
pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkasberkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal
yang mengkilap.
Asal
: Metamorfisme siltstone, shale,
basalt
Warna
: Hitam, hijau, ungu
Ukuran butir
: Fine Medium Coarse
Struktur
: Foliated (Schistose)
Komposisi
: Mika, grafit, hornblende
Derajat metamorfisme : Intermediate Tinggi
Ciri khas
: Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat
kristal garnet
3. Marmer
Terbentuk ketika batu gamping mendapat
tekanan dan panas sehingga mengalami perubahan dan
rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium
karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa
foliasi.
Asal
: Metamorfisme batu gamping,
dolostone
Warna
: Bervariasi

[Type here]

Ukuran butir
: Medium Coarse Grained
Struktur
: Non foliasi
Komposisi
: Kalsit atau Dolomit
Derajat metamorfisme : Rendah Tinggi
Ciri khas
: Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat
fosil, bereaksi dengan HCl.
Marmer adalah metamorfisme dari batuan kapur, baik itu batu kapur kalsit
maupun batu kapur dolomit. Terbentuknya terutama disebabkan oleh reksistelisasi
calsit. (dolomit) yang biasanya berbutir lebih kasar daripada batu kapur aslinya.
Marmer yang terbentuk oleh dolomitc disebut marmer dolomit (dolomitic
marble). Akibat proses metamorfos dan rekristalisasi, pelapisan sering meliuk atau
bahkan tidak terlihat sama sekali. Umumnya marmer danmarmer dolomit
terbentuk oleh metamorfisme kontak atau regional dan dijumpai bersama-sama
dengan phyllite, slate, schist, dan metakwarsa. Struktur batu kapur sangat
bervariasi dari yang berbutir sangat halus hingga berbutir sangat kasar. Pada tipetipe metamorfose kontak ditunjukan dari adanya orientasi kristal-kristal yang
memanjang sebagai hasil tekanan yang searah.
4. Kuarsit
Adalah salah satu batuan metamorf yang
keras dan kuat. Terbentuk ketika batupasir
(sandstone) mendapat tekanan dan temperatur
yang tinggi. Ketika batupasir bermetamorfosis
menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami
rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur
asal pada batupasir terhapus oleh proses
metamorfosis .
Asal
: Metamorfisme sandstone (batupasir)
Warna
: Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah
Ukuran butir
: Medium coarse
Struktur
: Non foliasi
Komposisi
: Kuarsa
Derajat metamorfisme : Intermediate Tinggi
Ciri khas
: Lebih keras dibanding glass

5.Milonit

[Type here]

Milonit
merupakan
batuan
metamorf kompak. Terbentuk oleh
rekristalisasi dinamis mineral-mineral
pokok
yang
mengakibatkan
pengurangan ukuran butir-butir batuan.
Butir-butir batuan ini lebih halus dan
dapat dibelah seperti schistose.
Asal
: Metamorfisme dinamik
Warna
: Abu-abu, kehitaman, coklat, biru
Ukuran butir
: Fine grained
Struktur
: Non foliasi
Komposisi
: Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas
: Dapat dibelah-belah
6. serpinit
Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau
lebih mineral serpentine dimana mineral ini dibentuk
oleh
proses
serpentinisasi
(serpentinization).
Serpentinisasi adalah proses proses metamorfosis
temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan air,
sedikit silica mafic dan batuan ultramafic teroksidasi dan
ter-hidrolize dengan air menjadi serpentinit.
Asal
: Batuan beku basa
Warna
: Hijau terang / gelap
Ukuran butir : Medium grained
Struktur
: Non foliasi
Komposisi : Serpentine
Ciri khas
: Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari
7.Hornfels
Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone
mengalami metamorfosis oleh temperatur dan intrusi beku,
terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti dapur
magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.
Asal
: Metamorfisme kontak shale dan
claystone
Warna
: Abu-abu, biru kehitaman, hitam
Ukuran butir
: Fine grained
Struktur
: Non foliasi
Komposisi
: Kuarsa, mika
Derajat metamorfisme : Metamorfisme kontak
Ciri khas

[Type here]

: Lebih keras dari pada glass, tekstur merata

8. Sekismika
Sekismika dihasilkan oleh metamorfosa
regional dengan tingkat lebih tinggi dibandingkan
phyllite, mempunyai foliasi dan kristalin. Ummnya
berbutir lebih kasar dari slate dan phyllite tetapi
lebih halus dari gneias. Foliasi tersebut terbentuk
oleh kristal-kristal berbentuk lempeng (play) dan kristal-kristal prismatik.
Mineral-mineral berbentuk lempengan tersebut antara lain : chlorite, sericite,
muscovite, biotite, dan tolc, sedangkan mineral-mineral prismatik adalah
actinolite, kyanite, hornblede, staurolite, dan silimanite. Kadang-kadang schist
hanya terdiri dari satu macam mineral saja, contohnya talc schist, tetapi pada
umumnya terdiri dari dua atau lebih mineral seperti calcite sericalcite albite
schist. Sekis sering mengandung mineral-mineral yang bersifat antara lempengan
dan pragmatik (flaky nor prismatic), tetapi equigracular seperti misalnya : garnet
dan feldspar, yang biasanya bertekstur porphyroblastic. Batuan-batuan scihist
dapat pula berasal dari gabbro, basalt, ultrabasin, tuff, shale dan sandstone. Jika
beberapa teksture asli batuan asal masih ada, akibat tekanan yang kuat, maka
batuan disebut, metabasalt, metagabbro dan sebagainya.
9. Filit
Filit berkaitan dengan perkembangan aktivitas
metamorfik yaitu baliknya temperatur atau
bertambah besarnya rekristalisasi maka slate
berubah menjadi filit. Filit secara dominan
tersusun dari mineral-mineral kelompok mika
seperti: mika, maricite, dan chlorite. Batuan ini
lebih kasar daripada slate, tetapi ada batas yang
tegas antara keduanya baik dalam hal ukuran butir maupun kandungan
mineralnya. Mineral-mineral seperti muscovit, mika, sericite, dan cholite terdapat
dalam jumlah yang besar. Mineral-mineral asesore dalam jumlah yang sedikit
antara lain megnetit, hematit, graphite, dan tourmaline. Filit disebut pula sericite
phllite, chlorite phyllite atau sericite phyllite. Warna dari putih perak, merah
sampai kehijau-hijauan. Sifat dalam (tenacery) : brittle dan sering mempunyai
pegangan halus hingga agak kasar. Filit dihasilkan oleh metamorfose regional
tingkat rendah terutama dari mineral clay, shall, dan juga tuff dan tuffacous
sedimen.

[Type here]

10. Sabak
Sabak mrupakan batuan berbutir halus dan
homogen, mempunyai achistosity planar,
tergantung pada pelapisannya. Oleh karena itu
biasanya mempunyai beberapa sudut untuk
masing-masing perlapisan sehingga batuan
menjadi balah/rekah kedalam lapisan yang
tipis. Sabak merupakan salah satu istilah struktur dan tidak ada kaitannya dengan
komposisinya. Perlapisan asli dari slate masihg dapat terlihat, apabila berasal dari
abtuan beku basalt seperti struktur amigdoloidal. Sabak berbutir sangat halus dan
hanya dapat dideterminasi dengan mikroskop. Hanya sedikit mineral sabak yang
berbutir kasar seperti: kwarsa, feldspar, cholorite, biotite, magnetite, hematite,
kalsit, dan ineral-mineral yang terdapat pada batuan shale. Warna yang
ditimbulakan dari warna merah, hijau, abu-abu, hingga hitam. Warna merah
karena ada mineral yang hemalit, hijau karena ada mineral cholorite. Warna abuabu karena adanya mineral-mineral dari karbon dan bahan-bahan organik seperti
grafit. Sabak yang berasal dari batu pasir graywacke disebut graywacke
slate.
11. kuarsit
Kuarsit adalh metamorfose dari batuan
pasir, jika strukturnya tak mengalami perubahan
dan masih menunjukan struktur aslinya. Kuarsit
terbentuk akibat panas yang tinggi sehingga
menyebabkan rekristalisasi kwarsa dan felsdpar.
Akibat tekanan pada kwarsit dapat mengakibatkan
hancurnya kwarsit tersebut dan menghasilkan
tekstur granoblastik. Kuarsit sangat keras karena adanya sementasi sirikat
(biasanya kwasa kristalin) yang terendapkan disekitar butir-butir kuarsa yang
lebih besar, sehingga menghasilkan ikatan butir yang sangat kuat. Mineral lain
yang dijumpai dalam kuarsit adalah: apatite, zircon, epidote, dan hornblede.
Kuarsit dapat berbentuk akibat metamorfisme kontak atau metamorfis regional
dari pada panas dan tekanan terhadap batu pasir, chert, vien kuarsit, dan kuarsit
pigmatit. Sering berlapis-lapis dan dapat mengandung fosil. Warna dari kuarsit
bervariasi dari putih, coklat hingga mendekati hitam. Adanya hematit memberikan
warna merah muda (pink) sedangkan chlori memberikan warna kehijau-hijauan.

[Type here]

2.5 Peralatan dan Pemetaan Geologi


Alat adalah perkakas, barang-baran yang perlu untuk melakukan suatu
pekerjaan (Poerwadarminta, 1954), atau dengan kata lain peralatan adalah
bermacam-macam bentuk perkakas, perbekalan, atau kelengkapan. Peralatan
geologi adalah peralatan yang digunakan untuk mempelajari, mengamati,
memeriksa, mengumpulkan, data dan contoh batuan dalam pekerjaan geologi
lapangan (pemetaan geologi), peralatan yang umum digunakan diantaranya :
a) Kompas Geologi
Kompas, klinometer, dan hand level merupakan alat-alat yang dipakai
dalam berbagai kegiatan survei, dan dapat digunakan untuk mengukur kedudukan
unsur-unsur struktur geologi. Kompas geologi merupakan kombinasi dari ketiga
fungsi alat tersebut. Jenis kompas yang akan dibahas disini adalah tipe Brunton
dari berbagai merek.
Bagian-bagian utama kompas geologi tipe Brunton diperlihatkan dalam (gmbr.
Kompas tipe Brunton). Yang terpenting diantaranya adalah :

Clinometer scale : skala yang digunakan saat melakukan pengukuran dip


dan plunge.

Clinometer level : Fungsinya digunakan dalam menentukan kedataran


kompas geologi saat melakukan pengukuran dip dan plunge.

Bull's eye level : Kalo dibahasa indonesiakan menjadi level mata sapi.
Fungsinya digunakan dalam menentukan kedataran kompas geologi saat
melakukan pengukuran strike dan trend.

Index pin : penunjuk 0 derajat pada kompas geologi. Bagian ini dapat
diputar-putar sesuai kebutuhan, tetapi biasanya di arahkan ke arah Utara.

Small sight dan large sight : Fungsinya digunakan untuk melakukan


penembakan menggunakan kompas geologi supaya yang kita bidik tepat
lurus dengan kita.

[Type here]

Gambar 2.6 Bagian-bagian Kompas Geologi


b)

Peta

Peta adalah gambaran permukaan bumi yang digambar pada permukaan datar, dan
diperkecil dengan skala tertentu dan juga dilengkapi simbol sebagai penjelas.
Sebagaimana dengan foto, peta juga menyajikan informasi yang barangkali tidak
praktis apabila dinyatakan atau digambarkan dalam susunan kata-kata. Secara
umum peta diartikan sebagai gambaran konvensional dari pola bumi yang
digambarkan seolah olah dilihat dari atas ada bidang datar melalui satu bidang
proyeksi degan dilengkapi tulisan tulisan untuk identifikasinya.
1)Peta Topografi
Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti
menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang
berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur,
dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi mengacu pada
semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah atau
buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu. Oleh sebab itu, dua unsur
utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran
planimetrik (ukuran permukaan bidang datar).
Peta topografi menyediakan data yang diperlukan tentang sudut kemiringan,
elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan pola urbanisasi. Peta
topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri permukaan suatu
kawasan tertentu dalam batas-batas skala. Peta topografi dapat juga diartikan

[Type here]

sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam (asli) dan kenampakan


buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar. Selain itu peta topografi
dapat diartikan peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada
muka bumi dan dibawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsurunsur buatan manusia. Peta topografi mempunyai garisan lintang dan garisan
bujur dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik
persilangan antara garisan lintang dan bujur.

Gambar 2.7 Contoh Peta Topografi


c) Palu Batuan Beku (Pick Point)
Palu batuan beku yaitu alat yang umum digunakan oleh para peneliti untuk
mengambil sampel batuan, Palu batuan beku berbentuk runcing ini umumnya
dipakai di daerah batuan keras (batuan beku dan metamorf)

[Type here]

Gambar 2.8. Pick Point

d) Palu Batuan Sedimen (Chisel Point)


Merupakan tipe palu yang mana memiliki salah satu bagian yang pipih, bias
di gunakan untuk megait perlapisan pada batuan untuk mengait perlapisan pada
batuan. Palu tipe ini biasanya di gunakan untuk tipe yang lunak misalnya pada
batuan sedimen.

Gambar 2.9. Chisel Point

e) Lup
Lup atau kaca pembesar adalah sebuah lensa cembung yang mempunyai titik
fokus yang dekat dengan lensanya. Benda yang akan diperbesar terletak di dalam
titik fokus lup itu atau jarak benda ke lensa lup tersebut lebih kecil dibandingkan
jarak titik fokus lup ke lensa lup tersebut. Di geologi, lup digunakan untuk
mengamati batuan misalnya mineral maupun fosil., lensa pembesar yang umum
dipakai adalah perbesaran 8 sampai 20.

Gambar 2.10. Lup

f) Alat Ukur

[Type here]

Alat ukur yang digunakan dalam kegiatan lapangan biasanya menggunakan


meteran 50 meter. Berbentuk seperti roll kabel agar praktis dibawa. Biasanya
digunakan untuk mengukur jarak litasan dalam suatu daerah ataupun mengukur
ketebalan lapisan, lebar singkapan, dan lain-lain.

Gambar 2.11. Meteran

g) Larutan HCl
Larutan HCL digunakan untuk menguji kadar karbonat, umumnya 0,1 N. Asam
klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam
kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga
digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan
wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif.
Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan dalam
awal sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia Abu Musa Jabir bin
Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan sepanjang abad pertengahan
oleh alkimiawan dalam pencariannya mencari batu filsuf, dan kemudian
digunakan juga oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber, Priestley, and Davy dalam
rangka membangun pengetahuan kimia modern.
Pada saat di lapangan, HCl digunakan untuk menguji kadar karbonat pada batuan.
HCl yang digunakan sebaiknya tidak terlalu pekat, umumnya yang dipakai adalah
yang 0,1 N.

[Type here]

Gambar 2.12 Larutan HCl

h) Kantong Sampel
Kantong contoh batuan (kantong sampel) dapat menggunakan kantong plastik
yang kuat atau kantong jenis lain yang dapat dipakai untuk membungkus contohcontoh batuan dengan ukuran yang baik yaitu kurang lebih (13x9x3) cm.
Sedangkan kertas label digunakan untuk memberi kode pada tiap contoh batuan
sehingga mudah untuk dibedakan. Dapat juga menggunakan "permanent spidol"
untuk meberi kode langsung pada kantong.
i) Komparator
Komparator digunakan untuk membantu dalam deskripsi batuan, misalnya
komparator butir, pemilahan (sorting) atau prosentase komposisi mineral, maupun
tabel-tabel determinasi batuan baik batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf, dan lain sebagainya.

Gambar 2.13 Komparator Batuan Sedimen

j) Buku Catatan Lapangan


Buku catatan lapangan merupakan perlengkapan nomor satu yang tidak boleh
lupa dibawa saat ke lapangan. Semua hal-hal penting di lapangan di catat di buku
ini. Mulai dari data-data hasil pengukuran, sketsa, deskripsi, dan lain-lain ada di

[Type here]

dalamnya. Beberapa orang menganggap buku catatan lapangan adalah nyawa


seorang geologist.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 STASIUN 1 (SATU)

[Type here]

3.1.1 Interpretasi Geologi


a. Letak Geografis : S 06 50 05.36 E 1072447.94
b. Azimuth : 85
c. Strike and Dip : d. Lokasi : Dipinggir jalan
Stasiun ini terletak pada lokasi S 06 50 05.36 E 1072447.94. Pada
lokasi ini ditemukan suatu singkapan dengan litologi batu pasir halus, dimana

pada batuan ini sudah terjadi suatu pelapukan dengan jenis pelapukan kulit
bawang.
Pelapukan kulit bawang merupakan pelapukan kimia yang terjadi yaitu
dijumpainya hasil dari proses pelapukan berupa pengelupasan kulit bawang
(spheriodal weathering) pada batuan breksi volkanik. Proses pelapukan ini cukup
dominan terjadi pada satuan bentang alam ini.

Gambar 4.1 Pelapukan Kulit Bawang di Stasiun 1


3.1.2 Deskripsi Batuan
Pada stasiun ini terdapat singkapan yang telah lapuk, dimana penyusun
batuannya terdiri dari batuan sedimen pasir halus, dengan warna segar hitam dan

[Type here]

warna lapuknya hijau lumut. Besar butir dari batuan ini berkisar - 1/8 mm
dengan bentuk membundar (rounded) dan kemasnya tertutup. Struktur batuan dari
25 singkapan ini tidak dapat ditentukan karena kondisi batuan yang sudah
mengalami pelapukan, baik secara fisika, kimiawi, maupun secara biologis.
Pemilahan butir batuan tersebut tergolong baik, dimana ukuran butirnya
seragam. Permeabilitasnya pun tergolong baik, karena ketika diteteskan fluida
dalam hal ini air, penyerapannya tergolong cepat. Ketika diteteskan HCl tidak ada
reaksi yang terjadi, yang menandakan tidak ada kandungan karbonat di dalam
batuan tersebut. Kekerasan dari batuan ini pun tergolong lunak karena batuan
tersebut mudah untuk dipotong-potong.
3.1.3 Sketsa Lokasi

Gambar 4.2 Sketsa Stasiun 1 secara Horizontal

Gambar 4.3 Sketsa Stasiun 2 secara Vertikal 26


3.2 STASIUN 2 (DUA)
3.2.1 Interpretasi Geologi
a. Lokasi : S 06 50 05.68 E 1072445.45

[Type here]

b. Azimuth : 170
c. Strike and Dip : Batu Lempung (N 70 E/85), Batu Pasir (N 66 E/71)

Gambar 4.3 Struktur Sedimen Stasiun 2 (lempung)


Stasiun ini terletak di lokasi S 06 50 05.68 E 1072445.45 tepatnya
berada di sungai cibogo di bawah jembatan. Pada stasiun ini terdapat litologi
batuan lempung dan batuan pasir. Dengan nilai strike and dip sebesar Batu
Lempung (N 70 E/85), Batu Pasir (N 66 E/71).

Gambar 4.4 Struktur sedimen Stasiun 2 (Pasir)

3.1.2 Deskripsi Batuan


Pada stasiun ini terdapat perselingan jenis batuan yaitu batu pasir halus
dan lempung. Dimana untuk batuan sedimen pasir halus, mempunyai warna segar
hitam dan warna lapuknya hitam kehijauan. Besar butir dari batuan ini berkisar

[Type here]

- 1/8 mm dengan bentuk membundar (rounded) dan kemasnya tertutup. Pemilahan


butir batuan tersebut tergolong baik, dimana ukuran butirnya seragam.
Permeabilitasnya pun tergolong sedang, karena ketika diteteskan fluida dalam hal
ini air, penyerapannya tidak terlalu cepat. Ketika diteteskan HCl tidak ada reaksi
yang terjadi, yang menandakan tidak ada kandungan karbonat di dalam batuan
tersebut. Kekerasan dari batuan ini pun tergolong lunak karena batuan tersebut
mudah untuk dipotong-potong.
Untuk batu lempung tersendiri, mempunyai warna segar hitam dan warna
lapuknya hitam kecoklatan. Besar butir dari batuan ini berkisar 1/256 mm dengan
bentuk membundar (rounded) dan kemasnya tertutup. Pemilahan butir batuan
tersebut tergolong baik, dimana ukuran butirnya seragam. Permeabilitasnya pun
tergolong buruk, karena ketika diteteskan fluida dalam hal ini air, air tersebut sulit
untuk menyerap kedalam pori-pori batuan. Ketika diteteskan HCl tidak ada reaksi
yang terjadi, yang menandakan tidak ada kandungan karbonat di dalam batuan
tersebut. Kekerasan dari batuan ini pun tergolong lunak karena batuan tersebut
mudah untuk dipotong-potong.
3.2.3 Sketsa Lokasi

Gambar 4.5 Sketsa Stasiun 2 secara Horizontal

[Type here]

Gambar 4.6 Sketsa Stasiun 1 secara Vertikal 28

3.3 STASIUN 3 (TIGA)


3.3.1 Interpretasi Geologi
a. Lokasi : S 06 50 09.32 E 1072446.99
b. Azimuth : 260
c. Strike and Dip : N 58 E/86
Stasiun 3 ini terletak pada koordinat S 06 50 09.32 E 1072446.99.
Stasiun ini merupakan daerah yang ditutupi tebing batuan dan memiliki air terjun.
Aliran sungai ini bukan seperti sungai biasanya sering kita lihat, sungai ini bertipe
sungai multi basinal yakni jenis sungai yang berada pada daerah karst. Air terjun
yang ada disini bukan merupakan terjadi karena adanya struktur berupa sesar
seperti air terjun pada umumnya melainkan terjadi akibat pelarutan batuan
karbonatan oleh air sehingga lama-lama pelarutan tersebut bertambah besar dan
akhirnya terbentuklah air terjun ini.

[Type here]

Pada stasiun ini ditemukan litotlogi batuan beruapa batu pasir halus. Seperti pada
gambar yang menunjukan arah perlapisan batuan dengan nilai strike and dip
sebesar N 58 E/86.

Gambar 4.7 Struktur Sedimen Stasiun 3

Gambar 4.8 Lapisan Sedimen pada Stasiun 3


3.3.2 Deskripsi Batuan
Pada stasiun ini terdapat jenis batuan batu pasir. Dimana untuk batuan
sedimen pasir halus, mempunyai warna segar hitam dan warna lapuknya abu-abu
kehitaman. Besar butir dari batuan ini berkisar - 1/8 mm dengan bentuk
membundar (rounded) dan kemasnya tertutup. Pemilahan butir batuan tersebut

[Type here]

tergolong baik, dimana ukuran butirnya seragam. Permeabilitasnya pun tergolong


29 sedang, karena ketika diteteskan fluida dalam hal ini air, penyerapannya tidak
terlalu cepat. Ketika diteteskan HCl tidak ada reaksi yang terjadi, yang
menandakan tidak ada kandungan karbonat di dalam batuan tersebut. Kekerasan
dari batuan ini pun tergolong lunak karena batuan tersebut mudah untuk dipotongpotong.
3.3.3 Sketsa Lokasi

Gambar 4.9 Sketsa Stasiun 4 secara Horizontal

Gambar 4.10 Sketsa Stasiun 4 secara Vertikal 30

[Type here]

3.4 STASIUN 4 (EMPAT)


3.4.1 Interpretasi Geologi
a. Lokasi : S 06 50 10.17 E 1072447.29
b. Azimuth : 153
c. Strike and Dip : N 85 E/85

Gambar 4.11 Struktur Sedimen Stasiun 4


Lokasi ini terdapat pada S 06 50 10.17 E 1072447.29dinama terdapat
suatu kenampakan batuan yang tak biasa. Dimana menunjukan perlapisan yang
saling tegak lurus. Arah dari Dip nya pun berlawanan, ini menunjukan adanya
zona hancuran yang terjadi pada stasiun ini. Dengan adanya zona hancuran ini
merupakan indikasi akan adanya sesar paling tidak sekitar dari adanya zona
hancuran ini. Nilai strike dan dip pada stasiun ini sebesar N 85 E/85.
3.4.2 Deskripsi Batuan
Pada lokasi ini terdapat batu lanau. Batu lanau di lokasi ini tersendiri,
mempunyai warna segar abu kehitaman dan warna lapuknya abu kehijauan. Besar
butir dari batuan ini berkisar 1/16 1/256 mm dengan bentuk membundar
(rounded) dan kemasnya tertutup. Pemilahan butir batuan tersebut tergolong baik,
dimana ukuran butirnya seragam. Permeabilitasnya pun tergolong sedang, karena
ketika diteteskan fluida dalam hal ini air, air tersebut lambat untuk menyerap
kedalam pori-pori batuan. Ketika diteteskan HCl tidak ada reaksi yang terjadi, 31
yang menandakan tidak ada kandungan karbonat di dalam batuan tersebut.

[Type here]

Kekerasan dari batuan ini pun tergolong lunak karena batuan tersebut mudah
untuk dipotong-potong.
3.4.3 Sketsa Lokasi

Gambar 4.12 Sketsa Stasiun 4 secara Horizontal

Gambar 4.13 Sketsa Stasiun 4 secara Vertikal 32


3.5 STASIUN 5 (LIMA)
3.5.1 Interpretasi Geologi
a. Lokasi : S 06 49 42.22 E 1072455.78
b. Azimuth : -

[Type here]

c. Strike and Dip : -

Gambar 4.14 Struktur Batuan di Stasiun 5


Stasiun ini terletak di lokasi S 06 49 42.22 E 1072455.78. dengan
kondisi batuan berada di sungai. Litologi batuan yang ditemukan disini yaitu jenis
batuan breksi.
3.4.2 Deskripsi Batuan
Pada lokasi ini terdapat batuan sedimen berupa batu breksi. Batu breksi di
lokasi ini tersendiri, mempunyai warna segar hitam dan warna lapuknya coklat
kehitamann. Besar butir dari batuan ini berkisar 1/16 1/256 mm dengan bentuk
membundar (rounded) dan kemasnya tertutup. Pemilahan butir batuan tersebut
tergolong baik, dimana ukuran butirnya seragam. Permeabilitasnya pun tergolong
buruk, karena ketika diteteskan fluida dalam hal ini air, air tersebut tidak
menyerap kedalam pori-pori batuan. Ketika diteteskan HCl tidak ada reaksi yang
terjadi, yang menandakan tidak ada kandungan karbonat di dalam batuan tersebut.
Kekerasan dari batuan ini pun tergolong sangat keras karena batuan tersebut
sangat sulit untuk dipotong-potong.
3.6 STASIUN 6 (Diperjalanan)
3.6.1 Interpretasi Geologi
a. Lokasi : S 06o4949.52 E 107o2457.45
b. Azimuth : -

[Type here]

c. Strike and Dip : -

Gambar 4.15 Batuan Gamping Stasiun 6.


Stasiun ini terletak di lokasi S 06o4949.52 E 107o2457.45. dengan
kondisi singkapan berada di samping rumah warga, galeng(jalan kecil) dan
persawahan . Litologi batuan yang ditemukan disini yaitu jenis batuan gamping.
3.6.2 Deskripsi Batuan
Pada lokasi ini terdapat batuan gamping. Batu gamping di lokasi ini
tersendiri, mempunyai warna segar abu-abu dan warna lapuknya abu tua. Besar
butir dari batuan ini berkisar 1/16 1/256 mm dengan bentuk membundar
(rounded) dan kemasnya tertutup. Pemilahan butir batuan tersebut tergolong baik,
dimana ukuran butirnya seragam. Permeabilitasnya pun tergolong sedang, karena
ketika diteteskan fluida dalam hal ini air, air tersebut lambat untuk menyerap
kedalam pori-pori batuan. Ketika diteteskan HCl ada reaksi yang terjadi, yang
menandakan ada kandungan karbonat di dalam batuan tersebut. Kekerasan dari
batuan ini pun tergolong agak lunak karena batuan tersebut mudah untuk
dipotong-potong.
3.6.3 Interpretasi Geologi
a. Lokasi: S 06o4953.52 E 107o2456.45
b. Azimuth: c. Strike and Dip: -

[Type here]

Gambar 4.16 Batuan Pasir Stasiun 6


3.6.4 Deskripsi Batuan
Pada lokasi ini terdapat batu lanau. Batu lanau di lokasi ini tersendiri,
mempunyai warna segar abu kehitaman dan warna lapuknya abu kehijauan. Besar
butir dari batuan ini berkisar 1/16 1/256 mm dengan bentuk membundar
(rounded) dan kemasnya tertutup. Pemilahan butir batuan tersebut tergolong baik,
dimana ukuran butirnya seragam. Permeabilitasnya pun tergolong sedang, karena
ketika diteteskan fluida dalam hal ini air, air tersebut lambat untuk menyerap
kedalam pori-pori batuan. Ketika diteteskan HCl tidak ada reaksi yang terjadi,
yang menandakan tidak ada kandungan karbonat di dalam batuan tersebut.
Kekerasan dari batuan ini pun tergolong lunak karena batuan tersebut mudah
untuk dipotong-potong.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

[Type here]

Berdasarkan kegiatan kuliah lapangan yang telah dilakukan, maka dapat


disimpulkan :
a. Karakteristik geologi di daerah Citatah, Padalarang ini memiliki
karakteristik yang khas dengan bentang alam karst-nya
b. Batuan yang banyak ditemui merupakan baruan sedimen.
c. Batuan di desa Citatah banyak dimanfaatkan untuk produksi batuan Kapur
dan Marmer.
4.2 Saran
Terdapat beberapa kekurangan yang dihadapi pada saat melakukan kuliah
lapangan, mulai dari kondisi lapangan, safety, dan SOP saat melakukan kuliah
lapangan. Maka dari itu penulis memberikan beberapa saran dengan harapan
kegiatan kuliah lapangan kedepannya lebih baik lagi. Diantaranya :
1. Pemberian

materi

tentang

standar

operasional

saat

melakukan

pengambilan sampel.
2. Kurang diberikannya tempat-tempat yang bagus.
3. Kurang koordinasi antara dosen dan mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA
Raven.2013.Jenis-jenis

Batuan

dan

Proses

Pembentukannya.

https://future20.wordpress.com/2013/03/08/jenis-jenis-batuan-ciri-ciridan-proses-terbentuknya/ . diakses (12 Desember 2015).

[Type here]

Barka.2009.

Pengantar

Geologi

https://www.scribd.com/doc/20761131

Lapangan.

/Pengantar-Geologi-

Lapangan-by-Barka. [Diakses 12 Desember 2015]


Noor, djauhari. 2009. Pengantar Geologi Dasar Edisi Pertama,
Kota pakuan. Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik,
Universitas Pakuan.

[Type here]

Anda mungkin juga menyukai