Anda di halaman 1dari 199

LAPORANPELAKSANAAN

Seminar Konstruksi & Hukum


Tema :

Kontrak Konstruksi dan Hukum Serta


Solusinya
Subtema :

Permasalahan Kontrak Konstruksi dan


Implementasi Audit serta Kasus Hukum
dikaitkan dengan Arbitrase dan Penilai Ahli
Konstruksi

BalaiKartini,25Februari2015

LEMBAGA
PENGEMBANGAII JASA KONSTRUKSI
PROPINSI DKI JAKARTA
Jakarta Construction Services Development Board

Nomor ,fr|
Lampiran

Jakafta, 01 Desember 2014

/LPJK-DKI/Plxrrl2oL4

: 1(satu)berkas

Kepada Yth.

1.
2.
3.

Ketua Asosiasi Perusahaan Provinsi DKI Jakafta


Ketua Asosiasi Profesi Provinsi DKI Jakafta
Dekan Fakultas Teknik ASMET Perguruan Tinggi DKI Jakafta

diJakafta

(Daftar Terlampir)

Perihal

: Sosialisasi Program Hibah Bersaing Biaya Penyelenggaraan Seminar


Bidang Hukum, Kontrak, Arbitrase dan PenilaiAhli Konstruksi

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan tugas dan fungsi LPJK DKI Jakarta berdasarkan UU Jasa Konstruksi Nomor

18 Tahun 1999 yaitu mendorong dan meningkatkan peran arbitrase, mediasi dan penilai ahli
dibidang jasa konstruksi maka dengan ini LPIK Provinsi DKI Jakarta menawarkan Program
Hibah bersaing. Maksud dan program ini adalah untuk menumbuhkan budaya pembinaan
tenaga kerja dan masyarakat jasa konstruksi pada asosiasi profesi, badan usaha dan perguruan
tinggi. Untuk itu kami mengundang saudara dalam rangka sosialisasi Program Hibah bersaing
ini, yang akan diselenggarakan pada:

Hari lTanggal

: Kamis, 04 Desember 20L4

Waktu

: Pukul 09.00 WIB s.d. selesai

Tempat

: PARKHOTEL]AKARTA
Jl. D.I Pandjaitan Kav. 5 Jakarta Timur 13340

Mengingat pentingnya acara diatas dimohon kehadirannya tepat pada waKunya'


Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, diucapkan terima kasih.

LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI

Tembusan Kepada Yth

1. Pengurus
2. Arsip

LPJK Provinsi DKI Jakarta

http ://www pj k. net, Email : pj kd kijakarta@yahoo.com


I

Lampiran Surat Undangan LPIK Provinsi DKI Jakafta

Nomor : 591/LPJK-DKI|P|XII|2}L4
Tanggal : 01 Desember 2014
I. Ketua Asosiasi Perusahaan Provinsi DKI Jakarta:
1. GAPENSI (Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia)
2. GAPEKSINDO (Gabungan Perusahaan Konstruksi Nasional Indonesia)
3. ASPEKINDO (Asosiasi Pengusaha Konstruksi Indonesia)
4. AKAINDO (Asosiasi Kontraktor Air Indonesia)
5. AKLI (Asosiasi KontraKor Listrik dan Mekanikal Indonesia)
6. GAPEKNAS (Gabungan Pengusaha Kontraktor Nasional Indonesia)

7. INKINDO (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia)


8. PERKINDO (Persatuan Konsultan Indonesia)
9. ASPEKNAS (Asosiasi Pelaksana Konstruksi Nasional)

AKLINDO (Asosiasi Kontraktor Ketenagalistrikan Indonesia)


AKSINDO (Asosiasi KontraKor Konstruksi Indonesia)
AKSI (Asosiasi Kontraktor Seluruh Indonesia)
GAPKAINDO (Gabungan Perusahaan Kontraktor Air Indonesia)
AKKLINDO (Asosiasi Kontraktor Kelistrikan Indonesia)
APPATINDO (Asosiasi Perusahaan Pengeboran Air Tanah Indonesia)
16. GAPENSINAS (Gabungan Pelaksana KonstruKi Nasional)
17. ASKONAS (Asosiasi Kontraktor Nasional)
18. AKMELINDO (Asosiasi Kontraktor Mekanikal Elektrikal Indoensia)
19. AKBARINDO (Asosiasi Kontraktor

10.
11.
12.
13.
14.
15.

il.

Ketua Asosiasi Prcfesi Provinsi DKI Jakafta

1. HPJI (Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia)


2. IAI (Ikatan Arsitek Indonesia)
3. PII (Persatuan Insinyur Indonesia)
4. IAMPI (Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia)
5. HATHI (Himpunan AhliTeknik Hidraulik Indonesia)
6. HAMKI (Hlmpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia)
7. ASTTI (AsosiasiTenaga Teknik Indonesia)
8. ATAKI (Asosiasi Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia)
9. INTAKINDO (Ikatan Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia)
10. HAKI (Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia)
11. APEI (Asosiasi Profesionalis Elektrikal Indonesia)
12. HTII ( Himpunan Ahli Teknik Iluminasi Indonesia)
13. HATTI (Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia)
14. IAP (Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia)
15. IALI ((Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia)
16. KNIBB (Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar)
17. HAEI (Himpunan Ahli Elektro Indonesia)
18. PATI (Perhimpunan Ahli Teknik Indonesia)

19. PIPI (Persatuan Insinyur Profesional Indonesia)


20. A2K4-l (Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Indonesia)
21. IAKI (Ikatan Ahli Knstruksi Indonesia)
IZ.ASDAMKINDO (Asosiasi Sumber Daya Manusia Konstruksi Indonesia)

IU.

Dekan Fakultas Teknik ASMET Perguruan Tinggi DKI Jakafta

1. Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI)


2. Fakultas Teknik Institut Sain dan Teknologi Nasional (IS[N)
3. Fakultas Teknik Gunadarma
4. Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
5. Fakultas Teknik Universitas Trisakti
6. Fakultas Teknik Universitas Tarumanegara
7. Fakultas Teknik Universitas Mpu Tantular
8. Fakultas Teknik STT Sapta Taruna
9. Fakultas Teknik Universitas Pancasila
10. Fakultas Teknik Universitas Pelita Harapan (Program Magister Teknik Sifril)
11. fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia (UKI)
12. Fakultas Teknik Universitas Katholik Atmajaya
13. Fakultas Teknik Universitas Muhammadyah
14. Fakultas Teknik Istitut Sain dan Tekkologi Al Kamal
15. Fakultas Teknik STT-PLN
16. Fakultas Teknik Universitas Kristen KridaWacana
17. Fakultas Teknik MercuBuana
18. Fakultas Teknik Satyagama
19. Fakultas Teknik Sekolah Tinggi Teknologi Indonesia
20. Fakultas Teknik Bung Karno
21. Fakultas Teknik Universitas Persada Indoensia Y.A.I
22. Fakultas Teknik Universitas Al Azhar Indonesia
23. Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur
24. Fakultas Teknik Universitas Kejuangan 45 Jakafta

PANDUAN
"PROGRAM HIBAH BERSAING BIAYA PENYELENGGARAAN SEMINAR BIDANG HUKUM, KONTRAK,
MEDIASI, ARBTTRASE, DAN PENILAI AHtI KONSTRUKSI"

Latar Belakang

dibentuk berdasarkan UUJK L8lL999 yang mempunyai tugas antara lain


mendorong dan meningkatkan peran arbitrase, mediasi, dan penilai ahli di bidang jasa konstruksi. Untuk
itu perlu dilakukan sosialisasi dan penyamaan persepsi mengenai peran arbitrase, mediasi, dan penilai
ahli para pemangku kepentingan di bidang jasa konstruksi. Hal itu dapat diusahakan melalui kegiatan
seminar, pelatihan, workshop dan lain-lain yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan jasa
konstruksi itu sendiri, sepertiasosiasi profesi, asosiasi badan usaha, perguruan ting$, dan lain-lain.
Disamping itu, dengan beralihnya fungsi sertifikasi kepada LPJK (nasional dan provinsi), maka peran
asosiasi profesi dan asosiasi badan usaha dapat focus kepada pembinaan anggota melalui program
LPJK adalah lembaga yang

Pengembangan Profesional Berkelanjutan atau PPB (Continuous Professionol Development- CPD), yang
saat ini masih terus disiapkan oleh kementerian PU dan LPiKN. Pada saatnya untuk memperpanjang SKA
dan SKT para tenaga kerja konstruksi harus memperlihatkan telah dilakukannya pengembangan
professional dirinya melalui program PPB, antara lain melalui seminar, pelatihan ail yang diselenggarakan
oleh asosiasi dan perguruan tinggi, termasuk dalam bidang hukum, kontrak, arbitrase, dan penilai ahli.
Untuk itu LPJKP DKI Jakarta mendorong asosiasi dan perguruan tinggi bersama-sama membudayakan PPB
kepada para tenaga kerja konsrruksi melalui "Program Hibah Bsersaing Penyelenggaraan Seminar Bidang
Hukum, Kontrak, Arbitrase, dan Penilai Ahli Konstruksi"

ll.

Maksud dan Tujuan


Maksud dari program hibah bersaing ini adalah untuk menumbuhkan budaya pembinaan tenaga kerja
dan masyarakat jasa konstruksi pada asosiasi profesi, asosiasi badan usaha, dan perguruan tinggi di
lingkungan DKI Jakarta di bidang hukum, kontrak, arbitrase, dan penilai ahli konsrtruksi.
Tujuan dari program hibah bersaing ini adalah untuk meningkatnya wawasan, persepsi, dan pengatahuan
tenaga kerja konstruksi dalam bidang hukum, kontrak, arbitrase, dan penilai ahli konstruksi.

Ill.

Kriteria
Hibah bersaing

ini

mempunyai ketentuan/kriteria sebagai berikut:

l.Seminar yang diselenggarakan adalah Seminar sehari (minimal jam 08.00-14.00) tingkat DKI Jakarta
dalam arti undangan/publikasi seminar kepada tenaga kerja dan masyarakat jasa konstruksi di
wilayah DKI Jakarta dengan jumlah minimal peserta adalah 50 orang'
2.Seminar diselengga rakan pada periode bula n Ja nuari-Pebruari 2015.

3.Topik seminar adalah bebas dalam bidang hukum, kontrak, mediasi, arbitrase, dan penilai ahli
konstruksi.
4.Peserta hibah bersaing adalah satu asosiasi profesi/badan usaha DKlJakarta bekerja sama dengan satu
perguruan tinggi/program studi ke-konstruksi-an (Teknik Sipil, Arsitektur, Teknik Mesin, Teknik
Elektro, Teknik/llmu Lingkungan), dibuktikan dengan surat kerjasama ditandatangani kedua pihak
asosiasi dan perguruan tinggi/program studi.

5.Peserta hibah bersaing terpilih dibantu dengan dana penyelenggaraan seminar sebesar Rp 30 000 000,(tiga puluh juta rupiah) untuk segala keperluan (akomodasi, konsumsi, foto copy, honor narasumber,

transportasi, peralatan dsb) lump sum. Hibah akan diberikan kepada peserta hibah bersaing terpilih
sebesar 30% pada saat penentuan peserta hibah terpilih, dan 40% pada saat hari-H penylenggaraan
seminar, dan 30% setelah laporan akhir penyelenggaraan seminar disetujui LPJKP DKI Jakarta.
6.Pada publikasi seminar disebutkan bahwa seminar terselenggara atas kerjasama LPJKP DKI Jakarta,
Asosiasi, dan Perguruan Tinggi/Program Studi terkait (dalam brosur, spanduk, backdrop, iklan dll).
T.Seminar dibuka oleh Ketua/Pimpinan LPJKP DKI Jakarta dan para pimpinan asosiasi dan perguruan

tinggi/program studi
8.Narasumber seminar minimal adalah dua orang, dapat berupa ahli professional konstruksi (ber SKA
LPJK minimal Ahli Madya) atau dosen bidang konstruksi perguruan tinggi (ber sertifikat dosen).
9.Peserta seminar langsung diberikan sertifikat seminar pada hari H penyelenggaraan seminar (sertifikat
ditandatangani Ketua LPJKP DKI Jakarta, Ketua Asosiasi DKI Jakarta, dan ?impinan perguruan

tinggi/program studi).
10. Laporan akhir penyelenggaraan seminar diserahkan kepada LPJKP DKI Jakarta selambat-lambatnya
seminggu setelah hari H, yang memuat sedikit-dikitnya: Peserta, narasumber, kwitansi pembayaran
konsumsi, akomodasi, narasumber, dan semua pihak yang perlu dilunasi.

lV.

Tata Cara Pengajuan Proposa!

l.Direncanakan ada 2 paket bantuan penyelenggaraan Seminar masing-masing sebesar Rp 30,000,000


(tiga puluh juta rupiah).
2.Peserta hibah bersaing mengajukan proposal seminar yang memuat sedikit-dikitnya:

a.Topik!udul Seminar
b.

Latar Belakang Seminar

c. Maksud Tujuan Seminar

d.lnformasi dua pihak (Asosiasi dan Perguruan Tinggi/Program Studi) Penyelenggara Seminar
(dengan nomertelepon, fax, email daricontact person)
e.

Peserta Seminar

f. Narasumber Seminar
g.Tempat Seminar

h.Waktu dan Daftar Acara Seminar

i. Personil Panitia Seminar (lengkap dengan asal asosiasi/perguruan tinggi/program studi sebagai
panitia pelaksana, dan Pengurus

LPJKP

DKlJakarta sebagai panitia pengarah)

j. Anggaran Biaya Seminar


k. Penutup

l. Lampiran:

i.

Surat Kerjasama Penyelenggaraan Seminar dua pihak (Asosiasi dan Perguruan


Ti

ii.

nggi/Progra m Studi) Penye lengga ra Semi na r bermatera

Copy SKA/Sertifikat Dosen para narasumber

3.Setiap asosiasi dan perguruan tinggi hanya dapat mengusulkan satu buah proposal.

4.Proposal selambat-lambatnya diterima LPJKP DKI Jakarta pada Selasa, 16 Desember 2Ot4 jam 24.00,
melalui email dki@lpjk.net Proposal yang terlambat tidak akan dievaluasi.
5.Evaluasi Proposal oleh LPJKP DKlJakarta Rabu 17 Desember 20L4.

6.Pengumuman peserta hibah bersaingterpilih melalui surat/email/telepon dari LPJKP DKlJakarta pada
hari Kamis, 18 DesemberZO'L Jam 10.00.

T.Penandatanganan Hibah Bersaing antara LPJKP DKI Jakarta dengan peserta hibah bersaing terpilih,
sekaligus penyerahan termin hibah pertama sebesar 30% (Rp 9 juta), Jumat 19 Desember 2074 Jam
10.

8.Rapat-rapat persiapan seminar panitia wajib mengundang


evaluasi LPJKP (minimum 1 kali sebelum seminar)

LPJKP DKI Jakarta sebagai

monitoring dan

g.Penyelenggaraan seminar pada hari H, sekaligus penyerahan termin 2 hibah 40% (Rp 12 juta rupiah).
10. Penyerahan Laporan Akhir penyelenggaraan seminar paling lambat seminggu setelah Hari H kepada
LPJKP

di kantor

LPJKP DKI Jakarta, sekaligus

Hukum,

termin 3 hibah 30% (Rp

juta).

lbntra[ Medhsi, Arbitrase, dan Penilai Ahli

Drafting Program Hibah bersaing


Rapat Pengurus Finalisasi Perlem

Pengumuman

kpada

Peserta Hibah

Deadline Penyerahan Proposal ke LPJKP


Evaluasi Proposal oleh LPJl(P

Pengumuman Pemenang Hibah


Penandatanganan kesepakatan dan termin

hibah {3ff/o}

Rapat Persiapan Seminar

Seminar dan Termin 2 Hibah (4tr1)

AkhirdanTermin 3hibah

V.

Penutup
Demikian panduan Program Hibah Bersaing Penyelenggaraan Seminar Bidang Hukum, Kontrak, Arbitrase,
dan Penilai Ahli Konstruksi, sebagai usaha LPJKP DKI Jakarta mendorong tumbuhnya budaya pembinaan

tenaga kerja dan masyarakat konstruksi dalam hal hukum, menuju dunia konstruksi lndonesia,
Jakarta khususnya, yang lebih sehat dan berdaya saing.

Jakarta, 01 Desember 2Ot4


LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI

Ketua

DKI

PROPOSAL KEGIATAN SEMINAR


IKATAN NASIONAL KONSULTAN INDONESIA
(INKINDO - DKI JAKARTA)
Tema :

KONTRAK KONSTRUKSI DAN KASUS


HUKUM SERTA SOLUSINYA
Sub Tema :

Permasalahan Kontrak Konstruksi dan


Implementasi Audit Serta Kasus Hukum dikaitkan
dengan Arbitrase dan Penilai Ahli Konstruksi
A. PENDAHULUAN

Pelaksanaan

Konstruksi di Indonesia telah berkembang dengan


pesat dan sehubungan dengan hal itu kegiatan-kegiatan
pembangunan nasional tersebut haruslah didukung oleh peraturanperaturan yang bersifat living constitution.
Oleh karena itu sangatlah diperlukan peranan hukum kontrak
untuk menjamin pembangunan tersebut dapat berlangsung secara
teratur dan aman bagi para pihak.
Untuk diketahui bahwa sering terjadi permasalahan proyek
pembangunan secara teknis dan secara administrasi yang berakhir
dan bermuara ke Ranah Hukum.
LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi) adalah lembaga
yang dibentuk berdasarkan UUJK 18/1999 yang mempunyai tugas
antara lain mendorong dan meningkatkan peran penilai ahli di
bidang jasa konstruksi, Mediasi dan Arbitrase.
Dalam hal ini LPJK juga mempunyai program hibah bersaing
penyelenggaraan seminar bidang hukum, kontrak Penilai Ahli
Konstruksi, Mediasi dan Arbitrase.
Sehubungan dengan perihal tersebut diatas untuk diketahui di negara
maju sangat jarang sekali permasalahan kontrak diselesaikan melalui
pengadilan formal seperti Pengadilan Negeri, yang dalam hal ini di
negara maju tersebut hampir semuanya diselesaikan dipengadilan
non formal seperti dengan cara penyelesaian sengketa melalui
mediasi dan arbitrase.
1

Begitu juga halnya untuk mendeteksi kerusakan atau kehancuran


pada pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan dengan cara melakukan
penilai dari Ahli konstruksi yang profesional yang sudah dimulai
dari tahap Perencanaan hingga tahap pelaksanaan dan / atau
penghunian bangunan, sehingga dapat dihindari kegagalan
konstruksi atau kegagalan bangunan sesuai Undang-Undang Jasa
Konstruksi No. 18 Tahun 1999 Juncto PP No. 29 Tahun 2000 (pasal
31, 34,36,37)
B.

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan Tujuan diadakannya seminar ini adalah :


1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya permasalahan
Kontrak pelaksanaan yakni tentang pemahaman kontrak secara
umum dengan topik : Kontrak Konstruksi di Indonesia.
2. Perihal pelaksanaan dari pada Kontrak Konstruksi tersebut
dilakukan pembahasan dengan topik : Dampak Hukum
Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Sesuai Kontrak Konstruksi.
3. Topik yang penting selanjutnya : Peran Nyata LPJK Dalam
Pengembangan Jasa Konstruksi Ke Depan.
4. Juga untuk topik selanjutnya adalah : Penyelesaian Perselisihan
diluar Pengadilan Kontrak Konstruksi / Arbitrase.
5. Berikutnya adalah topik Penyelesaian Perselisihan Kontrak
Konstruksi Melalui Pengadilan.
6. Dan penting juga untuk dibahas topik : Maksud dan Tujuan
Penilai Ahli sesuai PP No.29 UU Jasa Konstruksi No. 18 Tahun
1999.
C. PESERTA SEMINAR
Rencana jumlah Peserta 150 orang
1. Anggota Inkindo / Konsultan
2. Perguruan Tinggi / Akademisi
3. Pejabat / Instansi Pemerintah
4. Pelaku Konstruksi lainnya :
a. Kontraktor
b. Developer
c. Masyarakat Konstruksi lainnya
2

D. NARA SUMBER SEMINAR


1. Pemaparan Kontrak Konstruksi
: Ir. Victor H. Sianipar
di Indonesia
2. Dampak Hukum Terhadap Kontrak : DR.Ir.H.Djoko Soepriyono,
Pekerjaan Yang Tidak Sesuai
SH,MT,M.Hum.
Kontrak Konstruksi
(Praktisi dan Akademisi)
3. Peran Nyata LPJK Dalam
: Ir. Yudi Setiabudi
Pengembangan Jasa Konstruksi
LPJK D
Ke Depan
4. Penyelesaian Perselisihan Kontrak : Prof. Dr. Suhandi Cahaya,
Konstruksi Melalui Pengadilan
SH, MH, MBA
5. Penyelesaian Perselisihan diluar
: Ir. Gusnando S Anwar,
Pengadilan Kontrak Konstruksi
MEngSc. FCBArb.
/ Arbitrase
BANI
6. Maksud dan Tujuan Penilai Ahli
: Prof.DR. Ir. Chaidir Makarim
sesuai PP No.29 UU Jasa Konstruksi UNTAR
No. 18 Tahun 1999
E.

TEMPAT SEMINAR
Tempat

: Kampus Universitas Tarumanegara Jakarta


Alternative di Bidakara

F.

Tanggal, hari

: Rabu, 25 Februari 2015

Waktu

: 08.00 s/d 16.00 WIB ( tentative )

PANITIA PENYELENGGARA

Panitia

Penyelenggara Seminar Hukum Konstruksi Inkindo DKI


Jakarta ditetapkan berdasarkan Surat Ketetapan Dewan Pengurus
Propinsi Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Daerah Khusus
Ibukota Jakarta No: 001/SK.DPProv.DKI/I/2015, dengan namanama sebagai berikut:
1. Panitia Pengarah (SC)
Ketua

: Ir. Victor H. Sianipar

Anggota

: 1) Ir. Yudi Setiabudi


2) Ir. Henny Wiyanto, MT.
3

2. Panitia Pelaksana (OC)


Ketua

: DR. Ir. HM. Hanafi Darwis, SH., MM

Wakil Ketua : Dr. Widodo Kushartomo, S.Si., M.Si


Sekretaris

: Miduk Pakpahan, SE

Bendahara : Bambang Kuntjoro, SE., MM., MSi


Anggota

: 1) Ir. Sopar H. Butarbutar, M.Sc


2) Ir. Sukardi
3) Dr. Ir. Wati A. Pranoto, MT
4) Sekretariat Inkindo DKI

3. Tim Perumus

: 1) Drs. Manungkar Sihombing


2) Ir. Suwendi, MS.c
3) Ir. Aniek Prihatiningsih, MM.

G. PENUTUP

Sebagai

penutup dari pada seminar ini kita berharap agar dapat


kiranya menyadarkan kita untuk kembali menegakkan Hukum
Kontrak dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dan/ atau Arbitrase.
Dengan baik dan aman bagi para pihak serta berperannya profesi
Penilai Ahli Konstruksi secara optimal, akurat dan imparsial.
Jakarta, 13 Januari 2015
Panitia Pelaksana

Catatan : khusus kepada Bpk. Victor mohon koreksiannya via email


sekretariat Inkindo DKI, jika ada dan saya akan hadir di kantor Sekretariat
Inkindo DKI pada hari Kamis, 18 Desember 2014 pukul 10.00 WIB dan pukul
15.00 WIB untuk merevisi jika ada masukan dari Bpk. Victor. Wassalam
Hanafi

JADWAL ACARA SEMINAR HUKUM


Tema:
KONTRAK KONSTRUKSI DAN KASUS HUKUM SERTA SOLUSINYA
Sub Tema:
Permasalahan Kontrak Konstruksi dan Implementasi Audit Serta Kasus Hukum
dikaitkan dengan Arbitrase dan Penilai Ahli Konstruksi
Jakarta, 25 Februari 2015
WAKTU

KEGIATAN

PIC

08.00 09.00

Pendaftaran Peserta dan Rehat Kopi

Panitia INKINDO

09.00 09.05
09.05 09.10
09.10 09.15

MC (Erna)
Dr.Ir. HM. Hanafi D., SH,MM
Ir. Peter Frans

09.15 09.20
09.20 09.30

Pembukaan
Laporan Ketua Panitia
Sambutan Ketua DPP INKINDO DKI
Jakarta
Sambutan dari UNTAR
Sambutan Ketua LPJK DKI

09.30 12.00

Sesi Pertama :

Moderator : Ir. Basuki Anondho, MT./


UNTAR
Ir. Victor H. Sianipar
Inkindo DKI
DR.Ir.H.Djoko Soepriyono, SH,MT,M.Hum.
Praktisi & Akademisi

09.30 10.00
10.00 10.30

10.30 11.00

11.00 12.00

Paparan 1 : Kontrak Konstruksi di


Indonesia
Paparan 2 : Dampak Hukum Terhadap
Pekerjaan Yang Tidak Sesuai Kontrak
Konstruksi
Paparan 3 : Peran Nyata LPJK Dalam
Pengembangan Jasa Konstruksi Ke
Depan
Tanya Jawab

12.00 13.00

ISHOMA

13.00 16.00

Sesi Kedua :

13.00 13.30

13.30 14.00

14.00 14.30

14.30 15.00
15.00 15.15

15.15 16.00

Paparan 4 : Penyelesaian Perselisihan


diluar Pengadilan Kontrak Konstruksi
/ Arbitrase
Paparan 5 : Penyelesaian Perselisihan
Kontrak Konstruksi Melalui
Pengadilan
Paparan 6 : Maksud dan Tujuan
Penilai Ahli sesuai PP No.29 UU Jasa
Konstruksi No. 18 Tahun 1999
Tanya Jawab
Penyerahan Sertifikat Penghargaan
kepada Nara Sumber dan Moderator
Penutupan Seminar

Dekan FakultasTeknik Sipil dan Perencanaan


Ketua LPJK DKI

Ir. Yudi Setiabudi


LPJK DKI

Moderator : Ir. Sopar H. Butarbutar, M.Sc


/ INKINDO
Ir Gusnando S Anwar, MEngSc. FCBArb.
Badan Arbitrase Nasional Indonesia
Prof. Dr. Suhandi Cahaya, SH, MH, MBA
Praktisi ( Lawyer )
Prof. DR. Ir. Chaidir Makarim
Universitas Tarumanegara

LPJK, INKINDO DKI, UNTAR


MC

Rehat Kopi Pembagian Sertifikat

Rencana Anggaran Biaya :

Seminar Konstruksi dan Hukum


Jakarta, 25 Februari 2015

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

SURAT KESEDIAAN MENJADI


NARA SUMBER
SEMINAR HUKUM DENGAN TEMA
KONTRAK KONSTRUKSI DAN KASUS HUKUM SERTA SOLUSINYA
============================================================
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Prof. Dr. Suhandi Cahaya SH.,MH.,MBA.
Telp. Kantor & Email
: (021) 63866636 email suhandicahaya@yahoo.com

Dengan ini menyatakan Bersedia /Tidak Bersedia*) menjadi Nara Sumber


dalam kegiatan Seminar Hukum dengan tema KONTRAK KONSTRUKSI DAN
KASUS HUKUM SERTA SOLUSINYA yang dilaksanakan pada hari Rabu,
tanggal 25 Februari 2015.

Jakarta,12 Januari 2015


Hormat saya,
Prof. Dr. Suhandi Cahaya.SH.,MH.,MBA
*) coret yang tidak perlu

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

Terima Kasih & Sampai Jumpa Di Seminar Nanti : ..

Wassalam .
0

Sambutan DekanFakultasTeknik Universitas Tarumanagara


Seminar Konstruksi dan Hukum: Kontrak Konstruksi dan Kasus Hukum serta Solusinya
Balai Kartini, 25 Februari 2015
Selamat dating dalam Seminar Konstruksi dan Hukum: Kontrak Konstruksi dan Kasus Hukum
serta Solusinya, sub tema: Permasalahan Kontrak Konstruksi dan Implementasi Audit serta
Kasus Hukum dikaitkan dengan arbitrase dan Penilai Ahli Konstruksi. Seminar ini dilaksanakan
hasil kerjasama antara dunia profesi dan perguruan tinggi, yaitu Inkindo DKI Jakarta, LPJK DKI
Jakarta dan UniversitasTarumanagara. Keterlibatan dunia profesi dan perguruan tinggi dalam
mendiskusikan berbagai hal yang terkait dengan dunia industry merupakan sinergi yang positif,
sehingga dapat dicermati permasalahan dan solusinya dari berbagai sisi.
Kita menyaksikan berbagai proyek konstruksi telah berhasil dilaksanakan baik oleh Pemerintah
maupun Swasta, yang akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Di tengah gencarnya
pembangunan ini, tentu saja ada berbagai persoalan yang harus diantisipasi, dihadapi maupun
harus dicarikan solusi yang komprehensif, sehingga dapat diterima oleh semua pihak.
Kita juga menyaksikan berbagai proyek konstruksi telah pula mengalami kegagalan yang
menyebabkan kerugian berbagai pihak, dilaksanakan tidak sesuai dengan kontrak, kualitas
pekerjaan yang kurang baik, tenaga ahli yang masih terbatas, tenaga ahli audit proyek konstruksi
yang handal yang mungkin masih terbatas serta berbagai kendala lain di lapangan. Sebagai
contoh pembangunan jalan yang tidak sempurna, pembangunan drainase yang asal jadi,
pelapisan jalan yang seadanya, life time hasil proyek konstruksi yang pendek dan cepat terjadi
kerusakan dan berbagai kasus lain yang dapat kita lihat setiap hari di lapangan. Beberapa
pertanyaan mendasar yang mungkin perlu dicarikan jawabannya adalah hal ini menjadi
tanggungjawab siapa? Dan jika masyarakat memperoleh kerugian akibat kegagalan suatu proyek
konstruksi, kemana harus melakukan claim?
Seminar Seminar Konstruksi dan Hukumh ari ini menjadi sangat penting artinya bagi kejelasan
hak dan tanggungjawab yang harus diemban, baik oleh perusahaan konstruksi, pemerintah dan
masyarakat pengguna. Seminar ini begitu strategis untuk menghasilkan suatu rekomendasi yang
bermanfaat bagi semua pihak dalam melaksanakan proyek konstruksi sesuai dengan SOP dan
standar kualitas yang disepakati bersama.
Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menghasilkan lulusan S1, S2, dan S3 Teknik Sipil,
Universitas Tarumanagara sangat peduli untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan peduli
terhadap permasalah proyek konstruksi seperti yang kita diskusikan dalam seminar ini. Kami
berharap, kita semua dapat menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat untuk dapat dijadikan
acuan dalam pengembangan aturan dan pelaksanaan proyek konstruksi yang sukses di
Indonesia.
Kepada seluruh peserta seminar, selamat berseminar, semoga Bapak Ibu mendapatkan
informasidan pengetahuan baru yang dapat digunakan dalam kegiatan proyek konstruksi di
tempat masing-masing.
Selamatberseminar.
Jakarta, Februari 2015
Dekan,

Prof. Dr. AgustinusPurnaIrawan

PRESS RELEASE

SEMINAR
KONTRAK KONSTRUKSI DAN KASUS HUKUM SERTA SOLUSINYA
Sub Tema :
Permasalahan Kontrak Konstruksi dan Implementasi Audit Serta Kasus
Hukum dikaitkan dengan Arbitrase dan Penilai Ahli Konstruksi

Balai Kartini, 25 Februari 2015

Pelaksanaan Konstruksi di Indonesia telah berkembang dengan pesat dan sehubungan


dengan hal itu kegiatan-kegiatan pembangunan nasional tersebut haruslah didukung
oleh peraturan-peraturan yang bersifat living constitution. Oleh karena itu sangatlah
diperlukan peranan hukum kontrak untuk menjamin pembangunan tersebut dapat
berlangsung secara teratur dan aman bagi para pihak. Untuk diketahui bahwa sering
terjadi permasalahan proyek pembangunan secara teknis dan secara administrasi yang
berakhir dan bermuara ke Ranah Hukum.

Di negara maju sangat jarang sekali permasalahan kontrak diselesaikan melalui


pengadilan formal seperti Pengadilan Negeri, yang dalam hal ini di negara maju
tersebut hampir semuanya diselesaikan dipengadilan non formal seperti dengan cara
penyelesaian sengketa melalui mediasi dan arbitrase.

Begitu juga halnya untuk mendeteksi kerusakan atau kehancuran pada pelaksanaan
konstruksi dapat dilakukan dengan cara melakukan penilai dari Ahli konstruksi yang
profesional yang sudah dimulai dari tahap Perencanaan hingga tahap pelaksanaan dan
/ atau penghunian bangunan, sehingga dapat dihindari kegagalan konstruksi atau
kegagalan bangunan sesuai Undang-Undang Jasa Konstruksi No. 18 Tahun 1999
Juncto PP No. 29 Tahun 2000 (pasal 31, 34,36,37)

Semina ini diselenggarakan atas kerja sama DPP Inkindo DKI Jakarta dan Universitas
Tarumanagara, didukung oleh LPJK Provinsi DKI Jakarta melalui

Program Hibah

Bersaing Bantuan Biaya Penyelenggaraan Seminar Bidang Hukum, Kontrak,


Arbitrase dan Penilai Ahli Konstruksi. :
Seminar ini membahas topik-topik sebagai berikut :
1. Sesi 1:

Peran Nyata LPJK Dalam Mendukung Kegiatan Jasa Konstruksi Bidang Kontrak
dan Penyelesaian Sengketa.

Kontrak Konstruksi di Indonesia Menjadi Sumber Perselisihan

Akibat Hukum Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Sesuai Kontrak Konstruksi.

2. Sesi 2:

Penyelesaian Perselisihan Kontrak Konstruksi Di Luar Pengadilan/ Arbitrase.

Penyelesaian Perselisihan Kontrak Konstruksi Melalui Pengadilan

Resiko Kegagalan Bangunan Dan Peran Penilai Ahli..

Adapun sebagai Nara Sumber adalah : Sarwono Hardjomulyadi, Dr. Ir. MSc (Civ), MSBA
(Bus), MH (law), MDBF (ADR), ACIArb (Arb), ACPE (LPJK Nasional) ;

Ir. Victor H.

Sianipar (Inkindo DKI Jakarta); DR.Ir.H.Djoko Soepriyono SH,MT,M.Hum (Praktisi dan


Akademisi); Prof. Dr. Suhandi Cahaya, SH, MH, MBA (Lawyer); Prof. Dr. Suhandi Cahaya,
SH, MH, MBA; Ir. Gusnando S Anwar, MEngSc. FCBArb (BANI); : Prof. Ir. Chaidir A.
Makarim. MSE., Ph.D (UNTAR).

Seminar ini diselenggarakan pada tanggal 25 Februari 2015, di Balai Kartini, Jakarta,
diikuti oleh 200 lebih peserta, dari kalangan : Anggota Inkindo / Konsultan, Perguruan
Tinggi / Akademisi, Pejabat / Instansi Pemerintah, Kontraktor, Developer, dan Masyarakat
Konstruksi lainnya.

Jakarta, 25 Februari 2015

Panitia Pelaksana Seminar


2

PERAN LPJK DALAM MENDUKUNG


KEGIATAN JASA KONSTRUKSI BIDANG
KONTRAK DAN PENYELESAIAN SENGKETA
Oleh

Sarwono Hardjomuljadi

Dr, Ir, MSC (Civ), MSBA (Bus), MH (Law), MDBF (ADR), ACIArb (Arb), ACPE.
FIDIC Affiliate Member , FIDIC Accredited Trainer, FIDIC Adjudicator
DRBF Country Representative for Indonesia
Wakil Ketua, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional
Sekretaris, Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
Disampaikan dalam Acara :

Seminar Konstruksi & Hukum


Tema :

Kontrak Konstruksi dan Hukum Serta Solusinya


Subtema :

Permasalahan Kontrak Konstruksi dan


Implementasi Audit serta Kasus Hukum dikaitkan
dengan Arbitrase dan Penilai Ahli Konstruksi
Balai Kartini-Rabu, 25 Februari 2015

SEMINAR SEHARI 25 Februaru 2015


Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

PERAN LPJK DALAM MENDUKUNG


KEGIATAN JASA KONSTRUKSI
BIDANG KONTRAK DAN
PENYELESAIAN SENGKETA

Sarwono Hardjomuljadi

Dr, Ir, MSC (Civ), MSBA (Bus), MH (Law), MDBF, ACIArb, ACPE.
FIDIC Affiliate Member , FIDIC Accredited Trainer, FIDIC Adjudicator
DRBF Country Representative for Indonesia
Vice Chairman, Indonesia National Board for Construction Services Development
sarwonohm2@yahoo.co.id & info@sarwonohm.com
www.sarwonohm.com

Semua kegiatan dalam bidang jasa konstruksi di Indonesia diatur dengan


Undang-Undang 18/ 1999 tentang Jasa Konstruksi yang mengatur semua
hal yang berkaitan dengan jasa konstruksi. Undang-undang ini pada Bab II
Azas dan Tujuan, pasal 3, menyatakan bahwa pengaturan jasa konstruksi
di Indonesia bertujuan untuk:
a.Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk
mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil
pekerjaan konstruksi yang berkualitas.
b.Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin
kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak
dan kewajiban,serta meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c.Mewujudkan peningkatan peran serta masyarakat di bidang jasa
konstruksi.
SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

Lima tujuan pokok LPJKN yaitu:


1.Mendorong arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi
menjadi struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi.
2.Mewujudkan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas.
3.Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan
penyedia jasa dalam hak dan kewajiban.
4.Meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
5.Mewujudkan peningkatan peran serta masyarakat di bidang jasa
konstruksi

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

TUGAS POKOK LPJKN


1

Mewujudkan
usaha yg kokoh
dan berdaya
saing tinggi

Mewujudkan
kualitas yang
baik

Mewujudkan
kesetaraan
dalam hak &
kewajiban

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

Meningkatkan
kepatuhan
pada
peraturan

Meningkatkan
peran serta
masyarakat

ASPEK LEGAL DAN ADMINISTRASI KONTRAK

Kontrak
Konstruksi

Klaim
Konstruksi

Penyelesaian
Sengketa

Sarwono Hardjomuljadi
Dr, Ir, MSC (Civ), MSBA (Bus), MH (Law), MDBF (ADR), ACIArb, (Arb) A CPE. (Eng)
FIDIC Affiliate Member , FIDIC Accredited Trainer, FIDIC Adjudicator
DRBF Country Representative for Indonesia
Wakil Ketua, Lembaga pengembangan Jasa Konstruksi Nasional
Sekretaris, Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi Indonesia (BADAPSKI)
sarwonohm2@yahoo.co.id & info@sarwonohm.com
www.sarwonohm.com

KONTRAK KONSTRUKSI
SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

KUH Perdata 1338


Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan
sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh
undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.
Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

Garner (2004) Contract is an agreement between two or more


parties creating obligations that are enforceable or otherwise
recognizable at law
(Bryan A.Garner (2004):
Blacks Law Dictionary, Thomson West)

Martin and Law (2006) Contract is a legally binding


agreement. Agreement arises as a result of offer and
acceptance, but a number of other requirements must be
satisfied for an agreement to be legally binding.

Chow (2006) Contract is a legally binding


agreement formed when one party accepts an offer
made by another and which fulfills the conditions
(Chow Kok Fong (2006):
Construction Contracts Dictionary, Sweet & Maxwell Asia)

Elizabeth A Martin and Jonathan Law (2006): Oxford Dictionary


of Law, Oxford University Press

John Adriaanse (2010) said that A variety of factors makes a construction


contract different from most other types of contracts. These include the length
of the project, its complexity, its size and the fact that the price agreed and the
amount of work done may change as it proceeds
John Adriaanse (2010):
Construction Contract Law : The Essential s

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

In a judgement by Lord Wensleydale in 1861 said


The question is not what the parties to a deed or other documents may have intended to do
by entering into that deed, but what is the meaning of the words used in that deed: a most
important distinction in all cases of construction and disregard of which often leads to
erroneous conclusions.

It was even more strongly put in the judgement by Sir Gorell Barnes in 1907 when he said
What a man intends and the expression of his intention are two different things. He is
bound and those who take after him are bound by his expressed intention. If that expressed
intention is unfortunately different from what he really desires, so much the worse for those
who wish the actual intention to prevail.

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

KLAIM KONSTRUKSI

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

(The action of demanding something, which one lost


before hand, because of ones right to recover it).

Hardjomuljadi et al (2006)

Gambaran sederhana adalah seseorang yang mempergunakan jasa


angkutan udara akan menyerahkan bagasinya kepada perusahaan
penerbangan untuk selanjutnya mengklaim kembali bagasinya (baggage
claim) pada saat sampai ditempat tujuan penerbangan

Klaim dalam proyek


konstruksi adalah sesuatu
yang wajar dan biasa terjadi

kesadaran akan klaim (claim


consciousness) atau keakraban
dengan klaim (active familiarity
with claims) dari para pihak juga
akan lebih baik

Penyelesaian Klaim dapat


lebih profesional dan santun.

Physical Causal Factors of Claim

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

EMPLOYER

RESPONDENT: 42, VARIABLE: 59

(ANALYSIS BY RELATIVE IMPORTANCE INDEX)


Faktor

RII

A5

0.785714

D05

0.781746

A6

0.765873

A7

0.746032

D06

0.742063

C10

0.742063

A18

0.738095

A12

0.738095

B05

0.734127

A11

0.734127

D02

0.722222

D03

0.718254

D01

0.718254

C07

0.706349

A14

0.706349

CHANGES IN DESIGN (A05)


DIFFERENT INTERPRETATION OF CONTRACT DOC.(D05)

CHANGES IN SCOPE OF WORKS (A06)

CONTRACTORS LATE COMPLETION (A07)

VARIATION ORDER (D06)

SLOW DECISION
SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

MAKING INVOLVING ALL PARTIES (C10)

ENGINEER RESPONDENT: 27, VARIABLE: 59


(ANALYSIS BY RELATIVE IMPORTANCE INDEX)

Factor

RII

D05

0.740741

B03

0.728395

A19

0.722222

A12

0.722222

D04

0.716049

A5

0.716049

A20

0.709877

A11

0.709877

A16

0.703704

DIFFERENT INTERPRETATION OF CONTRACT DOC.(D05)

SUBSURFACE CONDITIONS OF GEOLOGY (B03)

POSSESSION OF SITE AND AVAILABILITY (A19)

DESIGN ERROR AND OMMISSION (A12)


SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

CONTRACTOR
Factor
A19

RII
0.829167

A5

0.825

D04

0.8125

D02

0.808333

C07

0.804167

A6

0.8

B05

0.8

A18

0.795833

E05

0.7875

D05

0.783333

C10

0.779167

A16

0.775

D06

0.770833

A14

0.766667

B03

0.7625

D03

0.758333

D01

0.758333

A12

0.754167

C02

0.725

A17

0.716667

C03

0.7125

E06

0.708333

A15

0.704167

RESPONDENT: 40, VARIABLE: 59

(ANALYSIS BY RELATIVE IMPORTANCE INDEX)


POSSESSION OF SITE AND AVAILABILITY (A19)
CHANGES IN DESIGN (A05)
DELAYED PAYMENT ON CONTRACT AND EXTRAS (D04)
CONSTRUCTIVE CHANGE ORDER (D02)
POOR MANAGEMENT AND SUPERVISION (C07)
CHANGES IN SCOPE OF WORKS (A06)
UNFORESEEABLE PHYSICAL CONDITIONS (B05)
PROJECT PLANNING AND INTERFACING (A18)
GOVERNMENT POLICIES (E05)
DIFFERENT INTERPRETATION OF CONTRACT DOC.(D05)
SLOW DECISION MAKING INVOLVING ALL PARTIES (C10)
ORAL CHANGES ORDER BY EMPLOYER (A16)

Faktor 1.1 Constructive


Change Order

Faktor 2.1 Oral Change Order


by Employer

Faktor 1.2 Variation Order


Faktor 2. 2 Possession of Site
and Availability
Faktor 1.3 : Inadequate site
investigation

KLAIM
Faktor 3.1 Changes in
Design
Faktor 3.2 Subsurface conditions of
geology
Faktor 3.3 Other Contractors
Interference and Delay
Faktor 3.4 Inefficiency and
Disruption

Figure 02: Causal Factors of Claims and Disputes in HEPP (2014)

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

Figure 03: Causal Factors of Claims and Disputes in Road Projects (2014)

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

FIDIC Conditions of Contracts


Important Clauses Related to Claims
Sarwono Hardjomuljadi

Dr, Ir, MSC (Civ), MSBA (Bus), MH (Law), MDBF (ADR), ACIArb (Arb), ACPE.
FIDIC Affiliate Member , FIDIC Accredited Trainer, FIDIC Adjudicator
DRBF Country Representative for Indonesia
Wakil Ketua, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional
Sekretaris, Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi Indo nesia
Email sarwonohm2@yahoo.co.id & info@sarwonohm.com
www.sarwonohm.com

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

Clauses related to contractors claims based on FIDIC Conditions of


Contract for Construction (red book and pink book)
Sub-clause 1.9 Delayed Drawings or Instructions
SubClause 2.1 Right of access to the Site
Sub-Clause 4.7 Setting Out
Sub-Clause 4.12 Unforeseeable Physical Conditions
Sub Clause 4.24 Fossils
Sub Clause 7.4 Testing
Sub Clause 8.4 Extension of Time for Completion
Sub-Cause 8.5 Delayed Caused by Authorities
Sub-Clause 8.9 Consequences of Suspension
Sub Clause 10.2 Taking Over of Parts of the Works
Sub Clause 10.3 Interference with Test on Completion
Sub-Clause 11.8 Contractor to Search
Sub-Clause 12.4 Omissions
Sub Clause 13.7 Adjustment for Changes in Legislation
Sub Clause 16.1 Contractors Entitlement to Suspend
Sub Clause 17.4 Consequences of Employers Risks
Sub Clause 19.4 Consequences of Force Majeure
SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

Clauses related yo contractors claims based on FIDIC Conditions of


Contract for EPC/Turnkey Project (silver book)
Right of claims and chance to submit the claim could be found in the clauses
below:
Sub-Clause 2.1 Right of access to the Site
Sub-Clause 8.9 Consequences of suspension
Sub-Clause 10.3 Interference with Test on Completion
Sub-Clause 13.7 Adjustment for Changes in Legislation
Sub-Clause 16.1 Contractors entitlement to suspend of Work
Sub-Clause 17.4 Consequences of Employers Risk

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

Kuesioner dibagikan pada 20 staf pengguna jasa (termasuk


penyedia jasa konsultan pengawas) dan 20 staf kontraktor yang terkait
dengan pelaksanaan proyek di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum
yang menggunakan FIDIC Conditions of Contract MDB Harmonised
Edition 2006 di Indonesia, menunjukkan bahwa klausula yang paling
sering digunakan oleh kontraktor sebagai dadsar pengajuan klaim adalah
sebagai berikut: (Hardjomuljadi et al, 2014):
Sub-Clause 4.2 Unforeseeable physical conditions
Sub-Clause 2.1. Right of Access to the Site
Sub-Clause 1.9. Delayed Drawings or Instructions.
Sub-Clause 13.7 Adjustment for changes in legislation
Sub-Clause 8.1. Commencement of the Works

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

DISPUTE RESOLUTION
Sarwono Hardjomuljadi

Dr, Ir, MSC (Civ), MSBA (Bus), MH (Law), MDBF (ADR), ACIArb (Arb), ACPE.
FIDIC Affiliate Member , FIDIC Accredited Trainer, FIDIC Adjudicator
DRBF Country Representative for Indonesia
Wakil Ketua, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional
Sekretaris, Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi Indo nesia
Email sarwonohm2@yahoo.co.id & info@sarwonohm.com
www.sarwonohm.com

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

CLAIMS
YES

NO

AGREED

DISPUTES

ADR

FINISHED

LITIGATION

by negotiation
by cosultation

by conciliation
by mediation

by expert assesment

by arbitration

INDONESIAN LAW No 30/ 1999

by mediation

by conciliation

assisted
by expert assesor

by arbitration

INDONESIAN LAW No 18/ 1999


Act No 29 Year 2000

PENYELESAIAN SENGKETA
PP No 29 Tahun 1999 Pasal 49
(1) Penyelesaian sengketa dalam penyelenggaraan jasa konstruksi di
luar pengadilan dapat dilakukan dengan cara :
a. melalui pihak ketiga yaitu :
1) mediasi (yang ditunjuk oleh para pihak atau oleh Lembaga
Arbitrase dan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa);
2) konsiliasi; atau
b. arbitrase melalui Lembaga Arbitrase atau Arbitrase Ad Hoc.
(2) Penyelesaian sengketa secara mediasi atau konsiliasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a dapat dibantu penilai ahli untuk
memberikan pertimbangan profesional aspek tertentu sesuai
kebutuhan.
Sarwono Hardjomuljadi
Dr, Ir, MSC (Civ), MSBA (Bus), MH (Law), MDBF (ADR), ACIArb, (Arb) A CPE. (Eng)
FIDIC Affiliate Member , FIDIC Accredited Trainer, FIDIC Adjudicator
DRBF Country Representative for Indonesia
Vice Chairman, Indonesia National Board for Construction Services Development
sarwonohm2@yahoo.co.id & info@sarwonohm.com
www.sarwonohm.com

Mediasi
Dalam Blacks Law Dictionary, mediation didefinisikan sebagai berikut: A
method of non binding dispute resolution involving a neutral third party who
tries to help the disputing parties reach a mutually agreeable solution.10
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan mediasi sebagai: Proses
pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai
penasehat.
PP No 29 Tahun 2000 Pasal 50
(1) Penyelesaian sengketa dengan menggunakan jasa mediasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) huruf a angka 1) dilakukan dengan
bantuan satu orang mediator.
(2) Mediator sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditunjuk berdasarkan
kesepakatan para pihak yang bersengketa.
(3) Mediator tersebut harus mempunyai sertifikat keahlian yang ditetapkan
oleh Lembaga.
(4) Apabila diperlukan, mediator dapat minta bantuan penilai ahli.
(5) Mediator bertindak sebagai fasilitator yaitu hanya membimbing para pihak
yang bersengketa untuk mengatur pertemuan dan mencapai suatu
kesepakatan.
(6)Kesepakatan tersebut pada ayat (5) dituangkan dalam suatu kesepakatan
tertulis.

COURT ANNEXED MEDIATION


Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008
yang merupakan pengganti Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
2003, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan mediasi adalah: Cara
penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.
Yang dimaksud dengan mediator dalam Perma ini adalah pihak netral yang
membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai
kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus
atau memaksakan sebuah penyelesaian.
Mediator jenis ini diwajibkan mengikuti pelatihan dan bersertifikat
mediator dari Mahkamah Agung
Sarwono Hardjomuljadi
Dr, Ir, MSC (Civ), MSBA (Bus), MH (Law), MDBF (ADR), ACIArb, (Arb) A CPE. (Eng)
FIDIC Affiliate Member , FIDIC Accredited Trainer, FIDIC Adjudicator
DRBF Country Representative for Indonesia
Vice Chairman, Indonesia National Board for Construction Services Development
sarwonohm2@yahoo.co.id & info@sarwonohm.com
www.sarwonohm.com

Konsiliasi:
Dalam Blacks Law Dictionary concilliation didefinisikan sebagai
berikut: 1).A settlement of a dispute in an agreeable manner, 2). A
process in which a neutral person meets with the parties to a dispute
and explores how the dispute might be resolved.
PP No 29 Tahun 2000 Pasal 51
(1) Penyelesaian sengketa dengan menggunakan jasa konsiliasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) huruf a angka 2)
dilakukan dengan bantuan seorang konsiliator.
(2) Konsiliator sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditunjuk berdasarkan
kesepakatan para pihak yang bersengketa.
(3) Konsiliator tersebut harus mempunyai sertifikat keahlian yang
ditetapkan oleh Lembaga.
(4) Konsiliator menyusun dan merumuskan upaya penyelesaian untuk
ditawarkan kepada para pihak.
(5) Jika rumusan tersebut disetujui oleh para pihak, maka solusi yang dibuat
konsiliator menjadi rumusan pemecahan masalah.
(6) Rumusan pemecahan masalah sebagaimana tersebut pada ayat (5)
dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis.

Dispute Resolution of Construction Contracts in Indonesia

Supreme Court

Supreme Court

FIDIC GCC
Clause 20

Law No 30
Year 1999
Art 72

High Court

District Court

Supreme Court

District Court

District Court

Arbitration

Arbitration

MEDIATION
CONSULTATION
NEGOTIATION

Annual Conference of Dispute Resolution Board Foundation


Singapore, May 16-17, 2014

Dispute
Board

EXPERT ASSESMENT

Decision
by the
Parties

Dispute
Board

CONCILLIATION

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

DB/DRB/
DAB

Gagal
84 hari
(Klausula 20.4 Para 5)

84 hari
(Klausula 20.4 Para 4)

Keputusan
28 hari
(Klausula 20.4 Para 5)

Tidak
sepakat

Disepakati

28 hari
(Klausula 20.4 Para 5)

Notifikasi Penolakan
atas keputusan
56 hari
(Klausula 20.5 Para 1)

Pelaksanaan Arbitrase

Final dan
mengikat

Yes
Amicable
Setlement
No

Sarwono Hardjomuljadi

Dr, Ir, MSC (Civ), MSBA (Bus), MH (Law), MDBF (ADR), ACIArb (Arb), ACPE.
THE PRESIDENT AND
FIDIC Affiliate Member , FIDIC Accredited Trainer, FIDIC Adjudicator
COUNTRY REPRESENTATIVES OF DRBF DRBF Country Representative for Indonesia
Wakil Ketua, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional
(Dewan Penyelesaian Sengketa
Sekretaris, Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi Indo nesia
Internasional)
Email sarwonohm2@yahoo.co.id & info@sarwonohm.com
www.sarwonohm.com
Barcelona, Spain, September 2013

Pendiri Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi


Tangggal 19 Agustus 2014, di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum
Duduk: Pof. Dr.Satya Arinanto, SH, MH; Ir. Agus Rahardjo,MSM; Prof.Dr.Ir. Wiratman Wangsadinata;
Dr.Ir. Djoko Kirmanto, Dip.HE; Abdul Rahman Saleh, SH, MH; Prof. Hilmahanto Juwana, SH, LLM, PhD;
Prof.Ir.Roesdiman Soegiarso, MSc, PhD; Irjen Pol (Purn) Prof.Dr.dr.Hadiman, Sp.KO, SH, MBA, MSc.
Berdiri: Dr.Ir.Sarwono Hardjomuljadi, MSc, MSBA, MH; Ir.Erie Heryadi, Dr.Amad Sudiro, SH, MH, MM;
Bintang Perbowo, SE, MM; Dr.Ir.Sudarto, MT; Ir.Hedianto Husaini, MSCE, MSi; Firman Wijaya, SH, MH
Sarwono Hardjomuljadi

PERMASALAHAN :

KONTRAK LUMPSUM

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

PERMASALAHAN :

KEGAGALAN BANGUNAN
dan
KEGAGALAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI
SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

UU No 18 Tahun 1999 Pasal 43


(1) Barang siapa yang melakukan perencanaan pekerjaan konstruksi
yang tidak memenuhi ketentuan keteknikan dan mengakibatkan

kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan


dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda
paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.
(2) Barang siapa yang melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang
bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan

mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan


dikenakan pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling
banyak 5% (lima per seratus) dari nilai kontrak.
(3) Barang siapa yang melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan pekerjaan
konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan keteknikan dan menyebabkan
timbulnya kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai
pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10%

(sepuluh per seratus) dari nilai kontrak


SEMINAR SEHARI
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi DKI Jaya
Bekerjasama dengan
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Dan
Universitas Tarumanagara Jakarta

PP 29 Tahun 2000 Pasal 34


Kegagalan Bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak
berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi
teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja, dan atau
keselamatan umum sebagai akibat kesalahan Penyedia Jasa dan
atau Pengguna Jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan
konstruksi.

Kegagalan Bangunan

UU No 18 Tahun 1999 Pasal 25


(1)Pengguna Jasa dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas
kegagalan bangunan

(2)Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak penyerahan akhir
pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.

(3)Kegagalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh


pihak ketiga selaku penilai ahli.

Kegagalan Pekerjaan Konstruksi yang didefinisikan sebagai:

PP 29 Tahun 2000 Pasal 31


Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai
dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik
sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.

Kegagalan Pekerjaan
Konstruksi
PP 29 Tahun 2000 Pasal 32
(1) Perencana konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki kegagalan
pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan
pengguna jasa, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi.
(2) Pelaksana konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki kegagalan
pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan
pengguna jasa, perencana konstruksi, dan pengawas konstruksi.
(3) Pengawas konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki kegagalan
pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan
pengguna jasa, perencana konstruksi, dan pelaksana konstruksi.
(4) Penyedia jasa wajib mengganti atau memperbaiki kegagalan pekerjaan konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan penyedia jasa atas biaya
sendiri.

BERSAMA
PAK BASUKI
&
PAK BASUKI

Sarwono Hardjomuljadi

Dr, Ir, MSc (Civ), MSBA (Bus), MH (Law), MDBF (ADR), ACIArb (Arb), ACPE (Eng)

FIDIC Affiliate Member


FIDIC International Accredited Trainer
FIDIC Adjudicator
Federation Internationale des Ingenieurs-Conseils
FIDIC - Box 311 - CH-1215 Geneva 15 - Switzerland
SKYPE fidic.secretariat - Tl +41-22-799 49 00 - Fx +41-22-799 49 01
www.FIDIC.org

Country Representative for Indonesia


The Dispute Resolution Board Foundation
19550 International Blvd. So Suite 314
Seattle, Washington 98188, USA
Tel.(206) 878-3336, Fax (206) 878-3338
www.drb.org

Corporate Panel Member (MDBF)


The Dispute Board Federation
14, rue du Rhone
1204 Geneva, Switzerland
Tel: +41 22 819 19 68, Fax: +41 44 732 69 95
www.dbfederation.org

Associate Member (ACIArb)


Chartered Institute of Arbitrators
12 Bloomsbury Square
London, WC1A 2LP, UK
Tel: +44 (0)20 7421 7444; Fax: +44 (0)20 7404 4023
www.ciarb.org

TERIMA KASIH

Sarwono Hardjomuljadi

Dr, Ir, MSC (Civ), MSBA (Bus), MH (Law), MDBF (ADR), ACIArb (Arb), ACPE.
FIDIC Affiliate Member , FIDIC Accredited Trainer, FIDIC Adjudicator
DRBF Country Representative for Indonesia
Wakil Ketua, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional
Sekretaris, Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi Indo nesia
Email sarwonohm2@yahoo.co.id & info@sarwonohm.com
www.sarwonohm.com

KONTRAK KONSTRUKSI DI INDONESIA


MENJADI SUMBER PERSELISIHAN
Oleh

Ir. Victor H. Sianipar


Inkindo DKI Jakarta

Disampaikan dalam Acara :

Seminar Konstruksi & Hukum


Tema :

Kontrak Konstruksi dan Hukum Serta Solusinya


Subtema :

Permasalahan Kontrak Konstruksi dan


Implementasi Audit serta Kasus Hukum dikaitkan
dengan Arbitrase dan Penilai Ahli Konstruksi
Balai Kartini, 25 Februari 2015

KONTRAK KONSTRUKSI di
INDONESIA
Oleh :
Victor H. Sianipar

KONTRAK KONSTRUKSI
INDONESIA
5diCIRI/SIFAT
INDUSTRI KONSTRUKSI:
1.

SETIAP TRANSAKSI NILAINYA RELATIF BESAR

2.

PENYERAHAN RELATIF LAMA

3.

TIDAK MUDAH DICONTOHKAN

4.

DILAKUKAN OLEH BANYAK BADAN, INSTITUSI,


PERUSAHAAN DLL, SECARA KOLEKTIF

5.

MEMILIKI RESIKO YANG RELATIF BESAR

LUMP SUM ?

TIME FRAME PENYELESAIAN


PERSELISIHAN DILUAR PENGADILAN
Hari ke-1

56

116

Musyawarah mufakat
Masa arbitrase

380

470

Berbagai pendekatan
dalam membuat kontrak konstruksi
1. Ketentuan normatif, uu & peraturan
dan code yang berlaku
2. Alur logic proses konstruksi
3. Lebih baik menyelesaikan daripada
menghentikan di tengah jalan
4. Risk management
5. Standar compact conditions

Sumber perselisihan
1. umum
2. Kesalahan dalam memilih mitra kerja
3. Faktor design
4. Faktor pelaksanaan
* pm/mk/pengawas
* kontraktor/nsc/sbo
* pemilik
5. Kesalahan kolektif

TERIMA KASIH

KONTRAK KONSTRUKSI DI INDONESIA


MENJADI SUMBER PERSELISIHAN
SEMINAR KONSTRUKSI DAN HUKUM
Tema:
KONTRAK KONSTRUKSI DAN KASUS HUKUM SERTA SOLUSINYA
Sub Tema:
Permasalahan Kontrak Konstruksi dan Implementasi Audit Serta Kasus Hukum dikaitkan
dengan Arbitrase dan Penilai Ahli Konstruksi
Balai Kartini, Jakarta, 25 Februari 2015

Oleh : Victor H. Sianipar

I. PENDAHULUAN
Apabila disepakati dan ditandatangani dengan tidak bertentangan dengan ketentuan
Undang-undang yang berlaku, maka Kontrak adalah menjadi Undang-undang untuk mereka
yang bersepakat dan terikat oleh Kontrak tersebut.
Maka pengharapan, Kontrak akan mengatur secara sempurna hak dan tanggung jawab
masing-masing pihak, sehingga tujuan dari Kontrak tersebut tercapai tanpa cacat, tanpa
perselisihan. Namun mari kita lihat bagaimana perilaku dan fakta-fakta yang banyak terjadi
dalam Jasa Konstruksi di Indonesia.
Kontrak sering dianggap sebagai barang keramat, rahasia tidak boleh dilihat oleh
banyak orang, terutama apabila menyangkut angka dan nilai tercantum di dalamnya.
Di banyak transaksi Industri Konstruksi di swasta, ketersediaan dan ditandatanganinya
Kontrak sering dilakukan kemudian dengan mendahului pemanfaatan Letter of Award,
Letter of Intent atau selangkah lebih maju, Surat Perintah Kerja (Notice to Proceed).
Para Engineer yang menjadi pelaku di Jasa Konstruksi lebih cenderung melihat gambar
dan ketentuan teknis daripada persyaratan Administrasi dan Kontrak.
Sebaliknya dari sedemikian banyak perselisihan yang timbul, sebagian besar didominasi
dengan penyelesaian secara musyawarah yang walaupun dalam faktanya, dominan untuk
menjadi keuntungan Pemilik. Sangat sedikit yang akhirnya bermuara di Pengadilan atau
melalui Penyelesaian Perselisihan di Luar Pengadilan (Arbitrase), karena sejujurnya tidak
menguntungkan.
II. MEMAHAMI JASA KONSTRUKSI
1. Umum
Tentu Awam akan kagum melihat gedung yang menjulang, jembatan yang
merentang panjang menyeberangi sungai yang lebar atau bendungan yang berdiri

SEMINAR KONSTRUKSI & HUKUM BALAI KARTINI , JAKARTA, 25 FEBRUARI 2015

kokoh menaikkan ketinggian air untuk menjadi PLTA. Kalau untuk Awam
mempertanyakan, Bagaimana membuatnya?, maka untuk para Engineer dalam
bidangnya, mempertanyakan, Bagaimana merencanakan dan melaksanakannya
secara baik dan efisien?
2. Ciri Jasa Konstruksi
Dibandingkan jasa dan industri lain, Konstruksi memiliki ciri atau keunikan yang
berbeda, mutlak atau relatif.
Nilai Transaksi yang relatif lebih besar.
Dilihat dari nilai, Jasa Konstruksi memiliki nilai yang relatif lebih besar dibanding
jasa/industri lain, dan dari waktu ke waktu meningkat tajam.
Penyerahan/Delivery yang lama.
Tentunya tergantung skala dan tingkat kesulitan dari proyeknya, maka
penyelesaian atau penyerahan dari Proyek kepada Pemilik membutuhkan waktu
yang relatif lebih lama dibandingkan jasa/industri lain. Tumpukan
dokumen/kertas yang menjadi Dokumen Kontrak akan menjadi kepastian akan
selesai dan diserahkannya proyek kepada Pemilik 2-3 tahun yang akan datang.
Tidak mudah dicontohkan.
Walaupun bisa dibuatkan maket, namun untuk upaya mencontohkan terlebih
dahulu sebelum Kontrak, tidaklah mudah. Tidak ada contoh Balai Kartini lain
sebelum Balai Kartini ini dibangun. Pada hakikatnya, semua bangunan adalah
unik, terutama untuk skala proyek yang semakin besar.
Melibatkan banyak Badan, Institusi, Perusahaan, dan perorangan.
Apakah Anda pernah mengurus IMB? Ini salah satu contoh saja; Apakah cukup
melalui 10 meja kalau kita mulai dari SIPPT? Konsultan-konsultan perencana
saat ini, praktis semuanya sudah menjadi spesialis; Struktur, Arsitektur, Interior, ,
Mekanikal/Elektrikal, dan lain-lain. Hal yang sama, pada saat proyek menjadi
complicated, muncullah Kontraktor Spesialis, ada Pondasi, ada alumunium, dll.
Hal lain, saat Pemilik ingin mengejar harga yang lebih murah, maka selain paketpaket pekerjaan tadi ada Supply By Owner (SBO), PC Rate dan mungkin modus
lain dalam perkembangan ke depan akan ada yang baru.
Beresiko Tinggi (High Risk)
Apabila 4 (empat) poin di atas dijumlah maka mudah dipahami bahwa
Jasa/Industri Konstruksi adalah usaha yang berisiko tinggi.
Terlepas dari adanya proyek gengsi, konstruksi adalah tuntutan dan kebutuhan
hidup. Karena itu harus dihadapi dan dikelola agar tujuan dan manfaat dapat
dicapai secara optimal. Kenyataannya, cukup banyak proyek yang terbengkalai,
bukan saja pada krismon 1987, yang pernah melanda ekonomi dunia dan
berdampak besar pada Industri Konstruksi Indonesia.
Saran, serahkan pada ahlinya.

SEMINAR KONSTRUKSI & HUKUM BALAI KARTINI , JAKARTA, 25 FEBRUARI 2015

3. Penyedia Jasa Konstruksi


Sejak Undang-undang No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi diundangkan ,
maka kita mulai mengenal penyebutan yang berbeda kepada pelaku jasa
konstruksi dan adanya lembaga seperti LPJK, adanya Klasifikasi, adanya
Sertifikasi, Tenaga Ahli, Penilai Ahli, dan lain-lain, dilengkapi dengan penjelasan
tugas dan tanggung jawab.
Proses untuk memperoleh Penyedia Jasa juga diungkap secara undang-undang
walaupun belum menyentuh semua aspek dalam Industri Konstruksi, sehingga
proyek-proyek yang tidak menggunakan Anggaran Negara, memilih cara
tersendiri, mengikuti perkembangan alur bussiness yang tersedia dan
berkembang di pasar.
III. JENIS-JENIS KONTRAK KONSTRUKSI
Kontrak adalah wujud tertulis dari kesepakatan. Maka sesuai dengan komplikasi, pihakpihak dan berbagai alasan yang mengawalinya, Kontrak disusun sedemikian rupa agar hak
dan tanggung jawab masing-masing pihak terlindungi secara Hukum.
Dalam keseharian ada beberapa jenis kontrak yang sering kita dengar atau bahkan kita
adalah diantaranya sebagai pengguna:
- Kontrak Lump-Sum
- Kontrak Turn-Key
- Kontrak Cast Plus Fee
- Kontrak Harga Satuan, Unit Price Contract
Memahami lebih lanjut, mari kita lihat jenis-jenis kontrak dilihat dari berbagai aspek :
1. Jenis Kontrak berdasarkan aspek pembentukan harga :
- Kontrak Lump-Sum
- Kontrak Harga Satuan
- Kontrak Cost Plus Fee
2. Jenis Kontrak berdasarkan aspek cara pembayaran :
- Kontrak dengan Monthly Progress Payment
- Kontrak dengan pembayaran secara Termijn
- Kontrak Turn-Key
- Kontrak BOT (Build Operate & Transfer)
- Kontrak Tukar Guling/Ruilslag
3. Jenis Kontrak berdasarkan lingkup kerja/Pihak-pihak :
- Kontrak untuk Perencanaan
- Kontrak untuk Quantity Surveyor
- Kontrak Pelaksanaan
- Kontrak PM/MK/Pengawasan
- Kontrak Design & Build (Rancang Bangun)

SEMINAR KONSTRUKSI & HUKUM BALAI KARTINI , JAKARTA, 25 FEBRUARI 2015

4. Jenis Kontrak berdasarkan Sumber Dana


- Kontrak Pemerintah
- Kontrak Swasta
- Kontrak Bantuan Asing, Hibah, dll
Mungkin masih ada alasan atau aspek lain yang perlu menjadi pertimbangan dalam
membedakan jenis-jenis Kontrak. Misalnya, Pemerintah mengenal Proyek Tahun Tunggal
dan ada Proyek Tahun Jamak.
Dari jenis-jenis Kontrak tersebut, sering dijumpai Kontrak sebagai gabungan dari 2 (dua)
jenis atau 3 (tiga) jenis Kontrak. Karena itu hal terpenting di dalam memahami Kontrak
adalah membacanya dengan teliti, bukan menyimpan dan hanya menganggapnya sebagai
dokumen rahasia.
IV. MEMBUAT KONTRAK
Simple, pikiran sehat mengatakan, Buatlah Kontrak seadil-adilnya, seimbang antara hak
dan tanggung jawab dari masing-masing pihak, jangan berat sebelah dan sedemikian tidak
menjadi high cost dan tulis serinci mungkin agar jauh dari sengketa.
Dengan pemikiran demikian, maka untuk membuat Kontrak, carilah seorang Sarjana
Hukum agar dibuat kontrak kerjanya. Pernah juga ada Kontrak Konstruksi yang dibuat oleh
seorang Notaris dan menyebut Pihak-pihak dengan bahasa Notaris; Tuan .....
Untuk itu, mari kita lihat beberapa pendekatan yang menjadi dasar berfikir untuk
membuat kontrak.
1. Ketentuan-ketentuan normatif, mengikuti Undang-undang, Peraturan yang
berlaku.
Tentunya hal ini bersifat mutlak dan menjadi rujukan dan referensi dari pembuatan
serta isi kontrak, termasuk berbagai peraturan dan Undang-Undang terkait langsung
atau tidak langsung.
2. Mengikuti alur, pemahaman dan logic proses Konstruksi.
Ini juga adalah satu pendekatan yang harus dipahami oleh si pembuat Kontrak.
Ibarat Kontrak Perencanaan, harus memahami apa yang dimaksud :
Design Concept
Schematic Design
Design Development
Detail Engineering Drawing
DLL
Dalam Kontrak QS, pembuat kontrak harus memahami :
Design Concept Budget
Fungsi Cost Consultant

SEMINAR KONSTRUKSI & HUKUM BALAI KARTINI , JAKARTA, 25 FEBRUARI 2015

Process Packeting
Provisional Hand Over
Final Account
DLL

3. Pembuatan Kontrak seharusnya menganut pendekatan lebih baik menyelesaikan


daripada menghentikan di tengah jalan.
Pengaturan kondisi kontrak, menghindari adanya pihak yang menjadi lebih untung
untuk menghentikan kontrak daripada meneruskan sampai selesai adalah juga suatu
keharusan. Kenapa harus diteruskan dan menjadi rugi dibandingkan dengan
keuntungan yang akan diperoleh kalau dihentikan saja sekarang?
Maka diantara upaya membuat kendali atas pendekatan ini:
o Pemberian uang muka harus ada jaminan berupa Bank Garansi
o Sejak tender ada Jaminan Penawaran dan saat pelaksanaan ada Jaminan
Pelaksanaan yang masa lakunya pun diatur melebihi waktu pelaksanaan yang
ditetapkan dalam Kontrak.
o Selesai proyek 100% hasil ditahan 5% sebagai retensi, menjamin dilakukannya
pemeliharaan.
o Progres dan pembayaran Sertifikat tidak dilakukan secara instant, tapi selalu ada
tenggang waktu untuk evaluasi, sertifikasi, dan proses bayar, memberi dan
memperkuat jaminan untuk menyelesaikan dan bukan menghentikan di tengah
jalan.
4. Pendekatan terhadap upaya menghilangkan/mengurangi risiko.
Pendekatan dengan cara ini pun tidak dapat disalahkan. Ibarat mengelola upaya
menghilangkan risiko :
o Melakukan identifikasi atas berbagai kemungkinan risiko yang terjadi.
o Menilai sensitifitas atau besarnya dampak risiko yang ditimbulkan
o Menanggulangi risiko-risiko dimaksud seminimal mungkin dan/atau memikulkan
kepada pelaku yang seharusnya lebih dekat dan lebih mampu menghindarinya.
o Menghitung residual risk yang masih tersisa dan memikulnya dengan cara lebih
terukur, misalnya melalui Asuransi.
Penulisan pola kontrak seperti ini, selalu berusaha untuk menampung permasalahan dan
memberi klausula tertentu sebagai jalan keluar, namun sering tidak cukup rinci karena akan
menyita uraian kontrak yang lebih luas.
Harus juga dipahami, bahwa Kontrak Konstruksi, sebagaimana kontrak di bidang lain, selalu
mengabdi kepada majikannya. Perhatikan, saat Anda meminta kredit pemilikan rumah, saat
Anda menyewa kios di Pusat Pertokoan, saat Anda mengambil kredit mobil. Kesan tidak adil
akan sangat terasa, dan dengan alasan, Itu sudah standard kita, Pak.

SEMINAR KONSTRUKSI & HUKUM BALAI KARTINI , JAKARTA, 25 FEBRUARI 2015

Lebih lanjut, keberpihakan kepada Pemilik sepertinya adalah lumrah dan pada saat Penyedia
Jasa lebih haus, kondisi ini pun harus ditelan, dapat kita lihat seperti contoh di bawah ini.
o Dokumen Kontrak dan semua lampirannya merupakan bagian yang satu dan tidak
terpisahkan, satu dengan yang lain saling melengkapi.
o Apabila dalam proses tender, Peserta Tender menemukan perbedaan dan
ketidaksesuian, maka Peserta Tender harus menanyakannya untuk memperoleh
kepastian mana yang akan dipergunakan.
o Apabila perbedaan dan ketidaksesuaian masih terdapat dalam Dokumen Kontrak,
Kontraktor harus mempertanyakannya kepada MK/Pemilik, untuk mendapatkan
keputusan. Kontraktor wajib mengikutinya, walaupun biayanya lebih mahal ataupun
mutunya lebih tinggi, dan biaya yang diperlukan untuk itu dianggap sudah
diperhitungkan.
o Kontraktor harus melakukan dengan sebaik-baiknya hingga memuaskan Direksi.
Apa batasnya? Banyak proyek tidak dapat memahami dan tidak mengerti cara
implementasi dalam pelaksanaan sesungguhnya.
o Dari bagian format penawaran.
........................ telah menerima Dokumen Tender, membaca dengan teliti, telah
melakukan kunjungan ke lokasi proyek, memahami semua keadaan lapangan dan
lingkungan, maka dengan ini menawarkan .........................
o Tidak adanya denda atau bunga uang terhadap keterlambatan pembayaran, namun
seacara tegas menyatakan pengenaan denda kelalaian dan denda keterlambatan kepada
Penyedia Jasa.
o Setiap pekerjaan tambah atau perubahan yang dibutuhkan dan diinstruksikan oleh
MK/Pemilik, harus terlebih dahulu dikerjakan walaupun jumlah biaya diperlukan untuk
itu belum disetujui.
o Persetujuan ini tidak menghilangkan tanggung jawab Kontrak dari semua ketentuan
dalam Kontrak.
o ............................ maka Engineer berhak untuk memutuskan harganya.
Membaca dan memahami semua hal tersebut, mestinya kita sepakat untuk menyerahkan
pembuatan Dokumen Kontrak kepada lingkungan/stakeholder Proyek, bukan kepada
Lawyer atau Notaris. Kemudian dapat direview oleh Lawyer mencegah adanya hal-hal yang
menyalahi atau celah hukum untuk perselisihan.
5. Standard Contract, Standard Contract Conditions.
Masih ingat AV41, algemene voorwaarden voor de uitvoering bij aanneming van
openbare werken. Referensi dan syarat-syarat umum untuk Pelaksanaan Bangunan
Umum yang dilelangkan, yang barangkali sampai tahun 80-an masih sering kita
dengar, yang kemudian mulai menghilang sejak populernya FIDIC (Federation

SEMINAR KONSTRUKSI & HUKUM BALAI KARTINI , JAKARTA, 25 FEBRUARI 2015

Internationale des Ingeniuers Conceils), terbawa oleh proyek-proyek bantuan asing


dan pendanaan Luar Negeri.
AV 41 meninggalkan istilah aanwijzing, opname dan leveransir yang masih kita
gunakan sampai sekarang, sementara kata bestek, buku harian (dagboek) dan
bouwheer hilang tergusur istilah dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia yang
berkembang digali dari budayanya sendiri atau mengadopsi dari bahasa lain
disesuaikan dengan lafal dalam bahasa Indonesia.
Banyak negara memiliki standard contract, baik untuk jasa konstruksi maupun untuk
jasa konstruksi yang dikembangkan oleh Asosiasinya.Dengan merujuk ke contract
conditions seperti FIDIC, maka halaman yang menjadi perjanjian tinggal 1 (satu)
halaman yang dikenal sebagai Article of Agreement. Dalam praktiknya bagian/pasal
tertentu dalam FIDIC sering juga dirubah/disesuaikan terhadap situasi dan kemauan
yang punya proyek, atau merubah/menambahkan hal tertentu dalam Addendum
terhadap FIDIC dimaksud.
Dengan lisensi dari FIDIC, tanggal 10 November 2007, FIDIC MDB Harmonized Edition
telah pula diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia diawal 2008, namun
dipergunakan setengah hati.
V. SUMBER PERSELISIHAN
1. UMUM
Untuk setiap perselisihan yang timbul akibat Perjanjian ini, maka Kedua Belah Pihak
sepakat.
Kata-kata dan ketentuan ini adalah klausul yang sangat sering kita jumpai dalam
Kontrak, yang berarti menghakimi, bahwa sumber perselisihan adalah Kontrak.
Benarkah demikian? Ternyata Kontrak yang diniatkan sebagai kesepakatan untuk
memastikan hak dan tanggung jawab masing-masing pihak, tidak cukup ampuh
untuk mencegah timbulnya perselisihan.
2. KESALAHAN DALAM MEMILIH MITRA KERJA
Salah memilih Mitra Kerja adalah awal musibah dengan nama perselisihan, proyek
menjadi mangkrak karena tidak mudah menemukan solusi dalam mengatasi
perselisihan seperti ini, tanpa cedera tambahan! Cara rekrut atau prakualifikasi
justru bisa menjadi penyebab, apalagi kalau dibumbui dengan KKN dilengkapi
korupsi.
Di lapangan, Kontraktor terkesan sama kualifikasi personel dan jumlahnya, tapi
system yang dijalankan sangat berbeda dalam kualitasnya. Ada perusahaan yang
kemudian hanya pasang badan apabila terbentur masalah, tapi ada perusahaan yang
ibarat bongkah es di kutub, yang mengapung di permukaan kecil (sama dengan
perusahaan lain), tetapi ada bongkah es yang sangat besar menopang di bawahnya.
Kalau ada masalah di proyek, masih ada team/ahli dalam organisasinya untuk
memberi advice/dukungan.

SEMINAR KONSTRUKSI & HUKUM BALAI KARTINI , JAKARTA, 25 FEBRUARI 2015

Hal seperti ini, jangan dilihat semata-mata saat mencari Kontraktor sebagai penyedia
Jasa, ini juga berlaku untuk Perencana dan bahkan untuk Pengguna Jasa/Pemilik.
Maka bukan hal yang jamak kalau ada pertanyaan yang muncul untuk menyimak dan
mengenal Pemilik Proyek lebih jauh.
- Dari Group mana ya?
- Apa proyek yang sudah diselesaikan?
- Sumber dananya darimana ya?
3. KESALAHAN DESIGN
Kita satukan kesalahan design dengan tidak sinkronnya design dan keterlambatan
design terhadap timing pelaksanaan di lapangan kita satukan dalam konteks design.
o Kontraktor yang berpengalaman (nakal), bisa saja memanfaatkan celahcelah Kontrak dalam meluluskan kesalahannya dari keterlambatan dan
denda.
Pemilik/MK/Direksi Pengawas perlu waspada, dan jangan terikut ke dalam
permainan Kontraktor. Pahami Kontrak dengan baik, lugas, dan tegas. Ingat,
dosa terbesar dalam keterlambatan proyek adalah keputusan. Keputusan
dalam menentukan hasil tender, Boss/CEO yang tidak bisa diganggu, jenjang
yang terlalu panjang dalam pengambilan keputusan (Brokrasi). Namun perlu
diingat, input/informasi yang tidak memadai, sering menjadi penyebab tidak
datangnya keputusan.
o Melakukan design bukanlah membuat gambar yang indah, maka karena itu
perlu diperhatikan 2(dua) phrases berikut sebagai tugas awal
Arsitek/Perencana:
- To identity the owners need
- To educate the owner
o Pernah Anda dengar RFI? Singkatan dari Request For Information, Perencana
membilang kalau ada design yang kurang jelas, tidak sesuai satu dengan
yang lain, kirim saja RFI, supaya kita jawab. Bukan tidak mungkin, setelah RFI
sudah No.100, suatu saat muncul jawaban melalui e-mail, masih dengan
gambar yang sama.
o Bikin gambar koordinasi dong!
Perencana meminta agar MK membuat atau setidak-tidaknya mengkoordinir
pembuatan gambar koordinasi atau gambar komposit, agar ketinggian plafon
tercapai di Lift Lobby. Bukankah Perencana harus terlebih dahulu yang
membuktikan? Seharusnya gambar koordinasi dimana terjadi konflik dari
berbagai instalasi, haruslah menjadi bagian yang harus melengkapi gambar
perencanaan.
Ingat gambar yang disebut forcon? R1, R2, dan seterusnya? Gambar
dengan sebutan untuk pelaksanaan tetapi berubah-ubah dengan revisirevisi tanpa instruksi perubahan oleh Pemilik. Seharusnya Perencana
tidak berhak untuk memberikan produk perencanaan yang salah

SEMINAR KONSTRUKSI & HUKUM BALAI KARTINI , JAKARTA, 25 FEBRUARI 2015

sebagai gambar tender, kontrak ataupun gambar yang salah, tanpa


seizin Pemilik atau disepakati untuk tujuan tertentu. Sebagaimana
umumnya kontrak MK, tidak berhak membuat perubahan kontrak
tanpa izin tertulis dari Pemilik, seharusnya posisi Perencana tidak
berbeda dari itu. Ingat pameo: There is no design such perfect contains
no mistakes. Terlalu diyakini dan akhirnya menjadi sangat dimaklumi.
Saat ini konstruksi lagi booming, semua konsultan Perencana sedang
menikmati long list, dan ada bedanya Perencana dan MK. Personel
Perencana tidak perlu tampil di panggung, tapi cukup menyibukkan diri
dalam dapur produksi yang muncul di rakor cukup Koordinator Proyek.
Kekurangan personel, waktu, kualifikasi, proyek-proyek yang berada di
luar kota akan mengakibatkan kualitas perencanaan yang rendah.
Upaya copy paste tidak berakhir dengan sempurna, dan bahkan
menjadi produk yang menjengkelkan.
Untuk melengkapi gambar pelaksanaan, terpaksa disepakati, agar
digambar saja oleh Kontraktor, nanti diperiksa dan disetujui oleh
Perencana.

4. KESALAHAN DALAM PELAKSANAAN


Andaikan design sempurna, tidak ada MK/Direksi Pengawas dan pembayaran
berjalan sesuai ketentuan Kontrak, tidakkah Kontraktor harus melakukan semua
pekerjaan sesuai dengan ketentuan Kontrak? Maka kontraktuil, selalu
ditulis/distempel oleh MK; Persetujuan ini, tidak melepaskan Kontraktor dari semua
ketentuan dalam Kontrak.
Kesalahan teknis tidak cukup ditreat dengan pendekatan teknis saja! Menempatkan
persoalan menjadi buah simalakama?
Dalam evaluasi, ternyata mutu kolom yang seharusnya K450, ternyata setelah dirun
oleh ahlinya, cukup kuat dan tidak perlu diperkuat. Atau hasilnya yang mensyaratkan
harus ada perkuatan dan akhirnya dibungkus oleh tambahan kulit baja.
5. DOSA BERSAMA
Ketentuan Kontrak yang tidak baik, perencanaan yang jauh dari seharusnya,
pelaksanaan yang cacat disertai pengawasan yang tidak tegas dan administrasi yang
buruk, termasuk dengan cara pembayaran yang selalu terlambat, maka lengkaplah
suatu perselisihan yang sempurna menjadi dosa bersama.
Maka bersiaplah Anda menghadapi BPK, panggilan polisi, atau adu argumentasi
dalam Arbitrase.

SEMINAR KONSTRUKSI & HUKUM BALAI KARTINI , JAKARTA, 25 FEBRUARI 2015

DAFTAR BACAAN
1. AV-41, Soekarsono Malangioedo, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Juni, 1978
2. Arbitrase Nasional, Munir Fuady, S.H, M.H,LL.M, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,
2000
3. Undang-undang RI No.18 Tahun 1999, Tentang Jasa Konstruksi, Penerbit Citra
Umbara, Bandung, Agustus, 2000
4. Persyaratan Kontrak untuk Pelaksanaan Konstruksi MDB Harmonized Edition,
LPJK, INKINDO & FIDIC, 2008
5. Aspek Hukum, Pengadaan Barang dan Jasa, Adrian Sutedi, S.H,M.H, Penerbit
Sinar Grafika, Agustus, 2012
6. Contions of Contract (International) For Works of Civil Engineering Construction,
FIDIC, March, 2013
7. Kontrak Konstruksi di Indonesia, Ir.H. Nazarkhan Yasin, Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama, Desember, 2013

SEMINAR KONSTRUKSI & HUKUM BALAI KARTINI , JAKARTA, 25 FEBRUARI 2015

10

DAMPAK HUKUM TERHADAP PEKERJAAN


YANG TIDAK SESUAI KONTRAK
KONSTRUKSI
Oleh
DR.Ir.H.Djoko Soepriyono, SH,MT,M.Hum
Praktisi dan Akademisi

Disampaikan dalam Acara :

Seminar Konstruksi & Hukum


Tema :

Kontrak Konstruksi dan Hukum Serta Solusinya


Subtema :

Permasalahan Kontrak Konstruksi dan


Implementasi Audit serta Kasus Hukum dikaitkan
dengan Arbitrase dan Penilai Ahli Konstruksi
Balai Kartini-Rabu, 25 Februari 2015

SEMINAR KONTRAK KONSTRUKSI DAN KASUS HUKUM SERTA


SOLOSINYA
DEWAN PENGURUS PROVINSI IKATAN NASIONAL KONSULTAN
INDONESIA
DKI JAKARTA
25 FEBUARI 2015, BALAI KARTINI - JAKARTA
Tema:
KONTRAK KONSTRUKSI DAN KASUS HUKUM SERTA SOLOSINYA

Sub Tema:
PERMASALAHAN KONTRAK KONSTRUKSI DAN IMPLEMENTASI AUDIT
SERTA KASUS HUKUM DIKAITKAN DENGAN ARBITRASE DAN PENILAI AHLI
KONSTRUKSI
Topik:
DAMPAK HUKUM TERHADAP PEKERJAAN YANG TIDAK SESUAI
KONTRAK KONSTRUKSI
Oleh: Djoko Soepriyono

Pendahuluan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruki
kontrak untuk pekerjaan konstruksi disebut Kontrak Kerja Konstruksi.
Ketentuan Pasal 1 (6): Kontrak Kerja Konstruksi adalah keseluruhan dokumen
yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa
dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.Mengatur hubungan hukum
dapat menimbulkan hak dan kewajiban para pihak yang telah sepakat untuk
menyelenggarakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan dokumen yang telah
diperjanjikan seperti yang telah diatur dalam kontrak kerja konstruksi.
Apabila diantara para pihak dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi tidak
sesuai dengan kontrak kerja konstuksi, dampaknya menimbulkan sengketa
jasa konstruksi diantara para pihak, karena salah satu pihak telah
wanptrestasi atau melakukan perbuatan melanggar hukum/melawan
hukumterhadap yang telah diperjanjikan. Dampak tersebut merugikan salah
satu pihak, atau merugikan fihak lain,atau merugikan negara, alternatip
penyelesaianya dapat dilakukan dengan cara melalui peradilan atau diluar
peradailan, dan jika ada unsur perbuatan pidana maka dapat dilakukan
dengan proses hukum pidana/pidana korupsi.Jika dalam Kontrak Kerja
Konstruksi melibatkan keuangan negara maka unsur perbuatanya adalah
pidana korupsi.

A. Kontrak Kerja Konstruksi


Kontrak Kerja Kontruksi lahir melalui proses, proses tersebut bisa

melalui pelelangan atau seleksi, Kontrak Kerja Konstruksi adalah kesepakan

atau perjanjian antara pengguna jasa dengan penyedia jasa, melahirkan hak

dan kewajiban, harus disepakai oleh para pihak yang telah sepakat untuk
melaksanakan pekerjaan konstruksi. Apabila bila salah satu pihak dalam

pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan isi kontrak maka salah satu pihak
tersebut telah wanprestasi atau telah melakukan perbuatan melanggar

hukum dapat menimbulkan kerugian di fihak lain. Pasal 1365 Kitab UndangUndang Hukum Perdata: tiap perbuatan yang melanggar hukum dan

membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan


kerugian itu karena kesalahanya untuk menggantikan kerugian tersebut.
Akibat pelaksanaan tidak sesuai kontrak dampaknya jelas merugikan salah

satu pihak, dan yang dirugikan melakukan upaya hukum untuk menuntut hak
nya, upaya hukum tersebut dapat dilakukan melalui peradilan atau diluar
peradilan atau jika ada unsur pidanya dapat dilakukan pelaporan kepada
penyidik.

Kontrak Kerja Konstruksi dilihat dari subyek hukum atau pelakunya di

bagi 2 (dua) yaitu: 1. Subyek hukum swasta dengan subyek hukum swasta,

karena para pelakunya dan dana nya dari pihak swata murni; 2. Subyek

hukum swasta dengan subyek hukum pemerintah yang diwakili oleh Kuasa
Pengguna Anggaran/KPA atau diwkili oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK,

karena dalam hal ini terkait dengan sumber dananya yang melibatkan

keuangan negara atau bantuan luar negeri yang ada unsur keuangan negara.
Kontrak Kerja Konstruksi yang subyek hukumnya swata (badan hukum
privat) dengan pemerintah (badan hukum publik) yang melibatkan keuangan

negara disebut juga dengan istilah kontrak pemerintah (government

contract).

Dalam tulisan ini, nara sumber membahas kontrak pemerintah

(government contract). Pemerintah sebagai badan hukum publik yang

kemudian menjadi pihak dalam perjanjian pekerjaan konstruksi atau sesuai

undang-undang jasa konstruksi disebut Kontrak Kerja Konstruksi, wajib


tunduk terhadap asas-asas hukum kontrak. Mengingat Pasal 1338 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yang menegaskan bahwa setiap perjanjian

yang dibuat secara sah, memiliki kekutan seperti undang-undang bagi para

pihaknya.Meskipun pemerintah sebagai badan hukum publik, mengingat


sudah berperan sebagai kontraktan/pelaku yang mendatangani kontrak,

maka sudah selayaknya menghomati dan mematuhi isi Kontrak Kerja


Konstruksi yang telah disepakainya.Kontrak Kerja Konstruksi yang

melibatkan keuangan negara ini memiliki karakter yang berbeda dengan


Kontrak

Kerja

Konstruksi

komersial

pada

umumnya

(swasta

><

swasta).Selain prinsip-prinsip hukum kontrak, berlaku pula prinsip-prinsip

transparansi dan akuntanbilitas. Disamping itu, karena yang dijadikan obyek

perjanjian adalah pekerjaan konstruksi untuk fasilitas yang berkaitan dengan

kepentingan umum atau kemanfaatan umum, nuansa publik dalam Kontrak

Kerja Konstruksiyang melibatkan keuangan negara tidak dapat di hindarkan.


Hal ini disebabkan karena pemerintah sebagai pihak yang berwenang

merealisasi ketersediaan infrastruktur yang baik, terkait dengan peraturan


perundangan-undangan

menyangkut

yang

mengkait

APBN/APBD,Bantuan

banyak

Luar

hal

Negeri

tersebut,

misal

Undang-undang

Perbendaharaan Negara, Tindak Pidana Korupsi, Perundang-undangan yang

mengatur tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan lain-lainya.

Bagaimana ujudnya Kontrak Kerja Konstruksi yang melibatkan

keuangan negara diselenggarakan oleh pemerintah/kontrak pemerintah

(government contract), tetap saja nuansanya komersialnya tidak mungkin


diabaikan, dimana para pihak bertujuan untuk mencapai keuntunganya

masing-masing sesuai karakter yang hak dan kewajiban yang dimilikinya.

Oleh sebab itu, isi Kontrak Kerja Konstruksi tersebut wajib dipatuhi dan
dilaksanakan sesuai kesepakatan yang telah dituangkan dalam dokumen
kontrak, dan hal ini sesui Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

bahwa setiap perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undangundang melaksanakan apa yang sudah disepakai, dampak hukum nya
merugikan bagi pihak lain, layak kalau pihak yang bersangkutan wajib

bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk membayar ganti rugi,


beaya dan bunga sebagaimana aturan yang ada dalam ranah hukum perdata.

Untuk bidang jasa kontruksi, kerugian yang timbul dapat disebabkan

oleh kegagalan pekerjaan kontruksi atau kegagalan bangunan.Apabila hal-hal

itu terjadi, berdasarkan kesalahan yang sudah diperbuat oleh sesuatu pihak,

maka yang bersangkutan harus bertanggung gugat sesuai aturan yang

ditetapkan.Untuk masalah ini Undang-Undang Jasa Kontruksi dengan aturan

penjabarannya,

secara

rinci

sudah

menetapkan

bagaimana

menyelesaikannya.Pengertian

Undang-Undang

Jasa

Konstruksi

istilah

kegagalan bangunan dan kegagalan pelaksanaan konstruksi itu yang


membedakan adalah waktu terjadinya kegagalan dan kemudian siapa yang

bertanggung jawab sesuai perundang-undangan. Sebenarnya secara harafiah

kegagalan bangunan memiliki makna yang sama dengan kegagalan


pelaksanaan konstruksi, sehingga secara garis besar mengandung makna: a.

menjadi tidak berfungsi secara keseluruhan atau sebagian; b. roboh

seluruhnya atau sebagian; c. tidak sesui dengan yang tercantum dalam

perjanjian yang tertuang kesepatkan dalam kontrak kerja konstruksi; d.


pemanfaatanya yang menyimpang; c. tidak memenuhi ketentuan kaidah
keteknikan. Oleh karena itu apabila dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi

salah satu pihak tidak melaksanakan pekerjaan sesuai kontrak, maka sesuai

ketentuan Undang-Undang Jasa Konstruksi sudah termasuk katagori

kegagalan, tergantung dari waktu terjadinya.

Begitu juga kalau dari peristiwa munculnya kegagalan pekerjaan

kontruksi ataupun kegagalan bangunan atau dalam pelaksanaanya tidak

sesuai kontrak, dampak hukum nya timbul sengketa, mengingat ini adalah

ranah perdata, para pihak sesuai hukum kontrak, diberi kebebasan untuk
menyelesaikan sengketa tersebut melalui badan peradilan atau arbitrase,

sesuai pilihan forum yang disepakati. Apabila peristiwa munculnya


kegagalan pekerjaan kontruksi ataupun kegagalan bangunan atau dalam

pelaksanaanya tidak sesuai dengan kontrak, dampak hukum nya timbul

sengketa, dan merugikan keuangan Negara maka resiko hukum mengganti


kerugian negara dan dipidana/di penjara.

Pengerjaan proyek infrastruktur, pada dasarnya rumit dan secara

teknis menyangkut banyak bidang yang canggih.Oleh sebab itu apabila

timbul sengketa jasa konstruksi akibat adanya peristiwa kegagalan pekerjaan


konstruksi ataupun kegagalan bangunan, layak kiranya kalau melibatkan

penilaian ahli untuk merekomendasi pihak mana yang bersalah, demi

menentukan pihak yang harus bertanggunggugat.Baik tanggung gugat


berdasarkan wanpretasi dan/atau perbuatan melawan hukum.

B. Akibat Hukum Dalam Pelaksanaan Tidak Sesuai Kontrak


Bahwa,dalam pelaksanaan pekerjaan tidak sesui dengan kontrak, jelas

ini wanprestasi atau perbuatan melawan/melanggar hukum, akibatnya

timbul sengketa jasa konstruksi. Untuk kontrak pemerintah (government

contract) dalam kasus pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai kontrak, tidak


sesuai spesifikasi teknik, tidak sesuai Kerangka Acuan Kerja/KAK adalah

perbuatan melawan/melanggar hukum dampak nya dapat dipidana korupsi.


Pelaksanaan tidak sesuai kontrak maka para pihak yang berkontrak jelas
diaudit oleh pihak yang punya wewenang untuk meng audit sesui

perundang-undangan.Apabila timbul kerugian negara maka para pihak yang

patut diduga menimbulkan kerugian negara wajib mengembalikan kerugian


negara tersebut.Apabila tidak mengembalikan kerugian negara, maka

dipaksa oleh penegak hukum untuk mengembalikanya, dan apabila tetap

tidak mengembalikan kerugian negara tersebut maka dapat dipidana dengan


sangkaan pidana korupsi. Berbeda dengan jika kerugian negara tersebut
didapat dari penyelidikan dan penyidikan oleh penegak hukum (Kepolisian,

atau Kejaksaan, atau Komisi Pemberantasan Korupsi/KPK) patut diduga


dalam pelaksanaanya tidak sesuai kontrak dan peristiwa nya terjadi

setelah dilakukan serah terima yang kedua, dan ditemukan adanya

perbuatan melawan/melanggar hukum yang dapat merugikanan keuangan


negara yang di audit oleh yang mempunyai wewenang untuk mengaudit
maka unsur perbuatanya adalah Pidana Korupsi.

Para pelaku kontrak pemerintah (government contract) yang dalam

pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak adalah perbuatan


melanggar/melawan hukum jika perbuatan tersebut dapat menimbulkan

kerugian negara adalah pelaku pidana korupsi. Jadi korupsi itu unsurnya

adalah: adanya pelaku, biasanya pelaku ini lebih dari satu dan tidak
sendirian; adanya perbuatan melawan/melanggar hukum; dan adanya
kerugian negara. Adanya pelaku yang melakukan adalah subyek hukum yang
menanda tangani kontrak (pengguna jasa dan/atau penyedia jasa), atau

tenaga ahli yang menangani pekerjaan tersebut, dan ini perlu dibuktikan,

siapa pelaku dan siapa turut serta sebagai pelaku.Penanda tangan kontrak
(pengguna jasa dan/atau penyedia jasa) dapat disangkakan sebagai

pelaku/yang melakukan atau turut serta sebagai pelaku.Tenaga ahli dapat


disangkakan

sebagai

pelaku

atau

sebagai

turut

serta

sebagai

pelaku/melakukan.Adanya perbuatan melanggar/melawan hukum, apakah

perbuatan melanggar/melawan hukum tersebut? Tentunya harus dibuktikan


adanya

unsur

perbuatan

melawan/melanggar

hukum,

misal

jika

melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak yang diperjanjikan,

tidak melaksanakan sesuai dengan spesifikasi yang diatur dalam dokumen

kontrak,

maka

nyata-nyata

perbuatan

tersebut

adalah

perbuatan

melawan/melanggar hukum. Adanya kerugian negara/kerugian keuangan

negara, tentunya harus dibuktikan, untuk menghitung adanya kerugian


negara, pihak peyidik harus minta bantuan auditor yang mempunyai

wewenang untuk menghitung adanya kerugian negara. Tim penilai ahli, atau

tim yang dimintai oleh penyidik kepolisian dan kejaksaan (kecuali KPK)
menghitung adanya kerugian negara, misal dari perguruan tinggi, atau dari

asosiasi atau dari LPJK, atau saksi ahli dari LKPP tidak mempunyai

wewenang untuk menghitung adanya kerugian negara. Jika hasil penyidikan


oleh Kepolisian, Kejaksaan dan KPK adanya perbuatan melawan hukum atau
penyalah gunaan wewenang, dan adanya kerugian negara, maka pelaku/yang

melakukan perbuatan tersebut dinyatakan sebagai tersangka, jika ancaman


pidana nya lebih dari 5 (lima) tahun maka tersangka tersebut, sesuai Hukum

Acara Pidana di Tahan. Dilanjutkan di persidangan di Pengadilan Pidana


Korupsi, dan statusnya dari tersangka menjadi terdakwa. Jika dalam proses
persidangan tidak terbukti, dan di nyatakan bebas oleh putusan majelis
hakim, terdakwa tersebut bebas. Jika oleh putusan majelis hakim terbukti

bersalah dan dipidana, maka terdakwa tersebut dipenjara, dan status nya
narapida. Korupsi itu ada tiga unsur : adanya pelaku; adanya unsur

perbuatan melanggar/melawan hukum (missal: tidak sesuai kontrak pada


saat

pelaksanaan

perencanaan/pelaksanaan(pemborngan)/;

adanya

kerugian negara. Ketentuan Undang-Undang tentang Tindak Pidana Korupsi:

Pasal 2

1. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan


memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00

(dua

ratus

juta

rupiah)

dan

paling

banyakbRp.

1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).


2. Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.
Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan pidana paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

C. Contoh Kasus, Pekerjaan Tidak Sesuai Kontrak


Bahwa

pekerjaan

pembangunan

gedung

tipe

sebagaimana tercantum dalam Mutual Check (MC-0) utamanya perubahan


pekerjaan bor strouss diameter 40 cm 21 m wash boring (162 titik)

berubah menjadi tiang pancang jenis precast concrete mutu beton K-500

ukuran kotak dengan diameter 25 cm x 25 cm.

Bahwa dalam melaksanakan seluruh pekerjaan tiang pancang

diameter 25 cm x 25 cm dalam kegiatan pembangunan .Kota

Surabaya sebagaimana ditentukan dalam MC-0, terdakwa H..,ST


selaku Direktur PT. mensubkontrakan pekerjaan kepada Ir..

selaku Direktur PT. yang beralamat di Jl. .. Surabaya dengan


harga yang disepakati sebesar Rp. 135.000,-/m (seratus tiga puluh lima ribu

rupiah per meter lari) dan setelah harga tiang pancang diameter 25 cm x 25
cm disepakati sebesar Rp. 135.000,-/m (seratus tiga puluh lima ribu rupiah

per meter lari), selanjutnya Ir. selaku Direktur PT. untuk

melaksanakan pekerjaan pemasangan/pemancangan tiang pancang dalam


kegiatan pembangunan .kota Surabaya dengan cara memesan
tiang pancang diameter 25 cm x 25 cm di PT dengan harga sebesar Rp.

105.000,-/m (seratus lima ribu rupiah per meter lari) dan harga tersebut

sudah termasuk keuntungan perusahaan dan biaya transportasi sampai di


tempat tujuan yaitu lokasi pembangunan ..Kota Surabaya.

Bahwa dalam pelaksanaannya volume pekerjaan tiang pancang

sebagaimana dalam MC-0 sebanyak 4.221 m hanya dikerjakan sebanyak


4.095 m, hal ini sesuai dengan laporan pemakaian tiang pancang dan lokasi

titik pemancangan dari PT. Berdasarkan dokumen tersebut, didapatkan


kekurangan volume pekerjaan tiang pancang sebanyak 126 m.selain itu juga
ditemukan selisih harga satuan tiang pancang diameter 25 cm x 25 cm

sebagaimana ditentukan/ditetapkan dalam MC-0 sebesar Rp. 200.500,-/m

(dua ratus ribu lima ratus per-meter lari) dengan jumlah volume seluruhnya

sebanyak 4.221 m, dengan jumlah total sebesar Rp. 846.310.500,- (delapan

ratus empat puluh enam juta tiga ratus sepuluh ribu lima ratus rupiah) jika
dibandingkan harga satuan atas seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dan
dibayarkan kepada Ir. selaku Direktur PT yaitu sebanyak 4.095 m

x Rp. 135.000,-/m = Rp. 552.825.000,- (lima ratus lima puluh dua juta

delapan ratus dua puluh lima ribu rupiah), sehingga terdapat selisih Rp.

846.310.500,- Rp. 552.825.000,- = Rp. 293.485.500,- (dua ratus


sembilan puluh tiga juta empat ratus delapan puluh lima ribu lima
ratus rupiah).
Bahwa dalam hal pelaksanaan kegiatan pembangunan SDN Kota

Surabaya terdakwa H,ST selaku Direktur Utama PT dengan


mensubkontrakkan pekerjaan utama pada pihak lain yaitu Ir..selaku
Direktur PT.tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku antara lain:

Pasal 32 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 Tentang


Perubahan ke tujuh atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah :
penyedia barang/jasa dilarang mengalihkan tanggungjawab seluruh
pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain,

Pasal 32 ayat (4) Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 Tentang


Perubahan ke tujuh atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah :
penyedia barang/jasa dilarang mengalihkan tanggungjawab sebagian

pekerjaan utama dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain dengan

cara dan alasan apapun, kecuali disubkontrakkan kepada penyedia


barang/jasa spesialis.

Bahwa berdasarkan hasil perhitungan Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Timur Nomor: tanggal

.. 2013 perbuatan terdakwa H..,ST dan Ir.., MM telah merugikan


keuangan Negara atau perekonomian Negara Cq. Pemerintah Kota Surabaya
sebesar Rp. 293.485.500,- (dua ratus sembilan puluh tiga juta empat ratus
delapan puluh lima ribu lima ratus rupiah) atau setidak-tidaknya kurang

lebih sebesar jumlah tersebut.

Bahwa perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2

ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Demikianlah,.

Daftar Bacaan
Pustaka:
Ali, Chaidir, Badan Hukum, Alumni Bandung, 1999;

Simamora, Yohanes Sogar, Hukum Perjanjian, Laksbang Pres Sindo,


Yogyakarta, 2009;

Soepriyono, Djoko, Aspek Kontraktual Perjanjian Jasa Pelaksanaan


Pekerjaan Konstruksi Infrastruktur di Indonesia, Universitas 17 Agustustus
1945 Surabaya, 2012.
Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;

Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi;

Peraturan Presiden yang Mengatur tentang Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah beserta turunan yang terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
Putusan Majelis Hakim Pidana Korupsi.

PENYELESAIAN PERSELISIHAN
KONTRAK KONSTRUKSI
DILUAR PENGADILAN/ARBITRASE
Oleh

Ir. Gusnando S. Anwar, MEngSc. MPU.PA.Med. FCBArb.


Contract Specialist

Disampaikan dalam Acara :

Seminar Konstruksi & Hukum


Tema :

Kontrak Konstruksi dan Hukum Serta Solusinya


Subtema :

Permasalahan Kontrak Konstruksi dan


Implementasi Audit serta Kasus Hukum dikaitkan
dengan Arbitrase dan Penilai Ahli Konstruksi
Balai Kartini-Rabu, 25 Februari 2015

GSA Contract Specialist

Seminar Kontrak Konstruksi dan Kasus Hukum


serta Solusinya

Penyelesaian Perselisihan
Kontrak Konstruksi
Diluar Pengadilan/ Arbitrase
Ir. Gusnando S. Anwar, MEngSc.
MPU.Med.PA.FCBArb.

Balai Kartini Jakarta


25 Februari 2015
1

GSA Contract Specialist

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


nomor 18 tahun 1999
tentang

JASA KONSTRUKSI
terkait

Alternatif Penyelesaian Sngketa

GSA Contract Specialist

UUJK 18/1999:

Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus


mencakup uraian mengenai penyelesaian
perselisihan, yang memuat tentang tata cara
penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan.

GSA Contract Specialist

Penjelasan Pasal 22 (2) h:

Penyelesaian perselisihan memuat ketentuan tentang tata


cara penyelesaian perselisihan yang diakibatkan oleh
ketidak-sepakatan dalam hal pengertian, penafsiran,
atau pelaksanaan berbagai ketentuan dalam kontrak
kerja konstruksi serta ketentuan tentang tempat dan
cara penyelesaian. Penyelesaian perselisihan ditempuh
melalui antara lain musyawarah, mediasi,
arbitrase, ataupun pengadilan.
UUJK-Ps.22(2)h
4

GSA Contract Specialist

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


nomor 30 tahun 1999
tentang

ARBITRASE dan
ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

GSA Contract Specialist


STRUKTUR UNDANG-UNDANG ARBITRASE & ALTERNATIF
PENYELESAIAN SENGKETA 1999
BAB I

KETENTUAN UMUM

BAB II ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA


BAB III

BAB IV

BAB V
BAB VI

BAB VII
BAB VIII
BAB IX
BAB X
BAB XI

SYARAT ARBITRASE, PENGANGKATAN


ARBITER, DAN HAK INGKAR
-SYARAT ARBITRASE
-SYARAT PENGANGKATAN ARBITER
-HAK INGKAR
ACARAYANG BERLAKU DIHADAPAN MAJELIS
ARBITRASE
-ACARA ARBITRASE
-SAKSI DAN SAKSI AHLI
PENDAPAT DAN PUTUSAN ARBITRASE
PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE
-ARBITRASE NASIONAL
-ARBITRASE INTERNASIONAL
PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE
BERAKHIRNYA TUGAS ARBITER
BIAYA ARBITRASE
KETENTUAN PERALIHAN
KETENTUAN PENUTUP

GSA Contract Specialist

Lembaga Penyelesaian Sengketa atau beda pendapat


melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian sengketa diluar pengadilan dengan cara:
konsultasi,
negosiasi,
mediasi,
konsiliasi atau
penilaian ahli
(UU Arbitrase-definisi)
7

GSA Contract Specialist


ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

Musyawarah/ Negosiasi

1)

Sengketa atau beda pendapat dapat diselesaikan oleh para


pihak melalui alternatif penyelesaian sengketa yang
didasarkan pada itikad baik dengan mengesampingkan
penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri.

2)

Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui


alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diselesaikan dalam pertemuan langsung
oleh para pihak dalam waktu paling lama 14 (empat belas)
hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan
tertulis.
(UU Arbitrase ps:6)

GSA

GSA Contract Specialist


ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

Konsultasi Mediasi (Ad-hoc/ Lembaga)

GSA

3)

Dalam hal sengketa atau beda pendapat sebagaimana


dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat diselesaikan, maka
atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda
pendapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih
penasihat ahli maupun melalui seorang mediator.

4)

Apabila para pihak tersebut dalam waktu paling lama 14


(empat belas) hari dengan bantuan melalui seorang atau
lebih penasihat ahli maupun melalui seorang mediator
tidak berhasil mencapai kata sepakat atau mediator tidak
berhasil mempertemukan kedua belah pihak maka para
pihak dapat menghubungi sebuah lembaga arbitrase atau
9
lembaga alternatif penyelesian sengketa untuk menunjuk
seorang mediator.
9

GSA Contract Specialist


ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

Mediasi (Ad-hoc/ Lembaga)


5)

Setelah penunjukan mediator oleh lembaga arbitrase atau


lembaga alternatif penyelesaian sengketa, dalam waktu
paling lama 7 (tujuh) hari usaha mediasi harus sudah
dapat dimulai.

6)

Usaha penyelesaian sengketa atau beda pendapat malalui


mediator sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dengan
memegang teguh kerahasian, dalam waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari harus tercapai kesepakatan dalam bentuk
tertulis yang ditandatangani oleh semua pihak yang
terkait.
10

(UU Arbitrase ps:6)


GSA

GSA Contract Specialist


ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

Mediasi (Ad-hoc/ Lembaga)

7)

Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat


secara tertulis adalah final dan mengikat para pihak untuk
dilaksanakan dengan itikad baik serta wajib didaftarkan di
Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak penandatanganan.

8)

Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat


sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) wajib selesai
dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak pendaftaran.
(UU Arbitrase ps:6)
11

GSA

GSA Contract Specialist

ARBITRASE

9)

Apabila usaha perdamaian sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) sampai dengan ayat (6) tidak dapat dicapai, maka
para pihak berdasarkan kesepakatan secara tertulis dapat
mengajukan usaha penyelesaiannya melalui lembaga
arbitrase atau arbitrase ad-hoc.
(UU Arbitrase ps:6)

12

GSA

GSA Contract Specialist

Arbitrase :

cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan


umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa

Perjanjian arbitrase :

suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum


dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak
sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase
tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa.
(UU Arbitrase)

13

GSA

GSA Contract Specialist

Jenis Arbitrase

Ad-Hoc
Lembaga
Indonesia
BANI
BAPMI (Pasar Modal)
Basyarnas (Syariah Nasional)
BAAPSKI
Internasional
ICC
AAA

GSA

14

GSA Contract Specialist


Rangkaian
Metoda Penyelesaian Sengketa

Musyawarah/
Negosiasi

Opini/
Penilaian
Ahli

Mediasi/
Konsiliasi/
Adjudikasi

Pengadilan/
Arbitrase

Konsultasi

Pencegahan
Sengketa
GSA

Penyelesaian Sengketa Alternatif


Masa dan Biaya

Penyelesaian Sengketa Akhir


15

GSA Contract Specialist

Rangkaian Penyelesaian Sengketa


versi FIDIC MDB 2006:

GSA

Request
Engineers Determination
Negotiation
DB Decission (by Adjudicator)
Negotiation
Arbitration

16

GSA Contract Specialist

Rangkaian Penyelesaian Sengketa


Kajian BPKSDM Dep PU
Musyawarah
Mediasi
Arbitrase

GSA

17

GSA Contract Specialist

Rangkaian Penyelesaian Sengketa


Proyek dana APBN
Musyawarah
o Pendapat Inspektorat
o Pendapat BPKP
Arbitrase

GSA

18

GSA Contract Specialist


PROFILE

Ir. Gusnando S. Anwar, MEngSc.


MPU.PA. Med. FCBArb.

Phone
E-mail

: +6281 2927 6699


: gsa.contractspecialist@yahoo.com

Master of Engineering Science of UNSW Australia:


Construction Disputes Avoidance and Resolution.

GSA

Mediator

: Pusat Mediasi Nasional

Consultant

: Construction Contract Specialist

Asesor

: USTK Nasional

Penilai Ahli

: LPJK Nasional

Arbiter

: BANI; Specialist on Construction Disputes

19

GSA Contract Specialist

PROFILE ORGANIZATION
Ir. Gusnando S. Anwar, MEngSc.
MPU.PA. Med. FCBArb.

Indonesian Association of Project Management Professional (IAMPI):


Chairman of Certification Body
Indonesia QS Institute (IQSI): Advisory Board
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN): Manggala
Penilai Ahli
Ikatan Masyarakat Konstruksi Indonesia (IMKI): Secretary General

20

GSA

GSA Contract Specialist

ORGANIZATION EXPERIENCES

GSA

2009 2011 Chairman of Mediation & Advocation Board,


Indonesia Contractors Association (AKI)
2008 2013 Head of foreign affairs bureau, Indonesian
Association of Project Management Professional
(IAMPI).
2004 2012 Commission Head for construction sector,
BUMN-Watch
2004 2005 Deputy Head Bureau of Promotion: The Union of
Indonesia EPC Contractors (GAPENRI)
2002
Chairman of Steering Committee of National
Seminar IAMPI: Reaching the future through
Project management
21

GSA Contract Specialist

ORGANIZATION EXPERIENCES

1999 2004 : Head of Bureau of connection among professionals


and institutions, Indonesian Association of Project
Management Professional (IAMPI).
1999 - 2005 : Foreign Affair Committee Team Member, Indonesia
Contractors Association (AKI)
1997 1998 : Member of ICMI, Sydney.
1996 1997 : Deputy Chairman of "Working Committee on
Infrastructure and Tourism; Asean-CCI" (WCIT
Asean-CCI) on Construction sector.
1996 now : Arbitrator, Center of Arbitration BANI.
22

GSA

GSA Contract Specialist

ORGANIZATION EXPERIENCES

GSA

1996 - 1997: Deputy Chairman of "Working Committee on


Infrastructure and Tourism; Asean-CCI" (WCIT
Asean-CCI) on Construction sector.
1996 - 2001: Member of Project Management Institute (PMI),
USA.
1996 - now: Arbitrator, Center of Arbitration BANI.
1986 - 1990: Member of Indonesia Construction Manager
Association (HAMKI).
1985 -1995: Member of Indonesia Technical Expert Association
(PATI).
1979 -2000: Member of Indonesia Engineer Association (PII).

23

PENYELESAIAN PERSELISIHAN
KONTRAK KONSTRUKSI
MELALUI PENGADILAN
Oleh

Prof. Dr. Suhandi Cahaya, SH, MH, MBA


Praktisi (Lawyer)

Disampaikan dalam Acara :

Seminar Konstruksi & Hukum


Tema :

Kontrak Konstruksi dan Hukum Serta Solusinya


Subtema :

Permasalahan Kontrak Konstruksi dan


Implementasi Audit serta Kasus Hukum dikaitkan
dengan Arbitrase dan Penilai Ahli Konstruksi
Balai Kartini-Rabu, 25 Februari 2015

PENYELESAIAN PERSELISIHAN
KONTRAK KONSTRUKSI MELALUI
PENGADILAN
I. ABSTRAK
Bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum sebagaimana yang terdapat didalam pasal I
ayat (3) Undang Undang Dasar 1945 (dalam Amandemen ke 3), dan bukanlah Negara
Kekuasaan, tetapi kenyataannya adalah kekuasaan telah mengalahkan hukum seperti kasuskasus yang dapat kita lihat secara kasat mata.
Bahwa sebagai sebuah Negara hukum, Indonesia harus
memenuhi 3 (tiga) asas pokok Negara Hukum yaitu :
1. Asas Supremasi Hukum atau Asas Legititas dimana
penguasa dan setiap penduduk/warga Negara harus
tunduk dan taat kepada hukum (obey the law).
2. Asas mengakui dan melindungi hak asas dan pri
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Adanya Kekuasaan Kehakiman yang merdeka (an
independent yudiciary) yang mampu menegakkan
supremasi hukum dan hak asasi manusia apabila
terjadi
pelanggaran/sengketa
hukum
dalam
masyarakat.
Oleh karena warga Negara kurang menghargai hukum, kurang menghargai hak-hak asasi orang
lain maka didalam usaha dagang/bisnis khususnya dala bidang kontruksi sering sekali terjadi
perselisihan (dispute) sesame pedagang (kontraktor) tersebut sehingga ujung-ujungnya
membawa mereka kepada Pengadilan Negeri ataupun kepada BANI ataupun Arbitrase baik di
Singapura atau London.
Bahwa apabila kita mencermati isi suatu kontrak konstruksi maka akan dijumpai berbagai
aspek, misalnya Aspek Teknis, Hukum, Keuangan, Perbankan, Perpajakan, Asuransi,
Administrasi dan Sosial Ekonomi. Aspek-aspek ini saling berkaitan sehingga menjadi satu
kesatuan kontrak yaitu kontrak konstruksi.
Bahwa banyak kendala yang timbul di dalam Kontrak Konstruksi seperti adanya :
1. Kesalah pahaman
2. Tidak ada kesetaraan kontrak
PENYELESAIAN PERSELISIHAN KONTRAK KONSTRUKSI MELALUI PENGADILAN

3. Isi kontrak kurang jelas


4. Jumlah hari pelaksanaan kontrak
5. Ketidak jelasan kapan dimulai pekerjaan
6. Kelengkapan dokumen
7. Pengawasan tidak berjalan
8. Kepedulian terhadap kontrak
9. Administrasi Kontrak
10. Klaim Kontruksi

II. PENDAHULUAN

Bahwa penertian perselisihan/konflik/dispute adalah :


Pertentangan atau ketidaksesuaian antara para pihak yang akan dan sedang mengadakan
hubungan atau kerja sama. Dan perselisihan/konflik/dispute tersebut dapat terjadi antara 2
(dua) pihak atau lebih.

Bahwa wujud perselisihan dapat terjadi dalam berbagai bentuk.Dimana bentuk-bentuk


perselisihan dapat berkaitan dengan :
a. Evident
b. Kekuasaan (authority)
c. Kepentingan (interest)
d. Hukum (Law)
e. Sosial (Personal law)

Bahwa secara umum, ada berbagai factor penyebab perselisihan/konflik/dispute adalah sebagai
berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Perbedaan indormasi atau data.Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi, kesalahan
informasi, perbedaan pandangan atau interpretasi
Perbedaan kepentingan, adanya perbedaan kepentingan psikologi, kepentingan procedural,
dan kepentingan substansi.
Relasion ship : dipengaruhi oleh emosi, presepsi yang berbeda, komunikasi yang buruk dan
perilaku negative.
Struktual : berhubungan dengan masalah sumber daya, waktu,
factor geografis,
kewenangan dan perbuatan keputusan.
Perbedaan nilai, adanya perbedaan perilaku yang dipengaruhi berbagai nilai, pandangan
hidup, ideology, agama dan sebagainya.

PENYELESAIAN PERSELISIHAN KONTRAK KONSTRUKSI MELALUI PENGADILAN

III. PERMASALAHAN
Bahwa sengketa konstruksi adalah sengketa yang terjadi
sehubungan dengan pelaksaan suatu usaha jasa
konstruksi antara para pihak tersebut dalam suatu
kontrak konstruksi atau disebut juga contruction dispute.
Bahwa sengketa dibidang hukum perdata dapat melalui
Pengadilan Negeri setempat ataupun sesuai dengan
undang-undang No.30/199 pasal 6 dapat juga
diselesaikan melaui arbitrase.

1)

Permasalahan yang timbul adalah apakah penyelesaian perselisihan kontrak konstruksi


lebih baik diselesaikan melalui Pengadilan Negeri atau BANI ataupun melalui Arbitrase di
Seingapore ?

2)

Bagaimana maksud dan tujuan penilai dalam kontrak konstruksi ?

IV. PEMBAHASAN
Bahwa didalam membahas makalah ini penulis mengajukan teori perjanjian sebagaimana
terdapat didalam pasal 1320/BW demikian isinya :

Untuk
1.
2.
3.
4.

sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat :


Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Suatu hal tertentu
Suatu sebab yang halal.

Bahwa didalam hukum perjanjian berlaku sekurang-kurangnya ada 3 prisnsip/ asas yang
bersifat universal yaitu :
1) Asas Konsensualisme, yang berarti bahwa hal-hal itu terjadi melalui persesuaian kehendak
atau Consensus para pihak.
2) Asas kekuatan mengikat persetujuan, dimana para pihak harus memenuhi apa yang mereka
terima sebagai kewajiban masing-masing atau sebagaimana isi pasal 1338/ ayat 1 (KUH
Perdata) yang menyatakan bahwa :
Persetujuan merupakan undang-undang bagi pihak-pihak yang mengadakannya (Vide
Yurisprudensi MARI Nomor 117K/Sip/1971 tanggal 02 Juni 1971Perjanjian adalah Undangundang bagi kedua belah pihak.
PENYELESAIAN PERSELISIHAN KONTRAK KONSTRUKSI MELALUI PENGADILAN

3) Asas kebebasan berharkat, yang menyatakan bahwa setiap orang bebas mengadakan
persetujuan dengan siapa saja yang dikehendakinya, menentukan isi daya kerja dan
persyaratan-persyaratan persetujuan sesui dengan pandangan sendiri,menuangkan dalam
bentuk tertentu atau tidak tunduk pada ketentuan-ketentuan per-undang2 an tertentu yang
dipilih.Dan asas ini sangat kuat hubungannya dengan asas konsesualisme.
Bahwa GROTIUS mencari dasar Konsenris itu dalam Hukum Kodrat dengan mengatakan
bahwa janji itu mengikat (pacta smit servarda) dan kita harus memenuhi janji kita
(promissorium implemdorium obligate).
Selanjutnya HANS .WEHBERG menyatakan bahwa pacta smit servarda sebagai prinsip dasar
hukum (general principle of law) ditemukan dalam semua bangsa.
Bahwa berdasarkan asas ini setiap pihak dalam perjanjian bertanggung jawab untuk hal-hal
yang tidak dijalankan, meskipun kegagalan itu diluar jkekuasaannya dan tidak dapat dilihat
lebih dahulu pada waktu penandatangan perjanjian.Sebelum membuka tentang penyelesaian
perselisihan kontrak konstruksi melalui Pengadilan, maka perjanjian akan menjelaskan tentang
hukum Kontrak.
Menurut SOEGINO DIRDJOSISWARNO, definisi kontrak adalah sebagai berikut :
Suatu janji atau seperangkat janji-janji dan akibat pengingkaran atau pelanggaran atasnya
hukum memberikan pemilihan atau menetapkan kewajiban bagi yang ingkar janji disertai sanksi
untuk pelaksanaannya.
Sedangkan BLACKS LAW DICTIONARYmemberikan definisi kontrak sebagai berikut :
An agreement between two or more
parties creating obligations that are
enforceable
or
otherwise
recognizable at law (atau suatu
perjanjian antara 2 (dua) atau lebih
pihak yang menimbulkan kewajiban
yang dapat ditegakkan atau diakui
oleh hukum.

Lebih lanjut, BLACKS LAW DICTIONARY mengutip pernyataan WILLIAM RANSON :

Principles of the Law of Contract The term contract has been used indifferently to
refer to three different things (1) the series of operative acts by the parties resulting
for new legal relations; (2) the physical document executed by the parties as the
lasting evidence of their having performed the necessary operationve acts and also
as an operative fact in itself; (3) the legal relations resulting from the operative
acts, consisting of a right or rights in personam and their corresponding duties,
PENYELESAIAN PERSELISIHAN KONTRAK KONSTRUKSI MELALUI PENGADILAN

accompanied by certain pow ers, privileges and immunities. The sum of these legal
relations is often called obligation
Bahwa istilah kontrak digunakan secara acak juga untuk menyatakan 3 (tiga) macam hal yaitu :
a. Satu rangkaian tindakan-tindakan operasional
dan Para Pihak yang menimbulkan hubungan
hukum baru.
b. Dokumen yang dilaksanakan oleh Para Pihak
sebagai bukti akhir telah dijalankannya oleh
Para Pihak tindakan-tindakan operasional
tersebut.
c. Dan hubungan hukum akibat dari tindakan
operasional yang terdiri dari hak atau hak-hak
pribadi dan kewajibannya yang disertai dengan
kekuasaan, hak istimewa dan kekebalan dan
hubungan hukum ini sering disebut kewajiban.
Kemudian, SAMUEL WILLISTON dalam Blacks Law
Dictionary menyatakan bahwa kontrak adalah suatu janji, atau satu rangkaian janji, di mana
hukum akan berlaku mutlak kalau ingkar, yang menurut hukum hal tersebut merupakan tugas.
Bahwa penyelesaian perselisihan kontrak dapat dilakukan dengan cara melalui Pengadilan
Negeri. Bahwa penyelesaian perselisihan kontrak konstruksi melalui Pengadilan Negeri, dimana
tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :
1. Pendaftaran Gugatan oleh Penggugat
2. Berdasarkan peraturan Mahkamah Agung/PERMA Nomor : 2/ Tahun 2003 tentang
prosedur mediasi di Pengadilan Negeri definisi sebagai berikut :
- Penyelesaian sengketa melalui proses perundingan Para Pihak dengan dibantu oleh
mediator
- Bahwa mediasi dilaksanakan melalui suatu perundingan yang melibatkan pihak
ketiga yang bersikap netral (non intervensi) dan tidak berpihak (impartial) kepada
pihak-pihak yang bersengketa serta diterima kehadirannya oleh pihak-pihak yang
bersengketa.
3. Bahwa mediator ditunjuk oleh Ketua Majelis Hakim dan persidangan ditunda selama
40(Empat puluh) hari untuk mediasi dan apabila tidak tercapai kejahatan mediasi. Maka
perkara berjalan terus sampai dengan Putusan (Jawaban, Replik, Duplik, Bukti-bukti,
Saksi-saksi, Kesimpulan).
4. Apabila Putusan telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap dan pasti. Maka putusan
tersebut dapat dilaksanakan eksekusinya.

PENYELESAIAN PERSELISIHAN KONTRAK KONSTRUKSI MELALUI PENGADILAN

V. PENUTUP
KESIMPULAN..
Menjawab permasalahan tersebut diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.

Bahwa permasalahan yang timbul didalam


penyelesaian perselisihan kontrak konstruksi
sebaiknya diselesaikan melalui Pengadilan
Negeri, kenapa ??
Biaya yang dikeluarkan untuk persidangan jauh
lebih rendah dibandingkan dengan diselesaikan
melalui BANI lagi pula untuk melaksanakan
Eksekusi atas Putusan BANI juga harus melalui
Pengadilan Negeri, jadi untuk menghindari
pengeluaran yang kedua (Double Cost) tetapi
kalau klien mampu maka pemilik hukum adalah
Arbitrase di Singapore atau di London boleh
juga dilahirkan asalkan klien mampu.

2.

Adapun maksud dan tujuan dari penilai adalah


untuk mengetahui biaya-biaya/Budget yang
dipakaikan apabila pelaksanaan Kontrak
Konstruksi tersebut jadi dilaksanakan dengan
berbagai macam ketentuan dan perincian yang
seditail-ditailnya agar tidak membuat kesalahan
apapun juga dan seharusnya menuruti Undang-undang yang telah ditentukan oleh
Pemerintah Republik Indonesia,

SARAN..
Bahwa saran penulis adalah mengenai moralitas yang seharusnya berada diatas posisi hukum
sebab, sehebat apapun juga perjanjian konstruksi yang dibuat oleh para pihak yang
seyogyanya harus menempatinya (Asas Pacta Sunt Servanda) tetapi apabila moralitasnya
rendah, maka dispute/sengketa akan terus terjadi diantara para pihak yang membuat kontrak.
Oleh karena itu setiap menyusunan kontrak konstruksi yang sangat penting diketahui adalah
penyusunan kontrak konstruksi secara baik dan benar dan sangat teliti untuk mengurangi
sengketa dikemudian hari dan pihak-pihak yang mengadakan kontrak konstruksi tersebut
haruslah mengacu kepada :
-

UU No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.29 Tahun 2000 Tentang Jasa
Konstruksi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.30 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan
Peran Masyarakat Jasa Konstruksi.

PENYELESAIAN PERSELISIHAN KONTRAK KONSTRUKSI MELALUI PENGADILAN

Demikianlah artikel ini dipersembahkan oleh Penulis untuk kita semuanya.Dan tidak lupa penulis
mengutip apa yang dikatakan oleh Justice Oliver W endell Holmers sebagai berikut:
PERADAPAN AKAN BERHENTI KETIKA PEMBACA TERAKHIR TELAH BERHENTI
MEMBACA

Jakarta, 21 Pebruari 2015


Hormat Penulis

Prof.Dr. SUHANDI CAHAYA, SH, MH,MBA.

Advokat - Kurator - Mediator Dosen - Konsultan HKI Saksi Ahli Hukum Pidana - Ketua Litbang AAI-Anggota Litbang PERADIDosen Pasca Sarjana Universitas Jayabaya Fakultas Hukum
dan Pasca Sarjana Fakultas Notariat Pasca Sarjana Doktoral STT IKAT Dosen Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Palembang
Dosen Pasca Sarjana Universitas Kristen Indonesia (UKI) Dosen Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (IBLAM)

PENYELESAIAN PERSELISIHAN KONTRAK KONSTRUKSI MELALUI PENGADILAN

BAHAN BACAAN:
1.

Holy Bible.

2.

UUD 1945

3.

Kitab Undang-undang Hukum Perdata

4.

Blacks Law Dictionary

5.

Ir. Madjedi Hasan., MPE., MH. Pacta Sunt Servanda, Penerapan Asas Janji itu

Mengikat dalam Kontrak Bagi Hasil di Bidang Minyak dan Gas Bumi.
6.

Febriyanti Maulina, ST., MT. Sengketa Konstruksi

7.

Prof.Dr.Suhandi Cahaya,SH,MH,MBA., Teori-teori Hukum.

8.

Ir. H. Nazarkhan Yasin. Kontrak Konstruksi di Indonesia.

9.

Prof. Dr.Achmad Ali, SH.,MH.Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan.

Jl. Gajahmada No.10 Lt.2, Jakarta Pusat


Email : Suhandicahaya@yahoo.com
Telp.: 021-6386.6636/ 021-6386.6637

PENYELESAIAN PERSELISIHAN KONTRAK KONSTRUKSI MELALUI PENGADILAN

RESIKO KEGAGALAN BANGUNAN


DAN
PERAN PENILAI AHLI
Oleh

Chaidir Anwar Makarim, Ph.D


Universitas Tarumanagara

Disampaikan dalam Acara :

Seminar Konstruksi & Hukum


Tema :

Kontrak Konstruksi dan Hukum Serta Solusinya


Subtema :

Permasalahan Kontrak Konstruksi dan


Implementasi Audit serta Kasus Hukum dikaitkan
dengan Arbitrase dan Penilai Ahli Konstruksi
Balai Kartini-Rabu, 25 Februari 2015

RESIKO KEGAGALAN BANGUNAN DAN PERAN


PENILAI AHLI
Chaidir Anwar Makarim, Ph. D*

PENDAHULUAN

Kegagalan bangunan secara legal telah ditetapkan oleh UU RI no. 18 tahun 1999,
tentang Jasa Konstruksi di Bab IV, pasal 25 yang kemudian dilanjutkan
penjelasannya dalam PP no. 29 tahun 2000, tentang penyelenggaraan konstruksi di
Bab V pasal 34, yaitu sbb:
Kegagalan Bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak
berfungsi baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis,
manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja dan atau keselamatan umum
sebagai akibat kesalahan Penyedia Jasa dan atau Pengguna Jasa
setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.
Kata kuncinya adalah Tidak berfungsi baik secara keseluruhan maupun
sebagian dan terjadi setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi. Batas waktu
sampai kapan serta berapa besar tanggung jawab itu nantinya, tergantung pada hukum
dan aturan yang berlaku temasuk kesepakatan kontrak dengan asuransi terkait.
Setelah UU diterbitkan, pihak Asuransi dan masyarakat mempertanyakan: Apa
kriteria atau Tolok Ukur Kegagalan Bangunan tersebut?. Pada prinsipnya Asuransi
*

Guru Besar Tetap di bidang geoteknik Universitas Tarumanagara, Jakarta.


Penilai Ahli Geoteknik, FCBArb-BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) - Certified Mediator
Ketua Umum Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia 1999-2003.
International Afiliate Member NAFE (National Academy of Forensic Engineer), New York, USA.

Ingin mengukur dan menghitung resiko. Tanpa itu, perlindungan untuk semua pihak
termasuk masyarakat, pengguna jasa dan penyedia jasa praktis tidak mungkin didapat.
Ini menjadi salah satu sebab mengapa hingga saat ini belum ada perlindungan
asuransi untuk penyedia jasa di periode pasca konstruksi.

KRITERIA KEGAGALAN BANGUNAN


Untuk kejelasan pelaksanaan UU tersebut. Maka LPJKN di tahun 2006,
membentuk tim teknis untuk merumuskan kriteria kegagalan bangunan baik untuk
bidang : arsitektur, sipil, mesin, elektro dan tata lingkungan, maupun untuk sub
bidang yang terkait dengan bidang tersebut. Akhirnya pada tahun 2006 juga dicapai
suatu kesepakatan melalui konvensi nasional yang mengikut sertakan seluruh stake
holders.

Rumusan kriteria kegagalan bangunan untuk bidang dan sub-bidang yang telah
disepakati adalah:

Bidang Arsitektur
1. Sub bidang Arsitektur
2. Sub bidang Desain Interior
3. Sub bidang Arsitek Lanskap
4. Sub bidang Teknik Iluminasi.

Bidang Sipil
1. Sub bidang Teknik Sipil
2. Sub bidang Struktur
3. Sub bidang Transportasi.
4. Sub bidang Sumber Daya Air
5. Sub bidang Geoteknik
6. Sub bidang Bendungan Besar.

Bidang Mekanikal.
1. Sub bidang Teknik Mesin
2. Sub bidang Sistem Tata Udara dan Refrigrasi.
3. Sub Bidang Plambing
4. Sub bidang Sistem Transportasi didalam Gedung.

Bidang Elektrikal
1. Sub bidang Teknik Tenaga Listrik
2. Sub Bidang Elektronika dan Komunikasi.

Bidang Tata Lingkungan


1. Sub bidang Teknik Lingkungan.
2. Sub bidang Wilayah dan Perkotaan

Bidang Lain-Lain
1. Sub bidang Manajemen.
2. Sub bidang Perawatan Bangunan.

Kriteria kegagalan dari masing-masing bidang dan sub-bidang tadi, kini sedang dalam
proses disiapkan untuk menjadi bagian dari kelengkapan Undang-Undang, yaitu melalui
LPJKN untuk kemudian diberlakukan oleh Departemen terkait yang dalam hal ini adalah
Departemen Pekerjaan Umum.

Pada prinsipnya, kriteria kegagalan bangunan menerapkan tolok ukur teknis sesuai
Undang-Undang, yaitu:
1.

Bila terjadi kegagalan bangunan akibat perencanaan, maka tenaga ahli atau
konsultan pelaksanaan yang bertanggung jawab.

2.

Bila trejadi kegagalan bangunan akibat pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
perencanaan.maka Pelaksana atau Kontraktor yang bertanggung Jawab.

3.

Bila terjadi kegagalan bangunan akibat pengawasan yang keliru dalam


membaca arti suatu perencanaan untuk dilaksanakan. Konsultan/pengawas
yang bertanggung Jawab.

4.

Bila Terjadi kegagalan akibat keliru menggunakan standar bahan bangunan


yang seharusnya sehingga menyebabkan kekuatan konstruksi tidak cukup,
kekeliruan ini pada umumnya dilakukan oleh perencana.

5.

Bila terjadi kegagalan akibat hasil test bahan yang tidak sesuai dengan yang
diminta didalam dokumen perencanaan, maka Kekeliruan ini bisa diakibatkan
oleh kekeliruan pihak pelaksana atau pengawas.

6.

Bila terjadi kegagalan akibat tidak dilaksanakannya pemeliharaan dan


operasional bangunan yang seharusnya, maka pengguna jasa itu yang harus
memikul tanggung jawabnya.

Pada hakekatnya kesemua kriteria kegagalan bangunan diatas diharuskan merujuk


pada :
1. Undang-undang Jasa Konstruksi No. 18/1999 dan peraturan atau ketentuan
nasional atau internasional dan peraturan daerah terkait yang berlaku.
2. Ketentuan dan standar yang digunakan, adalah yang paling akhir yang berlaku
pada saat perencanaan dilaksanakan.

KOMPETENSI DAN PERAN PENILAI AHLI

Hampir Seluruh Bakuan Kompetensi yang kita miliki (19 buah) berbasiskan
bakuan kompetensi internasional. Ini ditujukan agar penerimaan terhadap tenaga ahli
Indonesia didalam maupun diluar negeri meningkat lebih baik.
Dengan memiliki perangkat persyaratan tadi, respek Internasional terhadap sektor
jasa konstruksi Indonesia akan meningkat, karena kita sudah melaksanakan sama
dengan apa yang dipraktekkan di negara tetangga. Ingat, bulan Desember 2005 yang
lalu para Menteri 10 Negara ASEAN telah menyepakati Mutual Recognition
Agreement (MRA) di Bidang Engineering dimana dengan sertifikat nasional yang

dimiliki oleh setiap negara, plus syarat tambahan lainnya, tenaga ahli indonesia
berhak untuk praktek di Negara ASEAN sebagai ASEAN Chartered Professional
Engineers (ACPE).

Tim Assesor kegagalan bangunan secara teknis dibentuk sesuai dengan PP 29


pasal 36 dimana disebutkan :
Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 (satu) atau lebih
Penilai Ahli yang professional dan kompeten dalam bidangnya serta
bersifat independen dan mampu memberikan penilaian secara
obyektif, yang harus dibentuk dalam jangka waktu paling lambat 1
(satu) bulan sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya
kegagalan bangunan. Penilai Ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat
1 (satu) dipilih, dan disepakati bersama oleh penyedia jasa dan
pengguna jasa,

serta pasal 37 yaitu:.


Penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat (1) harus
memiliki sertifikat keahlian dan terdaftar pada Lembaga.

dan pasal 38 yaitu:


Penilai Ahli, bertugas untuk antara lain : menetapkan sebab-sebab
terjadinya kegagalan bangunan; menetapkan tidak berfungsinya
sebagian atau keseluruhan bangunan, menetapkan pihak yang
bertanggung jawab atas kegagalan bangunan serta tingkat dan sifat
kesalahan yang dilakukan; Menetapkan besarnya kerugian serta
usulan besarnya ganti rugi yang harus dibayar oleh pihak atau pihakpihak yang melakukan kesalahan: Menetapkan jangka waktu

pembayaran kerugian. Selanjutnya, penilai ahli berkewajiban untuk


melaporkan hasil penilaiannya kepada pihak yang menunjuknya dan
menyampaikan kepada Lembaga dan Instansi yang mengeluarkan izin
pembangunan, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah melaksanakan
tugasnya.

Serta Pasal 39 yaitu:


Penilai ahli berwenang untuk : menghubungi pihak-pihak terkait,
untuk memperoleh keterangan yang diperlukan, memperoleh data
yang diperlukan, melakukan pengujian yang diperlukan, memasuki
lokasi tempat terjadinya kegagalan bangunan.

Pemerintah daerah seharusnya tunduk dan melaksanakan Undang-undang.


Dalam hal yang spesifik ini bentuknya adalah membantu Ahli Penilai untuk dapat
bekerja dengan lancar dengan membuka akses terhadap data administratif yang
diperlukan maupun data dilapangan TKP sejauh itu terkait pada kasusnya.
Mengingat pentingnya Peran Peneliti Ahli, maka LPJK telah menyusun juga:

Kriteria seorang Penilai Ahli Kegagalan Bangunan.

Tata Cara Penilaian Kegagalan Bangunan.

Yang kesemuanya itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses.
Saat ini terdapat 50 Penilai Ahli yang tersebar di seluruh Indonesia. Workshop dan
penilaian serta sertifikasi penilai ahli dilakukan oleh LPJKN dibantu oleh Tim Ahli
Penilai berkriteria manggala.

PERTANGGUNGAN YANG DIHARAPKAN

Bila semua tersebut diatas dilaksanakan, maka akan terjadi perubahan yang
cukup besar didalam dunia konstruksi di Indonesia. Hal yang diharapkan akan

berubah sebagai konsekuensi diberlakukannya Kriteria Kegagalan Bangunan tadi


antara lain:

Mutu

pekerjaan akan meningkat, karena kriteria teknis dan rujukan

peraturan dijadikan dasar tanggung jawab suatu pekerjaan dan berdampak


hukum

Tenaga Ahli otomatis terlindungi prakteknya selama ia berada didalam


koridor tersebut melalui adanya Professional Indemnity Insurance ini
belum kita miliki pada saat sekarang. Hal yang sama juga berlaku pada
penyedia jasa lainnya.

Peran asuransi sebagai upaya pengalihan resiko pada pihak ketiga akan
lebih tampil lagi. Diharapkan akan dapat dilaksanakan dalam waktu yang
tidak terlampau lama lagi, Asuransi Pasca-Construksi dan Profesional
Indemnity Insurance (PII).

Demikian kami sampaikan suatu perkembangan baru yang telah mulai dirintis
sejak tahun 2008 oleh LPJK untuk disempurnakan sambil didiskusikan bersama agar
bisa dilaksanakan sepenuhnya.

Jakarta, Februari 2015

INKINDO
DKI JAKARTA

LEMBAGA
PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI
PROPINSI DKI JAKARTA
Jakarta Construction Services Development Board

FAKULTAS TEKNIK

Sertifikat
Diberikan Kepada :

Atas Partisipasinya Sebagai :

Dalam Acara :

SEMINAR HUKUM KONTRAK JASA KONSTRUKSI


Tema

PERSPEKTIF HUKUM KONTRAK KONSTRUKSI


MENURUT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DAN PENYEDIA JASA KONSTRUKSI
Jakarta, Kamis - 29 Oktober 2015
Dewan Pengurus Provinsi
Ikatan Nasional Konsultan Indonesia
DKI Jakarta

Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi


Provinsi DKI Jakarta

Fakultas Teknik
Universitas Kristen Indonesia

Ir. Peter Frans


Ketua

Ir. Heru Panatas, MM


Ketua

Ir. Galuh Widati, M.Sc


Dekan

Anda mungkin juga menyukai