Di susun
Oleh:
Muh. Jabal Nur
F221 12 122
F221 12145
F 221 13 093
Rizky Purnawan
F221 13 097
Muhammad Sinngih
F 221 13 099
Asriani A.M
F 221 13 083
Andi Zulkifli
F 221 13 114
Bahawasanya Allah Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalah Tuhan
yang menjadi pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali
patuh dan tunduk kepada sifat IlahiyagNya Yang Maha Esa
Bahawasanya hak untuk menghakimi dan meng adili tidak dimiliki oleh sesiap
kecuali Allah
Bahawasanya hanya Allah sahajalah yang memiliki hak mengeluarkan hukum sebab
Dialah satu-satuNya Pencipta
Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hak mengeluarkan peraturanperaturan sebab Dialah satu-satuNya Pemilik
Bahawasanya hukum Allah adalah suatu yang benar sebab hanya Dia sahaja yang
Mengetahui hakikat segala sesuatu dan di tanganNyalah sahaja penentuan hidayah
dan penentuan jalan yang selamat dan lurus
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa erti bahawa teras utama kepada sistem politik Islam ialah
tauhid kepada Allah di segi Rububiyyah dan Uluhiyyah.
2. Risalah
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi
Adam hingga kepada Nabi Muhammad s.a.w adalah suatu asas yang penting dalam sistem
politik Islam. Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi
Allah dalam bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan,
mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan.
Dalam sistem politik Islam, Allah telah memerintahkan agar manusia menerima segala
perintah dan larangan Rasulullah s.a.w. Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah-oerintah
Rasulullah s.a.w dan tidak mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim
dalam segala perselisihan yang terjadi di antara mereka. Firman Allah:
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari
penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orangorang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar
di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (Al-Hasyr: 7)
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya. (An-Nisa: 65)
3. Khilafah
Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumi ini adlah sebagai wakil
Allah. Oleh itu, dengan kekuasaanyang telah diamanahkan ini, maka manusia hendaklah
melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yang ditetapkan. Di atas landasan ini, maka
manusia bukanlah penguasa atau pemilik tetapi hanyalah khalifah atau wakil Allah yang
menjadi Pemilik yang sebenar.
Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka,
supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. (Yunus: 14)
Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama mana ia benar-benar mengikuti
hukum-hukum Allah. Ia menuntun agar tugas khalifah dipegang oleh orang-orang yang
memenuhi syarat-syarat berikut:
Biasanya, setiap prinsip buatan manusia lemah. Jadi, sudah sewajarnya jika demokrasi
memiliki cacat. Itulah yang membuatnya berbeda dengan syura Islam. Dalam hal persamaan
dan perbedaan antara Islam dengan demokrasi, ada pandangan yang bagus dan seimbang dari
salah seorang pemikir Islam dari Mesir, Dr. Dhiyauddin ar Rais.
sehingga rakyat tidak dapat bertindak melebihi batasan-batasan syariat, alQuran dan
asSunnah tanpa mendapat sanksi.
Menurut Islam, kekuasaan tertinggi bukan di tangan penguasa karena Islam tidak sama
dengan paham otokrasi. Kekuasaan bukan pula di tangan tokoh-tokoh agamanya karena Islam
tidak sama dengan teokrasi. Begitupun bukan di tangan UU karena Islam tidak sama dengan
nomokrasi atau di tangan umat karena Islam bukan demokrasi dalam pengertian yang sempit.
Jawabannya, kekuasaan tertinggi dalam Islam sangat nyata sebagai perpaduan dua hal, yaitu
umat dan undang-undang atau syariat Islam. Jadi, syariat pemegang kekuasaan penuh dalam
negara Islam. Dr. Dhiyauddin ar Rasi menambahkan, jika harus memakai istilah demokrasi
tanpa mengabaikan perbedaan substansialnya sistem itu dapat disebut sebagai demokrasi
yang manusiawi, menyeluruh (internasional), religius, etis, spiritual, sekaligus material.
Boleh pula disebut sebagai demokrasi Islam atau menurut al Maududy demokrasi teokrasi.
Demokrasi seperti itulah yang dipahami aktivis Islam termasuk Ikhwanul Muslimun saat
terjun di dalam kehidupan politik dan bernegara di negara demokrasi. Ustadz Mamun al
Hudhaibi hafizhahullah pernah ditanya pandangan Ikhwan tentang demokrasi dan kebebasan
individu. Katanya, Jika demokrasi berarti rakyat memilih orang yang akan memimpin
mereka, Ikhwan menerima demokrasi. Namun, jika demokrasi berarti rakyat dapat mengubah
hukum-hukum Allah Swt dan mengikuti kehendak mereka, Ikhwan menolak demokrasi.
Ikhwan hanya mau terlibat dalam sistem yang memungkinkan syariat Islam diberlakukan dan
kemungkaran dihapuskan. Menolong, meskipun sedikit, masih lebih baik daripada tidak
menolong. Mengenai kebebasan individu, Ikhwan menerima kebebasan individu dalam batasbatas yang dibolehkan Islam. Namun, kebebasan individu yang menjadikan muslimah
memakai pakaian pendek, minim dan atau seperti pria adalah haram dan Ikhwan tidak akan
toleran dengan hal itu