Anda di halaman 1dari 4

RUMAH TRADISIONAL JOGLO

NAMA :IHSAN RIZQI MUHAMMADI

STAMBUK :F 221 13 093


MAKNA SIMBOLIS PADA TATA RUANG RUMAH JOGLO

Pada arsitektur bangunan rumah joglo, seni arsitektur bukan sekadar pemahaman seni konstruksi rumah,
juga merupakan refleksi nilai dan norma masyarakat pendukungnya. Kecintaan manusia pada cita rasa
keindahan, bahkan sikap religiusitasnya terefleksikan dalam arsitektur rumah dengan gaya ini.

Istilah Joglo berasal dari kerangka bangunan utama


dari rumah adat jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo
(tumpang sembilan) atau tumpang telu (tumpang tiga) di atasnya. Struktur joglo yang seperti itu, selain
sebagai penopang struktur utama rumah, juga sebagai tumpuan atap rumah agar atap rumah bisa
berbentuk pencu.

hal ini melambangkan bahwa, pada hakekatnya


manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa menjalani hidup seorang diri, melainkan harus saling bantu
membantu satu sama lain, selain itu soko guru juga melambangkan empat hakikat kesempurnaan hidup
dan juga ditafsirkan sebagi hakikat dari sifat manusia.

Pada bagian pintu masuk memiliki tiga buah pintu,yakni pintu utama di tengah dan pintu kedua yang
berada di samping kiri dan kanan pintu utama. Ketiga bagian pintu tersebut memiliki makna simbolis bahwa
kupu tarung yang berada di tengah untuk keluarga besar, sementara dua pintu di samping kanan dan kiri
untuk besan, hal ini melambangkan bahwa tamu itu adalah raja yang harus di hormati dan di tempatkan di
tempat yang berbeda dengan keluarga inti ataupun keluarga dari mempelai, demi menghormati kehadiran
mereka dan memberi tempat yang berbeda dari keluarga sendiri dan itu adalah cara atau tata krama yangb
pantas untukmenyambuttamu.

Pada ruang bagian dalam yang disebut gedongan dijadikan sebagai mihrab, tempat Imam memimpin salat
yang dikaitkan dengan makna simbolis sebagai tempat yang disucikan, sakral, dan dikeramatkan.
Gedongan juga merangkap sebagai tempat tidur utama yang dihormati dan pada waktu-waktu tertentu
dijadikan sebagai ruang tidur pengantin bagi anak-anaknya, ruang tengah melambangkan bahwa di dalam
rumah tinggal harus ada tempat khusus yang disakralkan atau di sucikan supaya digunakan ketika acara-
acara atau kegiatan tertentu yang sakral atau berhubungan dengan Tuhan, hal ini adalah salah satu cara
bagi penghuni rumah untuk selalu mengingat keberadaan Tuhan ketika berada di dalam Rumah mereka.
Ruang depan yang disebut jaga satru disediakan untuk umat dan terbagi menjadi dua bagian, sebelah kiri
untuk jamaah wanita dan sebelah kanan untuk jamaah pria. Masih pada ruang jaga satru di depan pintu
masuk terdapat satu tiang di tengah ruang yang disebut tiang keseimbangan atau soko geder, selain
sebagai simbol kepemilikan rumah, tiang tersebut juga berfungsi sebagai pertanda atau tonggak untuk
mengingatkan pada penghuni tentang keesaan Tuhan.
Pemilihan dan penggunaan bahan bangunan adalah faktor keempat. Penggunaan kayu untuk dinding
(gebyok) dan genteng tanah liat untuk atap disebabkan material ini bersifat ringan sehingga relatif tidak
terlalu membebani bangunan.

Sirkulasi keluar masuknya udara pada rumah joglo sangat baik karena penghawaan pada rumah joglo ini
dirancang dengan menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. rumah joglo, yang biasanya mempunyai
bentuk atap yang bertingkat-tingkat, semakin ke tengah, jarak antara lantai dengan atap yang semakin
tinggi dirancang bukan tanpa maksud, tetapi tiap-tiap ketinggian atap tersebut menjadi suatu hubungan
tahap-tahap dalam pergerakan manusia menuju ke rumah joglo dengan udara yang dirasakan oleh
manusia itu sendiri, sehingga hal itu menyebabkan penghuni merasa nyaman ketika berada di dalam
bangunan dan hal itu membuat penghuni lebih sering berkumpul dengan keluarga dan merasakan
kebersamaan yang kuat seperti struktur yang menopang rumah Adat Joglo ini.

Ciri khas atap joglo, dapat dilihat dari bentuk atapnya yang merupakan perpaduan antara dua buah bidang
atap segi tiga dengan dua buah bidang atap trapesium, yang masing-masing mempunyai sudut kemiringan
yang berbeda dan tidak sama besar. Atap joglo selalu terletak di tengah-tengah dan selalu lebih tinggi
serta diapit oleh atap serambi. Bentuk gabungan antara atap ini ada dua macam, yaitu: Atap Joglo
Lambang Sari dan Atap Joglo Lambang Gantung. Atap Joglo Lambang Sari mempunyai ciri dimana
gabungan atap Joglo dengan atap Serambi disambung secara menerus, sementara atap Lambang
Gantung terdapat lubang angin dan cahaya, dan hal ini melambangkan filosofi kehidupan manusia, bahwa
kehidupan semakin sukses (berada diatas) maka cobaan pun akan semakin berat, semakin kuat diterpa
angin, dan selalu rawan untuk jatuh apabila tidak hati-hati, dan alangkah baiknya jika hidup kita seperti
kontruksi Rumah dan Penataan Ruang pada Rumah joglo ini, yang saling mengikat satu sama lain,
mengormati, bantu membatu, dan tidak ada yang dirugikan.
Kesimpulan : sistem yang terkandung dalam penataan ruang dan struktur Rumah adat joglo ini, selain
menuntun manusia untuk hidup sosial dan bantu membantu adalah menjadikan diri manusia tidak
sombong dan menghormati satu sama lain, dan juga tidak pernah lupa akan keberadaan Yang Maha
Kuasa.
PERILAKU RUMAH TRADISIONAL JAWA JOGLO
TERHADAP GEMPA

rumah tradisional Jawa dapat mengatasi gaya gempa tumpang sari dan brunjung). Pada keadaan ini
diterima atau hipotesa benar. kelemahan terdapat pada kekuatan soko guru,sedangkan sambungan soko
guru-blandar pengeret Pembahasan atau soko guru-sunduk kili atau blandar pengeret-tumpang sari-
brunjung relatif stabil. Soko guru Pada getaran gempa dengan shaking table menerima gaya tarik dan
tekuk dari getaran gaya berfrekuensi tinggi dan akselerasi rendah-tinggi, gempa dan gaya tekan dari beban
diatasnya serta gaya model struktur rong-rongan mengalami goyangan momen puntir dari bidang tumpang
sari dan pada soko guru, sedangkan bagian atas stabil. Sistem brunjung, sehingga kualitas dan dimensi
kayu sambungan lidah alur pada struktur rong-rongan tidak menentukan kekuatan dan kestabilan model
strukur. mengalami perubahan, karena getaran yang sampai semakin kecil dimensi kayu soko guru
semakin lentur kepadanya relatif kecil. Hal ini dikarenakan disipasi tetapi beresiko patah, sehingga
dibutuhkan proporsi energi dan redaman terjadi pada soko guru. Sistem ukuran kayu yang aman terhadap
kelenturan dan pembebanan dipandang menyumbang kestabilan resiko patah. pada model struktur rong-
rongan. Pada getaran gempa shaking table berfrekuensi rendah-tinggi dan akselerasi tinggi, model struktur
rong-rongan mengalami goyangan menyeluruh dari bawah sampai atas (dari soko guru sampai tumpang
sari). Sistem sambungan lidah alur dalam struktur inti tetap (lihat lampiran 5 dan 6), walaupun getaran
sampai padanya. Hal ini berarti sistem sambungan lidah alur dalam struktur rong-rongan mampu menahan
dan meredam getaran gaya gempa dan disipasi energi serta redaman terjadi pada soko guru dan pada
sambungan soko guru-sunduk-kili, soko guru-blandar-pengeret dan pada blandar-pengeret- tumpang sari-
brunjung. Sistem sambungan pen mampu menahan gaya horisontal dari getaran gaya
gempa, sedangkan gaya vertikal di berikan oleh beban Gambar 8. Perilaku Sistem Pembebanan Pada di
atasnya. Bangunan (semakin tinggi bangun- Pembebanan memberikan kestabilan model an semakin besar
gaya tekuk struktur pada saat tidak terjadi getaran gempa dan sehingga mudah runtuh) pada getaran
gempa berfrekuensi tinggi.
Perilaku Model Struktur Rong-Rongan Terhadap Getaran Gaya Gempa
Perlakuan Model Deformasi Sambungan
1 Stabil Tidak terjadi Utuh
2 Stabil Akselerasi 0.90 deformasi ke kanan 2 mm Utuh
3 Labil Deformasi ke kanan 10 mm pada akselerasi 1.30 g Utuh Kembali ke posisi semula pada akselerasi
1.70 g terus mengalami deformasi ke kiri sampai akselerasi 1.90 g : 5 mm
4 Labil Deformasi ke kiri 18 mm pada akselerasi 2.30 g Utuh Setelah itu mengalami deformasi ke kanan
Akselerasi 2.70 g mengalami deformasi ke kanan 1 mm
5 Labil Deformasi ke kiri 6mm pada frekuensi 1. Hz dan terus mengalami deformasi ke Utuh kiri sampai 20
mm pada frekuensi 10.0 hz
6 Labil Tidak terjadi

Anda mungkin juga menyukai