DENGUE FEVER
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian
Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam di RSUD Muntilan
Diajukan kepada :
Dr. Dwi Ambarwati Sp.A
Disusun Oleh:
Muhammad John Elang Lanang Sismadi
20110310217
LEMBAR PENGESAHAN
PRESUS
Dengue Fever
Diajukan oleh :
Muhammad John Elang Lanang Sismadi
20110310217
Disahkan oleh :
Dokter pembimbing
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
: An. Y
Usia
: 8 tahun
: Krajan, Sidorejo
BB
: 20 kg
A Anamnesis
-
Keluhan Utama
Pasien datang dengan demam sejak 3 hari yang lalu.
B Pemeriksaan Fisik
Vital Sign:
Nadi
: 88x/menit
RR
: 20x/menit
Suhu
: 38oC
: (-/-)
Conjungtiva hiperemis
: (-/-)
Sklera ikhterik
: (-/-)
Pembesaran limfonodi
: (-)
Lidah kotor
: (-)
Thorax
1. Cor
S1/S2 reguler, tidak ditemukan bising jantung
2. Pulmo
bentuk dada simetris, tidak ada jejas dan kelainan bentuk
tidak ada ketinggalan gerak
tidak ada nyeri tekan pada kedua lapang paru
Suara dasar vesikuler +/+
Suara rhonki -/ Suara wheezing -/3. Abdomen
Supel
Nyeri tekan Bunyi usus +
Hepatomegali
Ascites 4. Ekstremitas
Akral hangat +
CRT < 2detik
Edema
Ptechiea
Purpura
Rumpel Leede Test (-)
5. Pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium tanggal 1 oktober 2016
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MHC
MCHC
Trombosit
Netrofil
Limfosit
Monosit
Eusinofil
Basofil
4,46
4,40
13,7
38.0
86,3
31,3
36,1
92
51,3
41,4
5,2
51,1
1,1
Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan
Salmonella Typhi O
Salmonella Paratyphi A-O
Salmonella Paratyphi B-O
Salmonella Paratyphi C-O
Salmonella Typhi H
Salmonella Paratyphi A-H
Salmonella Paratyphi B-H
-
A (Assesment)
Observasi Febris H-3 Susp. Dengue fever
dd. Typhoid Fever
P (planning)
Monitor KU/VS
Inf KaEN 3B 12 tpm
Inj. Paracetamol 200mg
Ambroxol syr 3x1 cth
Hasil
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
1/320
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Definisi
Demam dengue (dengue fever, DF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada
anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot dan/atau
nyeri sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenopati,
demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa mengecap
yang terganggu, trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (petekie) spontan.
B Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus
dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul
4x106.
Terdapat paling tidak 4 tipe serotipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN- 3 dan
DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe
terbanyak.
D Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama
kali mungkin memberi gejala demam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa
terlihat pada infeksi virus. Reaksi yang amat berbeda tampak, bila seseorang mendapat
infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal ini Halstead pada
tahun 1973 mengajukan hipotesis yang disebut secondary heterologous infection atau
sequential infection hypothesis. Hipotesis ini telah diakui oleh sebagian besar para ahli
saat ini.
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah respon
imun humoral. Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam
proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang
dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat
replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibody dependent
enhancement (ADE). Limfosit T, baik T-helper (CD4) dan T-sitotoksik (CD8) berperan
dalam respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T-helper yaitu TH1 akan
memproduksi interferon gamma, interleukin-2 (IL-2) dan limfokin, sedangkan TH2
memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10. Monosit dan makrofag berperan dalam
fagositosis virus. Namun, proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus
dan sekresi sitokin oleh makrofag. Selain itu, aktivasi oleh kompleks imun menyebabkan
terbentuknya senyawa proaktivator C3a dan C5a, sementara proaktivator C1q, C3, C4,
C5-C8, dan C3 menurun.
Faktor-faktor di atas dapat berinteraksi dengan sel-sel endotel untuk
menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular melalui jalur akhir nitrat oksida.
Sistem pembekuan darah dan fibrinolisis diaktivasi, dan jumlah faktor XII (faktor
Hageman) berkurang. Mekanisme perdarahan pada DBD belum diketahui, tetapi terdapat
hubungan terhadap koagulasi diseminata intravaskular (dissemintated intravascular
coagulation, DIC) ringan, kerusakan hati, dan trombositopenia.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme supresi sumsum
tulang, serta destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang
pada fase awal infeksi (<5hari) menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi
megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses
hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar trombopoietin dalam darah pada saat
terjadi trombositopenia justru mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya
stimulasi
trombopoiesis
sebagai
mekanisme
kompensasi
terhadap
keadaan
E Manifestasi Klinis
Prediksi klinis infeksi virus dengue ditentukan oleh hubungan kompleks antara faktor
penjamu dan virus. Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau
dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue, atau sindrom
syok dengue.
1
Demam Dengue
Periode inkubasi adalah 1-7 hari. Manifestasi klinis bervariasi dan dipengaruhi
usia pasien. Pada bayi dan anak-anak, penyakit ini dapat tidak terbedakan atau
dikarakteristikkan sebagai demam selama 1-5 hari, peradangan faring, rinitis, dan
batuk ringan.
Kebanyakan remaja dan orang dewasa yang terinfeksi mengalami demam
secara mendadak, dengan suhu meningkat cepat hingga 39,4-41,1o C, biasanya
disertai nyeri frontal atau retro-orbital, khususnya ketika mata ditekan. Kadangkadang nyeri punggung hebat mendahului demam. Suatu ruam transien dapat terlihat
selama 24-48 jam pertama demam. Denyut nadi dapat relatif melambat sesuai derajat
demam. Mialgia dan artalgia segera terjadi setelah demam.
denopati generalisata, hiperestesia atau hiperalgesia kutan, gangguan
pengecapan, dan anoreksia dapat berkembang. Sekitar 1-2 hari kemudian, ruam
makulopapular terlihat, terutama di telapak kaki dan telapak tangan, kemudian
menghilang selama 1-5 hari. Kemudian ruam kedua terlihat, suhu tubuh, yang
sebelumnya sudah menurun ke normal, sedikit meningkat dan mendemonstrasikan
Pemeriksaan Penunjang
1
Laboratorium
Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan. Tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
G Diagnosis
Belum ada panduan yang dapat diterima untuk mengenal awal infeksi virus dengue
(WHO Scientific Working Group, 2006). Perbedaan utama antara demam dengue dan
DBD adalah pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma.
1
Demam Dengue Ditegakkan bila terdapat dua atau lebih manifestasi klinis (nyeri
kepala, nyeri retro-orbital, mialgia/artralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan,
leukopenia) ditambah pemeriksaan serologis dengue positif; atau ditemukan pasien
demam dengue/ demam berdarah dengue yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan
waktu yang sama.
tempat lain.
Hematemesis atau melena.
. Trombositopenia (jumlah trombosit
Terdapat minimal satu dari tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
o Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur
dan jenis kelamin.
o Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
o Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemi.
H Penatalaksanaan
Tirah baring.
Pemberian cairan. Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak
1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula/sirup, atau air tawar ditambah
perdarahan.
Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
Pasien DHF perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda syok, yaitu:
1. Keadaan umum memburuk.
2. Terjadi pembesaran hati.
3. Masa perdarahan memanjang karena trombositopenia.
4. Hematokrit meninggi pada pemeriksaan berkala.
Jika ditemukan tanda-tanda dini tersebut, infus harus segera dipersiapkan dan
terpasang pada pasien. Observasi meliput pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan umum,
nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan; serta Hb dan Ht setiap 4-6 jam pada hari-hari
pertama pengamatan, selanjutnya setiap 24 jam.
Terapi untuk sindrom syok dengue bertujuan utama untuk mengembalikan volume
cairan intravaskular ke tingkat yang normal, dan hal ini dapat tercapai dengan pemberian
segera cairan intravena. Jenis cairan dapat berupa NaCl 0,9%, Ringers lactate (RL) atau bila
terdapat syok berat dapat dipakai plasma atau ekspander plasma. Jumlah cairan disesuaikan
dengan perkembangan klinis.
Kecepatan permulaan infus ialah 20 ml/kg berat badan/ jam, dan bila syok telah
diatasi, kecepatan infus dikurangi menjadi 10 ml/kg berat badan/ jam.
Pada kasus syok berat, cairan diberikan dengan diguyur, dan bila tak tampak perbaikan,
diusahakan pemberian plasma atau ekspander plasma atau dekstran atau preparat hemasel
dengan jumlah 15-29 ml/kg berat badan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keadaan asidosis
yang harus dikoreksi dengan Na-bikarbonat. Pada umumnya untuk menjaga keseimbangan
volume intravaskular, pemberian cairan intravena baik dalam bentuk elektrolit maupun
plasma dipertahankan 12-48 jam setelah syok selesai.
Pada tahun 1997, WHO merekomendasikan jenis larutan infus yang dapat diberikan pada
pasien demam dengue/DBD:
1. Kristaloid.
a. Larutan ringer laktat (RL) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL).
b. Larutan ringer asetat (RA) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA).
c. Larutan NaCl 0,9% (garam faali/GF) atau dekstrosa 5% dalam larutan faali
(D5/GF).
2. Koloid (plasma).
Pemberian kortikosteroid tidak memberikan efek yang bermakna. Pada pasien dengan
syok yang lama, koagulopati intravaskular diseminata (disseminated intravascular
coagulophaty, DIC) diperkirakan merupakan penyebab utama perdarahan. Bila dengan
pemeriksaan hemostasis terbukti adanya DIC, heparin perlu diberikan.
Komplikasi
infeksi primer pada demam dengue dan penyakit mirip dengue biasanya ringan
dan dapat sembuh sendirinya. Kehilangan cairan dan elektrolit, hiperpireksia, dan
kejang demam, Edem paru, adalah komplikasi paling sering pada bayi dan anak-anak.
Epistaksis, petekie, dan lesi purpura tidak umum tetapi dapat terjadi pada derajat
manapun. Keluarnya darah dari epistaksis, muntah atau keluar dari rektum, dapat
memberi kesan keliru perdarahan gastrointestinal. Pada dewasa dan mungkin pada
anak-anak, keadaan yang mendasari dapat berakibat pada perdarahan signifikan.
Kejang dapat terjadi saat temperatur tinggi, khususnya pada demam chikungunya.
Lebih jarang lagi, setelah fase febril, astenia berkepanjangan, depresi mental,
bradikardia, dan ekstrasistol ventrikular dapat terjadi.
Komplikasi akibat pelayanan yang tidak baik selama rawatan inap juga dapat
terjadi berupa kelebihan cairan (fluid overload), hiperglikemia dan hipoglikemia,
ketidak seimbangan elektrolit dan asam-basa, infeksi nosokomial, serta praktik klinis
yang buruk.
Di daerah endemis, demam berdarah dengue harus dicurigai terjadi pada orang
yang mengalami demam, atau memiliki tampilan klinis hemokonsentrasi dan
trombositopenia.
Prognosis
Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi yang
didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah terjadi pada
40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat
kematian dapat ditekan.
BAB III
PEMBAHASAN
Penegakkan diagnosis
1
Anamnesis
Pada anamnesis di dapatkan demam 3 hari. Pada demam ini kita tidak bisa langsung
mendiagnosis demam dengue, walaupun memang demam dengue termasuk dalam
klasifikasi demam dibawah 7 hari. Pola demam pasien naik turun tidak menentu pada
waktu kapanpun. Dari sini kita bisa mempertimbangkan untuk tidak terlalu curiga kepada
demam typhoid dikarenakan biasanya demam typhoid terjadi pada sore hari dan pada
pasien ini demam dirasakan tidak menentu dan tidak hanya pada sore hari. Demam juga
baru dirasakan 3 hari yang berarti diagnosis sementara mengarah pada kumpulan demam
yang dibawah 7 hari.
Pemeriksaan Fisik
Yang digaris bawahi dari pemeriksaan fisik diatas adalah riwayat terjadinya perdarahan
spontan yaitu mimisan dan juga uji rumple leed test yang positif. Disini apabila kuat
mengarah ke demam dengue, kita akan mendiagnosis kearah demam berdarah dengue
derajat II.
Tidak ada tanda ascites tetapi untuk bukti adanya kebocoran plasma kita bisa
mendapatkannya pada pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MHC
MCHC
Trombosit
Netrofil
Limfosit
Monosit
Eusinofil
Basofil
4,46
4,40
13,7
38.0
86,3
31,3
36,1
92
51,3
41,4
5,2
51,1
1,1
Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan
Salmonella Typhi O
Salmonella Paratyphi A-O
Salmonella Paratyphi B-O
Salmonella Paratyphi C-O
Salmonella Typhi H
Salmonella Paratyphi A-H
Salmonella Paratyphi B-H
Hasil
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
1/320
Perbedaan utama DD dan DBD adalah pada DBD ditemukan adanya kebocoran
plasma yang ditandai dengan peningkatan hematokrit >20% atau penurunan hematokrit
>20% setelah diberiterapi cairan dibandingkan nilai hematokrit sebelumnya. Pada pasien ini
meski punterjadi penurunan trombosit, tidak terjadi peningkatan hematokrit pada
pemeriksaan darah tersebut.
Pada pemeriksaan widal sebenernya didapatkan satu nilai positif yaitu salmonella
paratyphi BH tetapi widal bukanlah Gold Standard untuk menegakan diagnosis dari Typhoid
Fever itu sendiri dan juga hasil dari test widal bisa merupakan sebuah positif palsu yang
bahkan bisa positif walaupun penderita tidak terkena demam typhoid.
4. Terapi
Terapi yang diberikan pada pasien an.Y adalah sebuah terapi supportif dan juga
simptomatis. Pada kasus ini pasien dianjurkan untuk banyak minum dan mengkonsumsi
cairan untuk menghindari komplikasi lebih lanjut, pasin juga diberikan Infus KaEN 3b yang
merupakan cairan yang mengandung elektrolit (Na 50 mEq, K 20 mEq, Cl 50 mEq, lactate 20
mEq, glucose 27 g. Per liter) untuk membantu dalam balance cairan dan electrolit. Pasien
juga diberikan terapi Paracetamol untuk antipiretik nya dan Ambroxol karena pasien
memiliki keluhan batuk kering.
BAB IV
KESIMPULAN
,
.
Referensi
WHO. Dengue: Guidlines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. New
Edition. Geneva: World Health Organization; 2011.
Soedarmo S. S. P., Garn, H., Hadinegoro S. R. S., 2002. Buku Ajar Ilmu
KesehatanAnak Infeksi & Penyakit Tropis Edisi Pertama. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.Hal: 183-184, 367
PenyakitDalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal: 1710-1711