tp
ht
w
.b
ps
/w
id
o.
.g
:/
tp
ht
w
.b
ps
/w
id
o.
.g
Distribusi Perdagangan
Komoditas Beras Indonesia
2016
ISBN: No. Publikasi: 06130.1602
Katalog: 8201008
Ukuran Buku: 18,2 x 25,7 cm
Jumlah Halaman: xviii + 147 Halaman/Pages
o.
w
.b
ps
Diterbitkan oleh:
Badan Pusat Statistik
.g
Gambar Kulit:
Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik
id
Naskah:
Subdirektorat Statistik Perdagangan Dalam Negeri
Dicetak oleh:
ht
tp
:/
/w
KATA PENGANTAR
.g
o
.i
pertimbangan tersebut pada tahun 2016 ditetapkan 4 komoditas yang diteliti yaitu
Publikasi ini memuat kajian ringkas hasil penelitian rantai distribusi komoditas
.b
ps
beras yang diteliti mulai dari tingkat produsen, pedagang besar, pedagang eceran
sampai ke konsumen. Informasi yang disajikan adalah peta penjualan produksi, pola
penjualan produksi, peta distribusi perdagangan, pola distribusi perdagangan, serta
/w
perencanaan dan kebijakan, baik oleh pemerintah, dunia usaha dan pengguna
:/
lainnya. Disamping itu, diharapkan publikasi ini dapat digunakan sebagai referensi
tp
ht
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan publikasi ini. Saran dan kritik sangat kami
harapkan demi perbaikan publikasi di masa mendatang.
Jakarta,November 2016
Kepala Badan Pusat Statistik
Suhariyanto
iii
tp
:/
/w
.b
ps
.g
o
.i
ht
iv
ABSTRAKSI
Pola distribusi komoditas saat ini diduga masih bermasalah, hal ini terlihat dari
adanya disparitas harga yang tinggi antara harga di tingkat produsen dengan harga
di tingkat konsumen, serta ketersediaan barang yang kurang mencukupi pada saat
dibutuhkan terutama di kota-kota besar. Selain itu kurang tersedianya alternatif
pilihan, rasa kepuasan yang belum merata antara produsen, lembaga-lembaga usaha
perdagangan (dalam tata niaga), dan konsumen juga menjadi masalah dalam
distribusi barang.
.i
.g
o
metode survei pada sampel produsen dan sampel pedagang, dapat diperoleh
informasi mengenai gambaran pola dan peta distribusi komoditas beras secara
.b
ps
Hasil survei menunjukkan bahwa Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Tengah,
dan Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang mempunyai potensi jalur distribusi
merupakan jalur utama dari pendistribusian beras. Sedangkan provinsi yang memiliki
/w
:/
Selatan, dan Provinsi Maluku Utara. Secara keseluruhan, jalur utama distribusi
tp
ht
importir sebagai pemasok beras dari luar negeri yaitu dari Thailand dan Vietnam.
Perolehan rata-rata margin perdagangan dan pengangkutan (MPP) perdagangan
besar dan perdagangan eceran komoditas beras di Indonesia masing-masing adalah
9,84 persen dan 11,35 persen.
ht
tp
:/
/w
.b
ps
.g
o
.i
vi
DAFTAR ISI
1.2
1.3
.g
o
.i
1.1
.b
ps
/w
:/
tp
3.2
Indonesia ........................................................................................ 14
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
ht
3.1
vii
.i
.g
o
.b
ps
/w
:/
tp
ht
viiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis Kegiatan Usaha dan Kode KBLI Komoditas Beras .............................. 3
Tabel 2. Data Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi 2015 .......................... 13
Tabel 3. Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) Komoditas Beras Hasil
Survei Poldis 2016 ................................................................................. 18
ht
tp
:/
/w
.b
ps
.g
o
.i
ix
d
.i
.g
o
.b
ps
w
w
/w
:/
tp
ht
x
DAFTAR GAMBAR
.i
.g
o
.b
ps
Gambar 13. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Sumatera Utara .................. 24
Gambar 14. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Sumatera Utara ............ 25
/w
Gambar 15. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Sumatera Barat .................. 26
:/
Gambar 16. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Sumatera Barat ............ 27
tp
Gambar 17. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Sumatera Barat .................. 27
ht
xi
Gambar 30. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Sumatera Selatan ......... 38
Gambar 31. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Bengkulu ........................... 39
Gambar 32. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Bengkulu ..................... 40
Gambar 33. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Bengkulu ............................ 41
Gambar 34. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Bengkulu ...................... 41
Gambar 35. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Lampung ........................... 42
Gambar 36. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Lampung ..................... 43
Gambar 37. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Lampung............................ 44
Gambar 38. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Lampung ...................... 44
Gambar 39. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung . 46
.i
Belitung ........................................................................................... 46
.g
o
Gambar 41. Pola Penjualan Produksi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung .......... 47
Gambar 42. Pola Distribusi Perdagangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung .... 47
.b
ps
Gambar 43. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Kepulauan Riau ............ 49
Gambar 44. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Kepulauan Riau ............ 50
Gambar 45. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi DKI Jakarta ....................... 51
Gambar 46. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi DKI Jakarta .................. 52
Gambar 47. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi DKI Jakarta .................. 52
/w
Gambar 48. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi DKI Jakarta .................. 53
:/
Gambar 49. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Jawa Barat ......................... 55
tp
Gambar 50. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Jawa Barat ................... 55
Gambar 51. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Jawa Barat ......................... 56
ht
Gambar 52. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Jawa Barat ................... 57
Gambar 53. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Jawa Tengah...................... 58
Gambar 54. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Jawa Tengah ................ 59
Gambar 55. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Jawa Tengah ...................... 60
Gambar 56. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Jawa Tengah ................ 61
Gambar 57. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi D.I. Yogyakarta .................. 62
Gambar 58. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi D.I. Yogyakarta ............ 63
Gambar 59. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi D.I. Yogyakarta .................. 63
Gambar 60. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi D.I. Yogyakarta ............ 64
Gambar 61. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Jawa Timur ........................ 66
Gambar 62. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Jawa Timur .................. 66
xii
Gambar 63. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Jawa Timur ........................ 67
Gambar 64. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Jawa Timur .................. 68
Gambar 65. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Banten ............................... 70
Gambar 66. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Banten ......................... 70
Gambar 67. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Banten ............................... 71
Gambar 68. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Banten ......................... 72
Gambar 69. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Bali .................................... 73
Gambar 70. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Bali .............................. 74
Gambar 71. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Bali .................................... 74
Gambar 72. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Bali .............................. 75
.i
.g
o
.b
ps
Gambar 81. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Kalimantan Barat ................ 82
/w
Gambar 82. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Kalimantan Barat .......... 83
:/
Gambar 83. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Kalimantan Barat ................ 83
tp
Gambar 84. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Kalimantan Barat .......... 84
Gambar 85. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Kalimantan Tengah ............. 85
ht
Gambar 86. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Kalimantan Tengah ....... 86
Gambar 87. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Kalimantan Tengah ............. 87
Gambar 88. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Kalimantan Tengah ....... 87
Gambar 89. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Kalimantan Selatan ............. 89
Gambar 90. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Kalimantan Selatan ....... 89
Gambar 91. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Kalimantan Selatan ............. 90
Gambar 92. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Kalimantan Selatan ....... 90
Gambar 93. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Kalimantan Timur ............... 92
Gambar 94. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Kalimantan Timur ......... 92
Gambar 95. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Kalimantan Timur ............... 93
Gambar 96. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Kalimantan Timur.......... 94
Distribusi Perdagangan Komoditas Beras Tahun 2016
xiii
Gambar 107. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Sulawesi Tengah .............. 103
.i
Gambar 108. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Sulawesi Tengah ........ 104
.g
o
Gambar 109. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Sulawesi Selatan.............. 105
Gambar 110. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Sulawesi Selatan ........ 106
.b
ps
Gambar 111. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Sulawesi Selatan .............. 106
Gambar 112. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Sulawesi Selatan ........ 107
Gambar 113. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Sulawesi Tenggara........... 109
Gambar 114. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Sulawesi Tenggara ..... 109
Gambar 115. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Sulawesi Tenggara ........... 110
/w
Gambar 116. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Sulawesi Tenggara ..... 111
:/
Gambar 117. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Gorontalo ........................ 112
tp
Gambar 118. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Gorontalo .................. 113
Gambar 119. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Gorontalo ........................ 114
ht
Gambar 120. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Gorontalo .................. 114
Gambar 121. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Sulawesi Barat ................. 116
Gambar 122. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Sulawesi Barat ........... 117
Gambar 123. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Sulawesi Barat ................. 118
Gambar 124. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Sulawesi Barat ........... 118
Gambar 125. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Maluku............................ 120
Gambar 126. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Maluku ...................... 120
Gambar 127. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Maluku ............................ 121
Gambar 128. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Maluku ...................... 122
Gambar 129. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Maluku Utara ................... 123
Gambar 130. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Maluku Utara ............. 124
xiv
Gambar 131. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Maluku Utara ...................124
Gambar 132. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Maluku Utara .............125
Gambar 133. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Papua Barat ....................126
Gambar 134. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Papua Barat .............. 127
Gambar 135. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Papua Barat .....................127
Gambar 136. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Papua Barat ............... 128
Gambar 137. Peta Penjualan Produksi Beras di Provinsi Papua .............................129
Gambar 138. Peta Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Papua .......................130
Gambar 139. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Papua .............................130
.i
Gambar 140. Pola Distribusi Perdagangan Beras di Provinsi Papua ....................... 131
ht
tp
:/
/w
.b
ps
.g
o
xv
d
.i
.g
o
.b
ps
w
w
/w
:/
tp
ht
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
ht
tp
:/
/w
.b
ps
.g
o
.i
xvii
.i
.b
ps
.g
o
ht
tp
:/
/w
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Distribusi
perdagangan
merupakan
kegiatan
ekonomi
yang
.i
.g
o
dengan biaya yang paling murah. Hal ini dapat berdampak pada pembagian
nilai tambah yang adil untuk setiap pelaku perdagangan yang terlibat diiringi
ps
.b
w
w
/w
dalam struktur pangan. Beras memberikan peran hingga 45 persen dari total
asupan gizi yang dibutuhkan atau sekitar 80 persen dari sumber karbohidrat
:/
utama dalam pola konsumsi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, aspek
tp
penyediaan dan distribusi beras menjadi hal yang sangat penting mengingat
ht
rantai
distribusi
komoditas
pertanian
seperti
beras
akan
berdampak pada melonjaknya harga hingga dua sampai tiga kali lipat di level
konsumen, dibandingkan harga di level petani.
Untuk mengetahui gambaran lebih lanjut terkait permasalahan tersebut,
pada tahun 2016 Badan Pusat Statistik (BPS) mengadakan Survei Pola
Distribusi (POLDIS) Perdagangan Beberapa Komoditas diantaranya adalah
beras sebagai komoditas yang dipantau secara kontinyu setiap tahunnya.
Kegiatan ini dilakukan kabupaten/kota terpilih di 34 provinsi di Indonesia. Hasil
dari survei ini diharapkan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan data
sebagai
upaya
untuk
menjawab
perdagangan.
rantai
distribusi
Landasan Hukum
ps
1.2
permasalahan
.g
o
baik
.i
w
w
.b
RI
Nomor
51
Tahun
1999
tentang
/w
b. Peraturan
Penyelenggaraan Statistik.
tp
Statistik.
:/
ht
1.3
Tujuan Survei
Survei Poldis Perdagangan 2016 mempunyai tujuan, yaitu:
a. Menganalisis Pola Penjualan Produksi dan Pola Distribusi Perdagangan.
b. Mengkaji Peta Wilayah Penjualan Produksi dan Peta Wilayah Distribusi
Perdagangan.
c. Memperoleh data Margin Perdagangan dan Pengangkutan baik di tingkat
pedagang besar maupun pedagang eceran.
BAB II
METODOLOGI
2.1
Ruang Lingkup
ps
2.2
.g
o
.i
.b
w
w
III dan KBLI 2015. Secara lengkap, perusahaan yang dicakup berdasarkan
/w
KBLI
2009
(3)
KBLI
2005
(4)
15311
ht
(1)
KBLI
2015
(2)
tp
No.
:/
10631
10631
46311
46311
47241
47241
51220
53220
54220
52221
47111
47111
52111
47112
47112
52112
2.3
Kerangka Sampel
Kerangka sampel yang dibentuk meliputi kerangka sampel pedagang dan
kerangka sampel produsen. Sampel produsen dipilih secara purposive dengan
kriteria memiliki luas panen terluas. Sementara itu, pembentukan kerangka
sampel pedagang diperoleh dari berbagai macam sumber, yaitu dari:
a)
dan
pedagang
eceran
dengan
eksportir,
pendekatan
.i
b)
.g
o
ps
perdagangan.
d)
.b
c)
:/
2.4
/w
e)
w
w
Sampel yaitu SE06-UMK kategori G dengan nilai omzet > 500 juta rupiah.
tp
ht
adalah
kegiatan
ekonomi
yang
dilakukan
oleh
perseorangan atau lembaga yang membeli dan menjual barang kembali tanpa
merubah bentuk dasar barang, bertujuan untuk penyaluran barang serta
mendapatkan nilai tambah (keuntungan).
.i
.g
o
dan pedagang eceran. Pedagang besar adalah sebuah unit usaha yang
membeli dan menjual kembali barang-barang kepada pengecer dan pedagang
ps
besar lain yang bertindak sebagai agen, broker dan/atau kepada pemakai
industri, lembaga swasta, dan pemakai komersial dimana volume yang dijual
.b
tidak sama dengan volume yang diperdagangkan pada konsumen akhir. Pada
w
w
/w
promosi, hingga pemasaran barang dalam partai besar. Pada Survei POLDIS
2016, ada beberapa kategori fungsi kelembagaan pedagang besar dan
ht
1.
tp
:/
ditanggung
sendiri.
Distributor
biasanya
juga
diberikan
komoditas
yang
diperdagangkan
karena
terikat
pada
.i
.g
o
ps
4.
dari
produsen
secara
.b
untuk
dijual
kembali
ke
fungsi
w
w
/w
tp
5.
:/
ht
service retailing. Cakupan konsumen akhir dalam survei ini antara lain
adalah Rumah Tangga, Kegiatan Usaha Lain, Industri Pengolahan, dan
catering, rumah sakit, dan hotel. Sementara untuk industri pengolahan dapat
didefinisikan sebagai unit yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi
barang jadi/setengah jadi dan/atau dari barang yang kurang nilainya menjadi
barang yang lebih tinggi nilainya. Kemudian, yang tergolong dalam Pemerintah
dan Lembaga Nirlaba antara lain adalah instansi-instansi pemerintah, panti
asuhan, yayasan jompo, rumah sakit non profit, lembaga swadaya non profit,
organisasi-organisasi kesejahteraan masyarakat dan sebagainya.
Margin
Perdagangan
dan
Pengangkutan
(MPP)
adalah
.i
.g
o
nilai penjualan dengan nilai pembelian. Margin inilah yang merupakan ukuran
ps
w
w
.b
2.7
Peta yang ditampilkan dalam publikasi ini terdiri dari 2 macam, yaitu peta
1.
/w
tp
2.
:/
ht
Berikut adalah petunjuk ringkas tata cara membaca peta yang ditampilkan
dalam publikasi ini.
1.
Warna hijau (
b.
Warna kuning (
wilayah observasi.
c.
Warna putih (
2.
3.
a.
Warna merah (
b.
Warna biru (
wilayah observasi
b.
wilayah terkait
4.
Setiap
garis
panah
akan
disertasi
informasi
kuantitatif
berupa
persentase, baik itu untuk garis panah pembelian maupun garis panah
.g
o
.i
penjualan
ps
1. Pada setiap pembahasan akan ada ikon yang mewakili komoditas yang
w
w
.b
Ikon
ht
tp
:/
/w
besar (PB)
b. Warna merah muda (
eceran (PE)
c.
akhir
4. Jenis garis yang ada dalam penyajian pola terdiri dari 4 macam, yaitu:
a. Garis solid 1 poin (
.g
o
.i
ps
.b
hilir.
), menunjukkan data
w
w
/w
:/
terputus.
tp
), menunjukkan arus
ht
).
9
)
)
f.
)
)
.i
persentase garis distribusi dari satu fungsi usaha ke fungsi usaha lainnya. Khusus
.g
o
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
) maupun
10
BAB III
ULASAN RINGKAS
3.1
Gambaran Umum
Beras merupakan komoditas strategis yang berperan sangat penting terhadap
.i
.g
o
Tanaman sumber karbohidrat yang dimaksud adalah beras, jagung, ketela pohon
4,55%
4,00%
.b
1,26%
ps
ht
tp
:/
/w
w
w
0,99%
Beras lokal/ketan
Jagung basah dengan kulit
Jagung pocelan/pipilan
Ketela pohon
89.20%
Ketela rambat
11
71,28
72
70,85
69,06
70
68,68
68
66,47
66
65,76
64
2010
2011
2012
2014
Produksi Padi
2013
.g
o
.i
ps
ton gabah kering giling (GKG) dan sekitar 51,69 persen diantaranya diproduksi di
.b
Pulau Jawa. Sentra produksi padi pada tahun 2015 adalah Provinsi Jawa Timur,
Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, dan Provinsi Sulawesi Selatan. Ke empat
w
w
provinsi tersebut masing-masing memproduksi sebesar 13,15 juta ton; 11,37 juta
ton; 11,30 juta ton; dan 5,47 juta ton gabah kering giling (GKG). Peta sebaran
ht
tp
:/
/w
produksi padi di Indonesia secara lengkap dapat disajikan pada gambar dibawah ini.
12
Sentra produksi padi di Pulau Jawa terpusat di Provinsi Jawa Barat, Provinsi
Jawa Tengah, dan Provinsi Jawa Timur. Jumlah produksi padi dari ketiga provinsi
tersebut mencapai 47,52 persen dari total jumlah produksi padi Indonesia. Selain di
Pulau Jawa, di luar Jawa pun banyak terdapat sentra-sentra produksi padi. Provinsiprovinsi di luar Jawa yang merupakan sentra produksi padi nasional, antara lain
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Sebaran sentra produksi yang tidak
merata menyebabkan setiap wilayah berusaha untuk memenuhi kebutuhannya
dengan melakukan perdagangan antar wilayah. Wilayah non sentra produksi membeli
beras dari wilayah sentra produksi beras. Aktivitas perdagangan tersebut membentuk
.i
Luas Panen
(Hektar)
(2)
461.060
781.769
507.545
107.546
122.214
872.737
128.833
707.266
11.848
263
1.137
1.857.612
1.875.793
155.838
2.152.070
386.676
137.385
467.503
266.242
433.944
254.670
511.213
99.209
tp
:/
/w
w
w
1. Aceh
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
4. R i a u
5. Jambi
6. Sumatera Selatan
7. Bengkulu
8. Lampung
9. Kepulauan Bangka Belitung
10. Kepulauan Riau
11. DKI Jakarta
12. Jawa Barat
13. Jawa Tengah
14. D.I. Yogyakarta
15. Jawa Timur
16. Banten
17. B a l i
18. Nusa Tenggara Barat
19. Nusa Tenggara Timur
20. Kalimantan Barat
21. Kalimantan Tengah
22. Kalimantan Selatan
23. Kalimantan Timur
.b
(1)
ht
Padi
Produktivitas
(Kuintal/Hektar)
(3)
50,56
51,74
50,25
36,63
44,31
48,67
44,92
51,49
22,85
36,46
55,95
61,22
60,25
60,65
61,13
56,61
62,14
51,71
35,61
29,40
35,07
41,87
41,20
ps
Provinsi
.g
o
Produksi
(Ton GKG)
(4)
2.331.046
4.044.829
2.550.609
393.917
541.486
4.247.922
578.654
3.641.895
27.068
959
6.361
11.373.144
11.301.422
945.136
13.154.967
2.188.996
853.710
2.417.392
948.088
1.275.707
893.202
2.140.276
408.782
13
Produksi
(Ton GKG)
(4)
112.102
674.169
1.015.368
5.471.806
660.720
331.220
461.844
117.791
75.265
30.219
181.769
38.970.026
36.427.815
75.397.841
.i
(1)
24. Kalimantan Utara
25. Sulawesi Utara
26. Sulawesi Tengah
27. Sulawesi Selatan
28. Sulawesi Tenggara
29. Gorontalo
30. Sulawesi Barat
31. Maluku
32. Maluku Utara
33. Papua Barat
34. Papua
Jawa
Luar Jawa
Indonesia
Padi
Produktivitas
(Kuintal/Hektar)
(3)
27,27
49,05
48,57
52,41
47,07
55,51
49,41
55,72
35,11
42,12
43,95
60,61
47,39
53,41
.g
o
Luas Panen
(Hektar)
(2)
41.115
137.438
209.057
1.044.030
140.380
59.668
93.470
21.141
21.438
7.174
41.354
6.429.126
7.687.512
14.116.638
Provinsi
ps
.b
akhirnya bisa sampai di tangan konsumen. Yang dimaksud intermedier dalam rantai
distribusi barang ini dapat berupa pedagang pengepul, distributor, sub distributor,
w
w
agen, sub agen, supermarket/swalayan, dan pedagang eceran. Sedangkan dari sisi
konsumen, dapat berupa industri pengolahan, kegiatan usaha lainnya, pemerintah
/w
:/
tp
Beras Tahun 2016, selanjutnya akan dipaparkan hasil pengamatan lapangan berupa
ht
peta penjualan produksi, peta distribusi perdagangan, pola penjualan produksi, pola
distribusi perdagangan dan Margin Perdagangan dan Pengangkutan di masingmasing provinsi di Indonesia. Survei Poldis 2016 menghasilkan dua peta dan dua pola
perdagangan yaitu peta dan pola penjualan produksi yang bersumber dari data
(responden) produsen serta peta dan pola distribusi perdagangan yang bersumber
dari data (responden) pedagang.
3.2
Indonesia
Cakupan wilayah survei secara nasional meliputi 166 Kabupaten/Kota yang
14
3.2.1
Pola Produksi
Survei terhadap perusahaan penggilingan padi di Indonesia menghasilkan
informasi bahwa rata-rata penjualan hasil produksi terbesar tertuju kepada pedagang
eceran (46,67%). Setelah itu diikuti pedagang grosir (20,72%) dan rumah tangga
(19,38%). Sementara sisanya dijual ke pedagang pengepul,
distributor, agen,
5,00%
1,00%
Supermarket/
Swalayan
Keterangan:
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
w
w
0,29%
Pedagang Grosir
.b
20,72%
ps
Agen
.g
o
5,26%
.i
Distributor
46,67%
ht
tp
:/
/w
0,39%
0,13%
1,16%
19,38%
Pedagang Eceran
Industri
Pengolahan
Kegiatan Usaha
Lainnya
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
Rumah Tangga
15
16
Petani
Importir
1,92%
1,03%
1,04%
= Pedagang Besar
1,03%
0,44%
0,40%
32,33%
0,03%
9,83%
= Konsumen Akhir
.i
4,60%
1,06%
1,66%
0,02%
4,17%
5,32%
4,23%
17,31%
16,81%
19,68%
Kegiatan Usaha
Lainnya
2,39%
Rumah Tangga
15,52%
1,06%
Industri
Pengolahan
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
11,66%
84,18%
8,84%%
Pedagang Eceran
0,04%
1,66%
0,21%
1,90%
6,99%
2,02%
2,03%
0,66%
Supermarket/
Swalayan
0,02%
45,15%
2,73%
8,25% 4,74% 35,39%
33,57%
42,70%
15,41%
1,46%
1,72%
1,93%
0,99%
Pedagang Grosir
.g
o
= Pedagang Eceran
0,05%
0,39%
ps
Sub Agen
4,28%
Agen
7,97%
21,60% 5,50%
.b
0,85%% 1,90%
w
w
31,36%
Keterangan:
Sub Distributor
2,71%
5,46%
Distributor
3,97%
/w
4,74% 68,57%
:/
tp
ht
2,70%
62,28%%
4,90%
1,38%
Pedagang
Pengepul
3,35%
3,47%
Impor Langsung
.i
.g
o
akhir.
ps
.b
ketergantungan beras terbesar dari luar provinsi dengan persentase 99,76 persen.
w
w
Dari sisi pedagang, Sulawesi Tengah merupakan provinsi yang mendistribusikan beras
ke luar provinsi dengan persentase terbesar yaitu 84,77 persen. Sementara itu, provinsi
/w
yang mempunyai jaringan terluas adalah Sulawesi Selatan. Provinsi tersebut melakukan
tp
3.2.2
:/
ht
besar beras di Indonesia rata-rata memperoleh Margin (rasio MPP) sebesar 9,84
persen. Adapun kategori pedagang eceran beras di Indonesia rata-rata memperoleh
Margin (rasio MPP) sebesar 11,35 persen. Dengan demikian rata-rata perolehan
Margin pedagang beras di Indonesia adalah sebesar 10,57 persen.
Maluku Utara adalah provinsi dengan rasio MPP tertinggi untuk perdagangan
besar yaitu sebesar 19,95 persen dan Riau adalah provinsi dengan rasio MPP
tertinggi untuk perdagangan eceran yaitu sebesar 28,29 persen. Sedangkan Bali
merupakan provinsi dengan perolehan MPP terendah perdagangan besar dan
Kalimantan Utara merupakan provinsi dengan perolehan MPP terendah perdagangan
eceran yaitu masing-masing sebesar 2,38 persen dan 2,24 persen.
Distribusi Perdagangan Komoditas Beras Tahun 2016
17
ht
tp
:/
.i
.g
o
ps
.b
w
w
/w
(1)
1. Aceh
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
4. R i a u
5. Jambi
6. Sumatera Selatan
7. Bengkulu
8. Lampung
9. Kepulauan Bangka Belitung
10. Kepulauan Riau
11. DKI Jakarta
12. Jawa Barat
13. Jawa Tengah
14. D.I. Yogyakarta
15. Jawa Timur
16. Banten
17. B a l i
18. Nusa Tenggara Barat
19. Nusa Tenggara Timur
20. Kalimantan Barat
21. Kalimantan Tengah
22. Kalimantan Selatan
23. Kalimantan Timur
24. Kalimantan Utara
25. Sulawesi Utara
26. Sulawesi Tengah
27. Sulawesi Selatan
28. Sulawesi Tenggara
29. Gorontalo
30. Sulawesi Barat
31. Maluku
32. Maluku Utara
33. Papua Barat
34. Papua
Indonesia
Provinsi
18
19,82
20,00
10,57
4,14
.i
10,00
.g
o
30,00
w
w
.b
ps
Papua Barat
Papua
Kep. Bangka Belitung
DKI Jakarta
Maluku Utara
Riau
Sulawesi Barat
Banten
Kalimantan Timur
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
INDONESIA
DI Yogyakarta
Jawa Barat
Maluku
Kalimantan Tengah
Bengkulu
Gorontalo
Sumatera Selatan
Kalimantan Barat
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Tenggara
Kepulauan Riau
Bali
Lampung
Kalimantan Selatan
Jambi
Sumatera Barat
Sulawesi Utara
Sumatera Utara
Kalimantan Utara
Jawa Tengah
Jawa Timur
Aceh
0,00
Provinsi Aceh
ht
3.3
tp
:/
/w
19
penjualan produksi komoditas beras di Provinsi Aceh dapat dilihat pada gambar di
ps
.g
o
.i
bawah ini:
.b
w
w
beras diperoleh dari dalam wilayah Provinsi Aceh. Seluruh pasokan tersebut dijual
untuk memenuhi kebutuhan beras di Provinsi Aceh sendiri. Peta distribusi
ht
tp
:/
/w
perdagangan komoditas beras di Provinsi Aceh disajikan pada gambar dibawah ini:
20
Agen
Keterangan:
Pedagang Grosir
= Pedagang Besar
74,06%
Rumah Tangga
= Konsumen Akhir
ps
4,01%
Pedagang Eceran
.g
o
6,78%
.i
= Pedagang Eceran
w
w
.b
/w
beberapa fungsi usaha seperti distributor, pedagang grosir dan pedagang eceran
sebelum akhirnya sampai ke konsumen akhir. Berdasarkan pola yang terbentuk,
:/
tampak bahwa pedagang grosir memiliki jaringan distribusi yang cukup luas dalam
tp
mensuplai kebutuhan stok beras yang ada. Setelah memperoleh stok beras dari
ht
21
Konsumen Akhir
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
0,10%
1,21%
Distributor
51,00%
Pedagang Grosir
31,58%
25,32%
Kegiatan Usaha
Lainnya
Pedagang Eceran
16,58%
5,55%
Industri Pengolahan
6,53%
49,00%
10,73%
Keterangan:
69,13%
Supermarket/
Swalayan
= Pedagang Besar
Rumah Tangga
= Pedagang Eceran
33,28%
.g
o
.i
= Konsumen Akhir
ps
.b
w
w
/w
:/
tp
melibatkan dua pedagang perantara, yaitu distributor dan pedagang eceran. Akan
tetapi, rantai distribusi utama tersebut berpotensi menjadi empat rantai ketika
ht
3.3.3
besar beras rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 4,38 persen. Adapun kategori
pedagang eceran beras rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 3,92 persen.
Dengan demikian, rata-rata perolehan margin pedagang beras di Provinsi Aceh
adalah sebesar 4,14 persen.
22
3.4
3.4.1
Peta Distribusi
Berdasarkan hasil survei, produsen di Provinsi Sumatera Utara memperoleh
hampir seluruh pasokan gabah dari dalam Provinsi Sumatera Utara sendiri, sedikit
sisanya didatangkan dari Provinsi Aceh. Beras hasil penggilingan tersebut kemudian
.i
dijual seluruhnya untuk memenuhi kebutuhan internal Provinsi Sumatera Utara. Peta
.g
o
wilayah penjualan produksi komoditas beras di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
wilayah
Indonesia
tengah
yaitu
Provinsi
Sulawesi
Selatan
(12,70%).
23
.g
o
.i
Pola Distribusi
.b
3.4.2
ps
w
w
/w
pedagang grosir, dan langsung ke rumah tangga. Pola penjualan produksi beras di
0,03%
ht
tp
:/
Provinsi Sumatera Utara secara lengkap disajikan pada gambar di bawah ini:
Agen
0,91%
Pedagang Grosir
Keterangan:
= Pedagang Besar
69,34%
Pedagang Eceran
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
29,72%
Rumah Tangga
24
Distributor
5,78%
70,10%
12,54%
11,91%
52,66%
Pedagang Grosir
Kegiatan Usaha
Lainnya
20,14%
Pedagang Eceran
Industri
Pengolahan
4,47%
79,86%
= Pedagang Besar
Rumah Tangga
.i
Keterangan:
Supermarket/
Swalayan
17,25%
.g
o
25,17%
= Pedagang Eceran
0,07%
ps
= Konsumen Akhir
.b
w
w
/w
:/
tp
ht
3.4.3
besar beras rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 4,59 persen. Adapun kategori
pedagang eceran beras rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 6,42 persen.
Dengan demikian, rata-rata perolehan margin pedagang beras di Provinsi Sumatera
Utara adalah sebesar 5,43 persen.
25
3.5
3.5.1
Peta Distribusi
Berdasarkan hasil survei, produsen beras di Provinsi Sumatera Barat
memperoleh 100,00 persen gabah dari dalam wilayah Sumatera Barat. Beras hasil
.i
.g
o
Peta wilayah penjualan produksi komoditas beras di Provinsi Sumatera Barat secara
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
menyediakan
pasokan
beras
dari
dalam
provinsi
sendiri
(98,17%)
dibandingkan membeli dari luar provinsi. Demikian pula dengan penjualannya, sekitar
90,00 persen pasokan tersebut kemudian diperdagangkan kembali di dalam provinsi.
26
d
.i
.g
o
ps
.b
yaitu Riau dan Jambi. Peta wilayah distribusi perdagangan beras di Sumatera Barat
Pola Distribusi
/w
3.5.2
w
w
:/
Dari hasil survei diperoleh pola bahwa hampir separuh beras yang telah
tp
ht
Agen
Keterangan:
= Pedagang Besar
34,36%
Pedagang Grosir
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
44,82%
5,26%
Pedagang Eceran
Rumah Tangga
27
menjual
sekitar
83
persen
pasokannya
ke
pedagang
eceran
dan
.g
o
.i
20,62%
3,64%
Distributor
76,63%
Agen
/w
0,83%
23,37%
Rumah Tangga
14,83%
Pedagang
Pengepul
Supermarket/
Swalayan
0,03%
18,02%
ht
tp
Sub Agen
Kegiatan Usaha
Lainnya
9,89%
:/
Sub Distributor
14,21%
75,51%
Pedagang Grosir
w
w
22,51%
0,08%
Pedagang Eceran
.b
39,55%
14,83%
10,28%
ps
54,90%
28
3.5.3
besar beras rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 3,64 persen. Adapun untuk
kategori pedagang eceran beras, rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 10,89
persen. Dengan demikian, rata-rata perolehan margin pedagang beras di Provinsi
Sumatera Barat adalah sebesar 6,30 persen.
Provinsi Riau
3.6
.i
.g
o
Peta Distribusi
.b
3.6.1
ps
seluruh
gabah
digiling
/w
kemudian
untuk
w
w
sendiri.
:/
Provinsi
digunakan
ht
kemudian
tp
untuk
memenuhi
kebutuhan
dapat
dilihat
29
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o
.i
3.6.2
Pola Distribusi
Dari hasil survei diperoleh informasi bahwa produsen beras di Riau tidak
menjual
hasil
produksinya
melalui
pedagang-pedagang
besar,
melainkan
didistribusikan ke pedagang eceran dan juga konsumen akhir seperti rumah tangga,
lembaga pemerintahan, dan juga kegiatan usaha lain. Pola tersebut tersaji pada
Gambar 21.
30
63,30%
Pedagang Eceran
7,62%
Keterangan:
Kegaiatan Usaha
Lainnya
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
3,26%
25,82%
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
= Konsumen Akhir
Rumah Tangga
.i
beberapa fungsi usaha seperti distributor, pedagang grosir, pedagang pengepul, dan
.g
o
ps
seperti pedagang grosir dan pedagang eceran. Pedagang grosir kemudian menjual
mayoritas pasokan berasnya ke pedagang eceran, dan sebagian lainnya dijual ke
.b
sesama level pedagang besar seperti pedagang pengepul dan juga pedagang grosir.
w
w
Di penghujung rantai distribusi, pedagang eceran yang telah mendapatkan stok dari
berbagai fungsi usaha kemudian menjual hampir 80 persen pasokan berasnya ke
/w
rumah tangga, sedangkan sisanya dipasarkan ke kegiatan usaha lain dan juga ke
pedagang eceran lainnya. Pola distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi
ht
Distributor
tp
:/
5,72%
0,37%
51,00%
4,86%
17,28%
Pedagang Grosir
37,20%
Pedagang Eceran
Kegiatan Usaha
Lainnya
13,72%
20,16%
5,45%
49,00%
79,86%
Rumah Tangga
Pedagang
Pengepul
Keterangan:
= Pedagang Besar
Supermarket/
Swalayan
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
31
Lebih lanjut, pola utama distribusi perdagangan beras Provinsi Riau adalah
sebagai berikut:
Produsen Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir
Banyaknya rantai utama distribusi perdagangan beras yang terbentuk dari
produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai. Pendistribusian tersebut
melibatkan dua pedagang perantara, yaitu distributor dan pedagang eceran. Akan
tetapi, rantai distribusi utama tersebut berpotensi menjadi lima rantai ketika melalui
jalur: produsen distributor pedagang grosir pedagang pengepul pedagang
.i
.g
o
3.6.3
ps
besar beras rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 5,28 persen. Adapun untuk
.b
kategori pedagang eceran beras, rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 28,29
persen. Dengan demikian, rata-rata perolehan margin pedagang beras di Provinsi
Provinsi Jambi
:/
3.7
/w
w
w
tp
ht
3.7.1
Peta Distribusi
Berdasarkan hasil survei, produsen beras di Provinsi Jambi memperoleh
gabah padi dari dalam Provinsi Jambi. Mayoritas beras hasil penggilingan tersebut
dijual ke dalam provinsi. Peta wilayah penjualan produksi komoditas beras di Provinsi
Jambi dapat dilihat pada Gambar 23.
32
d
.i
.g
o
ps
.b
wilayah Provinsi Jambi sendiri, sementara sedikit stok didatangkan dari Provinsi
w
w
Sumatera Selatan dan Provinsi Lampung. Kemudian, pasokan tersebut dijual 81,87
persen ke dalam wilayah Provinsi Jambi, sementara 18,13 persen sisanya dipasarkan
/w
ke provinsi terdekat yaitu Provinsi Sumatera Barat. Berikut peta distribusi penjualan
ht
tp
:/
33
3.7.2
Pola Distribusi
Dari hasil survei dapat diperoleh informasi bahwa pedagang eceran dan unit-
unit usaha kegiatan lain menerima hampir 95 persen hasil produksi beras dari
produsen. Pola penjualan produksi beras di Provinsi Jambi secara lengkap disajikan
pada gambar di bawah ini:
4,91%
Pedagang
Pengepul
Keterangan:
= Pedagang Besar
47,34%
Pedagang Eceran
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
47,75%
.g
o
.i
Kegiatan Usaha
Lainnya
ps
Ditinjau dari arus distribusi beras yang beredar di level pedagang, pola
distribusi beras yang terbentuk terlihat cukup sederhana. Jalur distribusi berawal dari
.b
sub agen dan pedagang grosir yang secara bersamaan mendapatkan stok dari agen
w
w
(agen di dalam provinsi atau yang berada di luar provinsi). Sebagian besar stok beras
tersebut didistribusikan ke pedagang eceran. Pedagang eceran kemudian menjual
/w
hampir 80 persen pasokan yang didapatnya ke rumah tangga. Selain itu, pedagang
eceran juga turut mendistribusikan stok berasnya antar pedagang eceran lain, juga
:/
tp
komoditas beras di Provinsi Jambi secara lengkap disajikan pada gambar di bawah
ht
ini:
0,97%
Pedagang Grosir
Kegiatan Usaha
Lainnya
18,98%
17,75%
51,45%
1,53%
Pedagang Eceran
Agen
Sub Agen
79,86%
100,00%
29,56%
Keterangan:
= Pedagang Besar
Industri
Pengolahan
= Pedagang Eceran
Rumah Tangga
= Konsumen Akhir
34
Lebih lanjut, pola utama distribusi perdagangan beras Provinsi Jambi adalah
sebagai berikut:
Produsen Agen Sub Agen Pedagang Eceran Konsumen Akhir
Banyaknya rantai utama distribusi perdagangan beras yang terbentuk dari
produsen sampai dengan konsumen akhir adalah empat rantai. Pendistribusian
utamanya melibatkan tiga pedagang perantara, yaitu agen, sub agen, dan pedagang
eceran.
Margin Perdagangan Dan Pengangkutan (MPP)
3.7.3
.i
.g
o
besar beras rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 2,97 persen. Adapun untuk
kategori pedagang eceran beras, rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 15,22
ps
3.8
w
w
.b
/w
3.8.1
tp
ht
Palembang.
:/
Banyuasin, Kabupaten Ogan Komering Hulu Timur, Kabupaten Ogan Ilir, dan Kota
Peta Distribusi
Berdasarkan hasil survei, produsen beras di Provinsi Sumatera Selatan
memperoleh seluruh gabah padinya dari internal wilayah Sumaetra Selatan. Beras
hasil penggilingan tersebut kemudian dijual 99,75 persen ke dalam wilayah Provinsi
Sumatera Selatan. Peta wilayah penjualan produksi komoditas beras di Provinsi
Sumatera Selatan dapat dilihat pada Gambar 27.
35
d
.i
.g
o
ps
.b
w
w
berbeda dengan arus keluar masuk yang terjadi di tingkat produsen. Diketahui
bahwa asal pasokan beras di Provinsi Sumatera Selatan sebagian besar berasal dari
/w
luar wilayah Provinsi Sumatera Selatan, yang didominasi beras dari Provinsi Lampung
:/
dan Provinsi Bangka Belitung dengan persentase 43,81 persen. Sementara itu, hanya
tp
12,39 persen stok beras yang mampu disediakan dari dalam wilayah Provinsi
Sumatera Selatan. Terkait hal ini, dari hasil survei diperoleh informasi lain bahwa 50
ht
36
d
.i
.g
o
Pola Distribusi
w
w
3.8.2
.b
ps
/w
:/
besar seperti agen dan pedagang grosir. Hanya sedikit hasil produksi yang
tp
ht
tangga dan industry pengolahan. Pola tersebut tersaji pada Gambar 29.
19,81%
Agen
79,90%
Keterangan:
= Pedagang Besar
Pedagang Grosir
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
0,02%
0,20%
0,07%
Pedagang Eceran
Industri
Pengolahan
Rumah Tangga
37
33,33%
1,90%
ps
24,23%
53,52%
Distributor
Pedagang Grosir
.b
4,23%
4,69%
Supermarket/
Swalayan
/w
Pedagang
Pengepul
:/
= Pedagang Besar
Kegiatan Usaha
Lainnya
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
90,37%
w
w
0,01%
Keterangan:
.i
4,86%
50,00%
.g
o
Agen
96,87%
13,33%
1,21%
Rumah Tangga
13,24%
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
ht
tp
38
3.8.3
besar beras rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 6,44 persen. Adapun untuk
kategori pedagang eceran beras, rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 10,13
persen. Dengan demikian, rata-rata perolehan margin pedagang beras di Provinsi
Sumatera Selatan adalah sebesar 8,08 persen.
3.9
Provinsi Bengkulu
Cakupan wilayah survei di Provinsi Bengkulu yang dialokasikan sebagai
.g
o
Peta Distribusi
ps
3.9.1
.i
.b
Bengkulu memperoleh seluruh gabah padi dari dalam Provinsi Bengkulu sendiri.
w
w
Beras hasil penggilingan kemudian dijual seluruhnya oleh produsen hanya ke dalam
Provinsi Bengkulu. Visualisasi distribusi penjualan produksi provinsi Bengkulu tersaji
ht
tp
:/
/w
39
w
w
.b
ps
.g
o
.i
didominasi oleh beras yang berasal dari luar wilayah Provinsi Bengkulu.
/w
:/
sisi penjualan, seluruh pasokan beras tersebut dipasarkan hanya ke dalam Provinsi
tp
3.9.2
ht
40
44,96%
Pedagang Eceran
Keterangan:
2,34%
52,70%
Kegiatan Usaha
Lainnya
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
Rumah Tangga
Pedagang Grosir
75,00%
ps
Distributor
.g
o
.i
18,16%
20,48%
.b
61,36%
Kegiatan Usaha
Lainnya
:/
= Pedagang Besar
Rumah Tangga
89,75%
25,00%
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
tp
Keterangan:
Pedagang Eceran
/w
17,75%
w
w
9,34%
ht
sebagai berikut:
Produsen Distributor Pedagang Grosir Pedagang Eceran Konsumen Akhir
41
3.9.3
besar beras rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 10,01 persen. Adapun untuk
kategori pedagang eceran beras, rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 7,53
persen. Dengan demikian, rata-rata perolehan margin pedagang beras di Provinsi
Bengkulu adalah sebesar 8,68 persen.
.i
.g
o
ps
.b
w
w
100,00 persen gabah dari dalam wilayahnya sendiri. Separuh lebih beras hasil
penggilingan tersebut dijual ke dalam wilayah sendiri, yaitu sebesar 58,51 persen.
/w
persen
2,26
sedangkan
ht
persen,
tp
dan
:/
masing-masing
sisanya didistribusikan
ke
provinsi-provinsi
terdekat.
Peta
penjualan
produksi
komoditas
beras
Provinsi
Lampung
42
Dari sisi pedagang, pengadaan beras oleh pedagang mayoritas berasal dari
dalam Provinsi Lampung sendiri, hanya sekitar 2,30 persen yang didatangkan dari
luar provinsi yaitu dari Provinsi Jawa Barat. Pasokan beras tersebut 99,05 persen
digunakan untuk memenuhi konsumsi penduduk lokal, hanya sedikit saja yang dijual
ke provinsi lain (Provinsi Sumatera Selatan). Peta wilayah distribusi perdagangan
w
w
.b
ps
.g
o
.i
/w
tp
:/
hasil
ht
secara
merata
kepada
pedagang
pengepul,
agen,
43
23,67%
Pedagang
Pengepul
26,54%
Agen
1,29%
Keterangan:
Pedagang Grosir
= Pedagang Besar
23,67%
= Pedagang Eceran
Supermarket/
Swalayan
23,69%
= Konsumen Akhir
Pedagang Eceran
1,14%
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
.g
o
.i
.
Gambar 37. Pola Penjualan Produksi Beras di Provinsi Lampung
Di tingkat pedagang, tercatat bahwa baik distributor, agen, maupun
ps
.b
pedagang eceran. Pedagang eceran yang telah menerima pasokan dari berbagai
fungsi kelembagaan tersebut meneruskan ujung rantai distribusi ke konsumen akhir,
w
w
dengan persentase penjualan terbesar diterima oleh rumah tangga (62,37%). Pola
distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi Lampung secara lengkap disajikan
:/
/w
8,91%
ht
tp
Agen
82,09%
34,89%
60,00%
2,73%
0,63%
Pedagang Eceran
Distributor
Industri
Pengolahan
Kegiatan Usaha
Lainnya
17,28%
9,46%
Keterangan:
79,46%
62,37%
31,09%
= Pedagang Besar
Rumah Tangga
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
Pedagang Grosir
11,07%
44
.i
.g
o
ps
.b
kategori pedagang eceran beras, rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 7,01
w
w
/w
:/
tp
ht
45
d
.i
.g
o
ps
.b
w
w
beras dari luar provinsinya, yaitu dari Provinsi DKI Jakarta dengan persentase 88,29
ht
tp
:/
/w
persen. Kemudian, suplai beras yang ada seluruhnya dipasarkan di dalam wilayah
46
Keterangan:
Pedagang Eceran
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
Rumah Tangga
.i
= Konsumen Akhir
.g
o
90,27%
ps
.b
terbentuk pun relatif sederhana. Diantara pedagang besar pedagang besar yang
w
w
terlibat, distributor memainkan fungsi yang cukup penting karena memiliki jaringan
perdagangan yang cukup luas. Disamping itu, distributor juga turut menetukan jalur
/w
:/
tp
beras di Provinsi Bangka Belitung secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut:
ht
Agen
17,00%
Supermarket/
Swalayan
Sub Agen
6,91%
40,00%
86,91%
Distributor
6,17%
83,00%
Pedagang Eceran
60,00%
28,79%
Pedagang Grosir
Rumah Tangga
60,06%
11,15%
Keterangan:
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
47
.g
o
.i
ps
besar beras rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 16,90 persen. Adapun untuk
kategori pedagang eceran beras, rata-rata memperoleh rasio MPP sebesar 11,46
.b
w
w
/w
:/
ht
Tanjung Pinang.
tp
sampel distribusi perdagangan komoditas beras meliputi Kota Batam dan Kota
48
d
.i
.g
o
ps
.b
terbesar yaitu 65,85 persen. Selain Provinsi DKI, stok beras juga didatangkan dari
Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jawa Tengah. Stok beras tersebut kemudian
w
w
seluruhnya dijual untuk konsumsi di dalam Provinsi Kepulauan Riau sendiri. Peta
distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi Kepulauan Riau disajikan pada
/w
Gambar 43.
tp
:/
ht
49
1,63%
Agen
17,83%
100,00%
Pedagang Eceran
49,06%
Kegiatan Usaha
Lainnya
15,47%
Pedagang Grosir
Distributor
100,00%
Keterangan:
10,79%
= Pedagang Besar
5,23%
= Pedagang Eceran
Rumah Tangga
Supermarket/
Swalayan
Sub Agen
.g
o
.i
= Konsumen Akhir
ps
w
w
.b
/w
:/
tp
dua rantai, yang melibatkan dua pedagang perantara yaitu distributor dan pedagang
ht
eceran. Akan tetapi, rantai distribusi utama tersebut berpotensi menjadi tiga hingga
empat rantai ketika distributor menyalurkan pasokan berasnya ke agen atau
pedagang grosir sebelum menjual pasokannya ke pedagang eceran.
50
memperoleh seluruh gabah padi dari dalam wilayahnya sendiri. Seluruh hasil
.i
produksi beras tersebut dijual ke dalam wilayah Provinsi DKI Jakarta. Peta wilayah
.g
o
penjualan produksi komoditas beras di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada
:/
/w
w
w
.b
ps
ht
tp
besar pasokan beras yang masuk ke wilayah ibukota merupakan beras yang
didatangkan dari luar Jakarta. Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi penyuplai
terbesar dengan persentase 43,71 persen. Sementara itu, dari sisi penjualan, 84,91
persen dari pasokan beras yang ada dipasarkan pedagang ke dalam Provinsi DKI
Jakarta. Sebagian kecil lainnya dijual ke wilayah-wilayah terdekat seperti Provinsi
Banten, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah dan bahkan diperdagangkan
secara lintas pulau ke Provinsi Kepulauan Riau meskipun dalam jumlah yang sangat
sedikit.
51
d
.i
.g
o
ps
w
w
.b
Dari hasil survei diketahui bahwa beras hasil penggilingan di Provinsi DKI
/w
Jakarta sebagian besar dijual secara langsung ke rumah tangga dengan persentase
59,26 persen. Pola penjualan produksi komoditas beras di wilayah Provinsi DKI
tp
:/
ht
9,73%
Pedagang Eceran
Keterangan:
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
90,27%
Rumah Tangga
= Konsumen Akhir
52
melibatkan pedagang pengepul. Jalur distribusi berawal dari distributor yang menjual
sebagian stok berasnya ke agen (66,57%). Dari titik inilah jalur distribusi utama
teridentifikasi, dimana mata rantai penjualan diteruskan oleh agen dengan
mendistribusikan mayoritas pasokannya ke pedagang eceran. Pola distribusi
perdagangan komoditas beras di Provinsi DKI Jakarta secara lengkap disajikan
sebagai berikut:
6,72%
4,10%
8,82%
16,75%
5,23%
Agen
66,57%
3,91%
6,42%
0,72%
6,62%
Pedagang Grosir
Sub Agen
35,36%
Sub Distributor
0,08%
20,64%
14,23%
4,45%
Rumah Tangga
/w
64,27%
74,31%
tp
26,80%
ht
= Konsumen Akhir
Pedagang
Pengepul
:/
0,07%
= Pedagang Eceran
37,12%
2,57%
0,29%
= Pedagang Besar
Industri
Pengolahan
w
w
0,59%
35,36%
ps
0,84%
0,38%
.b
33,05%
Kegiatan Usaha
Lainnya
6,69%
18,92%
Pedagang Eceran
37,12%
43,05%
0,30%
.g
o
1,66%
6,29%
Keterangan:
.i
Distributor
7,84%
55,84%
18,36%
8,93%
53
Akan tetapi, rantai distribusi utama tersebut berpotensi menjadi hampir dua kali lipat
lebih panjang, ketika melalui jalur: produsen distributor sub distributor agen
sub agen pedagang grosir/pedagang pengepul pedagang eceran konsumen
akhir.
.g
o
.i
distribusi
perdagangan
komoditas
beras
.b
sampel
ps
Kabupaten
Bogor,
Kabupaten
Ciamis,
w
w
Kabupaten
Kabupaten
Cirebon,
Kabupaten
/w
Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kota Bandung, Kota Depok, Kota Cimahi, dan Kota
:/
Tasikmalaya.
ht
tp
Hasil survei menunjukkan bahwa selain memperoleh gabah padi dari provinsi
lain seperti Jawa Tengah, produsen beras di Provinsi Jawa Barat
masih
mengandalkan mayoritas pasokan gabah padi dari hasil panen petani di dalam
wilayah Provinsi Jawa Barat, yaitu 88,26 persen. Beras hasil produksi selanjutnya
dijual ke dalam provinsi dengan persentase sebesar 81,51 persen. Sementara 18,49
persen sisanya dijual ke wilayah-wilayah terdekat seperti DKI Jakarta dan Jawa
Tengah.
54
.i
Tidak jauh berbeda dari produsen, dari peta distribusi pada Gambar 50
.g
o
tampak bahwa arus distribusi beras pada tingkat pedagang cukup mirip dengan arus
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
penjualan produksinya.
55
Pedagang
Pengepul
13,79%
.i
Distributor
Agen
ps
Pedagang Eceran
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
w
w
52,72%
Keterangan:
Pedagang Grosir
.b
11,23%
.g
o
13,85%
0,44%
/w
Industri
Pengolahan
:/
0,93%
Rumah Tangga
ht
tp
2,66%
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
56
tangga (63,56%). Pola perdagangan beras di Provinsi Jawa Barat tersaji pada
Gambar 52.
0,30%
0,85%
32,64%
8,82%
0,05%
32,47%
24,66%
0,72%
2,75%
Pedagang Grosir
23,37%
34,28%
16,47%
11,25%
Sub Agen
3,41%
40,73%
Sub Distributor
22,66%
Pedagang
Pengepul
.g
o
54,35%
12,51%
Keterangan:
51,00%
ps
0,57%
Industri
Pengolahan
Pedagang Eceran
40,73%
0,85%
4,08%
0,31%
= Pedagang Eceran
5,15%
16,68%
34,28%
1,20%
= Pedagang Besar
Kegiatan Usaha
Lainnya
26,95%
Agen
24,07%
.i
Distributor
0,52%
Rumah Tangga
63,56%
49,00%
45,65%
.b
= Konsumen Akhir
w
w
/w
Lebih lanjut, pola utama distribusi perdagangan beras di Jawa Barat adalah
:/
sebagai berikut:
tp
ht
57
demikian, rata-rata perolehan margin pedagang beras di Provinsi Jawa Barat adalah
9,87 persen.
Semarang.
.g
o
.i
ps
berapi membuat tanah Provinsi Jawa Tengah kaya akan kandungan vulkanik
sehingga sangat cocok untuk lahan pertanian. Hal tersebut menjadikan Jawa Tengah
.b
sebagai daerah paling potensial yang mampu berkontribusi secara signifikan terhadap
w
w
stok beras secara nasional. Hasil survei mendukung fakta tersebut, dimana 91,48
persen pengadaan gabah padi dibeli dari dalam wilayah, sementara sisanya
/w
didatangkan dari Provinsi Jawa Timur dan Provinsi D.I. Yogyakarta. Sebagian besar
:/
hasil produksi tersebut dijual di dalam wilayah Jawa Tengah, yakni dengan
tp
ht
D.I. Yogyakarta. Peta wilayah penjualan produksi komoditas beras di Provinsi Jawa
Tengah secara lengkap dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
58
Dari sisi perdagangan, dikenal sebagai salah satu daerah lumbung beras
nasional, hasil survei menunjukkan bahwa pelaku perdagangan di Jawa Tengah
sangat mengandalkan pasokan beras dari dalam wilayah sendiri yakni 99,08 persen.
Meskipun demikian, sebagian kecil stok masih didatangkan dari provinsi-provinsi
terdekat seperti Provinsi Jawa Timur dan Provinsi D.I. Yogyakarta. Mayoritas beras
tersebut selanjutnya dijual kembali di dalam Provinsi Jawa Tengah, sedangkan
sisanya dijual ke provinsi lain, seperti Provinsi Jawa Barat dan Provinsi D.I.
Yogyakarta. Peta distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi Jawa Tengah
w
w
.b
ps
.g
o
.i
/w
tp
:/
ht
Dari hasil survei didapatkan informasi bahwa mayoritas beras hasil produksi
dijual melalui pedagang pengepul. Selain pedagang pengepul, agen dan pedagang
grosir mampu menyerap produksi beras dalam jumlah yang cukup besar, dengan
persentase masing-masing 16,45 persen dan 14,69 persen. Sebagian lain dijual pula
secara langsung ke konsumen akhir yang terdiri dari pemerintah dan lembaga
nirlaba, kegiatan usaha lain serta rumah tangga. Pola penjualan produksi komoditas
beras di wilayah Provinsi Jawa Tengah secara lengkap dapat digambarkan pada
Gambar 55.
59
45,00%
Pedagang
Pengepul
1,91%
Distributor
16,45%
Agen
14,69%
Keterangan:
Pedagang Grosir
= Pedagang Besar
0,99%
1,95%
ps
Kegiatan Usaha
Lainnya
.i
Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
.g
o
4,29%
= Pedagang Eceran
Supermarket/
Swalayan
13,20%
Rumah Tangga
/w
1,52%
w
w
.b
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
tp
:/
ht
60
8,82%
1,06%
0,70%
Distributor
Kegiatan Usaha
Lainnya
Agen
1,05%
0,12%
2,75%
8,02%
0,72%
15,91% 7,32%
9,52%
23,49%
75,38%
9,57%
18,49%
3,07%
Pedagang Grosir
22,71%
54,27%
23,77%
32,75%
55,92%
9,69%
Pedagang Eceran
25,05%
7,70%
51,00%
d
.i
Pedagang
Pengepul
Rumah Tangga
16,42%
2,75%
= Pedagang Besar
1,16%
9,28%
Sub Distributor
2,31%
Industri
Pengolahan
12,73%
Sub Agen
Keterangan:
13,14%
22,90%
.g
o
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
65,30%
49,00%
ps
.b
w
w
/w
:/
tp
produsen sampai dengan konsumen akhir adalah empat rantai, dengan melibatkan
ht
tiga pedagang perantara, yaitu distributor, sub distributor, dan pedagang eceran.
Akan tetapi, panjang rantai tersebut berpotensi menjadi tujuh rantai ketika melalui
jalur: distributor agen sub agen pedagang pengepul pedagang grosir
pedagang eceran konsumen akhir.
61
0,05%
3.16
.i
.g
o
dipasarkan ke Provinsi Jawa Barat dan Provinsi DKI Jakarta. Peta wilayah penjualan
produksi komoditas beras di Provinsi D.I. Yogyakarta secara lengkap dapat dilihat
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
62
ps
.g
o
.i
.b
w
w
Dari hasil survei diperoleh pola bahwa beras hasil produksi di Provinsi D.I.
/w
Yogyakarta separuh lebih dijual ke pedagang eceran (53,89%). Selain itu, hasil
:/
produksi tersebut juga diserap dalam jumlah yang cukup besar oleh pedagang grosir
ht
tp
Distributor
27,17%
Pedagang Grosir
Keterangan:
= Pedagang Besar
53,89%
2,00%
11,76%
Pedagang Eceran
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
Kegiatan Uasaha
Lainnya
Rumah Tangga
63
Dari hasil survei, pola distribusi perdagangan beras yang terbentuk memiliki
tingkat kompleksitas yang hampir sama dengan provinsi-provinsi sentra produksi
beras lainnya. Secara umum, jalur distribusi beras cukup bergantung pada pasokan
dari distributor. Namun, jaringan dagang pada rantai distribusi cenderung terpusat
pada agen dan pedagang grosir. Kedua fungsi usaha tersebut memiliki jaringan
distribusi cukup luas, hingga menjangkau secara langsung ke konsumen akhir. Di
ujung rantai distribusi, setelah mendapatkan stok yang cukup dari berbagai
pedagang besar, pedagang eceran menjual mayoritas stok berasnya ke rumah
tangga. Pola distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi D.I. Yogyakarta
secara lengkap disajikan pada Gambar 60.
.i
1,67%
4,98%
.g
o
1,99%
4,97%
Agen
29,58%
14,91%
.b
0,58%
11,15%
Distributor
Sub Agen
1,79%
4,69%
Keterangan:
/w
0,25%
w
w
Pedagang Grosir
= Pedagang Eceran
ht
= Konsumen Akhir
Pedagang
Pengepul
tp
= Pedagang Besar
:/
74,20%
Kegiatan Usaha
Lainnya
Supermarket/
Swalayan
ps
8,58%
12,92%
24,86%
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
19,00%
Industri
Pengolahan
40,00%
9,94%
Pedagang Eceran
41,00%
Rumah Tangga
30,29%
2,62
43,86%
50,91%
5,22%
64
64,49%
rantai tersebut berpotensi menjadi enam rantai ketika melalui jalur: produsen
distributor agen pedagang grosir pedagang pengepul pedagang eceran
konsumen akhir.
.g
o
3.17
.i
Kabupaten
perdagangan
Malang,
Kabupaten
komoditas
beras
ps
sampel
Jember,
meliputi
Kabupaten
Kabupaten
Banyuwangi,
Kediri,
Kabupaten
.b
w
w
/w
Kabupaten Lamongan, Kabupaten Sumenep, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang,
tp
:/
Secara umum, kondisi geologi tanah jawa yang terbentuk dari aktivitas
ht
vulkanik membuat pulau jawa menjadi daerah primadona hasil pertanian baik dalam
skala nasional maupun internasional, termasuk Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut
membuat kawasan ini kaya akan hasil pertaniannya utamanya padi. Hasil survei
mendukung fakta tersebut, dimana Provinsi Jawa Timur secara mandiri mampu
menjaga ketahanan stok beras tanpa terlalu bergantung pada provinsi lain. Dari sisi
produksinya, diketahui bahwa produsen di Provinsi Jawa Timur memperoleh hampir
seluruh gabah padi (97,77%) dari dalam wilayahnya sendiri. Beras hasil penggilingan
tersebut kemudian dijual 70,10 persen ke dalam provinsi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat lokal, 26,66 persen ke Provinsi Bali dan sedikit sisanya ke Provinsi Jawa
Tengah dan Provinsi Papua. Peta wilayah penjualan produksi komoditas beras di
Provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 61.
Distribusi Perdagangan Komoditas Beras Tahun 2016
65
d
.i
.g
o
ps
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
66
Selain itu, data survey juga menangkap adanya aktivitas impor beras dari
Thailand dan Vietnam yang masuk ke dalam provinsi ini meskipun dalam jumlah yang
sedikit. Dari sisi penjualan, mayoritas pasokan beras tersebut digunakan untuk
memenuhi kebutuhan beras di dalam Provinsi Jawa Timur sendiri. Sebagian lainnya
dipasarkan hingga lintas Pulau yaitu ke Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi
Kalimantan Timur. Peta wilayah distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi
Jawa Timur secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 62.
penggilingan padi yang berupa beras dijual melalui beberapa lembaga usaha
.g
o
.i
Pedagang
Pengepul
w
w
51,08%
.b
ps
penjualan produksi beras di Provinsi Jawa Timur secara lengkap disajikan pada
4,49%
/w
Distributor
ht
tp
:/
0,15%
13,21%
Agen
Pedagang Grosir
Keterangan:
= Pedagang Besar
0,54%
14,45%
6,28%
5,62%
4,18%
Supermarket/
Swalayan
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
Pedagang Eceran
Industri
Pengolahan
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
Rumah Tangga
67
Importir
21,60%
.i
9,83%
3,81%
Agen
10,70%
1,41%
5,35%
Supermarket/
Swalayan
ps
Distributor
.g
o
68,57%
3,48%
0,64%
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba 0,10%
4,96%
3,97%
20,79% 13,41%
Industri
Pengolahan
0,69%
63,24%
Sub Distributor
7,62%
Pedagang Grosir
w
w
0,22%
13,35%
19,99%
/w
21,90%
1,23%
96,60%
Pedagang
Pengepul
.b
5,71%
3,35%
5,71%
0,64%
27,57%
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
tp
= Pedagang Besar
Petani
Pedagang Eceran
42,45%
24,03%
Rumah Tangga
2,89%
12,47%
23,52%
81,68%
9,15%
11,58%
68
0,34%
6,68%
64,18%
:/
Sub Agen
ht
Keterangan:
Kegiatan Usaha
Lainnya
4,30%
0,43%
diperoleh untuk kategori pedagang eceran yaitu sebesar 5,10 persen. Dengan
.i
demikian, rata-rata perolehan margin pedagang beras di Provinsi Jawa Timur adalah
ps
.g
o
4,51 persen.
.b
w
w
/w
tp
:/
ht
Berdasarkan hasil survei, mayoritas gabah padi yang dibeli oleh produsen
beras di Provinsi Banten berasal dari dalam wilayahnya sendiri. Sementara 5,78
persen sisanya diperoleh dari Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya, beras hasil
produksi tersebut seluruhnya dijual ke dalam Provinsi Banten. Peta wilayah
penjualan produksi komoditas beras di Provinsi Banten secara lengkap dapat
dilihat pada Gambar 65.
69
beras yang diperdagangkan di wilayah Provinsi Banten berasal dari Provinsi Jawa
.i
Barat, yaitu sebesar 61,16 persen. Sementara sisanya dipasok dari beberapa
.g
o
ps
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
70
Pedagang
Pengepul
44,34%
Distributor
40,41%
Agen
Keterangan:
Pedagang Grosir
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
Kegiatan Usaha
Lainnya
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
w
w
.b
2,93%
.g
o
0,20%
Pedagang Eceran
= Pedagang Besar
ps
5,06%
.i
1,48%
Rumah Tangga
/w
1,17%
:/
tp
ht
Banten melibatkan distributor, agen, sub agen, pedagang grosir, dan pedagang
eceran. Distributor yang mendapat pasokan berasnya dari produsen kemudian
menjual kembali 50,89 persen dari volume pembeliannya ke pedagang eceran.
Sebagaimana dengan distributor yang menjual sebagian besar berasnya ke
pedagang eceran, agen dan sub agen juga menjual sebagian besar pasokan
beras tersebut ke pedagang eceran. Pedagang eceran kemudian menjual
sebagian besar berasnya langsung ke rumah tangga dan sebagian kecil lainnya
dijual ke sesama pedagang eceran. Pola distribusi perdagangan komoditas beras
di Provinsi Banten secara lengkap disajikan pada Gambar 68.
71
9,76%
8,82%
48,17%
0,52%
0,10%
Distributor
Kegiatan Usaha
Lainnya
70,13%
Agen
7,85%
3,74%
3,14%
20,00%
0,10%
27,62%
Pedagang Grosir
0,56%
79,68%
19,80%
2,43%
Sub Agen
Sub Distributor
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
Pedagang Eceran
45,33%
22,80%
38,99%
15,69%
50,00%
Rumah Tangga
Keterangan:
Pedagang
Pengepul
.i
0,37%
= Pedagang Eceran
93,04%
.g
o
= Pedagang Besar
30,86%
63,56%
6,94%
30,00%
ps
= Konsumen Akhir
.b
w
w
Lebih lanjut, pola utama distribusi perdagangan beras di Provinsi Jawa Timur
/w
:/
tp
ht
produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai, dengan melibatkan dua
pedagang perantara, yaitu distributor dan pedagang eceran. Akan tetapi, panjang
rantai tersebut berpotensi menjadi lima rantai ketika melalui jalur: produsen
distributor agen sub agen/pedagang grosir pedagang eceran konsumen akhir.
72
penjualan produksi komoditas beras di Provinsi Bali dapat dilihat pada gambar di
/w
w
w
.b
ps
.g
o
.i
bawah ini:
:/
tp
ht
pasokan beras tidak hanya datang dari dalam Provinsi Bali saja. Data survei
menginformasikan bahwa pasokan beras di Provinsi Bali juga berasal dari Provinsi
Jawa Tengah sebesar 6,38 persen dan Provinsi Jawa Timur sebesar 41,91 persen.
Seluruh pasokan beras tersebut kemudian dipasarkan kembali hanya ke dalam
Provinsi Bali. Peta distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi Bali secara
lengkap disajikan pada Gambar 70.
73
.i
.g
o
Dari hasil survei diperoleh informasi bahwa penjualan terbesar beras hasil
produksi di Provinsi Bali dijual melalui pedagang pengepul, yaitu sebesar 52,33
ps
persen. Sementara sisanya dijual melalui pedagang eceran dan dijual langsung ke
bawah ini:
Pedagang
Pengepul
w
w
52,33%
.b
rumah tangga. Pola penjualan produksi beras di Provinsi Bali tersaji pada gambar di
9,74%
Pedagang Eceran
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
Rumah Tangga
ht
tp
:/
/w
37,93%
Keterangan:
74
Distributor
2,28%
13,04%
54,24%
Agen
Pedagang Eceran
9,79%
11,01%
Pedagang Grosir
77,17%
.g
o
.i
34,75%
30,00%
32,89%
0,46%
Keterangan:
ps
Sub Agen
68,00%
.b
Sub Distributor
Pedagang
Pengepul
Industri
Pengolahan
Rumah Tangga
Supermarket/
Swalayan
32,00%
= Pedagang Eceran
67,11%
20,05%
40,00%
/w
= Konsumen Akhir
w
w
30,00%
= Pedagang Besar
:/
ht
tp
75
.i
.g
o
Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kota Bima, dan Kota
Mataram.
ps
.b
w
w
memperoleh padi dari dalam Provinsi NTB sendiri. Selanjutnya hasil produksi yang
berupa beras sebagian besar dipasarkan ke dalam wilayah sendiri (87,79%). Sisanya
/w
dijual ke Provinsi Bali. Peta wilayah penjualan produksi komoditas beras di Provinsi
ht
tp
:/
76
sendiri. Peta distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi NTB secara lengkap
disajikan pada gambar di bawah ini:
.i
.g
o
Dari hasil survei diperoleh informasi bahwa hasil produksi berupa beras di
ps
Provinsi NTB sebagian besar dijual ke pedagang eceran, yaitu sebesar 50,84 persen.
.b
w
w
konsumen akhir. Pola penjualan produksi beras di Provinsi NTB secara lengkap
/w
14,06%
ht
tp
:/
0,05%
Pedagang
Pengepul
Distributor
Keterangan:
= Pedagang Besar
50,84%
Pedagang Eceran
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
35,05%
Rumah Tangga
77
serta rumah tangga dengan penjualan terbesar ke pemerintah dan lembaga nirlaba
(40,00%). Sementara itu, penjualan terbesar untuk subditributor adalah ke pedagang
pengepul (65,00%). Sisanya dijual ke pedagang eceran dan rumah tangga. Sebagian
besar penjualan beras pedagang grosir tertuju kepada pedagang eceran (75,79%)
sedangkan lainnya ke distributor, kegiatan usaha lainnya, dan rumah tangga.
Pedagang eceran selanjutnya menjual beras tersebut ke rumah tangga sebesar 40,00
persen dan sisanya dijual ke sesama pedagang eceran dan kegiatan usaha lainnya
seperti rumah makan. Pola distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi NTB
secara lengkap disajikan pada gambar di bawah ini:
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
40,00%
Petani
16,81%
20,00%
3,36%
Distributor
Pedagang Grosir
75,79%
Pedagang Eceran
5,00%
20,00%
Rumah Tangga
10,00%
Kegiatan Usaha
Lainnya
4,04%
20,00%
.b
Sub Distributor
Keterangan:
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
w
w
= Pedagang Besar
25,00%
ps
20,00%
65,00%
40,00%
.g
o
Pedagang
Pengepul
.i
95,00% 20,00%
/w
tp
sebagai berikut:
:/
gambar diatas, rantai utama distribusi perdagangan beras Provinsi NTB adalah
ht
78
kategori pedagang eceran beras rata-rata memperoleh margin (rasio MPP) sebesar
12,50 persen. Dengan demikian rata-rata perolehan margin pedagang beras di
Provinsi NTB adalah sebesar 10,80 persen.
.i
.g
o
ps
berupa beras juga hanya dipasarkan ke dalam wilayah sendiri saja. Peta wilayah
penjualan produksi komoditas beras di Provinsi NTT secara lengkap dapat dilihat
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
79
d
.i
.g
o
.b
ps
w
w
/w
Provinsi NTT, diperoleh informasi bahwa produsen menjual sebagian besar hasil
:/
tp
dijual ke pedagang grosir dan rumah tangga. Pola penjualan produksi beras di
ht
Pedagang Grosir
Keterangan:
53,08%
Pedagang Eceran
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
40,45%
Rumah Tangga
= Konsumen Akhir
80
pemerintah dan lembaga nirlaba (91,00%). Sisanya di jual ke pedagang eceran dan
rumah tangga. Sementara itu, pedagang grosir yang mendapat pasokan beras dari
distributor, menjual sebagian besar berasnya ke pedagang eceran (71,84%). Selain
itu, pedagang grosir juga menjual beras ke pedagang pengepul, industri pengolahan
dan rumah tangga. Pedagang eceran menjual seluruh berasnya ke rumah tangga.
Pola distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi NTT secara lengkap disajikan
pada gambar di bawah ini:
91,00%
2,53%
17,69%
71,84%
Pedagang Grosir
Pedagang Eceran
Rumah Tangga
3,29%
.i
5,71%
2,65%
Keterangan:
= Pedagang Eceran
.g
o
5,29%
Pedagang
Pengepul
Industri
Pengolahan
= Konsumen Akhir
ps
= Pedagang Besar
100,00%
Distributor
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
.b
w
w
/w
sebagai berikut:
:/
tp
ht
81
seluruhnya hanya dijual di dalam Provinsi Kalimantan Barat. Peta wilayah penjualan
.i
produksi komoditas beras di Provinsi Kalimantan Barat secara lengkap dapat dilihat
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o
82
d
.i
.g
o
ps
.b
w
w
Dari hasil survei diperoleh informasi bahwa sebagian besar hasil produksi
perusahaan penggilingan padi yang berupa beras di Provinsi Kalimantan Barat dijual
/w
:/
produsen beras juga memasarkan hasil produksinya melalui pedagang pengepul dan
tp
pedagang eceran. Pola penjualan produksi beras di Provinsi Kalimantan Barat secara
ht
37,19%
Pedagang
Pengepul
Pedagang Eceran
Keterangan:
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
56,88%
Rumah Tangga
= Konsumen Akhir
Agen, sub
83
distributor, dan sub agen kemudian menjual pasokan berasnya ke pedagang eceran.
Sedangkan pedagang grosir, selain menjual beras ke pedagang eceran (77,02%)
juga menjual berasnya ke rumah tangga dan kegiatan usaha lainnya seperti rumah
makan. Dari pedagang eceran, beras tersebut dijual sebagian besar ke rumah tangga
(69,94%). Sisanya, dijual kembali ke sesama pedagang eceran dan kegiatan usaha
lainnya. Pola distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi Kalimantan Barat
secara lengkap disajikan pada gambar berikut:
100,00%
20,31%
Distributor
Agen
Pedagang Grosir
77,02%
22,80%
23,46%
Pedagang Eceran
69,94%
19,39%
Rumah Tangga
.i
21,22%
19,39%
Sub Agen
ps
Sub Distributor
.g
o
19,39%
Keterangan:
= Pedagang Eceran
6,60%
Kegiatan Usaha
Lainnya
0,18%
= Konsumen Akhir
w
w
.b
= Pedagang Besar
0,31%
/w
:/
tp
gambar diatas, rantai utama distribusi perdagangan beras Provinsi Kalimantan Barat
adalah sebagai berikut:
ht
84
kategori pedagang eceran beras rata-rata memperoleh margin (rasio MPP) sebesar
9,93 persen. Dengan demikian rata-rata perolehan margin pedagang beras di Provinsi
Kalimantan Barat adalah sebesar 7,90 persen.
.i
.g
o
ps
Provinsi Kalimantan Tengah sendiri (85,12%). Selain itu, juga berasal dari Provinsi
Kalimantan Selatan. Hasil produksi yang berupa beras pun sebagian besar dijual di
.b
w
w
ht
tp
:/
/w
Provinsi Kalimantan Tengah secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut ini:
85
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o
.i
86
23,97%
Pedagang
Pengepul
61,64%
Keterangan:
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
14,39%
Rumah Tangga
besar pasokan beras ke pedagang eceran. Sedangkan sub agen menjual seluruh
.i
.g
o
tersebut ke rumah tangga sebesar 85,05 persen. Sedangkan sisanya dijual ke sesama
pedagang eceran, kegiatan usaha lainnya dan rumah tangga. Pola distribusi
ps
.b
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
1,42%
w
w
/w
87,99%
Agen
Sub Agen
Pedagang Grosir
30,42%
6,08%
Pedagang Eceran
85,05%
0,04%
Rumah Tangga
100,00%
6,17%
4,41%
0,34%
tp
ht
Supermarket/
Swalayan
4,35%
:/
Distributor
2,98%
63,50%
99,62%
Pedagang
Pengepul
7,62%
Kegiatan Usaha
Lainnya
Keterangan:
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
87
besar beras rata-rata memperoleh margin (rasio MPP) sebesar 8,54 persen. Adapun
.g
o
.i
kategori pedagang eceran beras rata-rata memperoleh margin (rasio MPP) sebesar
9,12 persen. Dengan demikian rata-rata perolehan margin pedagang beras di Provinsi
.b
w
w
ps
/w
:/
tp
ht
88
d
.i
.g
o
ps
.b
sendiri. Beras tersebut kemudian sebagian besar dijual kembali ke dalam Provinsi
Kalimantan Selatan (90,86%). Sebagian kecil sisanya, yaitu sebesar 9,14 persen
w
w
ht
tp
:/
/w
Provinsi Kalimantan Selatan secara lengkap dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
89
Keterangan:
Pedagang Grosir
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
0,86%
.i
Pedagang Eceran
0,36%
ps
Rumah Tangga
.g
o
= Konsumen Akhir
Dari
sisi
.b
Pedagang
pengepul
dan
distributor
yang
w
w
/w
menjual beras sebesar 70,00 persen dan 47,90 persen ke pedagang eceran.
:/
Demikian juga dengan agen, sub agen dan grosir yang menjual sebagian besar
tp
ht
1,32%
80,00%
14,73%
Distributor
Industri
Pengolahan
10,00%
Agen
Sub Agen
3,29%
Pedagang Grosir
61,40%
10,84%
Pedagang Eceran
20,00%
38,60%
30,00%
87,90%
Rumah Tangga
47,90%
70,00%
10,00
19,87%
70,00%
Pedagang
Pengumpul
Petani
12,89%
1,26%
10,00%
Kegiatan Usaha
Lainnya
Keterangan:
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
90
.i
Selatan dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.
.g
o
ps
lima rantai ketika melalui jalur: produsen - distributor agen pedagang grosir -
.b
w
w
/w
besar beras rata-rata memperoleh margin (rasio MPP) sebesar 5,66 persen. Adapun
kategori pedagang eceran beras rata-rata memperoleh margin (rasio MPP) sebesar
:/
8,18 persen. Dengan demikian rata-rata perolehan margin pedagang beras di Provinsi
ht
tp
91
pun seluruhnya hanya dijual di dalam Provinsi Kalimantan Timur saja. Peta wilayah
penjualan produksi komoditas beras di Provinsi Kalimantan Timur secara lengkap
ps
.g
o
.i
.b
w
w
/w
Kalimantan
wilayah
komoditas
dan
tp
Selatan
Timur
distribusi
beras
Provinsi
sendiri.
ht
Sulawesi
:/
perdagangan
di
Provinsi
92
Distributor
26,74%
8,40%
Pedagang Eceran
ps
17,36%
.g
o
Pedagang Grosir
Keterangan:
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
Industri
Pengolahan
w
w
.b
8,91%
.i
Agen
Rumah Tangga
/w
8,63%
:/
tp
ht
informasi bahwa pola penjualan distributor didominasi oleh penjualan ke agen, yaitu
sebesar 40,96 persen. lainnya dijual ke pedagang grosir, pedagang pengepul,
supermarket/swalayan, pedagang eceran, industri pengolahan, dan rumah tangga.
Sementara agen dan pedagang grosir menjual kembali sebagian besar berasnya ke
pedagang eceran, masing masing 39,66 persen dan 56,94 persen. sedangkan sub
agen menjual sebagian besar berasnya ke pedagang pengepul (34,07%). Pedagang
eceran kemudian menjual seluruh pasokan beras tersebut ke rumah tangga sebesar.
Pola distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi Kalimantan Timur secara
lengkap disajikan pada gambar berikut:
93
2,78%
Industri
Pengolahan
7,64%
3,08%
Supermarket/
Swalayan
9,01%
3,53%
20,00%
40,95%
Distributor
Agen
Sub Agen
Pedagang Grosir
18,39%
18,02%
27,65%
56,94%
30,64%
Pedagang Eceran
100,00%
Rumah Tangga
14,17%
39,66%
4,60%
24,29%
19,53%
34,07%
Pedagang
Pengepul
9,01%
16,02%
Keterangan:
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
= Pedagang Besar
.g
o
.i
ps
gambar diatas, rantai utama distribusi perdagangan beras Provinsi Kalimantan Timur
.b
/w
w
w
:/
Timur dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah empat rantai.
tp
ht
agen dan pedagang eceran. Akan tetapi, rantai distribusi utama tersebut berpotensi
menjadi lima rantai ketika melalui jalur: produsen - distributor agen pedagang
grosir - pedagang eceran konsumen akhir.
94
pun seluruhnya hanya dijual di dalam Provinsi Kalimantan Utara saja. Peta wilayah
.i
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o
95
komoditas beras di Provinsi Kalimantan Utara secara lengkap dapat dilihat pada
.b
ps
.g
o
.i
/w
w
w
:/
tp
ht
tangga. Pola penjualan produksi beras di Provinsi Kalimantan Timur secara lengkap
disajikan pada gambar di bawah ini:
100,00%
Rumah Tangga
Keterangan:
= Konsumen Akhir
96
pasokan beras dari sesama distributor di Provinsi Jawa Timur kemudian menjual
70,00 persen dari total pembeliannya ke pedagang grosir. Pedagang grosir kemudian
menjual kembali 87,58 persen dari total beras yang dibeli ke pedagang eceran.
Selanjutnya pedagang eceran menjual kembali seluruh pasokan beras tersebut ke
rumah tangga. Pola distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi Kalimantan
Utara secara lengkap disajikan pada gambar di bawah ini:
Industri
Pengolahan
17,11%
5,59%
2,89%
0,04%
Supermarket/
Swalayan
34,21%
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
2,31%
23,09%
Pedagang Grosir
0,29%
.i
Agen
Pedagang Eceran
.g
o
Distributor
41,22%
38,96%
28,55%
ps
60,00%
Pedagang
Pengepul
89,69%
Rumah Tangga
40,00%9,96%
14,34%
2,89%
0,02%
Kegiatan Usaha
Lainnya
5,50%
w
w
.b
Petani
22,29%
61,04%
/w
:/
tp
gambar diatas, rantai utama distribusi perdagangan beras Provinsi Kalimantan Utara
ht
dari
produsen
sampai
dengan
konsumen
akhir
adalah
tiga
rantai.
97
.i
.g
o
ps
.b
Sulawesi
Utara
di
Provinsi
w
w
yang
memperoleh
/w
sendiri.
tp
Sulawesi
:/
ht
beras
di
Provinsi
98
Dari hasil survei terhadap pedagang beras di Provinsi Sulawesi Utara dapat
diketahui bahwa sebagian besar beras yang diperdagangkan di wilayah Sulawesi
Utara berasal dalam wilayah sendiri (85,36%). Sementara sisanya berasal dari
beberapa provinsi lain, seperti: Provinsi Jawa Timur, Provinsi Sulawesi Tengah,
Provinsi Sulawesi Selatan, dan Provinsi Gorontalo. Pasokan beras tersebut kemudian
hanya dijual ke dalam Provinsi Sulawesi Utara sendiri. Peta wilayah distribusi
perdagangan komoditas beras di Provinsi Sulawesi Utara secara lengkap dapat dilihat
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o
.i
99
87,50%
7,50%
5,00%
Pedagang
Pengepul
Keterangan:
= Pedagang Besar
Pedagang Grosir
= Konsumen Akhir
Rumah Tangga
.i
berasnya ke pedagang eceran (90,00%). Sub distributor dan pedagang grosir yang
.g
o
mendapat pasokan beras dari distributor pun menjual sebagian besar berasnya ke
pedagang eceran. Sedangkan pedagang pengepul menjual sebagian besar beras
ps
.b
pasokan beras yang dibelinya kepada rumah tangga dengan porsi yang sangat besar
w
w
/w
bawah ini:
:/
Supermarket/
Swalayan
0,15%
tp
ht
Distributor
Industri
Pengolahan
16,71%
0,05%
Sub Distributor
Pedagang Grosir
54,48%
Pedagang Eceran
90,00%
30,03%
99,95%
66,58%
Rumah Tangga
16,71%
10,00%
3,08%
83,93%
12,99%
Pedagang
Pengumpul
Petani
15,34%
Kegiatan Usaha
Lainnya
Keterangan:
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
100
dari
produsen
sampai
dengan
konsumen
akhir
adalah
tiga
rantai.
.g
o
.i
ps
.b
besar beras rata-rata memperoleh margin (rasio MPP) sebesar 8,65 persen. Adapun
w
w
kategori pedagang eceran beras rata-rata memperoleh margin (rasio MPP) sebesar
3,79 persen. Dengan demikian
:/
/w
tp
ht
101
beras di Provinsi Sulawesi Tengah secara lengkap dapat dilihat pada gambar di
/w
w
w
.b
ps
.g
o
.i
bawah ini:
tp
:/
ht
Dari sisi perdagangan, dapat diperoleh informasi bahwa seluruh beras yang
diperdagangkan di Provinsi Sulawesi Tengah berasal dari Provinsi Sulawesi Tengah
sendiri. Dari hasil survei juga dapat diketahui sebagian besar beras dari Provinsi
Sulawesi Tengah dijual ke Provinsi Sulawesi Utara (84,75%). Sementara itu, beras
yang dijual ke Provinsi Sulawesi Tengah sendiri hanya 15,23 persen. Sedangkan
sisanya dijual ke Provinsi Gorontalo. Peta wilayah distribusi perdagangan komoditas
beras di Provinsi Sulawesi Tengah secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut:
102
d
.i
.g
o
ps
.b
w
w
/w
tp
:/
ht
Dari hasil survei diperoleh hasil bahwa penggilingan padi yang dalam survei
ini bertindak sebagai produsen beras di Provinsi Sulawesi Tengah menjual sebagian
besar hasil produksi beras melalui distributor, yaitu sebesar 54,68 persen. Sisanya,
produsen beras menjual ke pedagang pengepul. Pola penjualan produksi beras di
Provinsi Sulawesi Tengah secara lengkap disajikan pada gambar di bawah ini:
45,32%
54,68%
Pedagang
Pengepul
Keterangan:
= Pedagang Besar
Distributor
103
0,87%
Pedagang Eceran
100,00%
Rumah Tangga
Distributor
.i
0,58%
.g
o
7,59%
Pedagang
Pengepul
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
.b
= Pedagang Besar
ps
Keterangan:
w
w
tp
:/
/w
gambar diatas, rantai utama distribusi perdagangan beras Provinsi Sulawesi Tengah
ht
104
kategori pedagang eceran beras rata-rata memperoleh margin (rasio MPP) sebesar
14,32 persen. Dengan demikian, rata-rata perolehan margin pedagang beras di
Provinsi Sulawesi Tengah adalah sebesar 10,72 persen.
3.29 Provinsi Sulawesi Selatan
Cakupan wilayah survei di Provinsi Sulawesi Selatan yang dialokasikan
sebagai sampel distribusi perdagangan komoditas beras meliputi Kabupaten
Jeneponto, Kabupaten Gowa, Kabupaten Maros, Kabupaten Bone, Kota Makassar,
dan Kota Palopo.
.i
.g
o
Provinsi Sulawesi Selatan memperoleh seluruh gabah padi untuk digiling menjadi
beras dari dalam Provinsi Sulawesi Selatan sendiri. Hasil produksi yang berupa beras
ps
pun seluruhnya hanya dijual di dalam Provinsi Sulawesi Selatan sendiri. Peta wilayah
.b
ht
tp
:/
/w
w
w
105
Dari sisi perdagangan, dapat diperoleh informasi bahwa seluruh beras yang
diperdagangkan di Provinsi Sulawesi Selatan berasal dari dalam Provinsi Sulawesi
Selatan sendiri. Dari hasil survei juga dapat diketahui bahwa 76,28 persen dari
seluruh pasokan beras tersebut hanya dijual di dalam wilayah sendiri saja.
Sedangkan sisanya dijual ke Provinsi lain seperti Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa
Timur, Provinsi NTT, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi
Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Gorontalo, Provinsi Maluku
dan Provinsi Papua. Peta wilayah distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi
w
w
.b
ps
.g
o
.i
Sulawesi Selatan secara lengkap dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
tp
:/
/w
ht
Pedagang
Pengepul
Keterangan:
= Pedagang Besar
4,17%
Pedagang Eceran
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
4,17%
Industri
Pengolahan
106
ke sesama pedagang eceran, industri pengolahan dan kegiatan usaha lainnya. Pola
.i
.b
ps
.g
o
Distributor
Pedagang
Pengepul
42,56%
/w
Agen
w
w
0,08%
Pedagang Grosir
Keterangan:
21,02%
1,17%
5,96%
1,64%
82,35%
Industri
Pengolahan
Pedagang Eceran
94,58%
7,66%
Rumah Tangga
18,11%
2,37%
2,47%
1,08%
10,44%
0,45%
Kegiatan Usaha
Lainnya
ht
= Pedagang Eceran
tp
Sub Distributor
= Pedagang Besar
1,31%
8,20%
:/
47,43%
7,63%
31,69%
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
0,99%
Supermarket/
Swalayan
0,25%
Petani
60,42%
51,21%
= Konsumen Akhir
107
dari
petani
sampai
dengan
konsumen
akhir
adalah
lima
rantai.
kategori pedagang eceran beras rata-rata memperoleh margin (rasio MPP) sebesar
.g
o
.i
.b
ps
w
w
tp
:/
/w
ht
Provinsi Sulawesi Tenggara memperoleh seluruh gabah padi untuk digiling menjadi
beras dari dalam Provinsi Sulawesi Tenggara sendiri. Sebagian besar hasil
produksinya dijual ke dalam Provinsi Sulawesi Tenggara sendiri (91,20%). Sementara
sisanya, dijual ke provinsi lain seperti Provinsi Sumatera Selatan dan juga Provinsi
Jawa Timur. Peta wilayah penjualan produksi komoditas beras di Provinsi Sulawesi
Tenggara secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut ini:
108
d
.i
.g
o
ps
.b
bahwa asal pasokan beras di Provinsi Sulawesi Tenggara sebagian besar berasal dari
Provinsi Sulawesi Tenggara sendiri, yaitu sebesar 77,48 persen. Peta distribusi
ht
tp
:/
/w
w
w
109
Selain dari wilayahnya sendiri, pedagang juga mendapat pasokan beras dari
Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Sulawesi Selatan. Beras tersebut kemudian
digunakan untuk memenuhi kebutuhan beras di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara
sendiri sebesar 96,55 persen. Sementara yang lainnya dijual ke Provinsi Sulawesi
Tengah.
pemerintah dan lembaga nirlaba dan rumah tangga. Pola penjualan produksi beras di
Pedagang
Pengepul
ps
19,54%
1,35%
.b
Pedagang Grosir
Pedagang Eceran
w
w
45,37%
/w
30,60%
Keterangan:
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
Rumah Tangga
tp
:/
3,14%
.g
o
.i
ht
110
komoditas beras di Provinsi Sulawesi Tenggara secara lengkap disajikan pada gambar
di bawah ini:
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
14,00%
22,06%
Industri
Pengolahan
6,96%
Distributor
27,94%
11,19%
80,00%
6,00%
88,81%
21,26%
Pedagang Grosir
64,02%
Pedagang Eceran
Rumah Tangga
49,13%
Petani
7,56%
Pedagang
Pengepul
Kegiatan Usaha
Lainnya
.i
1,08%
.g
o
Keterangan:
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
ps
= Pedagang Besar
.b
w
w
/w
tp
:/
ht
Sulawesi Selatan dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.
Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yakni distributor dan
pedagang eceran. Akan tetapi, rantai distribusi utama tersebut berpotensi menjadi
empat rantai ketika melalui jalur: petani - pedagang pengepul - pedagang grosir pedagang eceran konsumen akhir.
111
.i
.g
o
Provinsi Gorontalo memperoleh seluruh gabah padi untuk digiling menjadi beras dari
dalam Provinsi Gorontalo sendiri. Hasil produksi yang berupa beras pun seluruhnya
ps
hanya dijual di dalam Provinsi Gorontalo sendiri. Peta wilayah penjualan produksi
komoditas beras di Provinsi Gorontalo secara lengkap dapat dilihat pada gambar
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
berikut ini:
112
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o
.i
ht
113
54,12%
25,88%
Pedagang
Pengepul
Keterangan:
Pedagang Eceran
= Pedagang Besar
0,98%
19,02%
= Pedagang Eceran
Kegiatan Usaha
Lainnya
= Konsumen Akhir
Rumah Tangga
.i
.g
o
yang mendapatkan pasokan beras langsung dari produsen, menjual sebagian besar
berasnya ke supermarket/swalayan (50,00%). Sisanya dijual ke pedagang eceran,
ps
.b
Sementara itu, pedagang grosir yang mendapat pasokan beras dari pedagang
w
w
/w
didapatnya ke rumah tangga. Sisanya dijual ke sesama pedagang eceran dan juga
kegiatan usaha lainnya. Pola distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi
tp
:/
ht
50,00%
Supermarket/
Swalayan
Distributor
7,36%
Pedagang Grosir
67,61%
Pedagang
Pengepul
10,00%
2,53%
20,00%
Pedagang Eceran
80,00%
94,94%
13,18%
2,53%
11,85%
10,00%
Rumah Tangga
10,00%
Kegiatan Usaha
Lainnya
Keterangan:
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
114
berpotensi menjadi empat rantai ketika melalui jalur: pedagang pengepul - pedagang
.g
o
.i
ps
.b
besar beras rata-rata memperoleh margin (rasio MPP) sebesar 13,96 persen. Adapun
w
w
kategori pedagang eceran beras rata-rata memperoleh margin (rasio MPP) sebesar
4,85 persen. Dengan demikian rata-rata perolehan margin pedagang beras di
:/
/w
tp
ht
115
penjualan produksi komoditas beras di Provinsi Sulawesi Barat secara lengkap dapat
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o
.i
tp
ht
Distribusi
komoditas
beras
di
Provinsi
Sulawesi
Barat
116
d
.i
.g
o
ps
w
w
.b
/w
:/
Provinsi Sulawesi Barat menghasilkan informasi bahwa 36,12 persen dari total
tp
seluruh hasil produksi yang berupa beras dipasarkan melalui Agen. Sementara
ht
117
6,02%
Pedagang
Pengepul
36,12%
Agen
18,06%
Keterangan:
Pedagang Grosir
= Pedagang Besar
25,43%
= Pedagang Eceran
Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
1,14%
Industri
Pengolahan
9,67%
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
3,56%
.i
Rumah Tangga
.g
o
ps
.b
w
w
pedagang eceran (68,60%). Untuk beras yang berada di pedagang grosir, sebagian
dijual ke agen. Lainnya dijual ke sesama pedagang grosir, pedagang eceran dan
/w
rumah tangga. Untuk pedagang eceran, selain menjual sebagian besar berasnya
:/
langsung ke rumah tangga, juga menjual beras ke sesama pedagang eceran. Pola
tp
ht
Agen
48,43%
50,00%
27,05%
40,00%
Distributor
Pedagang Grosir
1,25%
Pedagang Eceran
72,95%
30,00%
Petani
Rumah Tangga
0,31%
31,40%
69,60%
Pedagang
Pengepul
Keterangan:
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
118
.i
.g
o
ps
.b
kategori pedagang eceran beras rata-rata memperoleh margin (rasio MPP) sebesar
w
w
/w
tp
:/
ht
119
.g
o
.i
ps
bahwa lebih dari separuh total beras yang diperdagangkan di wilayah Provinsi Maluku
berasal dari Provinsi Jawa Timur. Lainnya berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan dan
.b
Provinsi Maluku sendiri. Pasokan beras tersebut kemudian seluruhnya hanya dijual ke
w
w
dalam Provinsi Maluku untuk memenuhi kebutuhan beras di wilayahnya sendiri. Peta
wilayah distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi Maluku secara lengkap
ht
tp
:/
/w
120
2,22%
Pedagang
Pengepul
Keterangan:
= Pedagang Besar
.i
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
Rumah Tangga
ps
48,41%
Pedagang Eceran
.g
o
49,37%
.b
w
w
(55,00%).
/w
pedagang
Lainnya
dijual
ke
pedagang
grosir,
:/
tp
ht
kegiatan usaha lainnya dan langsung ke rumah tangga. Seperti halnya distributor,
pedagang grosir pun menjual sebagain besar berasnya ke pedagang eceran
(50,77%). Sementara itu, Pedagang eceran menjual kembali pasokan beras yang
dibelinya dari berbagai macam lembaga usaha tersebut ke rumah tangga sebesar
63,18 persen dan ke sesama pedagang eceran sebesar 36,82 persen. Pola distribusi
perdagangan komoditas beras di Provinsi Maluku secara lengkap disajikan pada
gambar berikut:
121
2,00%
3,00%
90,00%
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
Supermarket/
Swalayan
44,61%
36,62%
40,00%
Distributor
Pedagang Grosir
50,77%
63,18%
Pedagang Eceran
Rumah Tangga
8,00%
55,00%
4,61%
Agen
Kegiatan Usaha
Lainnya
2,00%
Keterangan:
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
.i
= Pedagang Besar
.g
o
ps
w
w
.b
sebagai berikut:
/w
:/
Selatan dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.
tp
ht
pedagang eceran. Akan tetapi, rantai distribusi utama tersebut berpotensi menjadi
empat rantai ketika melalui jalur: distributor - pedagang grosir - pedagang eceran
konsumen akhir.
122
dalam Provinsi Maluku Utara sendiri. Peta wilayah penjualan produksi komoditas
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o
.i
beras di Provinsi Maluku Utara secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut ini:
123
.b
ps
.g
o
.i
Provinsi Maluku Utara secara lengkap dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
w
w
/w
:/
Provinsi Maluku Utara menghasilkan informasi sebagian besar hasil produksi di jual
tp
ht
langsung ke rumah tangga. Pola penjualan produksi beras di Provinsi Maluku Utara
secara lengkap disajikan pada gambar di bawah ini:
68,64%
Pedagang
Pengepul
Keterangan:
4,48%
26,88%
Pedagang Eceran
= Pedagang Besar
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
Rumah Tangga
124
bawah ini:
Supermarket/
Swalayan
.i
20,00%
Distributor
40,00%%
0,40%
Agen
Sub Agen
Pedagang Grosir
ps
Sub Distributor
0,40%
.g
o
9,84%
w
w
Keterangan:
= Pedagang Besar
15,89%
100,00%
Rumah Tangga
Pedagang Eceran
69,37%
10,00%
70,00%
10,00%
20,00%
.b
50,00%
84,11%
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
/w
:/
tp
gambar diatas rantai utama distribusi perdagangan beras Provinsi Maluku Utara
ht
125
.i
.g
o
Kota Sorong.
ps
.b
Provinsi Papua Barat memperoleh seluruh gabah padi untuk digiling menjadi beras
w
w
dari dalam Provinsi Papua Barat sendiri. Hasil produksi yang berupa beras pun
seluruhnya hanya dijual ke dalam Provinsi Papua Barat sendiri. Peta wilayah
/w
penjualan produksi komoditas beras di Provinsi Papua Barat secara lengkap dapat
ht
tp
:/
perdagangan
komoditas
beras
di
Provinsi
Papua
Barat
126
besar berasal dari luar Provinsi Papua Barat yaitu Provinsi Jawa Timur (76,93%) dan
Provinsi Sulawesi Selatan (16,49%). Sisanya berasal dalam Provinsi Papua Barat
sendiri. Dari sisi penjualan, beras tersebut sepenuhnya dipasarkan ke dalam Provinsi
Papua Barat sendiri. Peta wilayah distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi
.g
o
.i
Papua Barat secara lengkap dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
ps
.b
w
w
/w
tp
ht
bawah ini:
:/
produksi beras di Provinsi Bapua Barat secara lengkap disajikan pada gambar di
50,00%
11,93%
Pedagang
Pengepul
Pedagang Eceran
Keterangan:
= Pedagang Besar
7,16%
13,07%
17,64%
Kegiatan Usaha
Lainnya
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
Pemerintah dan
Lembaga Nirlaba
Rumah Tangga
127
44,42%
Keterangan:
= Pedagang Eceran
Pedagang Eceran
100,00%
Rumah Tangga
9,82%
= Konsumen Akhir
.b
ps
= Pedagang Besar
Pedagang Grosir
.i
Distributor
Supermarket/
Swalayan
.g
o
45,95%
w
w
/w
gambar diatas rantai utama distribusi perdagangan beras Provinsi Papua Barat adalah
:/
sebagai berikut:
ht
tp
128
.i
.g
o
Provinsi Papua memperoleh seluruh gabah padi dari dalam Provinsi Papua sendiri.
Seluruh hasil produksinya pun hanya dijual di dalam Provinsi Papua sendiri. Peta
ps
wilayah penjualan produksi komoditas beras di Provinsi Papua secara lengkap dapat
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
129
dijual ke dalam Provinsi Papua saja untuk memenuhi kebutuhan akan beras di
wilayah tersebut. Peta wilayah distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi
.i
.g
o
ps
.b
w
w
Provinsi Papua menunjukkan bahwa separuh hasil produksi penggilingan padi dijual
langsung ke rumah tangga. Separuh lainnya dijual ke pedagang pengepul, pedagang
/w
eceran dan dan kegiatan usaha lainnya. Pola penjualan produksi beras di Provinsi
:/
ht
tp
33,19%
8,41%
Pedagang
Pengepul
Pedagang Eceran
Keterangan:
= Pedagang Besar
8,40%
50.00%
Kegiatan Usaha
Lainnya
= Pedagang Eceran
= Konsumen Akhir
Rumah Tangga
130
pengolahan, kegiatan usaha lainnya dan rumah tangga. Agen, yang mendapatkan
pasokan beras dari distributor, juga menjual sebagian besar berasnya ke pedagang
grosir (50,00%). Lainnya dijual ke supermarket/swalayan dan pedagang eceran.
Sedangkan pedagang grosir menjual sebagian besar berasnya ke pedagang eceran.
Sementara itu, pedagang eceran menjual seluruh berasnya langsung ke rumah
tangga. Pola distribusi perdagangan komoditas beras di Provinsi Papua secara
lengkap disajikan pada gambar di bawah ini:
0,27%
Supermarket/
Swalayan
4,08%
20,00%
Industri
Pengolahan
2,98%
Agen
50,00%
Pedagang Grosir
39,94%
ps
44,56%
25,84%
100,00%
Pedagang Eceran
.g
o
Distributor
.i
4,76%
30,00%
41,36%
26,47%
0,82%
Keterangan:
.b
= Pedagang Eceran
8,91%
Kegiatan Usaha
Lainnya
= Konsumen Akhir
w
w
= Pedagang Besar
Rumah Tangga
/w
ht
tp
sebagai berikut:
:/
gambar diatas, rantai utama distribusi perdagangan beras Provinsi Papua adalah
131
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o
.i
132
BAB IV
KESIMPULAN
Provinsi Sulawesi Selatan, dan Provinsi Maluku Utara. Secara keseluruhan, jalur
.i
.g
o
ps
dan Vietnam.
.b
Ditinjau dari sisi produksi, hampir semua provinsi yang menjadi sampel
produsen beras memperoleh bahan baku berupa gabah padi kering yang siap giling
w
w
dari dalam provinsi masing-masing. Beras sebagai hasil produksi dari perusahaan
penggilingan padi dijual sebagian besar ke beberapa fungsi usaha yang termasuk
/w
:/
maupun ke pedagang eceran. Meskipun ada juga sebagian produsen yang langsung
tp
margin
perdagangan
dan
pengangkutan
(MPP)
ht
Perolehan
perdagangan besar dan perdagangan eceran komoditas beras di Indonesia masingmasing adalah 9,84 persen dan 11,35 persen. Provinsi Maluku Utara merupakan
provinsi dengan rasio MPP tertinggi yaitu sebesar 19,95 persen untuk perdagangan
besar dan Provinsi Riau merupakan provinsi dengan rasio MPP tertinggi yaitu sebesar
28,29 persen untuk perdagangan eceran. Sedangkan Provinsi Bali merupakan
provinsi dengan perolehan MPP perdagangan besar terendah dan Provinsi Kalimantan
Utara merupakan provinsi dengan perolehan MPP perdagangan eceran terendah,
masing-masing sebesar 2,38 persen dan 2,24 persen.
133
d
.i
.g
o
ps
.b
w
w
/w
:/
tp
ht
134
DAFTAR PUSTAKA
Ariwibowo, Agus. (2013). Analisis Rantai Distribusi Komoditas Padi dan Beras di
.i
.g
o
ps
.b
Hessie, Rethna. (2009). Analisis Produksi dan Konsumsi Beras dalam Negeri serta
w
w
/w
www.bps.go.id
:/
tp
ht
135
d
.i
.g
o
ps
.b
w
w
/w
:/
tp
ht
136
d
.i
.g
o
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
LAMPIRAN
137
d
.i
.g
o
ps
.b
w
w
/w
:/
tp
ht
138
VPDP-16
PEDAGANG
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PUSAT STATISTIK
Kode KBLI
(2)
: ..
2. Kabupaten/Kota*)
: ..
3. Kecamatan
: ..
4. Kelurahan/Desa*)
: ..
: ..
: ..
7. Alamat Perusahaan/Usaha
: ..
.b
ps
.g
o
.i
1. Provinsi
w
w
Kode pos :
/w
Nomor Telepon
Website: ..
tp
Tujuan Survei
: (...) .........
:/
E-mail: .
*) coret yang tidak sesuai
Nomor Fax.
ht
Dasar Hukum
Kerahasiaan
Kewajiban
139
(2)
VPDP-16
.
2. Komoditas yang diteliti:
ST
Beras Premium
Gula Pasir
Beras Medium
Minyak Goreng
Pedagang Pengepul
Eksportir
6
7
Agen
Sub agen
3
4
Importir
Pedagang eceran
8
9
Pedagang grosir
No.
(1)
.i
.g
o
Distributor
Sub distributor
Persentase dari
luar Provinsi *)
Persentase
(3)
(2)
(4)
a.
b.
Importir
b.
%
b.
c.
Produsen
c.
%
c.
d.
Distributor
d.
%
d.
e.
Sub distributor
e.
%
e.
f.
Agen
f.
%
f.
g.
Sub agen
g.
%
g.
h.
Pedagang grosir
h.
%
h.
i.
Pedagang pengepul
i.
%
i.
j.
Pedagang eceran
j.
%
j.
k.
Petani/Peternak
k.
%
k.
ps
a.
:/
/w
w
w
.b
a.
tp
1 0 0 %
Jumlah
ht
*) Persentase dari volume pembelian di kolom (3) yang berasal dari luar provinsi
Kabupaten/Kota/Negara
Kode**)
Persentase
(2)
(3)
(4)
(1)
a.
....
b.
....
c.
....
d.
....
e.
....
f.
....
g.
....
h.
....
i.
....
j.
....
k.
0 %
140
(1)
(2)
Persentase ke luar
Provinsi***)
Persentase
(3)
(4)
a.
b. Eksportir
b.
b.
c. Distributor
c.
c.
d. Sub distributor
d.
%
d.
e. Agen
e.
e.
Sub agen
f.
f.
g. Pedagang grosir
g.
%
g.
h. Pedagang pengepul
h.
%
h.
f.
Department Store
i.
%
i.
j.
Supermarket/swalayan
j.
%
j.
.g
o
.i
i.
k. Pedagang eceran
k.
%
Industri pengolahan
l.
%
l.
.b
ps
l.
k.
o. Rumah tangga
o.
%
w
w
Jumlah
o.
1 0 0 %
***) Persentase dari volume penjualan di kolom (3) yang dijual ke luar provinsi
/w
(1)
Kabupaten/Kota/Negara
:/
No.
Kode **)
Persentase
(3)
(4)
(2)
....
b.
....
c.
....
d.
....
e.
....
f.
....
g.
....
h.
....
i.
....
j.
....
k.
ht
tp
a.
Jumlah
0 %
141
1. a.
b.
(2)
Apakah ada kendala dalam pengadaan barang dagangan selama tahun 2015?
Ya
1
Tidak
2
ke rincian 2
Jika "Ya", jenis kendala:
Kelangkaan barang
1
Modal
16
Fluktuasi Harga
2
Lainnya
32
Transportasi
4
(tuliskan ....)
Sarana dan prasarana
8
c.
Kendala utama
2. a.
Apakah ada kendala dalam pemasaran barang dagangan selama tahun 2015?
Ya
1
Tidak
2
b.
Persaingan pasar
Rantai distribusi
Transportasi
Sarana dan prasarana
c.
ke Blok V
Bencana alam
Lainnya
(tuliskan ....)
16
32
Kendala utama
Nilai (Rp)
kolom (2) x kolom (4)
(2)
(3)
(4)
..
..
..
...
b. Pembelian
..
..
..
...
..
..
..
e. Penjualan
..
..
..
w
w
..
d. Hilang/rusak
.b
c. Dikonsumsi sendiri
termasuk yang diberikan
ke pihak lain
(5)
ps
(1)
Harga Satuan
(Rp)
Satuan
.i
Volume
.g
o
Uraian
..
..
...
..
...
Apakah ada biaya transportasi dalam pembelian dan/atau penjualan barang dagangan
selama tahun 2015?
:/
3. a.
/w
2. Berapa persen nilai penjualan komoditas yang diteliti (Blok V Rincian 1e) terhadap seluruh
penjualan usaha perdagangan selama tahun 2015?
tp
Ya
ht
b.
Tidak
Rp. ________________________
Nama
2.
Jabatan
3.
Telepon
4.
Tanggal pengisian
5.
Tanda tangan
PENCACAH
PEMERIKSA
(2)
(3)
1. Nama
......
........
2. Tanggal
.... s.d. .
.... s.d. .
3. Tanda tangan
......
........
142
2. Kabupaten/Kota*)
: .....
3. Kecamatan
: .....
4. Kelurahan/Desa*)
: .....
: .....
ps
.g
o
.i
: .....
(1)
1. Provinsi
.b
7. Alamat Perusahaan/Usaha
w
w
Kode pos :
/w
Nomor Telepon
Website: ..
tp
Tujuan Survei
: (...) .........
:/
E-mail: .
*) coret yang tidak sesuai
Nomor Fax.
ht
Dasar Hukum
Kerahasiaan
Kewajiban
143
1.
(2)
Gula Pasir
Beras Medium
Minyak Goreng
Pertanyaan pada Blok III sampai dengan Blok VI berkaitan dengan jenis komoditas yang diteliti pada Blok II Rincian 1 di atas
(1)
Persentase
(3)
(4)
a. Impor langsung
a.
%
a.
b.
c. Produsen lain
c.
%
c.
.g
o
.i
b. Importir
b.
%
d. Distributor
d.
%
d.
e. Agen
e.
%
ps
e.
g. Pedagang pengepul
g.
%
g.
h. Produksi sendiri
h.
%
h.
w
w
.b
f. Pedagang grosir
f.
%
f.
j. Petani/Peternak
j.
%
j.
/w
i. Pedagang eceran
i.
%
i.
1 0 0 %
:/
Jumlah
*) Persentase dari volume pengadaan di kolom (3) yang berasal dari luar provinsi
No
(1)
tp
Kode **)
Persentase
(2)
(3)
(4)
ht
2.
a.
....
b.
....
c.
....
d.
....
e.
....
f.
....
g.
....
k.
0 %
144
(1)
Persentase
(2)
Persentase ke luar
Provinsi ***)
(3)
(4)
a. Ekspor langsung
a.
%
a.
b. Eksportir
b.
%
b.
c. Distributor
c.
%
c.
d. Agen
d.
%
d.
e. Pedagang grosir
e.
%
e.
f.
Pedagang pengepul
f.
%
f.
g. Department Store
g.
%
g.
%
%
i.
Pedagang eceran
i.
%
i.
j.
Industri pengolahan
j.
%
j.
ps
.b
l.
.g
o
.i
h. Supermarket/swalayan
h.
%
h.
w
w
m. Rumah tangga
m.
%
Jumlah
m.
1 0 0 %
***) Persentase dari volume penjualan di kolom (3) yang dijual ke luar provinsi
/w
2.
(1)
Kabupaten/Kota/Negara
Kode **)
Persentase
(2)
(3)
(4)
:/
No
....
b.
....
d.
....
....
e.
....
f.
....
g.
....
h.
....
i.
....
j.
....
k.
ht
c.
tp
a.
%
%
%
%
%
%
%
0 %
145
1.
a.
Ya
b. Jika "Ya", jenis kendala:
Kesulitan modal
Tenaga kerja trampil
Birokrasi administrasi
Bahan baku/bibit
(2)
ke Rincian 2
Tidak
1
2
4
8
Bencana alam
Transportasi
Lainnya
(tuliskan ....)
c.
a.
Apakah ada kendala dalam penjualan barang produksi selama tahun 2015?
Ya
1
Tidak
2
1
2
4
8
ke Blok VI
Bencana alam
Lainnya
(tuliskan ....)
16
32
.i
Volume
Satuan
Harga Satuan
(Rp)
(1)
(2)
(3)
(4)
..
...
b. Produksi
..
...
e. Penjualan
w
w
d. Hilang/rusak
.b
termasuk yang
diberikan ke pihak lain
(5)
ps
c. Dikonsumsi sendiri
Nilai (Rp)
kolom (2) x kolom (4)
.g
o
1.
16
32
64
..
...
..
...
ht
tp
:/
/w
Nama
2.
Jabatan
3.
Telepon
4.
Tanggal pengisian
5.
Tanda tangan
PENCACAH
PEMERIKSA
(2)
(3)
1. Nama
......
........
2. Tanggal
........ s.d. ..
...... s.d. ..
3. Tanda tangan
......
........
146
ht
tp
:/
/w
w
w
.b
ps
.g
o
.i
147
:/
tp
ht
w
.b
ps
/w
id
o.
.g