PENGANTAR
Sektor minyak adalah salah satu energi vital yang dimiliki oleh Indonesia
karena selain untuk memenuhi kebutuhan energi nasional, sektor ini turut menunjang
sebagian besar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Berdasarkan hal
tersebut, sektor minyak ini termasuk dalam salah satu sektor sumber daya yang
menghidupi hajat hidup orang banyak, sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 33
ayat (2) dan (3) UUD NRI 1945, bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan
kekayaan alam yang meliputi bumi, air dan yang terkandung didalamnya
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakumuran rakyat Indonesia.
Jika dilihat dari sejarah pengelolaan sektor minyak di Indonesia, maka tidak
dapat terlepas dari kontribusi negara ini dalam Organization of the Petroleum
Exporting Countries (selanjutnya disebut OPEC), dimana Indonesia pernah mencapai
titik tertinggi produksi yang terjadi pada tahun 1975 sampai pada tahun 1976 dan
tahun 1995 sampai tahun 1996 dengan produksi harian kurang lebih sebesar 1.6 juta
barel minyak per harinya.1 Tetapi, setelah banyaknya titik-titik yang mengalami
penurunan produksi, dan berakibat pada tidak dapat lagi terpenuhinya kebutuhan
nasional akan minyak, maka Indonesia mulai menjadi negara pengimpor minyak pada
tahun 2003. Kondisi yang demikian, diikuti oleh peristiwa bahwa Indonesia
menyatakan keluar dari keanggotaan OPEC pada tahun 2008. Kemudian, pada Juni
2015, Indonesia baru saja mengajukan lagi untuk menjadi anggota aktif di OPEC
1
ESDM, Laju Eksplorasi Cadangan Minyak Indonesia Sangat Tinggi (Online: http://www.
esdm.go.id/berita/migas/40-migas/5529-laju-eksploitasi-cadangan-minyak-indonesia-sangat-tinggi.
html, diakses pada 11 Desember 2016).
padahal sektor pengelolaan minyak nasional sendiri belum stabil. Dan pada akhirnya,
Pemerintah
Indonesia kembali
memutuskan
untuk membekukan
sementara
keanggotaannya dari OPEC di saat pertemuan OPEC yang ke171 di Wina pada 30
November 2016. Dengan pembekuan anggota ini, berarti sudah tercatat bahwa
Indonesia sudah 2 kali membekukan keanggotaan di OPEC
ANALISIS
1. Pembentukan dan Perkembangan OPEC
OPEC adalah organisasi internasional yang dipelopori oleh 5 (lima) negara
pengekspor minyak dunia diantaranya Irak, Iran, Arab Saudi, Kuwait dan Venezuela.
Secara resmi organisasi ini dibentuk pada September 1960 melalui kesepakatan
kelima negara tersebut dalam Konferensi Baghdad. Namun seiring dengan
pengembangan organisasi OPEC, beberapa negara pengekspor lainnya ikut
menggabungkan diri ke dalamnya, seperti Qatar (1961), Libya (1962), Indonesia
(1962), Uni Emirat Arab (1967), Algeria (1969) dan Nigeria (1971). 2 Ekuador (1973)
dan Gabon (1975) juga ikut tergabung, namun masing-masing kemudian keluar dari
keanggotaan OPEC berturut-turut pada tahun 1992 dan 1994.3
Berdasarkan statuta OPEC, tujuan terbentuknya OPEC adalah untuk
mengkoordinasikan dan menyatukan kebijakan negara-negara anggotanya dan
mengontrol stabilitas pasar minyak, dengan mengarah pada terjaganya pasokan
minyak ke konsumen secara efisien, ekonomis dan regular, dan investasi industri
pengolahan minyak yang stabil. Sehingga, secara umum fungsi utama dari OPEC ada
2, yaitu:4 (1) mengkoordinasi dan menyatukan kebijakan perminyakan; dan (2)
mengatur kuota produksi minyak.
Struktur keanggotaan OPEC digolongkan ke dalam 2 jenis keanggotaan yaitu
Full Members dan Associate Members. Full Members terdiri dari negara anggota
2
pelopor dan negara yang telah diterima status keanggotaannya berdasarkan konferensi
OPEC. Sedangkan Associate Members adalah negara yang tidak termasuk ke dalam
Full Members, namun pada kondisi tertentu dapat mengikuti konferensi bersama
negara Full Members.
Berdasarkan kesepakatan Konferensi Baghdad, untuk bergabung ke dalam
OPEC, terdapat 2 syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah negara, yaitu: 5 memiliki
kemampuan yang besar untuk ekspor minyak mentah dan mendapatkan kesepakatan
dari Full Members. Walaupun OPEC sebagai organisasi antar pemerintahan
internasional, namun OPEC tetap menekankan kedaulatan negara dalam melakukan
prosedur resolusi. Resolusi menjadi bentuk penyelesaian permasalahan yang terjadi
dalam OPEC. Resolusi dalam hal ini terbentuk dari kesepakatan bulat dari peserta
konferensi yang sifatnya tidak mengikat dan menggunakan prinsip sukarela.
Adapun struktur organisasional OPEC terdiri dari: (1) OPEC conference, yang
rutin dilakukan setiap tahun:6 (2) Board of Governor, merupakan dewan yang
menerapkan pelaksanaan konferensi yang bersidang paling tidak 2 kali setahun; (3)
Ministerial Monitoring Sub-Committee; (4) Secretary General; (5) Economic
Commission Board dan departemen-departemen khusus lainnya. Sedangkan konsep
pendanaan di OPEC sendiri dilakukan dengan setiap negara anggota memberikan
kontribusi yang telah dianggarkan dalam konferensi tahunan dengan berpedoman
pada prinsip equal basis.
Di dalam operasionalisasinya fungsi OPEC telah berkembang, yaitu di
samping sebagai media komunikasi antar negara-negara anggota OPEC, juga dengan
negara-negara produsen non-OPEC dan dengan negara-negara konsumen, yang
kemudian melahirkan International Energy Forum (selanjutnya disebut sebagai IEF).
IEF merupakan wadah komunikasi semua negara di bidang energi dan bermarkas di
Ryad. Keamanan pasokan energi (Energy Security) dan keamanan permintaan
(demand security), stabilitas harga, dan ketertataan permintaan dan pasokan minyak
dunia merupakan salah satu tema sentral IEF. Perjuangan OPEC ini juga
membuahkan kesadaran bagi dunia akan nilai tak terbarukan energi fosil sehingga
5
6
telah menghasilkan upaya efisiensi. Krisis-krisis yang terjadi juga sekaligus telah
mendorong tumbuhnya produsen non-OPEC.7
Peran OPEC yang sangat krusial dalam stabilisasi harga pasar minyak
internasional, membuatnya peka terhadap kebijakan perdagangan internasional
misalnya terkait kebijakan dari WTO dalam isu subsidi, countervailing measures,
anti-dumping, integrasi regional dan hambatan perdagangan. Demikian pula dengan
penyesuaian kebijakan pembangunan dunia berkelanjutan, di mana OPEC turut
menghilangkan subsidi energi.
2. Status Keanggotaan Indonesia di OPEC (1962-2016)
Indonesia memasuki OPEC pada tahun 1962 karena melihat perjuangan
OPEC merupakan suatu perjuangan negara ketiga, yang merupakan kumpulan negara
berkembang
berjuang
melawan
kesewenangan
negara-negara
industri
atau
Namun, pada tahun 2008, Indonesia mengajukan diri untuk keluar dari OPEC
dikarenakan posisinya bukan lagi sebagai negara pengekspor minyak tetapi negara
pengimpor minyak. Karena produksi minyak Indonesia kian hari kian surut. Bahkan
jatuh di bawah 1 juta barrel per hari dari tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 1,6
juta barrel per hari. Selama Indonesia masih berstatuskan sebagai anggota OPEC,
Indonesia berkewajiban membayar iuran sebesar USD2 juta per tahun ditambah pada
2008 tengah terjadi ancaman krisis ekonomi, yang bermuara di Amerika Serikat.
Tetapi pengunduran diri Indonesia dari keanggotaan bukan karena iuran tersebut,
namun karena status Indonesia sebagai negara importir maka kepentingan Indonesia
dinilai sudah berbeda dengan OPEC yang merupakan organisasi negara-negara kaya
minyak.10
Berdasarkan kondisi demikian, maka Indonesia secara resmi mengumumkan
keluar dari keanggotaan penuh organisasi tersebut dalam sidang OPEC ke-149 di
Wina, Austria, Selasa 9 September 2008. Kejadian ini sangat disesalkan para anggota
OPEC lainnya karena Indonesia sudah lebih 40 tahun sebagai salah satu penggerak
organisasi tersebut. Di mata mereka, Indonesia tetap sebagai pemain penting dalam
industri petroleum internasional, karena masih sebagai eksportir gas besar dan masih
memiliki potensi cadangan minyak dan gas yang substansial, dimana sewaktu-waktu
dapat membawa kembali Indonesia sebagai eksportir. Sehingga, hasil Konferensi
OPEC tersebut, menyepakati diberlakukannya status suspensi keanggotaan kepada
Indonesia. Pertimbangannya, OPEC memahami status Indonesia bukan lagi sebagai
ekspotir, melainkan sebagai net oil importer, sehingga OPEC mengharapkan agar
Indonesia dapat menjadi anggota penuh kembali bila situasi memungkinkan.
Pada pertengahan tahun 2015, Menteri ESDM, Sudirman Said dalam
Konferensi OPEC yang diselenggarakan di Vienna, Austria, menyampaikan niatannya
untuk membuat Indonesia kembali aktif dalam keanggotaannya di OPEC sebagai
observer11 bukan net exporter. Anggota utama (Full Members) OPEC menyambut
10
Danang Sugianto, Meizar Ungkap Alasan Indonesia Keluar dari OPEC (Online: http://
economy.okezone.com/read/2015/05/07/19/1146250/meizar-ungkap-alasan-indonesia-keluar-dariopec, diakses pada 11 Desember 2016).
11
Observer hanya ada bila Sidang OPEC memutuskan untuk mengundang satu negara bukan
anggota untuk menghadiri sidang. Observer tidak memiliki hak ataupun kewajiban. Jadi jelas Statuta
OPEC tidak mengatur tentang penurunan status keanggotaan bagi anggota penuh. Bila Indonesia ingin
baik dan menyatakan dukungan penuh terhadap keinginan Indonesia atas niatan
tersebut mengingat Indonesia adalah salah satu negara yang berperan dalam pendirian
dan pengembangan OPEC.
Bergabungnya kembali Indonesia, didasarkan pada pertimbangan bahwa
seiring berjalannya waktu, di tahun 2015 Indonesia sudah menghapus subsidi BBM.
Padahal, di tahun 2014 Indonesia hanya berhasil memproduksi 794.000 barrel per
hari. Ini jauh di bawah target produksi minyak Pemerintah pada 818.000 barrel per
hari yang ditetapkan di APBN 2014. Kondisi prakiraan kenaikan jumlah produksi
minyak di tahun 2015 yang mencapai 825.000 barrel per hari turut menjadi alasan
mengapa Indonesia merasa memiliki cukup kepercayaan diri untuk bergabung
kembali dengan OPEC setelah 7 tahun non-aktif dari organisasi ini. Selain itu
ditambah dengan murahnya harga minyak dunia maka dianggap Pemerintah
Indonesia sebagai momentum yang tepat bagi Indonesia untuk bergabung kembali
dengan OPEC karena dapat memperkuat hubungannya dengan suplier-suplier minyak
global.
Pemerintah Indonesia beranggapan bahwa secara garis besar maka ada 3 (tiga)
dampak positif yang akan didapatkan Indonesia ketika bergabung kembali dengan
statusnua sebagai observer di OPEC, yaitu:12 (1) penguatan diplomasi energi sehingga
mampu mempermudah proses import Indonesia ke negara-negara lain; (2) penguatan
diplomasi ekonomi, sebagaimana diketahui bahwa negara OPEC adalah negaranegara yang mempunyai simpanan triliunan dolar sehingga dapat dimanfaatkan untuk
investasi ke Indonesia; dan (3) penguatan diplomasi politik Indonesia melalui
kemitraan interasional.
menjadi Associate Member, harus menyatakan keluar dulu dari anggota OPEC (sudah dilakukan pada
tahun 2008) dan kemudian mengajukan permohonan untuk jadi Associate Member.
12
Stephanie Rebecca, Masuknya Kembali Indonesia dalam OPEC (Online: http://centuryreal
time.com/ berita- analisis/ ekonomi- dan- bisnis/ 22-news/ vibeconominbusiness/ 9303 Dampak%
20Masuknya%20Kembali%20Indonesia%20Dalam%20OPEC, diakse pada 11 Desember 2016).
Masalah penurunan jumlah produksi minyak di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain oleh lemahnya manajemen Pemerintah, birokrasi berlebihan, kerangka peraturan yang tidak
jelas, korupsi dan ketidakjelasan hukum. Selain itu juga dikombinasikan dengan kenaikan tajam
permintaan minyak (terutama disebabkan oleh subsidi bahan bakar yang sangat besar dari Pemerintah
dan baru dihapus di Januari 2015. Semua faktor ini berkontribusi pada menurunnya investasi dan
eksplorasi di industri minyak dan menyebabkan menurunnya produksi akibat semakin tuanya sumursumur minyak. Lihat lebih lengkap dalam Anonymous, Sektor Minyak Indonesia Terget Produksi 2016
Bergabung Kembali di OPEC (Online: http://www.indonesia-investments.com/id/ berita/berita-hariini/sektor-minyak-indonesia-target-produksi-2016-bergabung-kembali-di-opec/it em5652, diakses pada
11 Desember 2016).
RAPBN 2017 telah disepakati untuk produksi minyak turun 5.000 barrel per hari
dibandingkan pada tahun 2016. Tetapi Pemerintah menolaknya, sehingga Indonesia
kembali menon-aktifkan keanggotaan dalam OPEC.14
Hal tersebut merupakan pilihan yang terbaik untuk Indonesia saat ini, karena
Indonesia dapat lebih berkonsentrasi dalam membenahi pengelolaan minyak di tanah
air. Keputusan itu pun tidak akan terlalu berpengaruh terhadap industri minyak dalam
negeri. Kemungkinan akan membuat negaranegara OPEC menerapkan pemotongan
produksi yang ke depannya dapat mendongkrak harga minyak dan berkurangnya
akses langsung dan kerjasama Indonesia dengan negaranegara anggota OPEC,
terutama dalam pengadaan atau impor minyak mentah dan BBM. Sehingga strategi
yang perlu dilakukan Indonesia adalah memelihara persahabatan dengan negaranegara OPEC, yang sudah sangat baik secara bilateral maupun multilateral. Indonesia
juga dapat menawarkan peran negara kita untuk membantu upaya OPEC dalam
stabilisasi pasar minyak dunia, antara lain sebagai jembatan antara produsen dan
konsumen, khususnya negara-negara berkembang.
3. Tinjauan Aspek-Aspek Pasca Suspensi Keanggotaan Indonesia dalam OPEC
Terdapat beberapa aspek yang perlu disoroti karena akan mengalami
perubahan situasi dan kondisi setelah Indonesia menon-aktifkan keanggotaannya
dalam OPEC, aspek-aspek tersebut antara lain:
1) Keamanan Pasokan Minyak Mentah
Indonesia masih memerlukan tambahan pasokan minyak mentah hingga beberapa
waktu ke depan, sehingga Indonesia turut berkompetisi mendapatkan pasokan
jangka panjang ke negara-negara OPEC. Untuk itu, status keuangan Indonesia
harus diperkuat agar mendapat kepercayaan penjual. Karena itu harus memelihara
hubungan baik yang sudah terbina sebelumnya dengan negara-negara anggota
OPEC.
2) Politik Luar Negeri
14
Leonardo, Indonesia Keluar dari OPEC (Online: http://www.inforexnews.com/indonesiakeluar-dari-opec/, diakses pada 11 Desember 2016).
DAFTAR PUSTAKA
10
Anonymous,
OPEC:
History,Structure
and
Functions,
(Online:
economy.okezone.com/read/2015/05/07/19/1146250/meizar-ungkap-
http://ditpolkom.bappenas.
go.id/basedir/Politik%20Luar%20Ne
geri/3)%20Keanggotaan%20Indonesia%20dalam%20Organisasi
%20Internasional/4)%20OPEC/Organization%20of%20Petroleum
%20Exporting%20Countries%20(OPEC).pdf, diakses pada 11 Desember
2016).
ESDM, Laju Eksplorasi Cadangan Minyak Indonesia Sangat Tinggi (Online:
http://www.
esdm.go.id/berita/migas/40-migas/5529-laju-eksploitasi-
Indonesia
Keluar
dari
OPEC
(Online:
http://www.inforexnews.
ESDM,
OPEC
dan
Diplomasi
Energi
(Online:
Rebecca,
Masuknya
Kembali
Indonesia
dalam
OPEC
(Online:
11
12