Anda di halaman 1dari 13

ENVIRONMENT TESTER

I. TUJUAN
Mempelajari cara menggunakan dan melakukan pengukuran lingkungan yaitu:
1. Pengukuran kecepatan angin
2. Pengukuran kecepatan air
3. Pengukuran kuat cahaya
4. Pengukuran radiasi elektromagnetik

II. DASAR TEORI


Environment tester atau alat ukur lingkungan adalah alat untuk mengukur besaran
yang ada pada sistem lingkungan. Lingkungan (sistem) adalah lingkungan dari sistem fisik
yang dapat berinteraksi dengan sistem dengan pertukaran massa, energy, atau property
lainnya.
Dalam ilmu dan rekayasa, sebuah sistem adalah bagian dari alam semesta yang sedang
dipelajari, sedangkan lingkungan merupaka sisa dari alam semesta yang terletak di luar
batas-batas sistem. Hal ini juga dikenal sebagai lingkungan dan termodinamika, sebagai
reservoir. Tergantung pada jenis sistem, mungkin berinteraksi dengan lingkungan dengan
bertukar massa, energy, momentum linier, momentum sudut, muatan listrik, atau sifat
dilestarikan lainnya.
1. Pengukuran kecepatan angin
Angin merupakan unsur terpenting di atmosfer. Seiring dengan semakin majunya
teknologi, kini telah ada alat yang dapat mengukur kecepatan angin. Nama alat itu
adalah Anemometer. Alat ini dapat mengukur kecepatan angin kapanpun dan
dimanapun. Bahkan, karena angin mempunyai pengaruh besar di lingkungan
atmosfer, telah tercipta berbagai bentuk anemometer. Mulai dari yang sederhana,
yang bisa dibawa-bawa dan praktis, sampai yang canggih dengan teknologi tinggi,
yang dapat menghasilkan data kecepatan angin dan menganalisis kecepatan angin,
dengan keakuratan mencapai hampir 100%. Namun, pemilihan jenis anemometer
harus disesuaikan dengan tujuan penggunaannya . Dalam pemilihan jenis
anemometer perlu diperhatikan beberapa hal, yang terpenting adalah :
1. Kisaran kecepatan angin (range of wind speed) yang dapat dideteksi. Beberapa
anemometer mekanis hanya dapat bekerja jika kecepatan angin melampaui
kecepatan minimalnya (starting threshold wind speed).
2. Kelinieran tanggapan (linierity of response) pada kisaran kecepatan angin yang
diukur.

3. Kecepatan tanggapan (speed of response). Kecepatan tanggapan ini biasanya


diukur berdasarkan waktu yang dibutuhkan bagi anemometer untuk milai
melakukan pengukuran.
4. Ukuran alat (size of the instrument). Ukuran ini penting diselaraskan dengan
jenis angin yang akan diukur atau ruang tempat pengukuran. Misalnya untuk
mengukur kecepatan angin dalam sistem tajuk tanaman, dibutuhkan
anemometer kecil.
5. Kesesuaian alat dengan arah angin yang akan diukur kecepatannya. Perlu
diingat bahwa arah angin dapat berubah-ubah, tidak hanya datang
2. Pengukuran kecepatan air
Penentuan debit sungai dapat dilaksanakan dengan cara pengukuran
aliran dan cara analisis. Pelaksanaan pengukuran debit sungai dapat
dilakukan secara langsung dan cara tidak langsung, yaitu dengan melakukan
pendataan terhadap parameter alur sungai dan tanda bekas banjir. Dalam
hidrologi

masalah

penentuan debit sungai dengan

cara pengukuran

termasuk dalam bidang hidrometri, yaitu ilmu yang mempelajari masalah


pengukuran air atau pengumpulan

data dasar untuk analisis mencakup

data tinggi muka air, debit dan sedimentasi.


a. Pengukuran kecepatan arus dengan menggunakan pelampung
Pengukuran kecepatan aliran dengan menggunakan pelampung
dapat dilakukan apabila dikehendaki besaran kecepatan aliran dengan
tingkat ketelitian yang relatif rendah. Cara ini masih dapat digunakan
untuk praktek dalam keadaan:
1.
untuk memperoleh gambaran kasar tentang kecepatan
aliran,
karena kondisi sungai yang sangat sulit diukur, misal

2.

dalam keadaan banjir, sehingga dapat membahayakan petugas


pengukur. Cara pengukuran adalah dengan prinsip mencari
besarnya

waktu

yang diperlukan

untuk bergeraknya

pelampung pada sepanjang jarak tertentu. Selanjutnya kecepatan


rerata arus didekati dengan nilai panjang jarak tersebut
dibagi dengan waktu tempuhnya. Pengukuran dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut ini.

1. Tetapkan satu titik pada salah satu sisi sungai, misal ditandai
dengan patok kayu atau pohon dan satu titik yang lain di seberang
sungai yang jika dihubungkan dua titik tersebut akan berupa garis
tegak lurus arah aliran.
2. Tentukan jarak L, misal 20 meter dan garis yang dibuat pada
langkah p buat garis yang sama (tegak lurus aliran) pada titik
sejauh L tersebut.
3. Hanyutkan pelampung (dapat berupa sembarang benda yang
dapat terapung, misal bola ping-pong, gabus, kayu dll.) pada
tempat di hulu garis pertama, pada saat melewati garis pertama
tekan tombol stopwatch dan ikuti terus pelampung tersebut.
Pada saat pelampung melewati garis kedua stopwatch ditekan
kembali, sehingga akan didapat waktu aliran pelampung yang
diperlukan, yaitu T.
4. Kecepatan arus dapat dihitung dengan L/T (m/det).

Perlu mendapat

perhatian bahwa cara ini akan mendapatkan

kecepatan

arus pada

kecepatan

rerata

pada

permukaan,

sehingga untuk

memperoleh

penampang sungai hasil hitungan

perlu

dikoreksi dengan koefisien antara 0,85 - 0,95. Selain itu pengukuran


dengan cara ini harus dilakukan beberapa kali mengingat distribusi aliran
permukaan yang terjadi tidak merata. Dianjurkan paling tidak
pengukuran dilakukan 3 kali, kemudian hasilnya dirata-ratakan.
b. Pengukuran kecepatan arus dengan menggunakan current meter
Alat ini paling umum digunakan karena dapat menghasilkan
ketelitian yang cukup baik. Prinsip kerja alat ukur ini adalah dengan
mencari hubungan antara kecepatan aliran dan kecepatan putaran

baling-baling

current

meter

tersebut. Umumnya hubungan tersebut

dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:


V = an + b
dengan:
V = kecepatan aliran,
n = jumlah putaran tiap waktu tertentu,
a,b = tetapan yang ditentukan dengan kalibrasi alat di laboratorium.
Alat ini ada dua macam, yaitu current meter dengan sumbu
mendatar dan dengan sumbu tegak . Bagian-bagian alat ini terdiri dari:
1. baling-baling sebagai sensor terhadap kecepatan, terbuat dari
streamline styling yang dilengkapi dengan propeler, generator,
sirip pengarah dan kabel-kabel.
2. contact box, merupakan bagian pengubah putaran menjadi
signal elektrik yang berupa suara atau gerakan jarum pada kotak
monitor berskala, kadang juga dalam bentuk digital.
3. head phone yang digunakan untuk mengetahui

jumlah

putaran baling-baling (dengan suara klik), kadang bagian ini


diganti dengan monitor box yang memiliki jendela penunjuk
kecepatan aliran secara langsung.
Dengan alat ini dapat dilakukan pengukuran pada beberapa titik

dalam suatu penampang aliran. Dalam praktek digunakan untuk


pengukuran kecepatan aliran rerata pada satu vertikal dalam suatu
tampang aliran tertentu. Mengingat bahwa distribusi kecepatan
aliran secara vertikal tidak merata, maka pengukuran
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut ini.

dapat

1. Pengukuran pada satu titik yang umumnya dilakukan jika


kedalaman aliran kurang dan 1 meter. Alat ditempatkan pada
kedalaman 0.6 H diukur dari muka air.
2. Pengukuran pada beberapa titik, dilakukan pada kedalaman 0.2
H dan 0.8 H diukur dari muka air. Kecepatan rerata dihitung
sebagai berikut:
V=0,5(V0,2 +V0,8)
3. Pengukuran dengan tiga titik dilakukan pada kedalaman 0.2
H, 0.6 H dan juga pada 0.8 H. Hasilnya dirata-ratakan dengan
rumus:
V = (V0,2 +V0,6+V0,8)
3. Pengukuran kuat cahaya
Intensitas penerangan di tempat kerja dimaksudkan untuk menberikan
penerangan kepada benda-benda yang merupakan obyek kerja, peralatan atau mesin
dan proses produksi serta lingkungan kerja. Untuk itu diperlukan intensitas
penerangan yang optimal. Selain menerangi obyek kerja, penerangan juga
diharapkan

cukup

memadai

menerangi

keadaan

sekelilingnya.

Luxmeter

merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat penerangan (tingkat
penerangan) pada suatu area atau daerah tertentu. Alat ini didalam memperlihatkan
hasil pengukurannya menggunakan format digital. Alat ini terdiri dari rangka,
sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel. Sensor tersebut diletakan pada
sumber cahaya yang akan diukur intenstasnya. Cahaya akan menyinari sel foto
sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak
cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan pun semakin besar.
5

4. Pengukuran radiasi elektromagnetik


Radiasi elektromagnetik adalah kombinasi medan listrik dan medan magnet
yang berosilasi dan merambat lewat ruang dan membawaenergi dari satu tempat ke
tempat yang lain. Cahaya tampak adalah salah satu bentuk radiasi elektromagnetik.
Penelitian teoritis tentang radiasi elektromagnetik disebut elektrodinamik, subbidang elektromagnetisme. Gelombang elektromagnetik termasuk gelombang
transversal. Setiap muatan listrik yang memiliki percepatan memancarkan radiasi
elektromagnetik. Ketika kawat (atau panghantar seperti antena) menghantarkan
arus bolak-balik, radiasi elektromagnetik dirambatkan pada frekuensi yang sama
dengan arus listrik. Bergantung pada situasi, gelombang elektromagnetik dapat
bersifat seperti gelombang atau seperti partikel. Sebagai gelombang, dicirikan oleh
kecepatan (kecepatan cahaya), panjang gelombang, dan frekuensi.

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


A. Environment Multimeter
B. EMF Field Tester
C. Anemometer

IV. CARA KERJA


A. Pengukuran kecepatan angin
1. Disiapkan alat flowatch
2. Sumber daya dihidupkan
3. Sensor dipasang kecepatan angin pada teleskop.
4. Skala pembacaan diubah menjadi m/s
5. Kecepatan angin diukur sebanyak 10 kali dengan interval 2 menit setiap
pengukuran.
Hasil pengukuran dicatat dalam lembar laporan sementara.
Kecepatan angin yang didapatkan dihitung untuk mendapatkan kecepatan rata

6.
7.

rata .
8. Langkah diatas diulangi hingga didapatkan tiga titik yang berbeda
B. Pengukuran kecepatan air
1. Disiapkan alat flowatch
2. Sumber daya dihidupkan
3. Sensor dipasang kecepatan air (60mm water impeller) pada tangkai teleskop.
4. Pengukuran aliran air diukur kecepatannya dengan metode satu titik, dua titik,
dan tiga titik.
Alat dimatikan dan dikembalikan pada tempatnya.
Dilakukan pengukuran dengan metode pelampung permukaan dan pelampung

5.
6.

tenggelam.
7. Hasil pengukuran dicatat dan dihitung kecepatan alir rata rata.
C. Pengukuran kekuatan cahaya
1. Alat disiapkan yaitu Environment Multimeter (Mastech MS 6300)
2. Peta ruangan dibuat untuk menentukan titik pengukuran yang akan dilakukan
3. Alat dihidupkan.
4. Diubah metode pengukuran alat menjadi LUX.
6

5. Pengukuran dilakukan untuk tiap titik pengukuran.


6. Hasil pengukuran dicatat (termasuk suhu ruangan dicatat) dalam lembar data.
7. Kuat cahaya rata rata dihitung berdasarkan hasil pengukuran.
D. Pengukuran radiasi elektromagnetik
1. EMF Tester disiapkan.
2. Lokasi ditentukan untuk dilakukan pengukuran.
3. Alat dihidupkan.
4. Dkala pengukuran diatur ke posisi terbesar (2000 T), bila tidak terbaca
dipindahkan ke skala yang lebih kecil.
Pengukuran dilakukan untuk tiap titik pengukuran.
Hasil pengukuran dicatat dan alat dimatikan.

5.
6.

V. DATA PENGAMATAN
A. Pengukuran kecepatan angin
No
1
2
3

1
0
0
1.3

2
0.1
0
1.4

3
0
0
1.1

Kecepatan (m/s)
5
6
7
0.4
0.2
0.4
0.1
0.9
0.1
1.0
1.5
2.5

4
0.3
0.5
1.8

8
0.3
0.2
1.0

9
0.8
0.2
1.4

10
0.2
0.5
1.2

x
0.27
0.25
1.42

B. Pengukuran kecepatan air


a. Metode satu, dua, dan titik
No
1 titik
2 titik
3 titik

1
0.4
0.1
0.1
0.5
0.2
0.3

Kecepatan (m/s)
3
4
0.3
0.3
0
0.1
0
0
0.4
2
3
4
2
3

2
0.3
0.1
0.1
0.4
3
2

b. Metode pelampung permukaan


Jarak
:8m
Benda
Panjang
: 9 cm
Lebar
: 10 cm
Tinggi
Permukaan
: 5 cm
Tenggelam
: 7 cm
Waktu tempuh (s)
7

5
0.4
0.1
0.1
5
2
5

x
0.34
0.08
0.06
1.66
2.44
2.46

Permukaa
n
Tenggelam

7.8

8.3

7.7

8.5

8.0

8.06

8.5

8.5

8.4

8.4

8.5

8.46

C. Pengukuran kekuatan cahaya


R1 : Laboratorium Kimia Analisis
R2 : Laboratorium Gambar Teknik
Titik
Uku

245.6

25

23

235.6

167.

201.6

259.

223.

9
13

8
13

187

136

191

91

138

r
R1
R2

152

Denah pengukuran Lab Kimia Analisis

LAMPU
5

LAMPU
6

115

1
0

11

12

112

LAMPU

LAMPU
LAMPU
1

10

Denah pengukuran Lab Gambar Teknik


D. Pengukuran radiasi elektromagnetik
R1 1: Oven
R1 2: Ruang asam
R2 1: Proyektor
R2 2: Printer
No
1
2

Kekuatan radiasi (T)


1
2
0.25
0.21
0.86
0.05

VI. PERHITUNGAN
Perhitungan kecepatan dan debit air menggunakan metode pelampung
9

11

LAMPU

12

v=
1.

2.

s
t
Permukaan
8m
v=
8.06 s
= 0.99 m/s
Tenggelam
8m
v=
8.46 s
= 0.95 m/s

Perhitungan debit air


Q=v A
1. Permukaan
A = luas permukaan balok
A=2( pl+ + pt )
2(9 cm 10 cm+10 cm 5 cm+ 9 cm 5 cm)
= 370 cm2
= 0.037 m2
m
Q=0.99 0.037 m2
s
0.03663 m3 / s
36.63 L /s

2. Tenggelam
A = luas permukaan balok
A=2( pl+ + pt )
2(9 cm10 cm+10 cm 7 cm+9 cm 7 cm)

= 446 cm2
= 0.0446 m2
m
Q=0.95 0.0446 m2
s
0.0424 m3 /s
42.4 L/ s

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan uji monitoring lingkungan yang meliputi kecepatan angin,
kecepatan air, pengukuran cahaya, dan pengukuran elektromagnetik. Praktikum ini
dilakukan pada dua tempat yaitu di STTN BATAN dan sungai . Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui apakah suatu ruangan atau lingkungan tersebut sudah meliputi
standar yang ditetapkan atau belum.
10

Pada dasarnya, praktikum ini dilakukan apabila dalam suatu perusahaan atau instansi ingin
mendirikan bangunan. Maka hal yang dilakukan adalah melakukan peninjauan langsung ke
lapangan. Untuk mengetahui apakah bangunan tersebut layak untuk dibangun atau tidak,
maka dilakukan suatu uji yang diantaranya adalah pengukuran kecepatan angin dan
kecepatan air. Untuk pengukuran cahaya dan elektromagnetik dilakukan di dalam ruangan.
Dua pengukuran itu bertujuan untuk mengetahui tingkat pencahayaan dalam suatu ruangan
dan kekuatan elektromagnetik yang dihasilkan dari tiap tiap alat yang menggunakan listrik.
Untuk penentuan kecepatan angin, dilakukan di tiga titik yaitu dua titik di bawah jembatan
dan satu titik di atas jembatan. Terlihat dari hasil pengamatan bahwa di bawah jembatan
memiliki kecepatan angin yang lebih rendah, hal ini disebabkan aktivitas di atas jembatan
lebih padat sehingga menyebabkan kecepatan angin bertambah. Sementara itu, di bawah
jembatan tidak terjadi aktivitas yang padat sehingga kecepatan angin mencapai angka nol
m/s.
Untuk pengukuran kecepatan air dilakukan dengan 2 metode yaitu metode langsung
dengan alat pengukuran dan metode pelampung. Untuk metode langsung, dilakukan di 3
titik yang berbeda dengan kecepatan bervariasi. Untuk metode pelampung, dilakukan pada
satu titik yang sama. Sehingga pada hasil pengukuran terlihat bahwa kecepatan pelampung
lebih tinggi dibanding dengan metode langsung. Kondisi sungai pada saat itu terlihat jernih
dan tenang, hanya di beberapa titik tertentu yang memiliki arus yang kencang karena
kedalaman yang berbeda beda.
Untuk pengukuran kekuatan cahaya dan radiasi elektromagnetik dilakukan di dua tempat
yaitu di lab. Kimia analisis dan lab. Gambar teknik. Secara visual, lab. Gambar teknik
memliki ruangan yang lebih luas. Selain itu, lab. Gambar teknik juga memiliki beberapa
peralatan elektromagnetik seperti seperangkat komputer, proyektor, mesin pencetak, dan
lain lain sedangkan lab. Kimia analisis hanya terdapat bahan bahan kimia dan juga
peralatan pendukung seperti kompor, oven, furnace, dan lain lain. Pada hasil pengukuran
kekuatan cahaya, terlihat bahwa lab kimia analisis memiliki kondisi yang lebih terang
dibandingkan lab. Gambar teknik. Hal ini disebabkan selain ukuran lab. Kimia analisis
yang lebih kecil, lab. Kimia analisis juga terdapat pencahayaan tambahan dari luar
sehingga ruangan tersebut lebih terang. Untuk pengukuran radiasi elektromagnetik, hanya
barang tertentu yang akan diukur seperti oven, ruang asam, proyektor dan printer. Radiasi
yang dihasilkan juga masih dalam satuan mikro sehingga masih aman untuk melakukan
aktivitas dengan benda terebut.

11

VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa
1. Untuk pengukuran kecepatan angin, rata rata pengukuran untuk ketiga titik adalah
0.27 m/s, 0.25 m/s, dan 1.42 m/s
2. Untuk pengukuran kecepatan air, pengukuran dengan menggunakan pelampung
memiliki kecepatan air yang relatif lebih cepat dibanding dengan menggunakan
metode titik.
3. Untuk pengukuran kekuatan cahaya, lab. Kimia analisis memiliki tingkat
pencahayaan yang lebih baik dibandingkan dengan lab. Gambar teknik
4. Untuk pengukuran radiasi elektromagnetik tidak ada alat yang memiliki kekuatan
radiasi yang tinggi.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Ningtyas, Ardhinka Fitri, dkk. 2012. Laporan Praktikum Pengukuran Pencahayaan


di Laboratorium IKM Lantai Tiga UNNES. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Sujatno, dkk. 2016. Petunjuk Praktikum Alat Ukur dan Teknik Pengukuran.
Yogyakarta: STTN BATAN.
Pembimbing
Yogyakarta, 7 November 2016
Praktikan
Totok Dermawan, M.Eng

12

Irianto Rizaldi Faturrahman

13

Anda mungkin juga menyukai