Anda di halaman 1dari 21

TUTORIALKLINIK

DisusunOleh:
YosephineMuliana
42150018

DosenPembimbing:
dr.ArinDwiIswarini,Sp.THTKL,M.Kes

KEPANITERAANKLINIKTELINGAHIDUNGDANTENGGOROKAN
RUMAHSAKITBETHESDA
FAKULTASKEDOKTERANUNIVERSITASKRISTENDUTAWACANA
YOGYAKARTA
2016

FAKULTASKEDOKTERAN
UNIVERSITASKRISTENDUTAWACANA
Jl.Dr.WahidinSudirohusodo525Yogyakarta55224
KepaniteraanKlinikIlmuTelingaHidungdanTenggorokan
RumahSakitBethesdaYogyakarta
Nama

:YosephineMuliana

NIM

:42150018

DosenPembimbingKlinik

:dr.ArinDwiIswarini,Sp.THTKL,M.Kes

A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Alamat
Umur
Pekerjaan
Status
Pendidikan
Jenis Kelamin
Agama

: Ny. S
: Glagah, Kulon Progo
: 42 tahun
: Ibu rumah tangga
: Menikah
: SMA
: Wanita
: Islam

Tanggal Masuk RS: 24 September 2016


B. ANAMNESIS
1. KELUHAN UTAMA: Nyeri pada telinga kanan
2. KELUHAN TAMBAHAN: Telinga kanan terasa tidak enak dan penuh
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
OS datang dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit. OS juga mengeluh rasa tidak enak dan penuh di telinga yang sama. OS
merasakan nyeri jika bagian depan telinga kanan ditekan. OS mengatakan adanya riwayat

keluar cairan dari telinga sebelah kanan, cairan berwarna putih dan tidak berbau. OS juga
memilki riwayat demam. OS juga mengakui adanya penurunan pendengaran. OS tidak
mengeluh rasa telinga berdengung. OS mengaku keluhan timbul setelah mengorekngorek telinganya dengan cotton bud. Riwayat kemasukan air saat mandi diakui oleh OS
OS memiliki riwayat hipertensi dan maag, namun riwayat diabetes melitus disangkal.
OS sudah berobat sebelumnya dan sudah diberi obat tetes telinga (ofloxacin).
.
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
-

OS baru pertama kali merasakan keluhan seperti ini.


- Riwayat alergi obat, makanan, debu, maupun udara dingin disangkal oleh OS.
- Riwayat dirawat di RS, operasi THT disangkal oleh OS.

C. PEMERIKSAAN FISIK
I.
KEADAAN UMUM
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi
: 86x/menit
Suhu
: 36.2C
Pernapasan : 24x/menit
II.

TELINGA
KANAN

KIRI

Normal

Normal

Deformitas (-)

Deformitas (-)

Kelainan Kongenital

Tidak ada

Tidak ada

Tumor

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri tekan tragus

Nyeri

Tidak nyeri

Penarikan daun telinga

Nyeri

Tidak nyeri

Sempit, nanah (-), serumen (-),


sekret (-), hiperemis (+), oedem
(+)

Lapang, nanah (-),


serumen (-), sekret (-),
hiperemis (-), oedem (-)

Bentuk Daun Telinga

Liang telinga

Membran timpani

Sulit dinilai

MT intak, hiperemis (-),


edema (-), refleks cahaya
(+) jam 7

TES PENALA
TEST
Rinne
Weber
Swabach

KANAN
Positif (+)
Tidak ada lateralisasi
Sama dengan pemeriksa

KIRI
Positif (+)
Tidak ada lateralisasi
Sama dengan pemeriksa

Kesan :
-

Telinga kanan nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+), canalis auricularis
eksternus sempit, edema (+), hiperemis (+), membran timpani sulit dinilai

III.

Telinga kiri dalam batas normal

HIDUNG DAN SINUS PARANASAL


Bentuk
: Normal, tidak ada deformitas
Tanda peradangan
: Hiperemis (-), Panas (-), Nyeri (-), Bengkak (-)
Vestibulum
: Hiperemis -/-, sekret -/ Cavum nasi
: Lapang +/+, edema -/-, hiperemis -/ Konka inferior
: Eutrofi/eutrofi
Meatus nasi inferior
: Eutrofi/eutrofi
Konka medius
: Eutrofi/eutrofi
Meatus nasi medius
: Sekret -/ Septum nasi
: Deviasi -/-

IV.

Pasase udara
: Hambatan -/Daerah sinus frontalis : Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-)
Daerah sinus maksilaris : Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-)

RHINOPHARYNX

(RHINOSKOPI

pemeriksaan
Koana
Septum nasi
Muara tuba eustachius
Torus tubarius
Konka inferior dan media
Dinding posterior
V.

Tidak

dilakukan

::::::-

KANAN
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

TENGGOROK
PHARYNX

VII.

----

PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI

Sinus frontalis
Sinus maksilaris

VI.

POSTERIOR)

Dinding pharynx : merah muda, hiperemis (-), granular (-)


Arkus pharynx : simetris, hiperemis (-), edema (-)
Tonsil
:
- Ukuran T1/T1 tenang
- Hiperemis -/- Kripta melebar -/- Detritus -/- Perlengketan -/Uvula
: letak di tengah, hiperemis (-)
Gigi
: caries (-)
Lain-lain
: radang ginggiva (-), post nasal drip (-)

LEHER
Kelenjar limfe submandibula
Kelenjar limfe servikal

: tidak teraba membesar


: tidak teraba membesar

KIRI
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

D. DIAGNOSIS KERJA
Otitis externa difusa auricularis dextra
E. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. PENATALAKSANAAN
Antibiotik : Cefixime tab 100 mg 2x1
Anti-inflamasi: Na Diklofenak 50 mg 2x1
Otopain 8 ml 3x3 tetes

G. EDUKASI
Jangan sampai kemasukan air ke dalam telinga
Pasien dilarang mengorek ngorek telinga
Kontrol ke poliklinik THT
H. PROGNOSIS
Ad Vitam
: ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

I.

Embriologi
Pembentukan telinga dimulai dari pembentukan telinga dalam, telinga tengah dan
terakhir pembentukan telinga luar. 1
a. Telinga Dalam
Pada manusia, telinga dalam embrio berkembang kira-kira pada umur 22 hari
sebagai penebalan ektoderm permukaan pada kedua sisi rhombencephalon. Penebalan ini
disebut plakoda otik. Plakoda otik kemudian berinvaginasi membentuk vesikula otik atau
otokista.

Gambar 1. Perkembangan vesikula auditori

Pada tahap perkembangan selanjutnya vesikula otik bagian ventral membentuk


sacculus dan cochlearis dan bagian dorsal membentuk utriculus, canalis semisircularis
dan ductur endolimphatikus. Pembentukan saluran-saluran tersebut disebabkn karena
adanya bagian-bagian tertentu dari daerah tersebut yang berdegenerasi. 1

Gambar 2. Perkembangan telinga dalam

Ductus cochlearis yang sedang tumbuh menembus mesenkim di sekitarnya dan


berpilin seperti bentuk spiral. Sekarang ductus cochlearis tetap berhubungan dengan
sacculus melalui ductus reuniens.
Ductus semisircularis, urticle, sacculus, ductus endolimphatikus, utrico-saccular,
ductus reuniens dan ductus cochlearis diisi dengan cairan endolimph, Sedangkan semua
struktur membran dari saluran tersebut dinamakan membran labirin. Dinding sel
membran labirin sangat tipis dan terdiri atas sel-sel epitel tunggal yang ditutupi oleh
lapisan serabut jaringan ikat yang dibentuk dari mesenkim di sekitarnya. Beberapa dari
sel-sel epitel dimodifikasi menjadi sel-sel rambut (sel-sel neuroepitel) dan beberapa
menjadi sel-sel pendukung. Dasar dari sel-sel neuroepitel dikelilingi oleh ujung serabut

saraf yang datang dari ganglion spinal dan ganglion vestibular. Ganglion tersebut
berhubungan dengan otak melalui serabut saraf yang dibentuk oleh saraf auditori. Semua
membran labirin pertama ditransformasi menjadi rawan kemudian menjadi tulang.
Dengan cara ini semua membran labirin ditutupi oleh tulang dan disebut tulang labirin.
Ruang di antara membran labirin dan tulang labirin berisi cairan perilimph. 1

b. Telinga Tengah

Gambar 3. Pembentukan telinga tengah

Dibentuk dari kantung faring I yang tumbuh dengan cepat ke arah lateral. Bagian
distal kantung disebut processus tubotympaticus, kemudian melebar membentuk cavum
tympani sederhana, sedangkan bagian proksimal tetap sempit dan membentuk saluran
eustachius yang menghubungkan cavum tympani dengan nasofaring. 1

c. Telinga Luar

Gambar 4. Pembentukan telinga luar


Meatus akustikus eksternus terbentuk dari perkembangan first pharingeal groove
bagian dorsal. Pada awal bulan ke-tiga, terjadi proliferasi sel-sel epitel di bawah meatus
yang nantinya akan membentuk sumbat meatus. Lalu pada bulan ke-tujuh, sumbat
meluruh dan lapisan epitel di lantai meatus berkembang menjadi gendang telinga
definitif. Gendang telinga dibentuk dari lapisan epitel ektoderm di dasar acoustic meatus,
lapisan epitel endoderm di cavum timpani dan lapisan intermediate jaringan ikat yang
membentuk stratum fibrosum. Sedangkan aurikula terbentuk dari hasil proliferasi
mesenkim di ujung dorsal arkus faring I dan II yang mengelilingi first pharyngeal groove
dan membentuk auricular hillock yang berjumlah tiga di masing-masing sisi eksternal
acoustic meatus dan kemudian auricullar hillock akan bersatu lalu membentuk auricula
definitif. Pada awalnya, telinga luar berada di regio leher bawah. Setelah terbentuk
mandibula, telinga luar naik ke samping kepala setinggi dengan mata. 1

II.

Anatomi

Gambar 5. Anatomi telinga

1. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S,
dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian
dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3cm.2
Kulit liang telinga
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan
rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga. Pada dua pertiga bagian
dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Kanalis auricularis externus dilapisi oleh
kulit yang terikat erat pada tulang rawan dan tulang yang mendasarinya karena tidak
adanya jaringan subkutan di area tersebut. Dengan demikian daerah ini menjadi sangat
peka. 3
Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama dengan lapisan kulit
pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel skuamosa. Kulit liang telinga merupakan
lanjutan kulit daun telinga dan kedalam meluas menjadi lapisan luar membran timpani.
Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan dari pada
bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5 1 mm, terdiri dari lapisan
epidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan merekat dengan perikondrium.

Epidermis dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya terdiri dari 4 lapis yaitu sel
basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk.
Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih tipis, tebalnya
kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa
lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar dari membran timpani dan menutupi
sutura antara tulang timpani.
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah otot intrinsik.
Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis superior dan m. aurikularis
posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun telinga dengan tulang tengkorak dan kulit
kepala. Otot-otot ini bersifat rudimenter, tetapi pada beberapa orang tertentu ada yang
masih mempunyai kemampuan untuk menggerakan daun telinganya keatas dan kebawah
dengan menggerakan otot-otot ini. Otot intrinsik terdiri dari m. helisis mayor, m. helisis
minor, m. tragikus, m.antitragus, m. obligus aurkularis, dan m.transpersus aurikularis.
Otot-otot ini berhubungan bagian-bagian daun telinga.
Perdarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang temporal
superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.
Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh cabang
aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang dari arteri auricular
posterior mendarahi permukaan posterior telinga. Banyak dijumpai anastomosis diantara
cabang-cabang dari arteri ini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan
permukaan luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular dalam arteri maksilaris
interna.
Vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian dalam umumnya bermuara
kevena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi, beberapa vena telinga mengalir
kedalam vena temporalis superficial dan vena aurikularis posterior.

Sistem limfatik

Kelenjar limfa regio tragus dan bagian anterior dari auricula mengalir ke kelenjar
parotid, sementara bagian posterior auricular mengalir ke kelenjar retroauricular. Regio
lobulus mengalir kelenjar cervicalis superior. 3
Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-saraf
kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga saraf trigeminus
(N.V) mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga, dinding anterior dan
superior liang telinga dan segmen depan membrana timpani.Permukaan posteromedial
daun telinga dan lobulus dipersarafin oleh pleksus servikal nervus aurikularis mayor.
Cabang aurikularis dari nervus fasialis (N.VII), nervus glossofaringeus (N.IX) dan nervus
vagus (N.X) menyebar ke daerah konka dan cabang-cabang saraf ini menyarafi dinding
posterior dan inferior liang telinga dan segmen posterior dan inferior membrana timpani.
3

2. Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan bangunan berbentuk kubus yang terdiri dari: 2

Membran timpani; yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara.
Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat
oblik terhadap sumbu liang telinga.
Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars flaccida
(membrane Sharpnell) dimana lapisan luarnya merupakan lanjutan epitel kulit
liang telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars
tensa merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi ditengah,
yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.

Tulang pendengaran; yang terdiri dari maleus, inkus

dan stapes.

Tulang pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan.

Tuba eustachius; yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan


nasofaring.

3. Telinga Dalam

Gambar 6. Anatomi telinga dalam


Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, yang berfungsi menghubungkan perilimfa skala timpani dengan
skala vestibule. 2
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule
sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktuskoklearis) diantaranya.
Skala vestibule dan skala timpani berisi perilimfa sedangkan skala media berisi
endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner Membrane)
sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti
yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang diebut membran tektoria,
dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel
rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.5
III.

Fisiologi
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea. Getaran
tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian
tulang pendengaran yang akan mengamplikasikan melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan daya tingkap
lonjong. Energi getar yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan

menggetarkan tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran
ini diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong edolimfa, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini
proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan
lisrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditoris sampai ke korteks pendengaran (area 3940) di lobus temporalis. 2,5

Gambar 7. Fisiologi pendengaran


IV.

Definisi
Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau telinga
cuaca panas (hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi
bakteri yang menyebabkan pembengkakan stratum korneum kulit sehingga menyumbat
saluran folikel. 2

V.

Epidemiologi

Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d Desember
2000 di Poliklinik THT RS H. Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru
dimana, dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna, 282 kasus (2,62%) otitis eksterna
difusa dan 585 kasus (5,44%) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai
pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan
kering. Nan Sati CN dalam penelitiannya di RS Sumber Waras / FK UNTAR Jakarta
mulai 1 Januari 1980 sampai dengan 30 Desember 1980 mendapatkan 1.370 penderita
baru dengan diagnosis otitis eksterna yang terdiri dari 633 pria dan 737 wanita. 4

VI.

Etiologi
Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis eksterna
difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocaneus) dan
staphylococci. Yang lebih jarang ditemukan adalah bakteri streptococci dan Proteus
vulgaris. Selain itu, jamur dapat terlibat dalam infeksi pada telinga luar, yaitu jamur
Candida albicans dan Aspergillus niger. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder
pada otitis media supuratif kronis. 3,6
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu : 2,4,7

Derajat keasaman (pH)


pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi sebagai
protektor terhadap kuman. Peningkatan pH menjadi basa (di atas 6.0) akan
mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh karena
proteksi terhadap infeksi menurun.

Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah
tumbuh.

Trauma
Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda tumpul
seperti cotton bud merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna.

Berenang

Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang
menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang sering
dari bakteri
VII.

Patofisiologi
Saluran telinga dapat membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang selsel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran
telinga dengan cotton bud bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa
mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk
disana. 3
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan
air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Terjadinya
kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah maserasi kulit liang
telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan bakteri. Perubahan ini
dapat juga menyebabkan rasa gatal di liang telinga sehingga menambah kemungkinan
trauma karena garukan. 3,4

Gambar 8. Patofisiologi terjadinya otitis eksterna difusa


VIII. Gejala Klinis
Gejala klinis yang terjadi pada pasien dengan otitis eksterna difusa antara lain: 4,6

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari
otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun
telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa
sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal
disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu
otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak
enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit
yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan,
keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa
agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan
kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum
dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan
rasa sakit yang hebat. Lagipula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun
telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan
mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna. Nyeri
terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah makanan.
Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen
tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya akan
bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna
akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang
progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen,
debris, dan obat-obatan yang digunakan ke dalam telinga bisa menutup lumen yang
mengakibatkan peredaman hantaran suara.
IX.

Manifestasi Klinis

Pemeriksaan fisik pada pasien biasanya menunjukkan:

Kulit MAE edema dan hiperemis merata sampai ke membran timpani dengan
sekret pada CAE. Jika terjadi edema CAE yang hebat, membran timpani
dapat tidak tampak.

Nyeri tekan tragus (+)

Nyeri tarik auricula (+)

Adenopati regional yang nyeri tekan 7

Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi :


a. Otitis Eksterna Ringan :
Kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit
b. Otitis Eksterna Sedang :
Liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif
c. Otitis Eksterna Komplikasi :
Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
d. Otitis Eksterna Kronik :
Kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif
Otitis eksterna akut berlangsung kurang dari 4 minggu atau terjadi kurang dari 4
kali dalam setahun, sedangkan otitis eksterna kronis berlangsung selama lebih dari 4
minggu atau terjadi lebih dari 4 kali dalam satu tahun. Pada penderita DM atau pasien
dengan immunocompromised, otitis eksterna dapat berkembang menjadi tipe maligna.8
X.

Histopatologi
Pada otitis eksterna difusa akut tampak adanya gambaran hiperkeratosis
epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis, hiperplasia stratum korneum dan
stratum germinativum, edema, hiperemis, infiltrasi leukosit, nekrosis, nekrosis fokal
diikuti penyembuhan fibroblastik pada dermis dan aparatus kelenjar berkurang, serta
aktifitas sekretoris kelenjar berkurang. 4

XI.

Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari keadaan yang serupa dengan otitis eksterna antara lain
meliputi :
- Otitis eksterna nekrotik
- Otitis eksterna bullosa
- Otitis eksterna granulosa
- Perikondritis yang berulang
- Furunkulosis dan karbunkulosis

XII.

Penatalaksanaan
Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Dengan demikian, biasanya perlu
disisipkan tampon berukuran x 5 cm kedalam liang telinga mengandung obat agar
mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa disisipkan perlahanlahan dengan menggunakan forsep aligator. Penderita harus meneteskan obat tetes telinga
pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari. Dalam 48 jam tampon akan jatuh dari
liang telinga karena lumen sudah bertambah besar. Polimiksin B dan colistemethate
merupakan antibiotik yang paling efektif terhadap Pseudomonas dan harus menggunakan
vehiculum hidroskopik seperti glikol propilen yang telah diasamkan bahan kimia lain,
seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat bakterisid dan bisa diberikan
langsung ke kulit liang telinga. Setelah reaksi peradangan berkurang, dapat ditambahkan
alcohol 70% untuk membuat liang telinga bersih dan kering. 4
Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat; dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya diperlukan jika
dicurigai danya perikondritis atau kondritis pada tulang rawan telinga. 5
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin
terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya pasien harus
menjaga agar telinganya selalu kering, dengan cara menggunakan alkohol encer secara
rutin tiga kali seminggu. Pasien juga harus diingatkan agar tidak menggaruk /
membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering. 2,7

XIII.
-

Komplikasi
Perikondritis
Selulitis
Dermatitis aurikularis 4

XIV. Prognosis
Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh dengan
cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna dapat dengan mudah
diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis yang mungkin memerlukan
perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak memiliki komplikasi jangka
panjang atau serius. 8

DAFTAR PUSTAKA

1. Adnan.

Perkembangan

Telinga.

2008.

Available

at:

http://www.scribd.com/doc/33877494/perkembangan-telinga.
2. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: FK UI. 2008.
3. Enriquez A, et al. Basic Otolaryngology. Manila: Department of Otorhinolaryngology UP
- PGH. 1993.
4. Abdullah F. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring Dengan Salep Ichtyol
(Ichtammol)

Pada

Otitis

Eksterna

Akut.

Available

at:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6423/1/tht-farhan.pdf.
5. Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.1997.
6. Lee K.J, Essential otolaryngology: head and neck surgery. Stamford: Appleton & Lange.
1995.
7. Becker W, Naumann H, Pfaltz C. Ear, Nose, and Throat, A Pocket Reference. Second,
revised edition. New York: Thieme. 1994.
8. Stppler

M.

Swimmers

Ear

Infection.

http://www.medicinenet.com/otitis_externa/article.htm.

Available

at:

Anda mungkin juga menyukai