Anda di halaman 1dari 21

1

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kacang kedelai merupakan salah satu komoditi pangan
utama di dunia. Tanaman ini adalah tanaman tahunan, mudah
dibudidayakan, dan dapat menghasilkan lebih banyak protein
dan minyak dibandingkan dengan tanaman lain. Kacang kedelai
adalah komoditas serbaguna yang dapat mengurangi malnutrisi
protein dan mampu menggantikan daging dan beberapa hasil
olahan susu. Kacang kedelai perlu diinokulasikan dengan bakteri
Rhizobium tertentu sebelum ditanam pada lahan yang baru,
bakteri tersebut dapat membantu tanaman kacang kedelai
menambat nitrogen, namun jika ditanam di lahan yang
sebelumnya ditanam kacang kedelai juga, inokulasi Rhizobium
tidak diperlukan lagi karena Rhizobium akan tetap dalam tanah
(Martin, 1988).
BPS (2016) menyatakan, produksi kacang kedelai pada
tahun 2015 menurun sebesar 3,8%. Pada tahun 2014 sebesar
19.579 ton, sedangkan pada tahun 2015 sebesar 18.822 ton,
namun produktivitas kacang kedelai naik sebesar 11,5%. Pada
tahun 2014 sebesar 11,98 ku/ha, sedangkan pada tahun 2015
sebesar 13,55 ku/ha. Data tersebut menunjukkan jumlah lahan
panen kacang kedelai turun sebesar 15%. Pada tahun 2014
seluas 16.337 ha, sedangkan pada tahun 2015 seluas 13.886 ha.
Berkurangnya lahan membuat petani tidak dapat
membudidayakan tanaman kacaang kedelai, salah satunya
adalah di lahan pasir vulkanik di Gunung Merapi. Lahan pasir
vulkanik di Gunung Merapi merupakan lahan marginal yang sulit
digunakan untuk budidaya tanaman kacang kedelai. Hal ini
disebabkan karena unsur hara yang diperlukan tanaman tidak tersedia pada lahan
pasir tersebut. Tingkat unsur hara yang rendah juga membuat mikrobia-mikrobia

2
yang berguna pada tanah tidak mendapatkan nutrisi, sehingga mikrobia-mikrobia
tersebut mati atau berpindah ke tempat lain (Mustofa dkk., 2012).
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki dengan
menambah nutrisi yang diperlukan pada tanaman, khususnya kacang kedelai pada
lahan pasir vulkanik. Upaya perbaikan lahan marginal yang dapat
dilakukan adalah dengan menambahkan nutrisi atau unsur hara
yang dibutuhkan tanaman kacang kedelai. Upaya yang dilakukan
adalah dengan memberikan pupuk kandang dan inokulum
Rhizobium sp. Pupuk kandang berperan pada penambahan
nutrisi di dalam tanah, sedangkan inokulum Rhizobium sp.
berperan pada penambahan mikrobia yang akan aktif melalui
aplikasi pada benih yang diberikan inokulum Rhizobium sp. di
dalam tanah. Sedangkan Rhizobium sp. dapat mendukung
pertumbuhan tanaman legum karena mempunyai gen nif yang
mampu merubah N2 di udara menjadi NH3 yang dapat diserap
oleh tanaman. Rhizobium sp. memiliki gen nif yang dibantu oleh
kerja enzim nitrogenase, sehingga mampu menambat unsur N
dalam tanah (Sari dan Prayudaningsih, 2015).
B. Perumusan Masalah
Lahan pasir vulkanik yang merupakan lahan marginal
memerlukan perlakuan khusus agar dapat dimanfaatkan sebagai
media tanam untuk kacang kedelai. Pupuk kandang dan
inokulum Rhizobium sp. dapat menjadi solusi untuk memperbaiki
kualitas media tanam dari lahan pasir vulkanik tersebut. Perlu
dilakukan perhitungan dosis yang akan diberikan untuk
mendapatkan kualitas tanah dengan kandungan nturisi yang
baik. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan diketahui berapa
dosis yang tepat antara pupuk kandang dan inokulum Rhizobium

3
sp. yang diaplikasikan pada media tanam dan kacang kedelai
yang akan ditanam. Campuran dosis yang tepat diharapkan akan
membantu terpenuhinya nutrisi yang dibutuhkan dan akan
berpengaruh pada pertumbuhan kacang kedelai.
C. Tujan Penelitian
1. Mengetahui campuran dosis yang tepat antara pupuk
kandang dan inokulum Rhizobium sp. agar mendukung
pertumbuhan tanaman kacang kedelai.
2. Menyeimbangkan produksi kacang kedelai dengan
produktivitas lahan kacang kedelai dengan menggunakan
lahan marginal sebagai media tanam.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A Kacang kedelai
Kacang kedelai adalah salah satu tanaman legum yang
mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. Kacang
kedelai dapat tumbuh dengan subur pada tanah lempung
berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Kemasaman
(pH) tanah optimal adalah sekitar 6,5-7,0. Kacang kedelai
termasuk tumbuhan yang penting dalam proses penambatan
nitrogen. Akar kacang kedelai setelah bersimbiosis dengan
bakteri Rhizobium sp. dan membentuk bintil akar dapat
menambat N2 udara. Adanya bintil akar pada tanaman tersebut,
sebagian kebutuhan hara nitrogen tanaman dapat terpenuhi,
dengan adanya bintil akar yang efektif, lebih kurang dua per tiga
kebutuhan nitrogen tanaman dapat terpenuhi dari penambatan
N2 udara (Sari dan Prayudaningsih, 2015).

4
Rendahnya produksi kacang kedelai Indonesia dapat
disebabkan oleh beberapa masalah seperti teknik budidaya.
Upaya perbaikan intensifikasi pada kacang kedelai dapat
dilakukan dengan cara perbaikan budidaya kacang kedelai,
termasuk di dalamnya yaitu penggunaan unsur hara tanaman
sebagai unsur pendukung kesuburan tanah. Tanaman kacang
kedelai membutuhkan unsur hara esensial seperti N, P, dan K
untuk pertumbuhan dan produksinya.. Maka dari itu, diperlukan
teknologi penambatan N secara hayati melalui inokulasi
Rhizobium sp. untuk mengefesienkan pemupukan N (Fitriana
dkk., 2015).
D. Pasir Vulkanik
Pasir vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang
disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan gunung berapi,
terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus.
Kandungan unsur logam dalam tanah vulkanik di daerah
Cangkringan, kabupaten Sleman, provinsi Yogyakarta untuk
aluminium (Al) berkisar antara: 1,8-5,9 %; magnesium (Mg): 12,4 %; silika (Si): 2,6-28 % dan besi (Fe): 1,4-9,3 % (Mustofa dkk.,
2012).
Tanah vulkanis meliputi 1% dari permukaan bumi namun dukungan 10%
dari dunia populasi, termasuk beberapa dari manusia kepadatan penduduk
tertinggi. Hal ini biasanya dikaitkan dengan kesuburan tinggi alami mereka.
Namun hal ini benar hanya sebagian. Jelas seperti tanah merupakan daerah
permukaan planet kita yang sedang diisi ulang dengan yang baru, mineral keluar
dari bagian dalam bumi. Namun, beberapa dalam magmatik menyebabkan
ketidakseimbangan unsur-unsur dalam bahan induk tanah vulkanik yang dapat
berdampak terhadap kesehatan tanaman dan hewan yang tumbuh.

5
E. Rhizobium sp.
Rhizobium sp. merupakan bakteri yang mampu menambat N
di dalam tanah agar tanaman mendapatkan unsur N lebih
banyak. Bakteri Rhizobium sp. hanya mampu bersimbiosis
dengan tanaman legum atau kacang-kacangan, salah satunya
adalah kacang kedelai. Rhizobium sp. yang hidupnya
bersimbiosis dengan akar kacang polong-polongan dimana
bakteri tersebut sangat berperan penting dalam proses
pertumbuhan tanaman kacang kedelai karena kacang kedelai
dalam proses pertumbuhannya sangat membutuhkan Nitrogen
(Sopacua, 2014).
Fiksasi (penambatan) nitrogen merupakan proses biokimiawi
di dalam tanah yang memainkan salah satu peranan paling
penting, yaitu mengubah nitrogen atmosfer (N2, atau nitrogen
bebas) menjadi nitrogen dalam persenyawaan/nitrogen
tertambat. Adapun genus-genus bakteri yang dapat mengikat N2
di udara yaitu Azotobacter, Clostridium, dan Rhodospirilum.
Selain itu, dikenal pula genus bakteri yang mampu mengikat N2
bebas, tetapi hanya dapat hidup jika bersimbiosis dengan
tanaman dari suku Leguminoceae, yaitu genus Rhizobium sp.
(Nasikah, 2007).
Rhizobium sp. masuk ke dalam akar legum melalui rambut
akar atau secara langsung ke titik munculnya akar lateral.
Rambut akar merupakan bagian tanaman yang pertama kali
dapat memberikan respon karena terinfeksi Rhizobium sp.. Di
dalam bintil akar tidak hanya terdapat satu strain Rhizobium sp.
saja, mungkin dua atau lebih strain hidup bersama-sama di
dalam satu bintil akar. Meskipun demikian, beberapa genus

6
hanya ditemukan pada tanaman inang tertentu (spesifik) saja.
Strain Rhizobium sp. mampu menginfeksi legum dengan
melepaskan polisakarida spesifik yang menyebabkan lebih
banyak aktivitas pektolitik oleh akar. Beberapa berpendapat
bahwa robekan mekanik terjadi di mana Rhizobium sp. masuk ke
dinding rambut akar yang pecah dan Rhizobium sp. terperangkap
sampai rambut akar yang telah berubah bentuk terbungkus
kembali (Dewi, 2007).
Berdasarkan penelitian Fitriana dkk. (2015), pemberian
inokulum Rhizobium sp. 10 g/kg benih dan jenis pupuk kandang
ayam memberikan hasil jumlah polong lebih tinggi dan berbeda
nyata dibandingkan dengan pemberian inokulum Rhizobium sp. 0
g/kg benih dan tanpa pupuk kandang. Sedangkan penelitian
Silalahi (2009), pemberian dosis Rhizobium sp. 5 gram/kg benih
dan campuran pupuk fosfat memberikan hasil yang lebih baik
pada tanaman kacang kedelai.
F. Pupuk Kandang Sapi
Bahan dasar pupuk kandang mengandung banyak bahan
organik dari senyawa kompleks yang terdiri dari senyawasenyawa karbohidrat, lemak, dan protein. Senyawa-senyawa
tersebut diuraikan oleh mikroorganisme melalui proses
dekandangisi menjadi senyawa yang lebih sederhana dan berisi
unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman
(Sholikah dkk., 2013).
Pupuk kandang sangat bermanfaat untuk peningkatan
produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, dapat
mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas
lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam

7
jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan
dapat mencegah degradasi lahan. Penggunaan pupuk organik
terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi, dan berfungsi
penting terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta
lingkungan (Hapsari, 2013).
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk dingin yaitu pupuk
yang terbentuk karena proses penguraiannya oleh
mikroorganisme berlangsung perlahan sehingga tidak
membentuk panas. Pupuk kandang sapi ini dapat menyediakan
unsur hara makro dan mikro sehingga dapat mendukung
pertumbuhan tanaman karena struktur tanah sebagai media
tumbuh tanaman dapat diperbaiki. Pupuk kandang sapi
mempunyaikandungan hara yaitu 0,40% N, 0,20% P2O2, 0,10%
K2O, dan 85% H2O. Pemberian pupuk kandang sapi dapat meningkatkan
tinggi tanaman bagi kacang kedelai daripada pupuk kandang ayam, pupuk
kascing, kompos azolla (Indria, 2005).
Berdasarkan penelitian Sumadi (2010), dosis pupuk kandang
sapi 30 ton/ha dapat meningkatkan hasil biji sebesar 3.14 ton/ha
meningkat sebesar 60,47% dibanding tanpa pemupukan.
Sedangkan penelitian Indria (2005), menyebutkan bahwa
penggunaan pupuk kandang sapi sebesar 15 ton/ha dengan
melakukan olah tanah sempurna terlebih dahulu, dapat
meningkatkan tinggi tanaman kacang kedelai dan berat segar
tanaman.
G. Hipotesis
Perlakuan pemberian inokulum Rhizobium sp. sebanyak 15
gram/kg benih dan pupuk kandang sapi sebesar 30 ton/ha diduga

8
merupakan perlakuan terbaik dan akan meningkatkan
pertumbuhan kacang kedelai pada lahan pasir vulkanik.
III. TATA CARA PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Isolasi dan karakterisasi Rhizobium sp. pada media Yeast
Manitol Agar dan Nutrient Agar dilakukan di Laboratorium
Agrobioteknologi Fakultas Pertanian UMY. Aplikasi inokulum
Rhizobium sp. pada tanaman kacang kedelai dilakukan di Green
House Fakultas Pertanian UMY. Penelitian ini dimulasi pada bulan
Mei sampai dengan bulan Agustus 2016.
B Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah: jarum ose, bunsen, tabung
erlenmeyer, petridisk, drigalsky, pengaduk, mikropipet, timbangan, gelas ukur,
tabung reaksi, gelas beaker, vortex, polybag, sekop, penggaris, kaca preparat,
mikroskop, pipet tetes.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kultur murni bakteri
Rhizobium sp., pupuk kandang sapi, media YMA dan YMC, desinfektan, cat gram
A, B, C, D, aquades, alkohol, pasir vulkanik, dan zeolit.
C Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan metode percobaan
eksperimen yang terdiri dari dua tahap yaitu: tahap 1 adalah
isolasi dan karakterisasi Rhizobium sp., dan tahap 2 adalah
aplikasi inokulum Rhizobium sp. dan pupuk kandang sapi pada
tanaman kacang kedelai.

9
Tahap 1. Isolasi dan karakterisasi Rhizobium sp. pada
media Yeast Manitol Agar dan Nutrient Agar.
Penelitian dilakukan dengan rancangan percobaan dua
faktorial, yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Media yang digunakan adalah media Yeast Manitol Agar. Isolasi
Rhizobium sp. berasal dari bintil akar kacang kedelai,
karakterisasi dan pemurnian menggunakan media Yeast Manitol
Agar, dan dilakukan uji cat gram.
Tahap 2. Aplikasi inokulum Rhizobium sp. dan pupuk
kandang sapi pada tanaman kacang kedelai
Penelitian ini berupa aplikasi inokulum Rhizobium sp. pada
tanaman kacang kedelai di Green House Fakultas Pertanian
dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diujikan
adalah aplikasi beberapa dosis Rhizobium sp., pupuk kandang
sapi, dan kontrol.
Faktor I (pupuk kandang sapi): pemberian pupuk kandang
sapi pada media tanam yang digunakan:
P0 : Tanpa pemberian pupuk kandang sapi
P1 : Pupuk kandang sapi 15 ton/ha
P2 : Pupuk kandang sapi 30 ton/ha
Faktor II (inokulum Rhizobium sp.): pemberian dosis
inokulum Rhizobium sp. pada benih kacang kedelai:
R0 : Tanpa pemberian Rhizobium sp.
R1 : Rhizobium sp. 10 gram/kg benih
R2 : Rhizobium sp. 15 gram/kg benih
Sehingga didapatkan rancangan perlakuan sebagai berikut:

10
P0R0

P1R0 P2R0

P0R1

P1R1 P2R1

P0R2

P1R2 P2R2

Dari 3 perlakuan tersebut diulang sebanyak 3 kali sehingga


diperoleh 27 unit percobaan. Setiap unit percobaan diamati
setiap 7 hari sekali selama 3 bulan.
D Cara Penelitian
Tahap 1. Isolasi dan karakterisasi Rhizobium sp. pada media YMA
a. Sterilisasi alat
Alat-alat yang terbuat dari logam dan gelas dicuci bersih
kemudian setelah kering dibungkus menggunakan kertas
payung. Alat-alat dari logam dan kaca yang telah terbungkus
kemudian disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 121o C
bertekanan 1 atm selama 30 menit.
b. Pembuatan media untuk isolasi Rhizobium sp.
Media perbanyakan yang digunakan adalah Yeast Manitol
Agar. Seluruh bahan untuk membuat media YMA dilarutkan
dengan aquadest dalam Erlenmeyer sebanyak 80 ml. Kemudian
dipanaskan hingga mendidih agar seluruh bahan larut dengan
air. Setelah seluruh bahan homogen, dilakukan pengecekan pH
menggunakan kertas lakmus. pH yang dikehendaki antara 6,5
7,2. Media yang telah siap kemudian disterilkan menggunakan
autoklaf pada temperatur 121o C tekanan 1 atm selama 15
menit. Media YMA kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer 100
ml sesuai kebutuhan.
c. Isolasi Rhizobium sp.

11
Isolasi Rhizobium sp. dilakukan dengan cara mengambil
sampel Rhizobium sp. pada kultur murni Rhizobium sp. yang
sudah ada dan disuspensi ke dalam aquades dan ditumbuhkan
pada media YMA dengan metode streak dan surface, dan
diinkubasi selama 48 jam.
d. Identifikasi koloni isolat Rhizobium sp.
Identifikasi koloni dilakukan dengan cara menumbuhkan
isolat Rhizobium sp. dari bintil akar kacang kedelai menggunakan
metode surface di media YMA. Pada tahap ini yang perlu diamati
adalah warna, diameter, bentuk koloni, bentuk tepi, elevasi, dan
struktur dalam bakteri Rhizobium sp.. Selain itu, dilakukan juga
uji cat gram untuk mengetahui sifat gram bakteri.
e. Pembuatan media perbanyakan Rhizobium sp.
Media perbanyakan yang digunakan adalah Nutrient Agar.
Seluruh bahan untuk membuat media YMA dilarutkan dengan
aquadest dalam Erlenmeyer sebanyak 80 ml. Kemudian
dipanaskan hingga mendidih agar seluruh bahan larut dengan
air. Setelah seluruh bahan homogen, dilakukan pengecekan pH
menggunakan kertas lakmus. pH yang dikehendaki 6,8. Media
yang telah siap kemudian disterilkan menggunakan autoklaf
pada temperatur 121o C tekanan 1 atm selama 15 menit. Media
YMA kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer 100 ml sesuai
kebutuhan.
f. Pembuatan biakan murni isolat Rhizobium sp.
Biakan murni adalah biakan yang mengandung satu macam
bakteri dan dapat dibiakkan menggunakan bahan cair atau
padat. Biakan murni akan dibuat dari isolat Rhizobium sp. pada

12
media 5 ml YMA miring. Masing-masing isolat Rhizobium sp.
dimurnikan dengan cara mengambil 1 ose isolat bakteri
kemudian ditumbuhkan pada ruang dengan suhu dan
kelembaban yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri.
g. Perbanyakan isolat Rhizobium sp.
Perbanyakan isolat Rhizobium sp. didapat dari pembiakan
murni isolat Rhizobium sp. Perbanyakan dilakukan dengan
mengambil 1 ml dari YMC yang berisi isolat Rhizobium sp.
kemudian diinokulasikan ke 10 ml YMC dalam tabung reaksi.
h. Pembuatan starter Rhizobium sp.
Pembuatan starter menggunakan isolat murni Rhizobium sp.
yang sudah diperbanyak menggunakan media YMC, dengan
mengambil 1 ml dari media perbanyakan ke dalam 10 ml media
YMC dan diinkubasi selama 48 jam. Setelah inkubasi, inokulum
Rhizobium sp. diambil sebanyak 5 ml dari media starter, dan
dimasukkan pada erlenmeyer yang berisi 50 ml media YMC untuk
dishaker selama 48 jam.
i. Pencampuran dengan carrier padat zeolit
Carrier padat yang digunakan adalah zeolit sebanyak 50
gram. Inokulum Rhizobium sp. setelah dishaker dicampur dengan
zeolit dan dikeringanginkan selama 1 minggu. Waktu yang
digunakan 1 minggu karena Rhizobium sp. memerlukan waktu
untuk beradaptasi pada media yang miskin nutrisi. Pada saat
adaptasi, Rhizobium sp. mengalami log phase atau fase lambat.
Diharapkan setelah 1 minggu, Rhizobium sp. sudah masuk ke
fase stasioner sehingaa dapat diaplikasikan pada tanaman.

13
j. Perhitungan koloni Rhizobium sp.
Jumlah koloni Rhizobium sp. akan diamati setiap 24 jam
sekali sealama 1 minggu dengan metode platting menggunakan
media YMA dengan metode surface, diambil dari campuran
Rhizobium sp. dan carrier padat, kemudian akan diuji jumlah
koloni populasi bakteri. Perhitungan populasi bakteri ini dengan
metode Total Plate Count (TPC) pada hari ke 0 atau saat
pencampuran, dan hari ke 7 atau setelah 1 minggu
pencampuran.
Tahap 2. Aplikasi inokulum Rhizobium sp. dan pupuk kandang
sapi pada tanaman kacang kedelai
a. Menyiapkan media tanam
Penyiapan dimulai dengan pengisian polybag dengan pasir
masing-masing sebanyak 5 kg ke dalam 27 polybag. Masingmasing perlakuan menggunakan 3 polybag.
b. Menyiapkan pupuk kandang sapi
Pupuk kandang sapi didapatkan dengan membeli produk
pupuk kandang sapi di toko pertanian.
c. Pemberian pupuk kandang sapi pada media tanam
Pemberian pupuk kandang sapi pada media tanam dilakukan
setelah media tanam dimasukkan ke dalam masing-masing
polybag sesuai dengan rancangan penelitian:
P0 : Tanpa pemberian pupuk kandang sapi
P1 : Pupuk kandang sapi 15 ton/ha
P2 : Pupuk kandang sapi 30 ton/ha

14
d. Perlakuan inokulum Rhizobium sp. pada benih kacang
kedelai
Pemberian inokulum dilakukan dengan melumuri benih
kacang kedelai yang akan ditanam pada carrier padat zeolit yang
sebelumnya sudah diberi perekat, untuk perekat dapat
digunakan air. Setelah benih dilumuri dengan carrier zeolit, benih
langsung ditanam. Perlakuan yang diujikan adalah aplikasi
beberapa dosis Rhizobium sp., yaitu:
R0 = Tanpa pemberian Rhizobium sp.
R1 = Rhizobium sp. 10 gram/kg benih
R2 = Rhizobium sp. 15 gram/kg benih
Dari 3 perlakuan tersebut diulang sebanyak 3 kali sehingga
diperoleh 27 unit percobaan. Setiap unit percobaan diamati
setiap 3 hari sekali selama 3 bulan. Setiap unit perlakuan
ditanam 3 benih kacang kedelai setiap polybag.
e. Pemeliharaan (penyiraman, pemupukan, pengendalian
hama)
Penyiraman dilakukan hingga kapasitas lapangan, dilakukan
setiap hari. Pemupukan dilakukan pada mingu pertama tanam,
dan dipupuk susulan setiap minggu. Hama ditangani secara
mekanis, yaitu dengan cara manual.
f. Panen
Waktu panen kacang kedelai sampai pada masa generatif,
yaitu sekitar 3 bulan setelah tanam. Panen dilakukan apabila tanaman
sudah tua dengan tanda-tanda sebagian besar daun sudah berubah warna dari hijau
menjadi kekuningan dan mulai rontok, warna bagian dalam polong menunjukkan
warna coklat kehitaman dengan kulit biji yang tipis.

15
E Parameter yang Diamati
1. Tahap I (Pembuatan inokulum)
a. Jumlah koloni bakteri Rhizobium sp.
Parameter yang diamati adalah dengan menghitung jumlah
bakteri dengan satuan colony forming unit for mililiter (CFU/ml)
dengan metode total plate count. Jumlah koloni yang dihitung yakni
yang memenuhi syarat (1) jumlah koloni tiap cawan petri 30-300 koloni, (2) tidak
ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas cawan petri, (3)
perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang berturut-turut antara
pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata,
tetapi jika lebih besar dari 2 digunakan jumlah bakteri dari pengenceran
sebelumnya, (4) tidak ada koloni yang memenuhi syarat maka tetap di hitung.
Menggunakan rumus:

JB = JK x FP
Keterangan : JB = Jumlah bakteri (CFU/ml)
JK = Jumlah bakteri tunggal
FP = Faktor pengenceran
2. Tahap II (Aplikasi inokulum)
a. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman dihitung menggunakan mistar dinyatakan
dalam satuan centimeter (cm), dan diukur setiap 7 hari sekali
sampai panen. Bagian tanaman yang diukur adalah bagian
diantara pangkal batang sampai ujung pertumbuhan batang.
b. Jumlah daun

16
Jumlah daun dihitung secara manual dinyatakan dalam
satuan helai daun, dan dihitung setiap 7 hari sekali sampai
panen. Daun yang dihitung adalah daun yang sudah terbuka
secara sempurna, daun yang masih kuncup tidak masuk dalam
perhitungan.
c. Luas daun
Luas daun dihitung secara manual dengan cara membuat
jiplakan bentuk daun pada kertas koran dinyatakan dalam satuan
cm2, dan dihitung setelah panen. Daun yang diukur adalah
semua daun yang masih berada pada tanaman, baik yang masih
kuncup maupun yang sudah terbuka sempurna. Rumus yang
digunakan adalah:
Luas Daun =

berat daun model


berat contoh kertas 100 c m

x 100 cm2

d. Pengukuran biomassa
Pengukuran biomassa meliputi pengukuran berat segar dan
berat kering akar dan tajuk ditimbang menggunakan timbangan
analitik, dinyatakan dalam satuan gram, dan dihitung setelah
panen. Berat segar akar dan tajuk diukur sesaat setelah panen,
sedangkan berat kering akar dan tajuk diukur setelah dilakukan
pengovenan sampai pada berat konstan.
e. Jumlah nodul
Jumlah nodul dihitung dengan cara manual dinyatakan
dalam satuan buah, dan dihitung setelah panen. Nodul yang
dihitung adalah semua nodul yang ada pada satu akar tanaman
kacang kedelai.

17
f. Diameter nodul
Diameter nodul diukur menggunakan jangka sorong
dinyatakan dalam satuan milimeter (mm), dan dihitung setelah
panen. Perhitungan diameter nodul adalah dengan mengukur
diameter 5 contoh nodul, dan diambil rata-rata diameter.
g. Efektivitas nodul
Efektivitas nodul diukur secara manual dinyatakan dalam
satuan persen (%), dan dihitung setelah panen, dengan cara
mengambil 5 contoh nodul akar, nodul dibelah dan dilihat warna
yang terlihat di dalam nodul. Nodul yang efektif berwarna merah.
Perhitungan efektivitas nodul dihitung menggunakan rumus:
Efektivitas nodul =

nodulberwarna merah
nodul yang diukur

x 100%

h. Berat nodul
Berat nodul diukur menggunakan timbangan analitik
dinyatakan dalam satuan gram, dan diukur setelah panen. Nodul
yang ditimbang adalah semua nodul yang ada pada akar
tanaman kacang kedelai.
i. Berat biji per tanaman
Berat biji per tanaman diukur menggunakan timbangan
dinyatakan dalam satuan gram, dan diukur setelah panen pada
salah satu tanaman sampel setiap perlakuan.
j. Berat 1.000 biji
Berat 1.000 biji diukur menggunakan timbangan dinyatakan
dalam satuan gram, dan diukur setelah panen dengan cara

18
mengumpulkan 1.000 biji pada salah satu tanaman secara acak
setiap perlakuan.

F Analisis
Setelah data hasil penelitian diperoleh, analisis data dilakukan dengan
pengujian menggunakan sidik ragam (Analysis Of Variance) dengan 5%
menggunakan software Microsoft Apabila hasil yang diperoleh menunjukkan
signifikan (beda nyata) antar perlakuan, maka dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan uji Duncans Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%.
Hasil pengamatan periodik dianalisis menggunakan grafik dan histogram. Data
ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar.
H. Jadwal Penelitian
No.

4
5

Kegiatan
Membuat
inokulum dan
karakterisasi
Rhizobium sp.
Menyiapkan
media tanam
dan pupuk
kandang sapi.
Menyiapkan
bahan tanam
dan uji viabilitas
benih.
Aplikasi
inokulum
Rhizobium sp.
dan penanaman.
Pemeliharaan

Mei
2 3

Juni
2 3

Juli
2 3 4

Agustus
1 2 3 4

19

tanaman dan
pengamatan
minguan.
Panen dan
pengukuran
biomassa
tanaman.
Analisis data
dan penyusunan
laporan
penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Amilia, Y. 2011. Penggunaan Pupuk Organik Cair untuk
Mengurangi Dosis Penggunaan Pupuk Anorganik pada Padi.
IPB. Bogor.
Dewi, I.R.A. 2007. Fiksasi N Biologis pada Ekosistem Tropis.
Universitas Padjajaran. Jatinangor.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2012. Produksi Kacang
kedelai.
tanamanpangan.pertanian.go.id/index/produksi_kacang_tan
ah.html. Diakses pada 28 Maret 2016.
Fitriana, D.A., T. Islami, dan Y. Sugito. 2015. Pengaruh Dosis
Rhizobium Serta Macam Pupuk Kandang terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang kedelai (Arachis
Hypogaea L.) Varietas Kancil. Jurnal Produksi Tanaman: 3
(7): 547-555.
Hapsari, A.Y. 2013. Kualitas dan Kuantitas Kandungan Pupuk
Organik Limbah Serasah dengan Inokulum Kotoran Sapi.
Naskah Publikasi. UMS. Surakarta.

20

Indria, A.T. 2005. Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah dan


Pemberian Macam Bahan Organik terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Kacang kedelai. UNS. Surakarta.
Mustofa, W.S., M. Izzati, dan E. Saptiningsih. 2012. Interaksi
antara Pembenah Tanah dari Hydrilla verticillata Royle. dan
Salvinia molesta Mitchell. terhadap Kapasitas Lapang Tanah Pasir dan
Tanah Liat serta Pertumbuhan Kacang kedelai. Buletin Anatomi dan
Fisiologi: 10 (2): 51-59.
Nasikah. 2007. Pengaruh Inokulasi Rhizobium dan Waktu
Pemberian Pupuk N (Urea) terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Kedelai di Lahan Sawah setelah Kedelai (Glycine Max (L)
Merril.). Skripsi. Universitas Islam Negeri Malang. Malang.
Sari, R. Dan R. Prayudyaningsih. 2015. Rhizobium: Pemanfaatannya sebagai
Bakteri Penambat Nitrogen. Info Teknis EBONI: 12 (1): 51-64.

Sholikah, M.H., Suyono, dan P.R. Wikandari. 2013. Efektivitas Kandungan Unsur
Hara N pada Pupuk Kandang Hasil Fermentasi Kotoran Ayam terhadap
Pertumbuhan Tanaman Terong. UNESA Journal of Chemistry: 2 (1): 131135.
Sopacua, R.A.B. 2014. Pengaruh Inokulasi Bakteri Rhizobium terhadap
Pertumbuhan Kacang Kedelai. Jurnal Biopendix: 1 (1): 48-53.
Sumadi, I.N. 2010. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Beberapa Varietas Kacang kedelai di Lahan Kering. Tesis.
/Universitas Udayana. Denpasar.
LAMPIRAN
1. Layout Penelitian
P2R2

P1R0

P0R0

P0R2

P0R0

P0R1

P0R1

P1R1

P1R0

(3)

(2)

(1)

(3)

(2)

(3)

(2)

(2)

(3)

21
P0R2

P0R0

P2R2

P2R1

P1R2

P2R2

P2R0

P2R1

P1R2

(1)
P2R0

(3)
P1R1

(2)
P1R0

(2)
P2R1

(1)
P1R1

(1)
P1R2

(3)
P2R0

(1)
P0R2

(3)
P0R1

(1)

(1)

(1)

(3)

(3)

(2)

(2)

(2)

(1)

2. Konversi pemberian dosis inokulum Rhizobium sp. setiap


polybag
Diketahui: berat 1000 biji kacang kedelai = 537 gram
berat tanah 1 ha = 2.600.00 gram

81
x 537=43,497 gram
1.000
Dosis tiap polybag:
a. Perlakuan 10 gram/kg benih, pada 5

kg media tanam

Anda mungkin juga menyukai