Anda di halaman 1dari 33

PONDASI DALAM

Disusun oleh:
Hilman Zhafiri (13413200)
Irma Oktaviani (1341320037)
Reven Audia Rahmanda (13413200)
KELOMPOK 4
2.MRK.3

JURUSAN TEKNIK SIPIL


D-1V MANAJEMEN REKAYASA KONTRUKSI
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2015

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan tugas ini dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
mengajarkan cara praktek pemetaan dan teori praktek plumbing di lapangan
maupun dikelas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf atas segala
kekurangan yang ada dalam laporan ini. Penulis berharap adanya kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak guna kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 17 Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI
PONDASI DALAM.................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................. 3
BAB I DASAR TEORI................................................................................ 5
BAB II METODE PELAKSANAAN...............................................................1
BAB III PERHITUNGAN.............................................................................4
BAB IV DETAIL TULANGAN....................................................................17
LAMPIRAN..................................................................................... 20
PERBEDAAN BETON K- dan f'c.........................................................20

BAB I
DASAR TEORI
1.1

Pengertian
Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan diatas tanah

yang lembek. Pondasi ini juga dipakai dengan bentangan yang cukup lebar (Jarak
antar kolom 6 m) dan bangunan bertingkat. Yang termasuk didalamnya antara lain
pondasi tiang pancang (Beton, besi, pipa baja), pondasi sumuran, pondasi borpile,
dll.
1.2

Macam-Macam Pondasi Dalam


Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke

tanah keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan dengan kedalaman
Df/B

, seperti:

1. Pondasi sumuran (pier foundation) yaitu pondasi yang merupakan


peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang (Gambar 2.1d),
digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang
relatif dalam, dimana pondasi sumuran nilai kedalaman (Df) dibagi
lebarnya (B) lebih besar 4 sedangkan pondasi dangkal Df/B 1.
2. Pondasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah pondasi pada
kedalaman yang normal tidak mampu mendukung bebannya dan tanah
kerasnya terletak pada kedalaman
2.1e).

Pondasi tiang

yang

sangat

dalam

(Gambar

umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih

panjang dibanding dengan pondasi sumuran (Bowles,1991).

1.3

Penggunaan Pondasi Dalam


Pondasi tiang diperlukan untuk mendukung struktur atas untuk kondisi-

kondisi sebagai berikut:


1. Jika pondasi harus menahan beban horizontal. Pondasi dalam
dapat menahan momen dan vertikal secara bersamaan. Contohnya
adalah pondasi untuk gedung tinggi, jembatan, dermaga dsb.

2. Lapisan-lapisan tanah atas sangat kompresibel dan terlalu


lemah mendukung struktur atas. Dalam hal ini pondasi tiang
diperlukan untuk meneruskan beban kedalam lapisan tanah keras
(bedrock). Jika pondasi tiang tidak mencapai tanah keras, maka beban
struktur atas akan ditahan oleh friksi antara tiang dan tanah.

3. Pada tanah yang ekspansif. Tanah yang ekspansif dapat mengalami


pengembangan (swelling) dan penyusutan (shrinkage) tergantung
kepada kondisi kadar airnya.
4. Pondasi harus menahan uplift forces. Hal ini misalnya terjadi pada
basement dengan muka air tanah yang tinggi.
5. Adanya erosi tanah. Hal ini misalnya terjadi pada abutment dan pier
jembatan.

6. Pondasi harus menahan gerakan tanah lateral. Pondasi tiang


dapat digunakan sebagai perkuatan lereng atau sekaligus sebagai
pondasi bangunan yang berdiri di atas tanah berlereng.

1.4

Mekanisme Transfer Beban


Mekanisme transfer beban dari tiang ke dalam tanah adalah sangat

kompleks. Beban pondasi akan ditransfer melalui tahanan gesek tiang (Qfriksi)
dan tahanan ujung tiang (Qujung). Pada saat pembebanan tiang, perpindahan
tiang ke arah bawah diperlukan untuk memobilisasi tahanan gesek tiang
(Qfriksi). Tanpa memperhatikan jenis tanah, jenis tiang dan dimensinya, besarnya
perpindahan relatif ini biasanya tidak melebihi 0,5 cm
sampai mendekati 1,0 cm.

meskipun ada yang

Perpindahan ujung tiang yang dibutuhkan agar

tahanan ujung tiang (Qujung) termobilisasi seluruhnya lebih besar daripada


gerakan yang dibutuhkan untuk termobilisasinya tahanan gesek tiang (Qfriksi)
secara penuh. Secara umum tahanan gesek tiang ultimit (Qfriksi) termobilisasi
lebih awal daripada tahan ujungnya (Qujung).
Mekanisme transfer beban juga tergantung pada jenis tanah, jenis tiang,
panjang tiang dan seberapa tinggi tingkat pembebanannya. Pada umumnya, saat
awal pembebanan, sebagian besar beban didukung oleh tahanan gesek tiang
(Qfriksi) pada tiang bagian atas. Ketika beban dilepas dan kemudian dibebani
kembali dengan beban yang lebih besar, jika tahanan gesek tiang (Qfriksi) telah
mencapai maksimum, sebagian beban akan didukung oleh tahanan ujung tiang
(Qujung). Pada saat terjadi keruntuhan, dimana pergerakan vertikal tiang terus
bertambah hanya dengan penambahan beban yang sedikit, maka tidak ada lagi
kenaikan transfer beban ke tahanan gesek tiang (Qfriksi) dan tahanan ujung tiang
(Qujung) telah mencapai nilai maksimumnya.

BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1

Pekerjaan Persiapan
1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat
tiang tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus
dibubuhi tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan,
maka tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.
2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan hatihati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.
3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan
tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final
set).
4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat.
Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.
5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang berikutnya
bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras
yang diharapkan belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan
pada batang pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian
sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel
menjadi satu.
c. Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.
7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan
pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman
tanah keras yang ditentukan.
8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai lapisan
tanah keras/final set yang ditentukan.
9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.

2.2

Proses Pengangkatan

1. Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan )

Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat penyusunan tiang
beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke penyusunan lapangan.
Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala tiang adalah
1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen maksimum pada bentangan,
haruslah sama dengan momen minimum pada titik angkat tiang sehingga dihasilkan momen
yang sama.
2. Pengangkatan dengan satu tumpuan
Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan
dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang telah ditentukan
di lapangan.
Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini adalah jarak
antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk mendapatkan jarak ini,
haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum pada tempat pengikatan tiang sehingga
dihasilkan nilai momen yang sama.

2.3

Proses Pemancangan

1.

Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik
pancang yang telah ditentukan.

2.

Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.

3.

Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang
telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.

4.

Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telah
ditentukan.

5.

Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay sambil


diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul vertikal. Sebelum
pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan center gate pada dasar driving

lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang
pertama.
6.

Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontiniu


ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.

BAB III
PERHITUNGAN
3.1

Perhitungan Beban Maksimum yang Diterima oleh Tiang

Pmax =

P v M x .Y max M y . X max

2
2
n
ny. y
nx . x

dimana:
Pmak = Beban maksimum yang diterima oleh tiang pancang (t)
Pv

= Jumlah total beban (t)

Mx = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x


My = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y
n = Banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang pancang (pile group)
Xmak = Absis terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang
Ymak = Ordinat terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang
nx = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu x
ny = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu y
x

= Jumlah kuadrat absis-absis tiang pancang (m2)

. y 2 = Jumlah kuadrat ordinat-ordinat tiang pancang (m2)

Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 1

Pv

= 223,195 t

Mx = 1,671 tm
My = 0,455 tm
Xmak = 62,5 cm = 0,625 m
Ymak = 62,5 cm = 0,625 m
x2

= (0,6252) + (0,6252)
= 0,781 m2

. y2

= (0,6252) + (0,6252)
= 0,781 m2

n=4
nx = 2
ny = 2
Pmax =

223,195 1,671 .0,625 0,455 .0,625

+
4
2 . 0,781
2 .0,781

= 56,649 t < P1 tiang = 57,590 t

3.2

Kontrol Terhadap Geser Pons

Karena kolom tidak tertumpu pada pile, maka P yang diperhitungkan adalah P kolom.
P = 318,799 t
h = 0,7 m
t=

P
4. h x ( h+ B )

318,799
4 x 0,7 x ( 0,7+0,6 )

= 87,582 t/m2
= 8,76 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2
t< t ijin=0,65 f ' c =0,65 250=10,28 kg /cm 2 (tebal pile cap cukup, sehingga tidak
memerlukan tulangan geser pons).

3.3

Penulangan Tiang Pancang

Penulangan tiang pancang dihitung berdasarkan kebutuhan pada waktu pengangkatan


tersebut ada dua kondisi, yaitu satu tumpuan dan dua tumpuan.
3.3.1 Kondisi I (Dua Tumpuan)

M1 =

M2 =

1
2

.q. a
1
8

a
. q . ( l 2 2

M1 = M2

1
2

2
.q. a

1
2

2
.q. a =

1
8

a
. q . ( l 2 2

q = 0,20 x 0,20 x 1,0 x 2,4


= 0,096 t/m = 96 kg/m
Dengan persamaan kuadrat didapat hasil :
a = 0,209 . L
= 0,209 . 14
= 2,926 m
jadi,
M1

= M2
=

1
2

2
.q. a

1
2

.96 . (

2,926
2

= 410,950 kg.m
Dimana: q

= Berat tiang pancang

3.3.2 Kondisi II (Satu Tumpuan)

1
2

2
.q. a

M1 = M2
=

1
2

.q. a

1
2

2
. 96 . (4,06)

= 791,212 Kg.m
Dari dua kondisi diatas, diambil momen yang terbesar dari titik angkat yaitu : 791,212 Kg.m

Direncanakan :
Mutu beton (fc)

= 30 Mpa

Mutu baja (fy) = 240 Mpa


b

= 20 cm

= 20 cm

= 20 5 cm = 15 cm ( selimut beton )
Mu

= 1,2 . MD

= 1,2 . (791,212 Kg.m)


= 949,454 Kg.m = 9494,5 kN
Pu

= 1,2 . Gaya Normal


= 1,2 . (34,75)
= 41,7 ton = 41700 Kg = 417 kN

Eksentrisitas :
e=

Mu
Pu

9494,5
41700

= 0,227 m = 227 mm
Rasio Penulangan Diambil 1% dengan d = 50 mm
= =

As
b .d

= 0.01

As = . b . D
= 0,01 . 200 . 150
2
2
= 300 mm ( untuk bagian atas ) maka : A = 300 . 2 = 600 mm

2
Dipakai penulangan 4 D16 ( As = 603 mm )

As
b .h

603
200 . 200

= 0,015 > 0,01 (Oke)

Pemeriksaan Pu terhadap beban seimbang Pnb


d = 200 50 = 150 mm
cb =

600
600+ fy

.d=

600
.
600+ 240 150 = 107,143

1 = 0,81
ab = 1 . cb = 0,81 . 107,143 = 86,786 mm
abd '
ab

a=
fy
E

240
200000

86,78650
(0,003) = 0,0013
86,786

= 0,0012 < S

0,003 ( E )(abb)
ab

fs =

. (0,003) =

0,003 ( 200000 ) (86,78650)


86 ,786

= 254,322 > fy
Maka didalam perhitungan selanjutnya ; fs = fy
Pnb = (0,85. fc . ab . b . As . Fy) (As . Fy)
3
= 0,85. 30. 86,786 . 200 . (10)

= 442,608 kN
Pnb = 0,70 . 442,608
= 309,826 kN < 417 kN
Memeriksa kekuatan penampang :
A's . f y
b . h .tc '
P n=
+
3.h . e
e
+1,18
dd '
d2

603 x 240
200 x 200 x 300
+
3.200 .227
227
+1,18
15050
1502

144720 12. 10
+
2,27
7,233

1722739,475 N =1722,7 kN

P n=0,70 x 1722,7=1205,89>417,00
Pemeriksaan tegangan pada tulang tekan :
3

a=

1722,7 (10)
0,85 . 30 .200

c=

337
=396 mm
0,85

fs = 0,003. 200000 (

= 337 mm

39650
)
396

= 534 Mpa > fy = 240 Mpa


Merencanakan Tulangan Spiral :
Dipilih tulangan D10 untuk penulangan spiral
Ag

2
= 20 . 20 = 40000 mm

Ac

2
= 150 .150 = 22500 mm

40000
1
Ps (min) = 0,45 ( 22500
).
4 Asp
Smax = ( Dc . )

300
240

= 0,043

2
Asp = 113 mm ; Dc = 150 mm

4 .113
150 (0,043)

= 70 mm

Dipakai tulangan spiral D10 70 mm

3.4

Tulangan Memanjang Tiang Pancang

Mu = 721,219 kgm = 7,212 kNm


Mu
b .d

Mu

( )
b.d

7,212
2
=85,389 kN /m
2
0,5 . 0,411

= . . f y 10,588.

fy
f 'c

0,085= .0,8 .400 10,588. .

400
25

0,085=320 3010,56 2
Dengan rumus abc didapatkan nilai = 0,00027
Pemeriksaan syarat rasio penulangan (min < < max)
min =

1,4 1,4
=
=0,0035
f y 400

max =

.450 0,85. f ' c 0,85.450 0,85.25


x
=
x
= 0,0203
600+f y
400
600+ 400
400

karena < min maka dipakai min


As

= .b.d. 106
= 0,0035 . 0,500 . 0,411 . 106
= 719,25 mm2

Digunakan tulangan 2D22 (As = 760 mm2)

3.5

Kontrol Terhadap Tekuk

Dianggap kedua ujung sendi, diperoleh harga k = 1


r = 0,3 . h = 0,3 . 500 = 150 mm
K=

1.6000
=40
(K > 20 maka kelangsingan diperhitungkan)
150

Ig=

k . Lu
r

1
. . D4
64

1
4
.3,14 . 500 =3066406250 mm
64

Ec = 4700 (fc)0.5 = 23500 Mpa


EI =

Ec . Ig .0,4
( 1+ . d )

23500.3066406250
=1,922 x 1013 mm
1+ 0,5

Pu = 56,649 T = 566,49 KN
2 . EI 3,142 .1,922 x 1013
Pcr=
=
=5262875,318 N
( k . Lu )2
(1.6000 )2
Cm = 1
Cs=

Cm
Pu
1
( Pcr )

1
=1,198
566,49
1
0,65. 5262,875

Mn = Cs . Mu = 1,198 . 0,721219 . 107 = 8643546,477 N.mm


ea=

Mn 8643546,477
=
=15,26 mm
Pu
566490

h
500
e=ea+ d ' =15,26+
89=176,26 mm
2
2

( )

cb=

a=

600 . d
600 . 411
=
=246,6 mm
( f y + 600) ( 400+600)

Pu
566490
=
=53,317 mm
'
0,85
. 25 .500
0,85 . f c .b

ab=0,85 . cb=0,85. 246,6=209,61mm


a < ab, dipakai rumus

Pu ed +
As= A s' =

Pu
2 . RL . b

f y (dd ' )
566490
2 ( 0,85 . 25 ) 500
400(41189)

566490 176,26411+

= -915,19 mm2
Digunakan As min 1% Ag = 0,01.(1/4..(500)2) = 1962,5 mm
Digunakan tulangan 6 D 22 ( Asterpasang = 2281 mm2 )

3.6 Penulangan Geser Tiang Pancang


Vu = 1413 kg = 14130 N

V n=

V u 14130
=
=23550 N

0,6

V c=

1
1
f ' c x b x d= 25 x 500 x 411=171250 N

6
6

Periksa vu > fvc:


vu =

Vu
14130
=
=0,069 MPa
b . d 500.411

vc=

Vc 1
1
= f ' c = 25=0,8333 MPa
b.d 6
6

fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50


vu < fvc dipakai tulangan praktis
Digunakan tulangan sengkang 8 200.

3.7 Penulangan Pile Cap


Penulangan didasarkan pada:
P1 = Pmak = 56,649 t
Mx = My = 56,649 x 0,625 = 35,406 tm
Penulangan Arah x

Mu = 35,406 tm = 354,06 kNm


Tebal pelat (h) = 700 mm
Penutup beton (p) = 70 mm
Diameter tulangan (D) = 16 mm
Tinggi efektif arah x (dx)

= h p D
= 700 70 .16 = 622 mm

Mu

354,06
=915,158 kN /m2
2
1.0,622

( )

fy
f 'c

b .d

Mu

b . d2

= . . f y 10,588. .

0,915= .0,8 .400 10,588. .

400
25

0,915=320 3010,56 2
Dengan rumus abc didapatkan nilai = 0,00294
Pemeriksaan syarat rasio penulangan (min < < max)
min =

1,4 1,4
=
=0,0035
f y 400

max =

.450 0,85 f ' c 0,85.450 0,85.25


x
=
x
=0,0203
600+f y
400
600+400
400

< min maka dipakai min


= .b.d.106

As

= 0,0035 . 1 . 0,622 . 106


= 2177mm2
Dipakai tulangan D16 75 (As terpasang = 2681 mm2)
Penulangan Arah y
Mu = 35,406 tm = 354,06 kNm
Tebal pelat (h) = 700 mm
Penutup beton (p) = 70 mm
Diameter tulangan (D) = 16 mm
Tinggi efektif arah y (dy)

= h p Dx D
= 700 70 16 .16
= 606 mm

Mu

354,06
2
=964,121 kN /m
2
1.0,606

( )

fy
f 'c

b .d

Mu

b . d2

= . . f y 10,588. .

0,964= .0,8.400 10,588. .

400
25

0,964=320 3010,56 2
Dengan rumus abc didapatkan nilai = 0,0031

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (min < < max)


min =

1,4 1,4
=
=0,0035
f y 400

max =

.450 0,85. f ' c 0,85 x 450 0,85.25


x
=
x
=0,0203
600+f y
400
600+ 400
400

< min maka dipakai min


As

= .b.d.106
= 0,0035 . 1 . 0,606 . 106
= 2121mm2

Dipakai tulangan D16 75 (As terpasang = 2681 mm2)

BAB IV
DETAIL TULANGAN
4.1 Detail penjangkaran tulangan kolom yang masuk ke dalam pile cap

4.2 Detail penulangan pile cap dan hubungan tiang pancang yang masuk ke dalam pile cap
4.2.1 Denah pile cap

4.2.2

Potongan A-A

4.2.3

Potongan B-B

4.3 Detail penjangkaran tulangan tiang pancang yang masuk ke dalam pile cap
4.3.1 Tiang pancang biasa

4.3.2

Tiang pancang pratekan

LAMPIRAN
PERBEDAAN BETON K- dan f'c
Nilai kuat tekan beton kadangkala ada yang menyebut K- misalnya K-200 ; K-175 ; K-300
atau ada yang menyebut f'c 20; f'c 25; f'c 30. Kedua nilai ini ada adalah nilai kuat tekan
beton. Hal ini tentunya dapat membuat suatu kebingungan? di satu pihak ada yang
menggunakan K- di satu pihaknya ada yang menggunakan f'c. Kemudian apa yang menjadi
perbedaan antara keduanya.
Pengertian K dan f'c
K merupakan kuat tekan beton karakteristik.
f'c merupakan kuat tekan beton yang disyaratkan.
Penggunaan K dan f'c
Nilai K digunakan hanya untuk benda uji berbentuk kubus

Nilai MPa digunakan hanya untuk benda uji berbentuk silinder


Satuan K dan f'c
Nilai K menggunakan satuan kg/cm2
Nilai f'c menggunakan satuan MPa (N/mm2)
1 MPa = 10 kg/cm2
Benda Uji K dan f'c
K untuk benda uji kubus 15x15x15 sebanyak 20 buah.
fc untuk benda uji silinder 15x30 sebanyak 2x30 buah (lapangan dan laboratorium).
Peraturan K dan f'c
K diatur dalam PBI 71
fc diatur dalam SKSNI

Hubungan K dan f'c


Dalam desain bila mencantumkan nilai K atau f'c harus di konversi sebaliknya.
Kubus 15x15x15 (K) = 1
Kubus 20x20x20 = 0,95
Kubus 10x10x10 = 1,07
Silinder 15x30 (f'c) = 0,83
Contoh :
Kubus yang digunakan = 15x15x15
f'c = 30 MPa = 300 kg/cm2 ---> K (1/0,83).300 = K-361 MPa
K-250 ---> f'c(0,83/1).250 / 10 = f'c 20,75 MPa

DAFTAR PUSTAKA
maygunrifanto.blogspot.com/2007/06/standart-detail-pekerjaan-konstruksi.html
http://belajarsipil.blogspot.com/2012/06/pondasi.html
https://sipilusm.wordpress.com/2010/03/08/perhitungan-pondasi/
http://www.hdesignideas.com/2012/06/memahami-mutu-beton-fc-mpa-dan-mutu.html

Anda mungkin juga menyukai