Disusun oleh:
Hilman Zhafiri (13413200)
Irma Oktaviani (1341320037)
Reven Audia Rahmanda (13413200)
KELOMPOK 4
2.MRK.3
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan tugas ini dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
mengajarkan cara praktek pemetaan dan teori praktek plumbing di lapangan
maupun dikelas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf atas segala
kekurangan yang ada dalam laporan ini. Penulis berharap adanya kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak guna kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
PONDASI DALAM.................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................. 3
BAB I DASAR TEORI................................................................................ 5
BAB II METODE PELAKSANAAN...............................................................1
BAB III PERHITUNGAN.............................................................................4
BAB IV DETAIL TULANGAN....................................................................17
LAMPIRAN..................................................................................... 20
PERBEDAAN BETON K- dan f'c.........................................................20
BAB I
DASAR TEORI
1.1
Pengertian
Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan diatas tanah
yang lembek. Pondasi ini juga dipakai dengan bentangan yang cukup lebar (Jarak
antar kolom 6 m) dan bangunan bertingkat. Yang termasuk didalamnya antara lain
pondasi tiang pancang (Beton, besi, pipa baja), pondasi sumuran, pondasi borpile,
dll.
1.2
tanah keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan dengan kedalaman
Df/B
, seperti:
Pondasi tiang
yang
sangat
dalam
(Gambar
1.3
1.4
kompleks. Beban pondasi akan ditransfer melalui tahanan gesek tiang (Qfriksi)
dan tahanan ujung tiang (Qujung). Pada saat pembebanan tiang, perpindahan
tiang ke arah bawah diperlukan untuk memobilisasi tahanan gesek tiang
(Qfriksi). Tanpa memperhatikan jenis tanah, jenis tiang dan dimensinya, besarnya
perpindahan relatif ini biasanya tidak melebihi 0,5 cm
sampai mendekati 1,0 cm.
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1
Pekerjaan Persiapan
1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat
tiang tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus
dibubuhi tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan,
maka tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.
2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan hatihati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.
3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan
tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final
set).
4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat.
Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.
5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang berikutnya
bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras
yang diharapkan belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan
pada batang pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian
sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel
menjadi satu.
c. Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.
7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan
pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman
tanah keras yang ditentukan.
8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai lapisan
tanah keras/final set yang ditentukan.
9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.
2.2
Proses Pengangkatan
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat penyusunan tiang
beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke penyusunan lapangan.
Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala tiang adalah
1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen maksimum pada bentangan,
haruslah sama dengan momen minimum pada titik angkat tiang sehingga dihasilkan momen
yang sama.
2. Pengangkatan dengan satu tumpuan
Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan
dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang telah ditentukan
di lapangan.
Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini adalah jarak
antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk mendapatkan jarak ini,
haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum pada tempat pengikatan tiang sehingga
dihasilkan nilai momen yang sama.
2.3
Proses Pemancangan
1.
Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik
pancang yang telah ditentukan.
2.
Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.
3.
Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang
telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
4.
Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telah
ditentukan.
5.
lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang
pertama.
6.
BAB III
PERHITUNGAN
3.1
Pmax =
P v M x .Y max M y . X max
2
2
n
ny. y
nx . x
dimana:
Pmak = Beban maksimum yang diterima oleh tiang pancang (t)
Pv
Pv
= 223,195 t
Mx = 1,671 tm
My = 0,455 tm
Xmak = 62,5 cm = 0,625 m
Ymak = 62,5 cm = 0,625 m
x2
= (0,6252) + (0,6252)
= 0,781 m2
. y2
= (0,6252) + (0,6252)
= 0,781 m2
n=4
nx = 2
ny = 2
Pmax =
+
4
2 . 0,781
2 .0,781
3.2
Karena kolom tidak tertumpu pada pile, maka P yang diperhitungkan adalah P kolom.
P = 318,799 t
h = 0,7 m
t=
P
4. h x ( h+ B )
318,799
4 x 0,7 x ( 0,7+0,6 )
= 87,582 t/m2
= 8,76 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2
t< t ijin=0,65 f ' c =0,65 250=10,28 kg /cm 2 (tebal pile cap cukup, sehingga tidak
memerlukan tulangan geser pons).
3.3
M1 =
M2 =
1
2
.q. a
1
8
a
. q . ( l 2 2
M1 = M2
1
2
2
.q. a
1
2
2
.q. a =
1
8
a
. q . ( l 2 2
= M2
=
1
2
2
.q. a
1
2
.96 . (
2,926
2
= 410,950 kg.m
Dimana: q
1
2
2
.q. a
M1 = M2
=
1
2
.q. a
1
2
2
. 96 . (4,06)
= 791,212 Kg.m
Dari dua kondisi diatas, diambil momen yang terbesar dari titik angkat yaitu : 791,212 Kg.m
Direncanakan :
Mutu beton (fc)
= 30 Mpa
= 20 cm
= 20 cm
= 20 5 cm = 15 cm ( selimut beton )
Mu
= 1,2 . MD
Eksentrisitas :
e=
Mu
Pu
9494,5
41700
= 0,227 m = 227 mm
Rasio Penulangan Diambil 1% dengan d = 50 mm
= =
As
b .d
= 0.01
As = . b . D
= 0,01 . 200 . 150
2
2
= 300 mm ( untuk bagian atas ) maka : A = 300 . 2 = 600 mm
2
Dipakai penulangan 4 D16 ( As = 603 mm )
As
b .h
603
200 . 200
600
600+ fy
.d=
600
.
600+ 240 150 = 107,143
1 = 0,81
ab = 1 . cb = 0,81 . 107,143 = 86,786 mm
abd '
ab
a=
fy
E
240
200000
86,78650
(0,003) = 0,0013
86,786
= 0,0012 < S
0,003 ( E )(abb)
ab
fs =
. (0,003) =
= 254,322 > fy
Maka didalam perhitungan selanjutnya ; fs = fy
Pnb = (0,85. fc . ab . b . As . Fy) (As . Fy)
3
= 0,85. 30. 86,786 . 200 . (10)
= 442,608 kN
Pnb = 0,70 . 442,608
= 309,826 kN < 417 kN
Memeriksa kekuatan penampang :
A's . f y
b . h .tc '
P n=
+
3.h . e
e
+1,18
dd '
d2
603 x 240
200 x 200 x 300
+
3.200 .227
227
+1,18
15050
1502
144720 12. 10
+
2,27
7,233
1722739,475 N =1722,7 kN
P n=0,70 x 1722,7=1205,89>417,00
Pemeriksaan tegangan pada tulang tekan :
3
a=
1722,7 (10)
0,85 . 30 .200
c=
337
=396 mm
0,85
fs = 0,003. 200000 (
= 337 mm
39650
)
396
2
= 20 . 20 = 40000 mm
Ac
2
= 150 .150 = 22500 mm
40000
1
Ps (min) = 0,45 ( 22500
).
4 Asp
Smax = ( Dc . )
300
240
= 0,043
2
Asp = 113 mm ; Dc = 150 mm
4 .113
150 (0,043)
= 70 mm
3.4
Mu
( )
b.d
7,212
2
=85,389 kN /m
2
0,5 . 0,411
= . . f y 10,588.
fy
f 'c
400
25
0,085=320 3010,56 2
Dengan rumus abc didapatkan nilai = 0,00027
Pemeriksaan syarat rasio penulangan (min < < max)
min =
1,4 1,4
=
=0,0035
f y 400
max =
= .b.d. 106
= 0,0035 . 0,500 . 0,411 . 106
= 719,25 mm2
3.5
1.6000
=40
(K > 20 maka kelangsingan diperhitungkan)
150
Ig=
k . Lu
r
1
. . D4
64
1
4
.3,14 . 500 =3066406250 mm
64
Ec . Ig .0,4
( 1+ . d )
23500.3066406250
=1,922 x 1013 mm
1+ 0,5
Pu = 56,649 T = 566,49 KN
2 . EI 3,142 .1,922 x 1013
Pcr=
=
=5262875,318 N
( k . Lu )2
(1.6000 )2
Cm = 1
Cs=
Cm
Pu
1
( Pcr )
1
=1,198
566,49
1
0,65. 5262,875
Mn 8643546,477
=
=15,26 mm
Pu
566490
h
500
e=ea+ d ' =15,26+
89=176,26 mm
2
2
( )
cb=
a=
600 . d
600 . 411
=
=246,6 mm
( f y + 600) ( 400+600)
Pu
566490
=
=53,317 mm
'
0,85
. 25 .500
0,85 . f c .b
Pu ed +
As= A s' =
Pu
2 . RL . b
f y (dd ' )
566490
2 ( 0,85 . 25 ) 500
400(41189)
566490 176,26411+
= -915,19 mm2
Digunakan As min 1% Ag = 0,01.(1/4..(500)2) = 1962,5 mm
Digunakan tulangan 6 D 22 ( Asterpasang = 2281 mm2 )
V n=
V u 14130
=
=23550 N
0,6
V c=
1
1
f ' c x b x d= 25 x 500 x 411=171250 N
6
6
Vu
14130
=
=0,069 MPa
b . d 500.411
vc=
Vc 1
1
= f ' c = 25=0,8333 MPa
b.d 6
6
= h p D
= 700 70 .16 = 622 mm
Mu
354,06
=915,158 kN /m2
2
1.0,622
( )
fy
f 'c
b .d
Mu
b . d2
= . . f y 10,588. .
400
25
0,915=320 3010,56 2
Dengan rumus abc didapatkan nilai = 0,00294
Pemeriksaan syarat rasio penulangan (min < < max)
min =
1,4 1,4
=
=0,0035
f y 400
max =
As
= h p Dx D
= 700 70 16 .16
= 606 mm
Mu
354,06
2
=964,121 kN /m
2
1.0,606
( )
fy
f 'c
b .d
Mu
b . d2
= . . f y 10,588. .
400
25
0,964=320 3010,56 2
Dengan rumus abc didapatkan nilai = 0,0031
1,4 1,4
=
=0,0035
f y 400
max =
= .b.d.106
= 0,0035 . 1 . 0,606 . 106
= 2121mm2
BAB IV
DETAIL TULANGAN
4.1 Detail penjangkaran tulangan kolom yang masuk ke dalam pile cap
4.2 Detail penulangan pile cap dan hubungan tiang pancang yang masuk ke dalam pile cap
4.2.1 Denah pile cap
4.2.2
Potongan A-A
4.2.3
Potongan B-B
4.3 Detail penjangkaran tulangan tiang pancang yang masuk ke dalam pile cap
4.3.1 Tiang pancang biasa
4.3.2
LAMPIRAN
PERBEDAAN BETON K- dan f'c
Nilai kuat tekan beton kadangkala ada yang menyebut K- misalnya K-200 ; K-175 ; K-300
atau ada yang menyebut f'c 20; f'c 25; f'c 30. Kedua nilai ini ada adalah nilai kuat tekan
beton. Hal ini tentunya dapat membuat suatu kebingungan? di satu pihak ada yang
menggunakan K- di satu pihaknya ada yang menggunakan f'c. Kemudian apa yang menjadi
perbedaan antara keduanya.
Pengertian K dan f'c
K merupakan kuat tekan beton karakteristik.
f'c merupakan kuat tekan beton yang disyaratkan.
Penggunaan K dan f'c
Nilai K digunakan hanya untuk benda uji berbentuk kubus
DAFTAR PUSTAKA
maygunrifanto.blogspot.com/2007/06/standart-detail-pekerjaan-konstruksi.html
http://belajarsipil.blogspot.com/2012/06/pondasi.html
https://sipilusm.wordpress.com/2010/03/08/perhitungan-pondasi/
http://www.hdesignideas.com/2012/06/memahami-mutu-beton-fc-mpa-dan-mutu.html