Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin adalah
orang dengan resistensi insulin yang dihubungkan dengan
peningkatan penyakit kardiovaskular. Resistensi insulin suatu
kondisi di mana terjadi penurunan sensitivitas jaringan terhadap
kerja insulin sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin sebagai
bentuk kompensasi sel beta pankreas, resistensi insulin terjadi
beberapa dekade sebelum timbul penyakit diabetes melitus (DM)
dan kardiovaskular lainnya (Soegondo & Purnamasari, 2009).
Sindroma Metabolik ditandai dengan 1). Peningkatan tekanan
darah (tekanan darah sistolik 130 mmHg, tekanan darah
diastolik

hipertensi);

85
2).

mmHg

atau

Peningkatan

sedang memakai
glukosa

darah

obat

puasa

anti

(kadar

glukosa puasa 110 mg/dL atau 6,10 mmol/ L atau sedang


memakai obat anti

diabetes);

3).

Peningkatan

kadar

trigliserida darah ( 150 mg/dL atau 1,69 mmol/ L); 4).


Penurunan kadar HDL kolesterol (< 40 mg/dL atau < 1,03 mmol/
L 13 pada pria dan pada wanita < 50 mg/dL atau <1,29
mmol/ L); 5). Obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88
cm untuk wanita dan untuk pria > 102 cm) (Adult Treatment
Panel III, 2001).
Pandemi

sindrom

metabolik

juga

berkembang

seiring

dengan peningkatan prevalensi obesitas yang terjadi pada


populasi Asia, termasuk Indonesia. Studi yang dilakukan di Depok
pada tahun 2001 menunjukan prevalensi sindrom metabolik
menggunakan kriteria National Cholesterol Education Program
Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III) dengan modifikasi Asia
Pasifik, terdapat pada 25,7% pria dan 25% wanita. Pada tahun

2004 melaporkan prevalensi sindrom metabolik sebesar 13,13%


dan menunjukan bahwa kriteria Indeks Massa Tubuh (ITM)
obesitas >25 kg/m2 lebih cocok di terapkan pada orang
indonesia, DKI jakarta pada tahun 2006 melaprkan prevalensi
sindrom metabolik dengan 26,3% dengan komponen terbanyak
merupakan obesitas sentral 59,4% (Soegondo & Purnamasari,
2009).
Jumlah tersebut semakin membuktikan bahwa penyakit
Sindroma Metabolik merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang

sama

seriusnya

Departemen

Kesehatan

dengan
RI

Diabetes

menyebutkan

Mellitus.
bahwa

Data

kompliksi

Diabetes Mellitus tersering adalah Sindroma Metabolik (Depkes


RI, 2010).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Sindroma Metabolik
Sindrom

metabolik

merupakan

suatu

kumpulan

faktor risiko metabolic yang berkaitan secara langsung


terhadap

terjadinya

artherosklerotik.
dislipidemia
peningkatan

penyakit

Faktor

risiko

atherogenik,
kadar

kardiovaskuler

tersebut

peningkatan

glukosa

terdiri

tekanan

plasma,

dari
darah,

keadaan

prototombik, dan proinflamasi. Berdasarkan The National


Cholesterol
Panel

Education

(NCEP-ATP

Program
III),

Third

Sindrom

Adult Treatment

Metabolik

adalah

seseorang dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut

1). Peningkatan tekanan darah (tekanan darah sistolik


130 mmHg, tekanan darah diastolik 85 mmHg atau
sedang memakai obat anti hipertensi); 2). Peningkatan
glukosa darah puasa (kadar glukosa puasa 110 mg/dL
atau 6,10 mmol/ L atau sedang memakai obat anti
diabetes); 3). Peningkatan kadar trigliserida darah (

150 mg/dL atau 1,69 mmol/ L); 4). Penurunan kadar


HDL kolesterol (< 40 mg/dL atau < 1,03 mmol/ L 13 pada
pria dan pada wanita < 50 mg/dL atau <1,29 mmol/
L); 5). Obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm
untuk wanita

dan

untuk

pria

>

102

cm) (Adult

Treatment Panel III, 2001).


2. Diagnosis Sindroma Metabolik
Diagnosis dari Sindroma Metabolik harus didasarkan
atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tekanan darah,
kadar trigliseride, dan HDL. Berdasarkan
Cholesterol
Panel

Education

(NCEP-ATP

Program
III),

Third

Sindrom

The

National

Adult Treatment

Metabolik

adalah

seseorang dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut:


a. Peningkatan tekanan darah (tekanan darah sistolik
130 mmHg, tekanan darah diastolik 85 mmHg
atau sedang memakai obat anti hipertensi).
b. Peningkatan

glukosa

darah

puasa

(kadar glukosa

puasa 110 mg/dL atau 6,10 mmol/ L atau sedang


memakai obat anti diabetes).
c. Peningkatan kadar trigliserida darah ( 150 mg/dL
atau 1,69 mmol/ L).
d. Penurunan kadar HDL kolesterol (< 40 mg/dL atau <
1,03 mmol/ L 13 pada pria dan pada wanita < 50
mg/dL atau <1,29 mmol/ L).
e. Obesitas abdominal
untuk wanita

dan

(lingkar
untuk

pinggang

pria

>

102

>

88

cm

cm) (Adult

Treatment Panel III, 2001).


3. Faktor-Faktor Predisposisi Sindroma Metabolik

Faktor-faktor

predisposisi

terjadinya

Sindroma

Metabolik meliputi hipertensi, Obesitas, Kadar Glukosa


Darah, Usia, Trigliseride dan HDL.
a. Hipertensi
Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan
tahanan vaskuler perifer. Peningkatan
dan

resistensi

vaskuler

perifer

curah

jantung

menyebabkan

peningkatan tekanan darah yang merupakan produk


dari

resistensi

tekanan darah

pembuluh darah perifer. Peningkatan


secara

terus menerus

sehingga

melebihi batas normal diartikan sebagai hipertensi,


dimana tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg.
b. Obesitas
Kegemukan adalah faktor risiko yang paling penting
untuk diperhatikan. Sebab, melonjaknya angka kejadian
diabetes tipe 2 sangat terkait dengan obesitas. Lebih
dari 8 di antara 10 penderita diabetes tipe 2 adalah
mereka yang obesitas. Makin banyak jaringan lemak,
jaringan tubuh dan otot akan makin resisten terhadap
kerja insulin (insulin resistance), terutama bila lemak
tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul di daerah
sentral atau perut (central obesity). Lemak ini akan
memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat
diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran
darah.
c. Kadar Glukosa Darah
Glukosa adalah salah satu karbohidrat terpenting
yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam
tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk

sintesis

semua karbohidrat
glikogen,

galaktosa

glikolipid
kadar
tingkat

tubuh

seperti

ribosa dan deoksiribosa dalam

nukleat,
Tingkat

lain di dalam
dalam

laktosa

asam

susu,

dalam

dan glikoprotein, dan dalam proteoglikan.


glukosa

glukosa

di

dalam

darah

darah. Kadar

glukosa

serum,

disebut

glukosa

diatur

dengan

darah

dengan

atau

ketat

di

dalam tubuh. Umumnya kadar glukosa darah sepanjang


hari adalah 70-110 mg/dl. Kadar ini meningkat setelah
makan dan akan berada pada level terendah pada pagi
hari sebelum orang makan.
d. Usia
Risiko terkena sindroma metabolik akan meningkat
dengan bertambahnya usia, terutama diatas 40 tahun,
serta mereka yang kurang gerak badan, massa ototnya
berkurang, dan berat badannya makin bertambah.
Namun, belakangan ini, dengan makin banyaknya anak
yang mengalami obesitas, angka kejadian diabetes tipe
2 pada anak dan remaja pun meningkat.
e. Trigliserida
Trigliserida
Trigliserida

adalah

terbentuk

suatu

dari

ester

gliserol.

tiga asam lemak dan

gliserol. Fungsi utama trigliserida yaitu sebagai zat


energi. Kadar trigliserida
dalam

darah

atau

dipengaruhi

lemak

oleh

yang

kadar

ada

di

lemak yang

dicerna dari makanan atau banyaknya lemak yang


masuk ke dalam tubuh. Lemak disimpan di dalam
tubuh

dalam

asamasam
hormon

bentuk
lemak

trigliserida

dan

gliserol

dari

hasil sintesa

dengan

bantuan

insulin (lipogenesis) apabila masukan energi

lebih

besar

dari

energi

yang

keluar.

Sel

yang

mendapatkan masukan energi lebih rendah dibanding


energi yang keluar, enzim lipase dalam sel lemak
akan

memecah

trigliserida

menjadi

gliserol

dan

asam lemak kemudian melepasnya ke dalam pembuluh


darah

(lipolisis). Umumnya kadar trigliserida darah

sepanjang hari adalah <150 mg/dl.


f. HDL
Kolesterol di dalam darah diangkut dalam bentuk
lipoprotein. HDL (High Density Lipoprotein) merupakan
golongan lipoprotein berdensitas tinggi yang berperan
dalam pencegahan atau bersifat anti atherogenik.
HDL

bertugas mengangkut kolesterol dari jaringan

tubuh ke hati untuk dimetabolis dan disintesis menjadi


garam empedu untuk dibuang. Kadar normal HDL
kolesterol di dalam tubuh manusia adalah sekitar 40-50
mg/dl untuk pria dan 50-60 mg/dl untuk wanita. Kadar
kolesterol HDL yang rendah
bebas

yang kuat untuk

merupakan

penyakit

prediktor

jantung

koroner

(PJK).
4. Patogenesis Sindroma Metabolik
Menurut NCEP-ATP III komponen-komponen sindroma
metabolik terdiri dari :
a. Peningkatan

tekanan

darah

berhubungan

dengan

obesitas dan biasanya terjadi pada resistensi insulin.


b. Resistensi
sebagian

insulin
populasi

intoleransi glukosa
dengan

sindroma

terjadi pada
metabolik.

Resistensi ini berhubungan erat dengan komponen

sindroma

metabolik

lainnya

dan

berbanding

lurus

dengan risiko PKV (penyakit kardiovaskuler).


c. Dislipidemia
penurunan

atherogenik
kadar

bermanifestasi

dengan

HDL, peningkatan kadar trigliserid,

dan small dense LDL.


d. Obesitas
yang

abdominal

paling

kuat

adalah

bentuk

dari

berhubungan dengan

obesitas
sindroma

metabolik. Hal ini dapat terlihat secara klinis dengan


meningkatnya lingkar pinggang.
5. Gejala Dan Tanda Sindroma Metabolik
Gejala

dan

tanda-tanda

Sindroma

Metabolik

merupakan komplikasi dari Diabetes Mellitus yang sudah


kronik.

Adapun

gejala

dari

Diabetes

Mellitus

dapat

digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik (Perkeni,


2011):
a. Gejala Akut Penyakit Diabetes Melitus
Gejala

penyakit

Diabetes

Melitus

dari

satu

penderita ke penderita lain bervariasi, bahkan mungkin


tidak

menunjukkan

gejala

apa

pun

sampai

saat

tertentu. Permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi


serba banyak (poli) yaitu banyak makan (poliphagi),
banyak minum (polidipsi) dan banyak kencing (poliuri).
Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan
timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu
makan mulai berkurang/berat badan turun dengan
cepat (turun 5 10 kg dalam waktu 2 4 minggu),
mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati, akan timbul
rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang
disebut dengan koma diabetik.

b. Gejala Kronik Diabetes Melitus


Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita
Diabetes Melitus adalah kesemutan; kulit terasa panas,
atau seperti tertusuk-tusuk jarum; rasa tebal di kulit;
kram; capai ; mudah mengantuk, mata kabur, biasanya
sering ganti kacamata; gatal di sekitar kemaluan
terutama wanita; gigi mudah goyah dan mudah lepas
kemampuan seksual menurun, bahkan impotensi dan
para ibu hamil sering mengalami keguguran atau
kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi
berat lahir lebih dari 4 kg.
6. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
1) Antihiperlipidemia
2) Antihipertensi
3) Antidiabetes
b. Diet: diet dan pengendalian berat badan merupakan
dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan
nutrisi

pada

penderita

diarahkan

untuk

mencapai

tujuan berikut ini :


1) Memberikan

semua

unsur

makanan

esensial

(misalnya vitamin dan mineral)


2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang
sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energi
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap
harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah
mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan
praktis

5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini


meningkat

BAB III
KASUS 2
1. Skenario Kasus

10

Mr.R, a 50 year-old-man, presented to the primary care


clinic with chest discomfort for one weak. He did not
complain of cough as well as shorthness of breath. He had
history of DM for five years, and hypertension for two
years. His moter has DM. she was a smoker with sedentary
lifestyle.
Physical examination showed his body weight was
85kgs, height 165cmz. The pulse rate was 78x/min; blood
pressure was 160/110 mmHg. The general and systemic
examination were normal.
A laboratory test revealed that fasting blood sugar was
220 mg/dl, post prandial blood sugar was 350 mg/dl,
trigliserid was 150 mg/dl, total colestrol was 300 mg/dl,
HDL was 30mg/dl, hbA1C was 7,5%. The EKG and Chest XRay were normal.
The

doctor

gave

metformin,

simvastatin,

and

amlodipin. The doctor also suggested modified the lifestyle.


2. Analisis Kasus
Untuk kasus scenario diatas, Pasien dapat dibarikan
terapi secara rawat jalan. Karena tidak ada indikasi
penyakit yang membahayakan. Keluhan pasien adalah rasa
tidak nyaman di dada. Rasa tidak nyaman di dada tersebut
yang diderita pasien merupakan manifestasi klinis dari
hipertensi

yang

dideritanya

dalam

jangka

panjang.

Merupakan indikasi dari Peyakit Jantung Koroner, yaitu


adanya arterosklerosis akibat menumpuknya lemak darah
dalam dinding pembuluh darah.
Penyakit utama pasien adalah Diabetes Mellitus dan
telah

menderita

DM

selama

lima

tahun.

Dokter

11

memberikan

metformin.

Metformin

adalah

obat

antidiabetes yang dikhususkan untuk penderita diabetes


mellitus type 2. Sediaannya dalah tablet 500mg. Dengan
dosis maksimum 3 gram yang dibagi dalam 3 dosis per
hari.
Penyakit lain yang menyertai DMnya adalah hipertensi
yang sudah berjalan selama dua tahun. Untuk hipertensi,
dokter memberikan amlodipin. Selain untuk menurunkan
tekanan

darah,

amlodipin

dapat

berfungsi

sebagai

pembantu mengatasi serangan angina. Obat ini bekerja


dengan

cara

melemaskan

dinding

dan

melebarkan

diameter pembuluh darah. Sediaannya tablet 5mg. dosis


perhari adalah 5-10mg.
Sebagai tambahan, dokter memberi Simvastatin. Obat
ini merupakan penurun kolestrol dalam darah. LDL akan
sangat mudah menempel dan menggumpal pada dinding
pemuluh darah. Sediaannya adalah tablet scored 10mg.
Selain

memberikan

pengobatan

medikamentosa,

sebaiknya diberikan konseling terhadap penyakit pasien.


Seperti, menjaga pola hidup yang lebih sehat, mengurangi
merokok, dan menjaga diet agar kolestrol dalam darah
tidak meningkat dan tetap stabil.

12

BAB IV
RESEP
dr. Warraihan
NO. SIP : 044/SIP-1/2015/SKA
JL. Semangka No. 27 SKA, Telp : (0271) 123456
Surakarta, 30 Oktober 2015
R / Metformin tab 500 mg No.XXX
S.3.d.d. tab I
R / Simvastatin tab 10 mg No.XXX
S.1.d.d. tab I nocte
R / Amlodipin tab 5 mg No.XXX
S.1.d.d tab I nocte
Pro
Age

: Tn. R
: 50 th

13

BAB V
KESIMPULAN
1. Pasien tidak perlu pemeriksaan penunjang, diberikan terapi
secara rawat jalan.
2. Pasien perlu pengamatan yang lebih sering.
3. Pasien memiliki penyakit Sindroma Metabolik.
4. Selain

harus

patuh

dengan

meminum

obat

yang

diresepkan, pasien juga harus mengubah gaya hidupnya


menjadi lebih sehat dan mengontrol asupan makanan
dengan diet.

14

DAFTAR PUSTAKA
Adult Treatment panel III., 2001. Expert Panel on Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Cholesterol in Adults. Executive Summary
of the Third Report of the National Cholesterol Education Program
(NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2010. Pedoman
Pengendalian Diabetes Mellitus dan Penyakit Metabolik.
Direktorat

Pengendalian

Direktorat

Jenderal

Penyakit

Pengendalian

tidak

Menular,

Penyakit

dan

Penyehatan Lingkungan.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)., 2011. Konsensus
Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI.
Soegondo, S., Purnamasari, D., 2009. Sindroma Metabolik. Dalam: Sudoyo,
A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., editors.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.5. Jakarta: Interna Publishing,;
1865-72.
Sutrisna, EM. 2015. Dasar-Dasar Pengobatan Rasional: Buku
Ajar

Blok

Rational.

Surakarta:

Muhammadiyah

University Press.

15

16

Anda mungkin juga menyukai