1 of 8
http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1429279521
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=8)
(http://www.rumahfiqih.com
Ust. Ahmad Sarwat, Lc., MA
/buku.php?id=9)
(http://www.rumahfiqih.com
Tweet
/buku.php?id=10)
(http://www.rumahfiqih.com
Pertanyaan :
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, semenjak saya tahu website rumahfiqih.com saya
senantiasa belajar dari para asaatid yang istiqomah menyebarkan ilmu
Allah dengan ikhlas ini.
Terima kasih banyak atas ilmu yang diberikan asaatid rumahfiqih.com,
dan InsyaAllah saya adalah santri dari pesantren rumah fiqih ini.
jazaakumullah khairan.
/buku.php?id=11)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=12)
(http://www.rumahfiqih.com
Ustad, Saya ada beberapa pertanyaan tentang mengqodho sholat,
mohon perkenan ustad untuk menjawabnya :
1. Bagaimana hukum mengganti atau mengqadha shalat menurut
para fuqaha?
2. Bagaimana tata cara mengqadha atau mengganti sholat yang
ditinggalkan baik yang disengaja maupun tidak disengaja?
Mohon penjelasannya secara rinci
3. Selama ini jika saya meninggalkan sholat baik disengaja ataupun
tidak, saya tidak pernah menggantinya, apakah saya harus
mengganti shalat-shalat tersebut yang sudah berlangsung
selama puluhan itu ?
Mohon pencerahannya ustad, karena hal ini adalah kegalauan yang
belum saya temukan jawabannya secara memuaskan. Semoga Allah
membalas segala kebaikan ustad. Amin.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Mengqadha' shalat artinya mengganti shalat yang terlewat dari waktunya.
/buku.php?id=13)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=18)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=19)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=20)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=38)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=75)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=76)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=21)
(http://www.rumahfiqih.com
12/13/2016 14:16
2 of 8
http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1429279521
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=9)
Dari Anas bin Malik dari Nabi SAW bersabda,Siapa yang terlupa shalat,
maka lakukan shalat ketika ia ingat dan tidak ada tebusan kecuali
melaksanakan shalat tersebut dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.
(HR. Bukhari)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=10)
/buku.php?id=11)
: :
( http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=12)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=13)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=18)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=19)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=20)
:
( http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=38)
.
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=75)
( http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=76)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=21)
Dari Abdullah bin Abi Qatadah dari ayahnya berkata,Kami pernah
berjalan bersama Nabi SAW pada suatu malam. Sebagian kaum lalu
berkata, Wahai Rasulullah, sekiranya anda mau istirahat sebentar
bersama kami? Beliau menjawab: Aku khawatir kalian tertidur sehingga
terlewatkan shalat. Bilal berkata, Aku akan membangunkan kalian.
(http://www.rumahfiqih.com
Maka mereka pun berbaring, sedangkan Bilal bersandar pada hewan
tunggangannya. Namun ternyata rasa kantuk mengalahkannya dan
Selain itu juga apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika tertidur dan
habis waktu Shubuh saat terjaga saat pulang dari perang Khaibar di tahun
ketujuh hijriyah.
12/13/2016 14:16
3 of 8
akhirnya Bilal pun tertidur. Ketika Nabi SAW terbangun ternyata matahari
sudah terbit, maka beliau pun bersabda: Wahai Bilal, mana bukti yang
kau ucapkan! Bilal menjawab: Aku belum pernah sekalipun merasakan
kantuk seperti ini sebelumnya. Beliau lalu bersabda: Sesungguhnya
Allah Azza Wa Jalla memegang ruh-ruh kalian sesuai kehendak-Nya dan
mengembalikannya kepada kalian sekehendak-Nya pula. Wahai Bilal,
berdiri dan adzanlah (umumkan) kepada orang-orang untuk shalat!
kemudian beliau SAW berwudhu, ketika matahari meninggi dan tampak
sinar putihnya, beliau pun berdiri melaksanakan shalat. (HR. Al-Bukhari)
http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1429279521
/buku.php?id=15)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=5)
(http://www.rumahfiqih.com
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=39)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=36)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=40)
Orang yang terlewat dari mengerjakan shalat, maka dia wajib
mengqadha'nya begitu dia ingat. Dan harus didahulukan pengerjaanya
dari shalat fardhu pada waktunya. [1]
Ibnu Najim (w. 970 H) salah satu ulama mazhab Al-Hanafiyah menuliskan
dalam kitabnya Al-Bahru Ar-Raiq Syarah Kanzu Ad-Daqaiq sebagai berikut
:
Bahwa tiap shalat yang terlewat dari waktunya setelah pasti kewajibannya,
maka wajib untuk diqadha', baik meninggalkannya dengan sengaja,
terlupa atau tertidur. Baik jumlah shalat yang ditinggalkan itu banyak atau
sedikit. [2]
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=41)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=42)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=7)
2. Mazhab Al-Malikiyah
Ibnu Abdil Barr (w. 463 H) salah satu diantara ulama mazhab Al-Malikiyah
menuliskan di dalam kitabnya, Al-Kafi fi Fiqhi Ahlil Madinah sebagai berikut
:
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=2)
Orang yang lupa mengerjakan shalat wajib atau tertidur, maka wajib
atasnya untuk mengerjakan shalat begitu dia ingat, dan itulah waktunya
bagi dia. [3]
Al-Qarafi (w. 684 H) salah satu tokoh ulama besar dalam mazhab
Al-Malikiyah menuliskan di dalamnya kitabnya Adz-Dzakhirah sebagai
berikut :
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=4)
(http://www.rumahfiqih.com
/buku.php?id=6)
12/13/2016 14:16
4 of 8
http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1429279521
Qadha' adalah mengerjakan shalat setelah lewat waktunya dan hukumnya
wajib, baik bagi orang yang tertidur, terlupa atau sengaja. [5]
3. Mazhab As-Syafi'iyah
Asy-Syairazi (w. 476 H) salah satu ulama rujukan dalam mazhab
Asy-Syafi'iyah menuliskan di dalam kitabnya Al-Muhadzdzab sebagai
berikut :
Orang yang wajib mengerjakan shalat namun belum mengerjakannya
hingga terlewat waktunya, maka wajiblah atasnya untuk mengqadha'nya.
[6]
An-Nawawi (w. 676 H) salah satu muhaqqiq terbesar dalam mazhab
Asy-Syafi'iyah menuliskan di dalam kitabnya Al-Majmu' Syarah
Al-Muhadzdzab sebagai berikut :
Orang yang wajib atasnya shalat namun melewatkannya, maka wajib
atasnya untuk mengqadha'nya, baik terlewat karena udzur atau tanpa
udzur. Bila terlewatnya karena udzur boleh mengqadha'nya dengan
ditunda namun bila dipercepat hukumnya mustahab.[7]
4. Mazhab Al-Hanabilah
Ibnu Qudamah (w. 620 H) salah satu ulama rujukan di dalam mazhab
Al-Hanabilah menuliskan di dalam kitabnya Al-Mughni sebagai berikut :
Bila shalat yang ditinggalkan terlalu banyak maka wajib menyibukkan diri
untuk menqadha'nya, selama tidak menjadi masyaqqah pada tubuh atau
hartanya.[8]
Al-Mardawi (w. 885 H) salah satu ulama mazhab Al-Hanabilah menuliskan di
dalam kitabnya Al-Inshaf sebagai berikut :
Orang yang terlewat dari mengerjakan shalat maka wajib atasnya untuk
mengqadha' saat itu juga.[9]
Ibnu Taimiyah (w. 728 H) salah satu tokoh besar dalam mazhab
Al-Hanabilah menegaskan bahwa mengqadha' shalat itu wajib hukumnya,
meskipun jumlahnya banyak.
Bila shalat yang terlewat itu banyak jumlahnya maka wajib atasnya untuk
12/13/2016 14:16
5 of 8
http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1429279521
Adapun shalat lima waktu yang telah ditetapkan dengan nash dan ijma'm
bahwa orang yang punya udzur baik tidur, lupa atau ghalabatul 'aqli wajib
mengerjakannya begitu udzurnya sudah hilang.[11]
C. Mengganti Shalat Yang Sengaja Ditinggalkan
Seluruh ulama sepakat bahwa apapun latar belakang yang mendasari
seseorang meninggalkan shalat fardhu, baik karena sengaja atau karena
ada udzur yang syar'i, tetapi kewajiban untuk menggantinya tetap berlaku.
Oleh karena itu tidak ada bedanya dalam urusan tata cara
menggqadha'nya.
Namun ada sedikit catatan yang perlu diketahui, yaitu :
1. Mazhab Asy-Syafi'i Membolehkan Menunda Qadha' Bila Karena
Udzur
Umumnya para ulama sepakat bahwa menggaqadha' shalat itu wajib segera
dikerjakan, begitu seseorang telah terlepas dari udzur yang
menghambatnya. Misalnya, ketika terlewat gara-gara tertidur atau terlupa,
maka wajib segera mengerjakan shalat begitu bangun dari tidur atau
teringat. Dan hal ini juga berlaku buat orang yang secara sengaja
meninggalkan shalat fardhu tanpa udzur.
Namun khusus dalam pandangan mazhab Asy-syafi'iyah, bila seseorang
punya udzur yang amat syar'i ketika meninggalkan shalat, dibolehkan untuk
menunda qadha'nya dan tidak harus segera dilaksanakan saat itu juga.
Dalam hal ini kewajiban qadha' shalat itu bersifat tarakhi ().
Tetapi bila sebab terlewatnya tidak diterima secara syar'i, seperti karena
lalai, malas, dan menunda-nunda waktu, maka diutamakan shalat qadha'
untuk segera dilaksanakan secepatnya.
Bolehnya menunda shalat qadha' yang terlewat dalam mazhab ini
berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari berikut ini :
- -
Rasulullah beliau menjawab,"Tidak mengapa", atau " tidak menjadi soal".
"Lanjutkan perjalanan kalian". Maka beliau SAW pun berjalan hingga
tidak terlalu jauh, beliau turun dan meminta wadah air dan berwudhu.
Kemudian diserukan (adzan) untuk shalat dan beliau SAW mengimami
orang-orang. (HR. Bukhari).
2. Ibnu Hazm Menyendiri Tentang Tidak Ada Qadha' Kalau Sengaja
Meninggalkan Shalat
Ibnu Hazm (w. 456 H) menuliskan di dalam kitabnya, Al-Muhalla bi Atsar,
bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, tidak perlu
mengganti shalat yang ditinggalkannya secara sengaja.
12/13/2016 14:16
6 of 8
http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1429279521
Bila shalat yang ditinggalkan terlalu banyak maka wajib menyibukkan diri
untuk menqadha'nya, selama tidak menjadi masyaqqah pada tubuh atau
hartanya.[13]
Bahkan Ibnu Taimiyah sekalipun juga tetap mewajibkan qadha' shalat meski
sudah terlalu banyak. Dalam fatwanya beliau tegas menyebutkan hal itu :
Bila shalat yang terlewat itu banyak jumlahnya maka wajib atasnya untuk
mengqadha'nya, selaam tidak memberatkannya baik bagi dirinya,
keluarganya atau hartanya. [14]
Apa yang disebutkan oleh Ibnu Qudamah dan Ibnu Taimiyah itu juga
didukung oleh semua ulama lainnya. Bahwa meskipun hutang shalat itu
banyak, bukan berarti kewajiban untuk mengqadha'nya menjadi gugur.
Sebab logikanya, kalau untuk satu shalat yang ditinggalkan itu wajib diganti,
bagaimana mungkin ketika jumlah hutangnya lebih banyak malah tidak perlu
diganti? Kalau hutang duit seratus ribu wajib diganti, masak hutang seratus
juta tidak perlu diganti? Kalau begitu mendingan kita berhutang yang banyak
saja sekalian, biar gugur kewajiban membayar hutangnya.
Tentu argumentasi seperti itu agak menyalahi logika nalar dan akal sehat
setiap orang.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc., MA
[1] Al-Marghinani, Al-Hidayah fi Syarhi Bidayati Al-Mubtadi, jilid 1 hal. 73
[2] Ibnu Najim, Al-Bahru Ar-Raiq Syarah Kanzu Ad-Daqaiq, jilid 2 hal. 86
[3] Ibnu Abdil Barr, Al-Kafi fi Fiqhi Ahlil Madinah, jilid 1 hal. 223
[4] Al-Qarafi, Adz-Dzakhirah, jilid 2 hal. 380
12/13/2016 14:16
7 of 8
http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1429279521
Baca Lainnya :
Memasukan Jari ke Kemaluan Pacar, Haruskah Kami Dicambuk
atau Dirajam? (x.php?id=1428656302&memasukan-jari-kekemaluan-pacar-haruskah-kami-dicambuk-100-kali.htm)
16 April 2015, 07:28 | jinayat (bidang.php?k=jinayat) | 37.598 views
12/13/2016 14:16
8 of 8
http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1429279521
12/13/2016 14:16