Tujuan
Tujuan dari pemberian keperawatan transkultura ini adalah untuk mengembangkan sains
dan pohon keilmuan, sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan
universal (Leininger,1978). Yang dimaksud dengan kultur spesifik adalah kultur dengan nilainilai dan norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, contohnya adalah bahasa.
Sedangkan yang dimaksud kultur universal nilai- nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan
oleh semua kultur, contohnya adalah budaya berolahraga agar tubuh tetap sehat dan bugar.
Paradigma keperawatan transkultural
Paradigma keperawatan transkultural adalah cara pandang ,persepsi, keyakinan, nilainilai, dan konsep dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya terhadap empat konsep sentral, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan
(Leininger,1984, Andrew & Boyle,1995, & Barmin,1998).
Dalam perawatan transkultural terdapat pengkajian, pengkajian ini adalah suatu proses
mengumpulkan data untuk mengidentifikasikan masalah kesehatan klien sesuai latar belakang
budaya (Andrew & Boyle,1995).
Dalam proses pengkajian ini terdapat beberapa point penting diantaranya:
a.
masalah kesehatan. Contohnya adalah klien mempunyai alasan tidak mau memakan makanan
yang mengandung protein yang tinggi seperti daging,telur dan susu, setelah pasien tersebut
mengalami operasi.
b.
c.
d.
Hal-hal yang perlu berkaitan dengan nilai-nilai dan budaya dan gaya hidup adalah posisi
atau jabatan, misalnya ketua adat atau direktur, bahasa yang digunakan,pantangan terhadap
makanan tertentu, kebiasaan yang sering dilakukan.
e.
f.
g.
Perawat dapat menkaji latar belakang pendidikan klien yang meliputi tingkat pendidikan
klien yang meliputi tingkat pendidikan klien dan keluarga, kemampuan klien menerima
pendidikan kesehatan, serta kemampuan klien belajar serta mandiri tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali.
h.
diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalaha respon klien sesuai dengan latar belakang budayanya
yang dapat dicegah, dibah, atau dikurangi melalui intervensi keperawatan (Andrew & Boyle,
1995 ; Ginger Davidhizar, 1995 ; Potter & Perry, 1997). Perawat dapat melihat respon klien
dengan cara mengidentifikasi budya yang mendukung kesehatan, budaya yang menurut klien
pantang untuk dilanggar, serta budaya yang bertentangan dengan kesehatan.
i.
1)
2)
Negoisasi budaya, yaitu intervensi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap
budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya
3)
Retrukturasi budaya klien karena budaya yang dimiliki saat ini bertentangan dengan
kesehatan.
Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan
perawat-klien yang bersifat teraupetik. Hubungan perawat-klien yang bersifat teraupetik akan
menciptakan kepuasaan klien dan membangkitkan energi kesembuhan. (McClokey & Grace,
2001)
j.
Evaluasi
Evaluasi adalah sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan kegiatan yang
dilaksanankan sesuai dengan yang direncanakan dan memberikan pelayanan sesuai dengan
keinginan individu (Posavac, 1980 dalam Sahar, 1998).
Evaluasi keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien dalam
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, negoisasi terhadap budaya tertentu yang
lebih menguntungkan kesehatanbdan restrukturasi budaya yang bertentangan dengan kesehatan.
k.
Kompetensi budaya
Kompetensi budaya adalah seperangkat perilaku, sikap, dan kebijakan yang bersifat
saling melengkapi dalam suatu sistem kehidupan sehingga memungkinkan untuk berinteraksi
secara efektif dalam suatu kerangka berhubungan antarbudaya didunia (Cross,T.et al,1989).
Asuhan keperawatan yang berbasis kompetensi budaya memungkinkan perawat sebagai petugas
kesehatan mengelola secara utuh elemen-elemen pelayanan kesehatan di keluarga, termasuk
mengelola hambatan atau tantangan ditingkat instituisional.
l.
Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi lintas budaya perlu mendapat perhatian
khusus. Bahasa ditanah jawa umunya bertingkay-tingkat bergantung dari lawan bicara yang
dihadapi.
Budaya dan makanan memiliki hubungan yang sangat erat. Makan berfungsi untuk
mempertahankan, meningkatkan dan mengembalikan kesehatan yang optimal.pemilihan bahan,
pengelolahan, dan pengonsumsiannya berkaitan dengan budaya individu, keluarga, dan
komunitas setempat. Misalnya, wanita hamil dari suku Jawa harus dapat mempertahankan
kesehatan selama hamil perlu mengkonsumsi protein, tetapi adat melarang wanita hamil
memakan makanan yang berbau amis karena khawatir akan kondisi anak yang dilahirkan nanti.
Kondisi tersebut dapat dialami berbagai suku yang dijumpai oleh perawat saat melakukan
asuhan keperawatan keluarga.
dan faali, alat-alat tubuhnya berfungsi normal pada waktu istirahat, kecuali bila yang
bersangkutan memang akan melakukan olahraga dengan tujuan untuk penyembuhan atau
rehabilitasi.
Menurut Daldiyono (2007:16) tidak semua orang sakit memiliki penyakit. Namun
kenyataannya suatu rasa sakit bukan merupakan penyakit bila tidak menganggu aktivitas dan
fungsi pokok, misalnya makan, minum, buang air besar, buang air kecil, tidur dan aktivitas
sehari-hari lainnya
Aspek Psikososial
Aspek Budaya
Makanan kebudayaan
Keluarga jawa memiliki beragam jenis makanan khas. Hampir di setiap kabupaten di provinsi
jawa tengah mempunyai makanan tradisional yang khas. Contoh makanan yang khas di beberapa
kabupaten :
Kabupaten kudus makanan khasnya dodol ,semarang makanan khasnya wingko babat ,
yogyakarta makanan khasnya gudek ,malang makanan khasnya getuk ,bantul makanan khasnya
geplak banyumas makanan khasnya kripik tempe, dan brebes makanan khasnya telor asin.
Keluaga jawa era tahun 60-70an membedakan makanan untuk orang tua dan anak-anak .
Kebiasaan yang dilakukan keluarga jawa
Ketika keluarga jawa membangun rumah dan akan menaikan kuda-kuda rumah,mereka
mengadakan upacara sedekah bumi yang bertujuan untuk memberi keselamatan kepada yang
menghuni rumah. Makanan yang disediakan pada acara tersebut ,antara lain pisang satu tandan
,buah kelapa muda,padi satu ikat, dan kain merah putih yang akan diikatkan di atas kuda-kuda
rumah tersebut. Ada jga upacara adat jawa yang dilakukan orang-orang betawi: sedekah
bumi,mitoni atau tujuh bulanan,aqiqah atau patang puluh dino,,
Mitos Air Kelapa Muda bias membuat bayi yang sedang dikandung kulitnya putih
Mitos minum air kelapa muda ketika hamil. Maka rambut bayi yang dikandung menjadi
hitam dan lebat
Sebenarnya dari berbagai mitos tentang air kelapa muda dengan ibu hamil,ya ini mungkin
hanya sekedar mitos karena kalau yang dijadikan acuan adalah dengan meminum air kelapa
muda ketika sedang hamil maka anak yang dilahirkan nantinya akan berkulit putih jelas sulit
diterima dengan akal apalagi dari segi kedokteran karena warna kulit seseorang lebih banyak
tergantung sama gen orang tuanya,kalau orang tuanya berkulit hitam maka sulit untuk anaknya
berkulit putih..
Begitu juga dengan mitos yang menyebutkan bahwa dengan meminum air kelapa muda
bagi ibu hamil maka anak yang akan dilahirkan nantinya akan memiliki rambut yang hitam dan
subur, sangat sulit untuk diterima dengan akal karena ketika orang tuanya berambut bule dan dia
tinggal di daratan eropa kan jarang sekali bisa memiliki rambut berwarna hitam layaknya orang
Indonesia.
manfaat air kelapa muda menurut ilmu kedokteran, dan juga yang pernah say abaca dari
berbagaisumber, yaitu air kelapa mengandung elektrolit dan antioksidan. Saat ini keadaan
lingkungan yang semakin buruk, banyak polusi udara dimana-mana maka antioksidan sangat
diperlukan oleh tubuh. Apalagi untuk ibu yang sedang hamil maka antioksidan ini sangat
diperlukan.
Selain dari buah-buahan, antioksidan dapat diperoleh dari air kelapa. Jadi ketika bosan
mengkonsumsi buah-buahan, maka ibu hamil dapat mengkonsumsi air kelapa sebagai pelengkap
nutrisi ketika merasa kurang.
Selain mengandung elektrolit dan antioksidan, pengaruh air kelapa bagi ibu hamil adalah
membuat air ketubannya menjadi bersih dan jernih. Kedua zat itu dapat menyerap lendir dan
kotoran dalam air ketuban.