TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
daerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas
tubuh yang kurang baik.
Low back pain (LBP) atau nyeri punggang bawah dapat dibagi dalam 6
jenis nyeri, yaitu:
1.
dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagianbagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra,
sendi dan ligamen.
2.
pada dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadangkadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris.
Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang pada foramen vertebra
atau di dalam kanalis vertebralis.
3.
dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagianbagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.
4.
Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi
10
2.1.2
11
1.
Trauma
2.
Infeksi
3.
Neoplasma
4.
Degenerasi
5.
Kongenital
2.1.3
2.1.3.1
12
13
(Bimariotejo, 2009). Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot
atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri
pinggang bawah yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan
kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan
terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot
cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun
pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.
Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada low back pain
yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:
14
a.
pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan
saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan
kaki pada hip joint terbatas.
b.
sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat
menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat
menyebabkan keterbatasan gerak.
2.1.3.3 Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan
pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada
daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan
anggota bagian tubuh lain (Soeharso, 1978).
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan
jaringan antara lain:
a.
15
b.
Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini
ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri
memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan.
c.
Penyakit Infeksi
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008) dalam Defriyan 2011, infeksi
pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai
dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.
2.1.3.4
2.1.4
Faktor Resiko
Adapun faktor risiko terjadinya Low back pain (LBP) menurut Sumamur
16
kebugaran jasmani dan posisi tubuh dalam bekerja atau cara kerja yang salah juga
dapat berakibat pada Low back pain (LBP). Pekerjaan yang rentan terkena Low
back pain (LBP) seperti pekerjaan mengangkat, membawa, menarik atau
mendorong beban berat atau bahkan melakukan pekerjaan dengan posisi tubuh
yang tidak alami/dipaksakan.
2.1.4.1 Faktor Individu
Kondisi dari seseorang yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan Low
Back Pain adalah sebagai berikut , yaitu :
a.
Masa Kerja
Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai masuknya pekerja
hingga saat penelitian dilakukan. Dalam hal ini dapat dikaitkan antara masa kerja
dengan timbulnya keluhan low back pain (LBP). Jadi semakin lama masa kerja
dan/atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko Low back pain (LBP) ini
maka semakin besar pula risiko untuk mengalami Low back pain (LBP).
b.
Usia
Chaffin (1979) dan Guo eet al. (1995) menyatakan bahwa pada umumnya
keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan
pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus
meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur
setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko
terjadinya keluhan otot meningkat. Sebagai contoh, Bettie,et al (1989) telah
melakukan studi tentang kekuatan statik otot untuk pria dan wanita dengan usia
17
antara 20 sampai dengan di atas 60 tahun. Penelitian difokuskan untuk oto lengan,
punggung dan kaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuataan otot
maksimal terjadi pada saat umur antara 20-29 tahun, selanjutnya terus terjadi
penurunan sejalan dengan bertambahnya umur.
Pada saat umur mencapai 60 tahun, rerata kekuataan otot menurun sampai
20%. Pada saat kekuataan otot mulai menurun maka resiko terjadinya keluhan
otot akan meningkat. Riihimaki et al.(1989) menjelaskan bahwa umur mempunyai
hubungan yang sangat kuat dengan keluhan otot, terutama otot leher dan bahu,
bahkan ada beberapa ahli menyatakan bahwa umur merupakan penyebab utama
terjadinya keluhan otot (Tarwaka,2004).
c.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
risiko keluhan otot rangka. Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari
beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap resiko keluhan otot
skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa
jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot.
Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih
rendah dari pada pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan prevalensi
beberapa kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan
pada pria.
Hasil penelitian Bettie et al. (1989) menunjukkan bahwa rata-rata kekuatan
otot wanita kurang lebih hanya 60% dari kekuatan otot pria, khususnya untuk otot
lengan, punggung dan kaki. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Chiang et al
18
Kebiasaan Merokok
Sama halnya dengan faktor jenis kelamin, pengaruh kebiasaan merokok
terhadap resiko keluhan otot juga masih diperdebatkan dengan para ahli, namun
demikian, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatnya keluhan
otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok.
Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat
keluhan otot yang dirasakan (Tarwaka,2004).
Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga
kemampuannya untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. Bila orang tersebut
dituntut untuk melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan
mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah (Ruslan A.Latif
dalam Heru 2012).
Boshuizen et al (1993)
19
Perokok Ringan
Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang/hari.
b.
Perokok Sedang
Disebut perokok sedang jika menghisap 10 20 batang/hari.
c.
Perokok Berat
Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang/hari.
e.
IMT
Obesitas dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan
20
Postur tubuh
Postur tubuh pada saat melakukan pekerjaan yang menyimpang dari posisi
2.
3.
4.
21
b.
Repetisi
Pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama, hal ini bisa terlihat pada
dimana frekuensi pekerjaan yang harus dikerjakan tinggi, sehingga pekerja harus
terus menerus bekerja agar dapat menyesuaikan diri dengan sistem.
Kekuatan beban dapat menyebabkan peregangan otot dan ligamen serta
tekanan pada tulang dan sendi sendi sehingga terjadi kerusakan mekanik badan
vertebrata, diskus invertebrate, ligamen, dan bagian belakang vertebrata.
Kerusakan karena beban berat secara tiba tiba atau kelelahan akibat mengangkat
beban berat yang dilakakn secara berulang ulang. Mikrotrauma yang berulang
dapat menyebabkan degenerasi tulang punggung daerah lumbal.
c.
22
d.
atau gerakan. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan
memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligament, dan
sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot,
kerusakan otot, tendon, dan jaringan lainnya.
2.1.5
praktek umum maupun praktek spesialis. Dapat dikatakan,bahwa jarang ada orang
yang selama hidupnya belum pernah menderita gangguan ini. Biasanya, sebagian
besar keluhan ini dapat sembuh dalam waktu singkat, sehingga merupakan
gangguan yang sering dianggap tidak serius. Akan tetapi oleh karena adanya
kemungkinan suatu penyebab yang lebih serius, yang mungkin mendasarinya,
dapat pula diabaikan oleh pasien sendiri atau oleh dokter yang menanganinya,
maka karena itu perlu juga perhatian yang lebih mendalam untuk mencegah
timbulnya kekeliruan dalam mengelola sindroma ini (Manek,2005).
Berbagai telaah yang dilakukan untuk melihat perjalanan penyakit
menunjukkan bahwa proporsi pasien yang masih menderita low back pain (LBP)
selama 12 bulan adalah sebesar 62%, agak bertentangan dengan pendapat umum
bahwa 90% gejala low back pain (LBP) akan hilang dalam 1 bulan (Manek,
2005). Penanganan terbaik terhadap penderita low back pain (LBP) adalah
dengan menghilangkan penyebabnya (kausal) walaupun tentu saja pasien pasti
23
24
bahwa aktivitas yang kurang tidak akan mengurangi gejala low back pain (LBP).
Beragamnya penyebab LBP menuntut penatalaksanaan yang bervariasi pula.
Meski demikian, pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi low back pain
(LBP) yaitu:
a. Terapi Konservatif,
b. Terapi Operatif
Kedua tahapan ini memiliki kesamaan tujuan yaitu rehabilitasi.
Pengobatan nyeri punggung sangat tergantung penyebabnya. Lain penyebab,
maka lain pula pengobatannya. Mengatasi low back pain (LBP) juga tidak cukup
dengan obat atau fisioterapi. Hal itu hanya mengurangi nyeri, tetapi tidak
menyelesaikan
masalah.
Penderita
harus
menjalani
pemeriksaan
untuk
25
26
27
2) Non-diskogenik
1.
Diskogenik
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus
yang merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk
suatu protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat
menyebabkan kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal
atau servikal dan jarang sekali pada daerah torakal. Nukleus terdiri dari
megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 25% dari
beratnya. Sampai dekade ketiga, gel dari nukleus pulposus hanya mengandung
90% air, dan akan menyusut terus sampai dekade keempat menjadi kira-kira 65%.
Nutrisi dari anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan
molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari
anulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada trauma yang
berulang menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara melingkar maupun
radial. Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang
menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara
melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari anulus
lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf
(Wheeler,2004).
2.
Non-diskogenik
Biasanya penyebab low back pain yang non-diskogenik adalah iritasi pada
serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk nervus ischiadicus dan bisa
28
2.3
Epidemiologi
Di Indonesia, low back pain (LBP) dijumpai pada golongan usia 40 tahun.
Secara keseluruhan, low back pain (LBP) merupakan keluhan yang paling banyak
dijumpai (49 %). Pada negara maju prevalensi orang terkena low back pain (LBP)
adalah sekitar 70-80 %. Sekitar 80-90% pasien low back pain (LBP) menyatakan
bahwa mereka tidak melakukan usaha apapun untuk mengobati penyakitnya jadi
dapat disimpulkan bahwa low back pain (LBP) meskipun mempunyai prevalensi
yang tinggi namun penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya (Sadeli dan
Tjahjono dalam Trimunggara 2010).
29
2.4
2.4.1
Sistem Muskuloskeletal
Kerangka merupakan dasar bentuk tubuh sebagai tempat melekatnya otot -
otot, pelindung organ tubuh yang lunak, penentuan tinggi, pengganti sel-sel yang
rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak pengendali dan untuk
menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut. Rangka manusia terdiri dari tulangtulang yang menyokong tubuh manusia yang terdiri atas tulang tengkorak, tulang
badan dan tulang anggota gerak. Fungsi utama dari sistem muskuloskeletal adalah
untuk mendukung dan melindungi tubuh dan organ - organnya serta untuk
melakukan gerak.
Agar seluruh tubuh dapat berfungsi dengan normal, masing-masing
substruktur harus berfungsi dengan normal. Enam substruktur utama pembentuk
sistem muskuloskeletal antara lain: tendon, ligamen, fascia (pembungkus),
kartilago,tulang sendi dan otot. Tendon, ligamen, fascia dan otot sering disebut
30
rangka ini merupakan rangka yang menyokong tubuh manusia bersama dengan
panggul untuk mentransmisikan beban kepada kedua kaki melalui sendi yang
terdapat pada pangkal paha. Tulang belakang terdiri dari beberapa bagian yaitu:
31
32
banyak air. Dengan adanya bantalan ini memungkinkan terjadinya gerakan pada
tulang belakang dan sebagai penahan jika terjadi tekanan pada tulang belakang
seperti dalam keadaan melompat.
Jika terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan syaraf
pada tulang belakang sehingga menimbulkan kesakitan pada punggung bagian
bawah dan kaki. Struktur tulang belakang ini harus dipertahankan dalam kondisi
yang baik agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan injuri/ cidera
(Nurmianto, 2004 ).
2.5
2.5.1
kedua sisi tubuh kanan dan kiri. Dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot
leher sampai dengan otot pada kaki. Melalui kuesioner ini akan dapat diketahui
bagian bagian otot mana saja yang mengalami gangguan nyeri atau keluhan dari
tingkat rendah (tidak ada keluhan/cedera) sampai dengan keluhan tingkat tinggi
(keluhan sangat sakit). Pengukuran gangguan otot skeletal dengan kuesioner
Nordic Body Map digunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan otot
skeletal individu dalam kelompok kerja yang cukup banyak atau kelompok
sampel yang mereprensentasikan populasi secara keseluruhan. Jika metode ini
dilakukan hanya untuk beberapa pekerja didalam kelompok populasi kerja yang
besar, maka hasilnya tidak akan valid dan reliabel.
33
Gambar 2.2
34
Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui keluhan low back pain
(LBP) yang dirasakan petani jeruk dapat dengan penyebaran kuesioner Nordic
Body Map. Metode Nordic Body Map merupakan metode penilaian yang sangat
subjektif, artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari kondisi
dan situasi yang dialami pekerja pada saat dilakukannya penelitian. Kuesioner
Nordic Body Map ini telah secara luas digunakan oleh para ahli ergonomi untuk
menilai tingkat keparahan gangguan pada sistem muskuloskeletal dan mempunyai
validitas dan reabilitas yang cukup (Tarwaka, 2004).
2.6
Kerangka Konsep
Faktor Pekerjaan
- Jenis pekerjaan
1.membersihkan tanaman
jeruk
2.memanen buah jeruk
3.mengangkat buah jeruk
4.menyemprot pestisida
Faktor Individu
1.
2.
3.
4.
5.
Masa kerja
Usia
Jenis kelamin
Kebiasaan merokok
IMT
35
2.7
Hipotesis Penelitian
Ada
hubungan
antara
faktor
pekerjaan
(mengangkat, memanen,