Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Low Back Pain (LBP)


Low back pain (LBP) merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada

punggung bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal


(punggung bawah), otot, saraf, atau struktur lainnya di sekitar daerah tersebut.
Low back pain (LBP) dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang berasal
dari luar punggung bawah misalnya penyakit atau kelainan pada testis atau
ovarium (Sumamur 2009).
Menurut Sumamur 2009, Low back pain (LBP) berhubungan dengan
faktor risiko seperti usia,obesitas (kegemukan), kebiasaan merokok atau
kurangnya kesegaran/kebugaran jasmani, selain itu sumamur juga mengatakan
bahwa pada umumnya pekerjaan mengangkat, membawa, menarik atau
mendorong beban berat atau yang dilakukan dengan posisi tubuh yang tidak
alami/dipaksakan lebih rentan mengalami keluhan Low back pain (LBP).
Low back pain (LBP) umumnya akan memberikan rasa nyeri pada
seseorang yang mengalaminya. Rasa nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi
tidak menyenangkan yang terjadi bila mengalami cedera atau kerusakan pada
tubuh. Nyeri dapat terasa panas, gemetar, kesemutan/tertusuk, atau ditikam. Nyeri
akan menjadi suatu masalah gangguan kesehatan dikarenakan dapat menganggu
aktivitas yang akan dilakukan. (Eleanor Bull dkk,2007 dalam Heru Septiawan
2012).

2.1.1

Pengertian Low Back Pain (LBP)


Low back pain (LBP) adalah gangguan muskuloskeletal yang terjadi pada

daerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas
tubuh yang kurang baik.
Low back pain (LBP) atau nyeri punggang bawah dapat dibagi dalam 6
jenis nyeri, yaitu:
1.

Nyeri punggang lokal


Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah

dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagianbagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra,
sendi dan ligamen.
2.

Iritasi pada radiks


Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan

pada dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadangkadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris.
Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang pada foramen vertebra
atau di dalam kanalis vertebralis.
3.

Nyeri rujukan somatis


Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih

dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagianbagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.

4.

Nyeri rujukan viserosomatis


Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau

dalam ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.


5.

Nyeri karena iskemia


Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio

intermitens yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau


menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan
aorta atau pada arteri iliaka komunis.
6.

Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi

saraf dan dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan


(Tjokronegoro, Lumbantobing,1986).
Jenis nyeri punggung bawah atau Low back pain (LBP) berdasarkan sumber :
1. Nyeri punggung bawah Spondilogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan vertebrata, sendi, dan jaringan
lunaknya. Antara lain spondilosis, osteoma, osteoporosis, dan nyeri punggung
miofasial.
2. Nyeri punggung bawah Viserogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan pada organ dalam, misalnya kelainan
ginjal, kelainan ginekologik, dan tumor retroperitoneal
3. Nyeri punggung bawah Vaskulogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan pembuluh darah, misalnya anerisma,
dan gangguan peredaran darah.

10

4. Nyeri punggung bawah Psikogenik


Nyeri yang disebabkan karena gangguan psikis seperti neurosis, ansietas, dan
depresi. Nyeri ini tidak menghasilkan definisi yang jelas, juga tidak menimbulkan
gangguan anatomi dari akar saraf atau saraf tepi. Nyeri ini superficial tetapi dapat
juga dirasakan pada bagian dalam secara nyata atau tidak nyata, radikuler maupun
non radikuler, berat atau ringan. Lama keluhan tidak mempunyai pola yang jelas,
dapat dirasakan sebentar ataupun bertahun tahun (Ir.Eko Nurmianto,2008).

2.1.2

Klasifikasi Low Back Pain (LBP)


Menurut Bimaariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya Low back

pain (LBP) terbagi menjadi dua jenis, yaitu:


2.1.2.1 Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai
beberapa minggu dan rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back
pain (LBP) dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau
terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat
merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon.
Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan
spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri
pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

11

2.1.2. Chronic Low Back Pain


Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan
dan rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low
back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses
degenerasi discus intervertebralis dan tumor.
Disamping hal diatas terdapat juga klasifikasi patologi yang klasik yang
juga dapat dikaitkan dengan Low back pain (LBP). Klasifikasi tersebut adalah :

1.

Trauma

2.

Infeksi

3.

Neoplasma

4.

Degenerasi

5.

Kongenital

2.1.3

Penyebab Low Back Pain (LBP)


Beberapa faktor yang menyebabakan terjadinya LBP, antara lain:

2.1.3.1

Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir


Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut

Soeharso (1978) kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa


tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal
ini dapat menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai dengan skoliosis
ringan. Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat menjadi
satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri.

12

Terdapat lubang di tulang vertebra dibagian bawah karena tidak


melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit spina
bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot, rudimentair foof,
kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan
menimbulkan keluhan.
Beberapa jenis kelainan tulang punggung (Spine) sejak lahir adalah:
a. Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae,
dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae (Bimariotejo,
2009). Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35
tahun baru menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri
pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur dan akan
bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan (Bimariotejo, 2009).
Adapun gejala klinis dari penyakit tersebut adalah:
1) Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari semestinya. Antara
dada dan panggul terlihat pendek.
2) Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus vertebra yang
menimbulkan skoliosis ringan.
3) Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke ekstremitas bawah.
4) Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara ujung
spina dan garis depan corpus pada vertebra yang mengalami kelainan lebih
panjang dari garis spina corpus vertebrae yang terletak diatasnya.

13

b. Penyakit Kissing Spine


Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus
bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala yang
ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan
pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral.
c. Sacralisasi Vetyebrae Lumbal Ke V
Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra lumbal
ke V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum (Soeharso, 1978).
2.1.3.2

Low Back Pain karena Trauma


Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP

(Bimariotejo, 2009). Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot
atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri
pinggang bawah yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan
kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan
terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot
cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun
pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.
Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada low back pain
yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:

14

a.

Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca


Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri

pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan
saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan
kaki pada hip joint terbatas.
b.

Perubahan pada sendi Lumba sacral


Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan

sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat
menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat
menyebabkan keterbatasan gerak.
2.1.3.3 Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan
pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada
daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan
anggota bagian tubuh lain (Soeharso, 1978).
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan
jaringan antara lain:
a.

Osteoartritis (Spondylosis Deformans)


Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga

menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada otot


atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vetebra
yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda.
Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang .

15

b.

Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini

ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri
memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan.
c.

Penyakit Infeksi
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008) dalam Defriyan 2011, infeksi

pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai
dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.
2.1.3.4

Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat


Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan

dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan


komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum,
coxa valgum dan sebagainya (Soeharso, 1978).
Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu
yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP. Kehamilan dan obesitas
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh
gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat
penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot (Bimariotejo,
2009).

2.1.4

Faktor Resiko
Adapun faktor risiko terjadinya Low back pain (LBP) menurut Sumamur

2009 yaitu usia, obesitas (kegemukan),

kebiasaan merokok atau kurangnya

16

kebugaran jasmani dan posisi tubuh dalam bekerja atau cara kerja yang salah juga
dapat berakibat pada Low back pain (LBP). Pekerjaan yang rentan terkena Low
back pain (LBP) seperti pekerjaan mengangkat, membawa, menarik atau
mendorong beban berat atau bahkan melakukan pekerjaan dengan posisi tubuh
yang tidak alami/dipaksakan.
2.1.4.1 Faktor Individu
Kondisi dari seseorang yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan Low
Back Pain adalah sebagai berikut , yaitu :
a.

Masa Kerja
Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai masuknya pekerja

hingga saat penelitian dilakukan. Dalam hal ini dapat dikaitkan antara masa kerja
dengan timbulnya keluhan low back pain (LBP). Jadi semakin lama masa kerja
dan/atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko Low back pain (LBP) ini
maka semakin besar pula risiko untuk mengalami Low back pain (LBP).
b.

Usia
Chaffin (1979) dan Guo eet al. (1995) menyatakan bahwa pada umumnya

keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan
pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus
meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur
setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko
terjadinya keluhan otot meningkat. Sebagai contoh, Bettie,et al (1989) telah
melakukan studi tentang kekuatan statik otot untuk pria dan wanita dengan usia

17

antara 20 sampai dengan di atas 60 tahun. Penelitian difokuskan untuk oto lengan,
punggung dan kaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuataan otot
maksimal terjadi pada saat umur antara 20-29 tahun, selanjutnya terus terjadi
penurunan sejalan dengan bertambahnya umur.
Pada saat umur mencapai 60 tahun, rerata kekuataan otot menurun sampai
20%. Pada saat kekuataan otot mulai menurun maka resiko terjadinya keluhan
otot akan meningkat. Riihimaki et al.(1989) menjelaskan bahwa umur mempunyai
hubungan yang sangat kuat dengan keluhan otot, terutama otot leher dan bahu,
bahkan ada beberapa ahli menyatakan bahwa umur merupakan penyebab utama
terjadinya keluhan otot (Tarwaka,2004).
c.

Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat

risiko keluhan otot rangka. Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari
beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap resiko keluhan otot
skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa
jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot.
Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih
rendah dari pada pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan prevalensi
beberapa kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan
pada pria.
Hasil penelitian Bettie et al. (1989) menunjukkan bahwa rata-rata kekuatan
otot wanita kurang lebih hanya 60% dari kekuatan otot pria, khususnya untuk otot
lengan, punggung dan kaki. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Chiang et al

18

(1993), Bernard et al (1994), hales et al (1994), dan Johansonb (1994) yang


menyatakan bahwa perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita adalah 1:3
(Tarwaka,2004).
d.

Kebiasaan Merokok
Sama halnya dengan faktor jenis kelamin, pengaruh kebiasaan merokok

terhadap resiko keluhan otot juga masih diperdebatkan dengan para ahli, namun
demikian, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatnya keluhan
otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok.
Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat
keluhan otot yang dirasakan (Tarwaka,2004).
Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga
kemampuannya untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. Bila orang tersebut
dituntut untuk melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan
mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah (Ruslan A.Latif
dalam Heru 2012).
Boshuizen et al (1993)

menemukan hubungan yang signifikan antara

kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan


yang memerlukan pengerahan otot. Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi
kesegaran tubuh seseorang. Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paruparu, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai
akibatnya, tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila yang bersangkutan
harus melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah

19

karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat


terhambat, terjadi tumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
Menurut Bustan,1997 jenis perokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :
a.

Perokok Ringan
Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang/hari.

b.

Perokok Sedang
Disebut perokok sedang jika menghisap 10 20 batang/hari.

c.

Perokok Berat
Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang/hari.

e.

IMT
Obesitas dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan

terjadinya penimbunan lemak berlebihan dijaringan lemak tubuh. Kondisi ini


disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan
energi, dimana konsumsi terlalu berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan.
Kelebihan tersebut disimpan dalam jaringan lemak. Seseorang dikatakan
obesitas apabila mempunyai berat badan lebih dari 20% berat badan ideal. Berat
badan yang berlebihan (overweight/obesitas) menyebabkan tonus otot abdomen
lemah, sehingga pusat gravitasi seseorang akan terdorong ke depan dan
menyebabkan lordosis lumbalis, yang kemudian menimbulkan kelelahan pada otot
para vertebrata, hal ini merupakan resiko terjadinya low back pain (LBP).
Klasifikasi indeks masa tubuh (IMT) adalah sebagai berikut: <18,5
dikatakan underweight, 18,5-24,9 dikategorikan normal, IMT 25 dikategorikan
overweight (kelebihan berat badan) dan IMT 30 dikatakan obesitas.

20

2.1.4.2 Faktor Pekerjaan (Work factors)


Berdasarkan karakteristik pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam
interaksinya dengan sistem kerja dan sudah terbukti melalui penelitian bahwa
tinjauan secara biomekanik serta data statistik menunjukkan bahwa faktor
pekerjaan berkontribusi pada terjadinya cedera otot akibat bekerja.
Berikut ini faktor-faktor pekerjaan yang bisa menyebabkan terjadinya
cedera pada otot atau jaringan tubuh :
a.

Postur tubuh
Postur tubuh pada saat melakukan pekerjaan yang menyimpang dari posisi

normal ditambah dengan gerakan berulang akan meningkatkan risiko terjadinya


low back pain (LBP). Keyserling (1986) mengembangkan kriteria sikap tubuh
membungkuk, berputar dan menekuk yang dilakukan pada waktu bekerja
berdasarkan pengukuran sikap tubuh tersebut.Kriteria penilaian sikap tubuh:
1.

Sikap tubuh normal : tegak / sedikit membungkuk 00 - 200 dari


garis vertikal.

2.

Sikap tubuh fleksi sedang : membungkuk 200 450 dari garis


vertikal.

3.

Sikap tubuh fleksi berlebih : membungkuk > 450 dari garis


vertikal.

4.

Sikap tubuh fleksi ke samping atau berputar : menekuk ke samping


kanan. atau kiri atau berputar > 150 dari garis vertikal.

21

b.

Repetisi
Pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama, hal ini bisa terlihat pada

dimana frekuensi pekerjaan yang harus dikerjakan tinggi, sehingga pekerja harus
terus menerus bekerja agar dapat menyesuaikan diri dengan sistem.
Kekuatan beban dapat menyebabkan peregangan otot dan ligamen serta
tekanan pada tulang dan sendi sendi sehingga terjadi kerusakan mekanik badan
vertebrata, diskus invertebrate, ligamen, dan bagian belakang vertebrata.
Kerusakan karena beban berat secara tiba tiba atau kelelahan akibat mengangkat
beban berat yang dilakakn secara berulang ulang. Mikrotrauma yang berulang
dapat menyebabkan degenerasi tulang punggung daerah lumbal.
c.

Pekerjaan statis (static exertions)


Pekerjaan yang menuntut seseorang tetap pada posisinya, perubahan posisi

dalam bekerja akan menyebabkan pekerjaan terhenti. Pekerjaan dengan postur


yang dinamis, memiliki risiko musculoskeletal disolder (MSDs) lebih rendah
dibandingkan dengan pekerjaan yang mengharuskan postur statis. Hal ini
disebabkan karena postur tubuh yang statis dapat meningkatkan risiko yang
berhubungan dengan menurunnya sirkulasi darah dan nutrisi pada jaringan otot.
Bergerak sangat diperlukan untuk pemberian nutrisi kepada diskus, sehingga
pekerjaan statis dapat mengurangi nutrisi tersebut. Selain itu pekerjaan statis
menyebabkan peregangan otot dan ligament daerah punggung, hal ini merupakan
faktor resiko timbulnya low back pain (LBP).

22

d.

Pekerjaan yang membutuhkan tenaga (forceful exertions)


Merupakan jumlah usaha fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas

atau gerakan. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan
memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligament, dan
sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot,
kerusakan otot, tendon, dan jaringan lainnya.

2.1.5

Penatalaksanaan dan Pencegahan Low Back Pain


Low back pain (LBP) merupakan keluhan yang sering dijumpai pada

praktek umum maupun praktek spesialis. Dapat dikatakan,bahwa jarang ada orang
yang selama hidupnya belum pernah menderita gangguan ini. Biasanya, sebagian
besar keluhan ini dapat sembuh dalam waktu singkat, sehingga merupakan
gangguan yang sering dianggap tidak serius. Akan tetapi oleh karena adanya
kemungkinan suatu penyebab yang lebih serius, yang mungkin mendasarinya,
dapat pula diabaikan oleh pasien sendiri atau oleh dokter yang menanganinya,
maka karena itu perlu juga perhatian yang lebih mendalam untuk mencegah
timbulnya kekeliruan dalam mengelola sindroma ini (Manek,2005).
Berbagai telaah yang dilakukan untuk melihat perjalanan penyakit
menunjukkan bahwa proporsi pasien yang masih menderita low back pain (LBP)
selama 12 bulan adalah sebesar 62%, agak bertentangan dengan pendapat umum
bahwa 90% gejala low back pain (LBP) akan hilang dalam 1 bulan (Manek,
2005). Penanganan terbaik terhadap penderita low back pain (LBP) adalah
dengan menghilangkan penyebabnya (kausal) walaupun tentu saja pasien pasti

23

lebih memilih untuk menghilangkan rasa sakitnya terlebih dahulu (simptomatis).


Jadi perlu digunakan kombinasi antara pengobatan kausal dan simptomatis.
Secara kausal, penyebab nyeri akan diatasi sesuai kasus penyebabnya.
Misalnya untuk penderita yang kekurangan vitamin saraf akan diberikan vitamin
tambahan. Para perokok dan pecandu alkohol yang menderita low back pain
(LBP) akan disarankan untuk mengurangi konsumsinya. Sedangkan pengobatan
simptomatik dilakukan dengan menggunakan obat untuk menghilangkan gejalagejala seperti nyeri, pegal, atau kesemutan. Pada kasus low back pain (LBP)
karena tegang otot dapat dipergunakan Tizanidine yang berfungsi untuk
mengendorkan kontraksi otot (muscle relaxan). Untuk pengobatan simptomatis
lainnya kadang-kadang memerlukan campuran antara obat-obat analgesik,
antiinflamasi, NSAID, obat penenang, dan lain-lain.
Apabila dengan pengobatan biasa tidak berhasil, mungkin diperlukan
tindakan fisioterapi dengan alat-alat khusus maupun dengan traksi (penarikan
tulangbelakang). Tindakan operasi mungkin diperlukan apabila pengobatan
dengan fisioterapi ini tidak berhasil misalnya pada kasus pengapuran yang berat.
(Murtagh, 2003 dalam Trimunggara 2010).
Jadi, penatalaksanaan low back pain (LBP) ini memang cukup kompleks.
Di samping berobat pada spesialis penyakit saraf (neurolog), mungkin juga
diperlukan berobat ke spesialis penyakit dalam (internist), bedah saraf, bedah
orthopedic bahkan mungkin perlu konsultasi pada psikiater atau psikolog. Dalam
beberapa kasus, masih banyak kasus dokter menyarankan istirahat total untuk
penyembuhan kasus low back pain(LBP),padahal penelitian baru menyatakan

24

bahwa aktivitas yang kurang tidak akan mengurangi gejala low back pain (LBP).
Beragamnya penyebab LBP menuntut penatalaksanaan yang bervariasi pula.
Meski demikian, pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi low back pain
(LBP) yaitu:
a. Terapi Konservatif,
b. Terapi Operatif
Kedua tahapan ini memiliki kesamaan tujuan yaitu rehabilitasi.
Pengobatan nyeri punggung sangat tergantung penyebabnya. Lain penyebab,
maka lain pula pengobatannya. Mengatasi low back pain (LBP) juga tidak cukup
dengan obat atau fisioterapi. Hal itu hanya mengurangi nyeri, tetapi tidak
menyelesaikan

masalah.

Penderita

harus

menjalani

pemeriksaan

untuk

mengetahui sumber masalahnya. Penyembuhan bisa melalui pembedahan atau


latihan mengubah kebiasaan yang menyebabkan nyeri. Latihan itu menggunakan
alat-alat pelatihan medis untuk melatih otot-otot utama yang berperan dalam
menstabilkan serta mengokohkan tulang punggung. (Sunarto,2005).
Berikut cara pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
apabila Low back pain sudah terjadi (Kaufmann dan Nettina dalam Trimunggara
2010) :
a. Latihan Punggung Setiap Hari
1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan
satu lututdan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik.
Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.

25

2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke


lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke
lantai, tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat
dilantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan
dan mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa
kali.
b. Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
1. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum
mengangkatnya.
2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih
rendah.
3. Peganglah benda dekat perut dan dada.
4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda.
5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda.
c. Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan
bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti
ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.
3. Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki
pada bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan
mengubah posisi secara periodik.

26

4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut dapat tertekuk dengan baik


tidak teregang.
5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat
duduk dikursi.
d. Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman
dan sepatu berhak rendah.
2. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak
mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
3. Tidurlah di kasur yang nyaman.
4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi
trauma.
e. Coping Dengan Nyeri Leher
Kekakuan leher, nyeri leher dan bahu bisa disebabkan oleh akut injury,
regangan kronik, arthritis dan masalah otot dan tulang lainnya. Nyeri yang muncul
dapat berhubungan dengan aktifitas sehari-hari dan cara tidur. Untuk mengurangi
nyeri diperlukan peningkatan mobilitas leher dan bahu. Tetapi perlu diperhatikan
latihan peregangan leher dilakukan bila tidak menimbulkan nyeri. Bila terasa
semakin tegang, kaku atau tertarik maka latihan leher harus dihentikan untuk
mencegah injury.
2.2

Etiologi Low Back Pain(LBP)


Penyebab LBP dapat dibagi menjadi (Sidharta,1980):
1) Diskogenik (sindroma spinal radikuler)

27

2) Non-diskogenik
1.

Diskogenik
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus

yang merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk
suatu protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat
menyebabkan kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal
atau servikal dan jarang sekali pada daerah torakal. Nukleus terdiri dari
megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 25% dari
beratnya. Sampai dekade ketiga, gel dari nukleus pulposus hanya mengandung
90% air, dan akan menyusut terus sampai dekade keempat menjadi kira-kira 65%.
Nutrisi dari anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan
molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari
anulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada trauma yang
berulang menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara melingkar maupun
radial. Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang
menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara
melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari anulus
lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf
(Wheeler,2004).

2.

Non-diskogenik
Biasanya penyebab low back pain yang non-diskogenik adalah iritasi pada

serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk nervus ischiadicus dan bisa

28

disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik atau imunologis, yang


mengiritasi nervus ischiadicus dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis,
daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n.
Iskiadikus (neuritis nervus iskiadikus).(Sidharta, 1980).

2.3

Epidemiologi

Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting


pada semua negara. Besarnya masalah yang diakibatkan oleh nyeri pinggang
dapat dilihat dari ilustrasi data berikut. Pada usia kurang dari 45 tahun, nyeri
pinggang menjadi penyebab kemangkiran yang paling sering, penyebab tersering
kedua kunjungan ke dokter, urutan kelima masuk rumah sakit dan masuk 3 besar
tindakan pembedahan. Pada usia antara 19-45 tahun, yaitu periode usia yang
paling produktif, nyeri pinggang menjadi penyebab disabilitas yang paling tinggi
(Anderson 1999 dalam Trimunggara 2010).

Di Indonesia, low back pain (LBP) dijumpai pada golongan usia 40 tahun.
Secara keseluruhan, low back pain (LBP) merupakan keluhan yang paling banyak
dijumpai (49 %). Pada negara maju prevalensi orang terkena low back pain (LBP)
adalah sekitar 70-80 %. Sekitar 80-90% pasien low back pain (LBP) menyatakan
bahwa mereka tidak melakukan usaha apapun untuk mengobati penyakitnya jadi
dapat disimpulkan bahwa low back pain (LBP) meskipun mempunyai prevalensi
yang tinggi namun penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya (Sadeli dan
Tjahjono dalam Trimunggara 2010).

29

2.4

Anatomi Tubuh Manusia

Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem


rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem
syaraf, sistem penginderaan, sistem otot, dll. Sistem-sistem tersebut saling terkait
antara satu dengan yang lainnya dan berperan dalam menyokong kehidupan
manusia. Akan tetapi dalam ergonomi, sistem yang paling berpengaruh adalah
sistem otot, sistem rangka dan sistem syaraf. Ketiga sistem ini sangat berpengaruh
dalam ergonomi karena manusia yang memegang peran sebagai pusat dalam ilmu
ergonomi (Evelin 1999 dalam Wahyu 2010).

2.4.1

Sistem Muskuloskeletal
Kerangka merupakan dasar bentuk tubuh sebagai tempat melekatnya otot -

otot, pelindung organ tubuh yang lunak, penentuan tinggi, pengganti sel-sel yang
rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak pengendali dan untuk
menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut. Rangka manusia terdiri dari tulangtulang yang menyokong tubuh manusia yang terdiri atas tulang tengkorak, tulang
badan dan tulang anggota gerak. Fungsi utama dari sistem muskuloskeletal adalah
untuk mendukung dan melindungi tubuh dan organ - organnya serta untuk
melakukan gerak.
Agar seluruh tubuh dapat berfungsi dengan normal, masing-masing
substruktur harus berfungsi dengan normal. Enam substruktur utama pembentuk
sistem muskuloskeletal antara lain: tendon, ligamen, fascia (pembungkus),
kartilago,tulang sendi dan otot. Tendon, ligamen, fascia dan otot sering disebut

30

sebagai jaringan lunak, sedangkan tulang sendi diperlukan untuk pergerakan


antara segmen tubuh.Peran mereka dalam system muskuloskeletal keseluruhan
sangatlah penting sehingga tulang sendi sering disebut sebagai unit fungsional
sistem muskuloskeletal.
Dalam kaitannya dengan ergonomi, Sistem otot dan rangka merupakan
alat gerak pada manusia dan berperan dalam membentuk postur dalam bekerja.
Sistem ini berguna dalam mendesain/merancang tempat kerja, peralatan kerja dan
produk baruyang harus disesuaikan dengan karakteristik manusia ( fitting job to
the man). Sistem otot dan rangka berpengaruh dalam kemampuan dan
keterbatasan manusia dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan sistem syaraf
merupakan pengendali dari semua kegiatan dan aktivitas termasuk gerakan system
otot dan rangka (Evelin 1999 dalam Wahyu 2010).
2.4.2

Anatomi Tulang Belakang


Tulang Belakang merupakan bagian yang penting dalam ergonomi karena

rangka ini merupakan rangka yang menyokong tubuh manusia bersama dengan
panggul untuk mentransmisikan beban kepada kedua kaki melalui sendi yang
terdapat pada pangkal paha. Tulang belakang terdiri dari beberapa bagian yaitu:

Gambar 2.1 Struktur Tulang Belakan g


Sumber : http://www.nj-spineinstitute.com/services.html

31

a. Tulang belakang cervical; terdiri atas 7 tulang yang memiliki bentuk


tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian seperti sayap
pada belakang tulang) yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini
merupakan tulang yang mendukung bagian leher.
b. Tulang belakang thorax; terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal sebagai
tulang dorsal. Procesus spinosus pada tulang ini terhubung dengan tulang
rusuk. Kemungkinan beberapa gerakan memutar dapat terjadi pada tulang ini.
c. Tulang belakang lumbal; terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian
paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang
yanglainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh,
danbeberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
d. Tulang sacrum; terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya bergabung
dan tidak memiliki celah atau intervertebral disc satu sama lainnya. Tulang ini
menghubungkan antara bagian punggung dengan bagian panggul.
e. Tulang belakang coccyx; terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa
celah antara 1 dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan sacrum tergabung
menjadi satu kesatuan dan membentuk tulang yang kuat. Pada tulang belakang
terdapat bantalan yaitu intervertebral disc yang terdapat di sepanjang tulang
belakang sebagai sambungan antar tulang dan berfungsi melindungi jalinan
tulang belakang.
Bagian luar dari bantalan ini terdiri dari annulusfibrosus yang terbuat dari
tulang rawan dan nucleus pulposus yang berbentuk seperti jeli dan mengandung

32

banyak air. Dengan adanya bantalan ini memungkinkan terjadinya gerakan pada
tulang belakang dan sebagai penahan jika terjadi tekanan pada tulang belakang
seperti dalam keadaan melompat.
Jika terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan syaraf
pada tulang belakang sehingga menimbulkan kesakitan pada punggung bagian
bawah dan kaki. Struktur tulang belakang ini harus dipertahankan dalam kondisi
yang baik agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan injuri/ cidera
(Nurmianto, 2004 ).

2.5

Metode Penilaian Ergonomi

2.5.1

Nordic Body Map


Kuesioner Nordic Body Map meliputi 28 bagian otot otot skeletal pada

kedua sisi tubuh kanan dan kiri. Dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot
leher sampai dengan otot pada kaki. Melalui kuesioner ini akan dapat diketahui
bagian bagian otot mana saja yang mengalami gangguan nyeri atau keluhan dari
tingkat rendah (tidak ada keluhan/cedera) sampai dengan keluhan tingkat tinggi
(keluhan sangat sakit). Pengukuran gangguan otot skeletal dengan kuesioner
Nordic Body Map digunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan otot
skeletal individu dalam kelompok kerja yang cukup banyak atau kelompok
sampel yang mereprensentasikan populasi secara keseluruhan. Jika metode ini
dilakukan hanya untuk beberapa pekerja didalam kelompok populasi kerja yang
besar, maka hasilnya tidak akan valid dan reliabel.

33

Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah dibagi


menjadi 9 bagian utama, yaitu :
a) Leher
b) Bahu
c) Punggung bagian atas
d) Siku
e) Punggung bagian bawah
f) Pergelangan tangan
g) Pinggang/bokong
h) Lutut
i) Tumit/kaki

Gambar 2.2

Nordic Body Map

Sumber : Tarwaka, 2004

34

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui keluhan low back pain
(LBP) yang dirasakan petani jeruk dapat dengan penyebaran kuesioner Nordic
Body Map. Metode Nordic Body Map merupakan metode penilaian yang sangat
subjektif, artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari kondisi
dan situasi yang dialami pekerja pada saat dilakukannya penelitian. Kuesioner
Nordic Body Map ini telah secara luas digunakan oleh para ahli ergonomi untuk
menilai tingkat keparahan gangguan pada sistem muskuloskeletal dan mempunyai
validitas dan reabilitas yang cukup (Tarwaka, 2004).
2.6

Kerangka Konsep
Faktor Pekerjaan
- Jenis pekerjaan
1.membersihkan tanaman
jeruk
2.memanen buah jeruk
3.mengangkat buah jeruk
4.menyemprot pestisida

Keluhan low back pain


(LBP)

Faktor Individu
1.
2.
3.
4.
5.

Masa kerja
Usia
Jenis kelamin
Kebiasaan merokok
IMT

35

2.7

Hipotesis Penelitian
Ada

hubungan

antara

faktor

pekerjaan

(mengangkat, memanen,

membersihkan, menyemprot) dan faktor individu (Masa Kerja, Usia, Jenis


Kelamin, Kebiasaan Merokok, dan Indeks Massa Tubuh) dengan keluhan low
back pain.

Anda mungkin juga menyukai