Anda di halaman 1dari 59

Kebijakan dan Strategi Kerangka Kerja Kami

Anti Korupsi dan Integritas: Kerangka Kerja Kebijakan dan Strategi


Penerbitan ini terdiri dari dua dokumen Asian Development Bank (ADB) yakni Prinsipprinsip dan Pedoman Integritas (Mei 2010) dan Kebijakan Anti Korupsi (Juli1998).

Kebijakan Anti Korupsi ADB mensyaratkan agar semua


pihak termasuk staf ADB, peminjam, penerima
manfaat, peserta lelang, pemasok dan kontraktor untuk
mentaati standar etika tertinggi ketika berpartisipasi
dalam kegiatan yang didanai ADB. Kebijakan ini
mendukung kewajiban ADB, sesuai dengan Pasal
14 (xi) dari Persetujuan Pendirian Asian Development
Bank, untuk menjamin agar hasil dari pendanaan ADB
hanya dimanfaatkan untuk maksud-maksud yang telah
ditentukan.

Kebijakan dan Strategi Kerangka Kerja Kami

Kantor Anti Korupsi dan Integritas ADB menyelidiki dugaan kecurangan, korupsi,
praktek pemerasan, kolusi, konflik kepentingan, tindakan menghalang-halangi
dan tindakan pelanggaran lain dalam kegiatan-kegiatan yang didanai ADB sejalan
dengan Prinsip-prinsip dan Pedoman Integritas ADB.

Anti Korupsi
danIntegritas
Oktober 2010

Penerbitan ini menggantikan keseluruhan Anti Korupsi


dan Integritas, edisi pertama (terlihat pada gambar disamping).
Tentang Asian Development Bank
ADB memiliki visi untuk mewujudkan kawasan Asia dan Pasifik yang bebas dari
kemiskinan. Misinya adalah untuk membantu negara-negara berkembang
yang menjadi anggotanya untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan
kualitas hidup penduduk mereka. Meskipun kawasan ini telah mencapai banyak
keberhasilan, namun kawasan ini masih dihuni oleh dua pertiga dari seluruh
penduduk miskin di dunia: 1,8 milyar penduduk hidup dengan penghasilan kurang
dari $2 per hari termasuk 903 juta penduduk hidup dengan susah payah dengan
penghasilan kurang dari $1,25 per hari. ADB berkomitmen untuk mengurangi
kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan pertumbuhan yang
berkelanjutan secara lingkungan dan integrasi regional.
Kantor pusat ADB berkedudukan di Manila. ADB saat ini dimiliki oleh 67 negara
anggota, termasuk 48 diantaranya dari kawasan Asia Pasifik. Untuk membantu
negara-negara berkembang yang menjadi anggotanya, ADB menggunakan
instrumen-instrumen utama yaitu dialog kebijakan, pemberian pinjaman,
penyertaan modal, penjaminan, hibah, dan bantuan teknis.

Asian Development Bank


ADB 6 Avenue, Mandaluyong City
1550 Metro Manila, Filipina
www.adb.org/Integrity
ISBN: 978-92-9092-463-0
Publication Stock No.114058

Dicetak di Filipina

Anti Korupsi
danIntegritas
Oktober 2010

Kebijakan dan Strategi Kerangka Kerja Kami

Anti Korupsi
danIntegritas

Oktober 2010

2010 Asian Development Bank


Dilindungi oleh hak cipta, diterbitkan tahun 2010
Dicetak di Filipina

ISBN 978-92-9092-463-0
Stok Publikasi No TIM114058
Tergolong Data Publikasi
Anti Korupsi dan Integritas
Mandaluyong, Filipina, Asian Development Bank, 2010.
1. Korupsi. 2. Tata Kelola Pemerintahan. 3. Proyek Pembangunan. I. Bank Pembangunan Asia.

Pandangan yang diungkapkan dalam publikasi ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan pandangan
dan kebijakan Bank Pembangunan Asia (ADB) atau Dewan Gubernur atau pemerintah yang diwakilinya.
ADB tidak menjamin akurasi data yang tercantum dalam publikasi ini dan tidak bertanggung jawab atas
konsekuensi apapun akibat dari penggunaannya.
Acuan pada suatu wilayah atau wilayah geografis tertentu, atau penggunaan istilah negara dalam
dokumen ini, tidak menyiratkan penilaian ADB mengenai status hukum atau status lain dari setiap wilayah
atau daerah.
ADB memperbolehkan pencetakan atau penyalinan informasi semata mata untuk penggunaan pribadi
dan nonkomersial dengan ijin ADB. Pengguna dilarang menjual, mendistribusikan, atau menciptakan
karya turunan untuk tujuan komersial tanpa meminta izin tertulis pada ADB.

Catatan:
Dalam publikasi ini, $ mengacu pada dolar AS.

Asian Development Bank


ADB 6 Avenue, Mandaluyong City
1550 Metro Manila, Filipina
Telp +63 2 632 4444
Fax +63 2 636 2444
www.adb.org
Untuk pemesanan, silakan hubungi:
Departemen Hubungan Eksternal
Fax +63 2 636 2648
adbpub@adb.org

Dokumen ini telah diterjemahkan dari


Bahasa Inggris untuk menjangkau
pengguna yang lebih luas. Meskipun
ADB telah berusaha untuk memastikan
ketepatan dari penerjemahan, namun,
bahasa resmi Asian Development Bank
(ADB) adalah Bahasa Inggris dan hanya
dokumen asli yang ditulis dalam Bahasa
Inggris yang merupakan teks yang otentik
(resmi dan otoritatif). Segala sitiran harus
mengacu ke dokumen aslinya dalam
Bahasa Inggris.

DAFTAR ISI
PRINSIP-PRINSIP DAN PANDUAN INTEGRITAS (MEI 2010)

I.

Prinsip-Prinsip Dan Panduan-Panduan Lembaga-Lembaga


Keuangan Internasional Untuk Penyidikan
Preambul
Prinsip-prinsip umum
Definisi
Hak-hak dan kewajiban
Kantor penyidikan
Panduan prosedural
Temuan-temuan penyidikan
Perujukan kepada pihak-pihak berwenang di tingkat nasional
Tinjauan dan perubahan
Publikasi

3
3
4
8
8
10
11
13
14
14
14

iI.

SANKSI
Landasan dilakukannya tindakan remedial
Pemberitahuan kepada para subjek
Tindakan remedial
Jangka waktu pemberlakuan daftar hitam
Banding
Pemulihan
Pengungkapan
Pemberlakuan daftar hitam secara silang

15
15
15
16
19
21
22
23
23

KEBIJAKAN ANTI KORUPSI ADB (2 JULI 1998)


I.
ii.
III.
iv.
V.

DAFTAR SINGKATAN
PENDAHULUAN
TANGGAPAN ADB
Definisi korupsi
Kerugian-kerugian YANG DIAKIBATKAN KORUPSI
POSISI ADB TERHADAP ISU-ISU ANTI KORUPSI
Tujuan no. 1: Mendukung pasar-pasar yang berdaya saing dan
administrasi publik yang efisien, efektif, akuntabel dan transparan
Tujuan no. 2: Mendukung upaya-upaya anti korupsi yang menjanjikan atas dasar
kasus per kasus dan meningkatkan dialog tentang masalah-masalah tata pemerintahan

25
26
27
30
31
33
37
37
41

iv

VI.
VII.

Daftar Isi

Tujuan no. 3: Memastikan agar proyek-proyek dan staf ADB mematuhi


standar-standar etika tertinggi
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
LAMPIRAN

42
48
50

Prinsip-Prinsip dan Panduan Integritas


Mei 2010

Prinsip-Prinsip Dan Panduan Integritas (Mei 2010)

Prinsip-Prinsip Dan Panduan-Panduan LembagaLembaga Keuangan Internasional Untuk Penyidikan1

I.

Preambul
Lembaga-lembaga yang telah bersama-sama menyepakati prinsip pedoman penyidikan yang dilakukan oleh
satuan penyidikan masing-masing:

Kelompok Bank Pembangunan Afrika (African Development Bank Group)


Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank)
Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (European Bank for Reconstruction and Development)
Kelompok Bank Investasi Eropa (European Investment Bank Group)
Kelompok Bank Pembangunan Antar-Amerika (Inter-American Development Bank Group)
Kelompok Bank Dunia

Prinsip-prinsip dan panduan-panduan ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai arahan dalam pelaksanaan
penyidikan berkaitan dengan kebijakan, aturan, peraturan, dan keistimewaan dan kekebalan yang berlaku dalam
Organisasi tersebut.2
Untuk ADB: Prinsip-prinsip dan panduan ini akan berlaku bagi Kantor Anti Korupsi dan Integritas (Office of
Anticorruption and Integrity/OAI), para stafnya, segala pihak yang mendapat wewenang dari
OAI atau yang ditunjuk Presiden untuk melakukan penyidikan yang semestinya dilakukan oleh
OAI, semua staf ADB serta para konsultan, kontraktor yang dilibatkan oleh ADB dan pihak-pihak
ketiga lain yang terlibat dalam aktivitas-aktivitas3 yang berkaitan dengan ADB dalam menegakkan
Kebijakan Anti Korupsi.4

Di dalam dokumen ini, penggunaan istilah Organisasi mencakup semua lembaga/institusi yang merupakan
bagian dari atau berkaitan dengan lembaga-lembaga yang disebutkan di atas. Maka satuan-satuan penyidikan di
masing-masing Organisasi disebut sebagai Kantor Penyidikan.

3
4

Prinsip-Prinsip dan Panduan-Panduan Lembaga-Lembaga Internasional untuk Penyidikan (International Financial Institutions Principles and Guidelines for
Investigations), yang diadopsi oleh lembaga-lembaga tersebut di atas, disertakan sebagai Bagian I dari Prinsip-Prinsip dan Panduan-Panduan Integritas ini dengan
selipan paragraf khusus terkait dengan ADB.
Panduan ini tidak bermaksud memberikan, memaksakan, atau menyiratkan pada Organisasi yang melaksanakan penyidikan tugas, kewajiban, atau hak-hak yang
memiliki dasar hukum di pengadilan atau di dalam proses administratif. Tidak ada satu pun dalam panduan yang harus ditafsirkan bisa mempengaruhi hak dan
kewajiban setiap Organisasi seperti yang tercantum dalam aturan-aturan, kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur masing-masing, ataupun hak istimewa dan
kekebalan yang diberikan oleh traktat internasional kepada masing-masing Organisasi dan hukum masing-masing anggota.
Aktivitas yang berkaitan dengan ADB didefinisikan di paragraf 1.C, infra.
Makalah Dewan R-89-98, Kebijakan Anti Korupsi (Anticorruption Policy), disetujui 2 Juli 1998, sesuai klarifikasi dalam Makalah Dewan R185-04, Kebijakan Anti Korupsi:
Mengusulkan Klarifikasi dan Perubahan terkait dengan Panduan Konsultansi dan Pengadan (Anticorruption Policy: Proposed Clarifications and Related Changes to
Consulting and Procurement Guidelines), disetujui pada 11 November 2004, dan Makalah Dewan R179-06, Kebijakan Anti Korupsi: Definisi yang Diselaraskan tentang
Praktik-Praktik Korupsi dan Kecurangan (Anticorruption Policy: Harmonized Definitions of Corrupt and Fraudulent Practices), disetujui 8 September 2006.

Anti Korupsi danIntegritas

PRINSIP-PRINSIP UMUM
1. Setiap Organisasi harus mempunyai satu Kantor Penyidikan yang bertanggung jawab untuk melakukan
penyidikan.
Untuk ADB: 1.A.OAI merupakan poin kontak dan kantor penyidikan pertama untuk dugaan pelanggaranpelanggaran integritas yang melibatkan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan ADB atau
stafADB.

1.B. Pelanggaran integritas adalah segala tindakan yang melanggar Kebijakan Anti Korupsi
ADB, termasuk praktik korupsi, kecurangan, pemaksaan atau kolusi, penyalahgunaan, konflik
kepentingan, dan praktik menghambat, seperti didefinisikan di dalam panduan ini.

1.C. Aktivitas yang berkaitan dengan ADB mencakup aktivitas yang didanai, diselenggarakan
atau didukung oleh ADB, atau segala aktivitas yang secara material berdampak atau bisa
berdampak atau relevan pada ADB.

2. Tujuan dilakukannya penyidikan oleh Kantor Penyidikan tersebut adalah untuk memeriksa dan menentukan
kebenaran dugaan-dugaan praktik-praktik korupsi atau kecurangan seperti yang diartikan oleh masing-masing
lembaga termasuk yang berkenaan dengan, namun tidak terbatas pada, proyek-proyek yang didanai oleh
Organisasi, serta dugaan-dugaan Perilaku Melanggar (misconduct) oleh staf Organisasi.
Untuk ADB:
2.A.
Pelanggaran-pelanggaran integritas yang bisa menjadi sasaran penyidikan OAI antara lain adalah:
i. Praktik korupsi, yaitu menawarkan, memberikan, menerima, atau meminta, secara langsung
maupun tidak langsung, segala sesuatu yang mempunyai nilai untuk mempengaruhi tindakantindakan pihak lain secara tidak semestinya;
ii. Praktik kecurangan, yaitu segala tindakan atau kelalaian termasuk salah tafsir baik disengaja atau
tidak, menyesatkan, atau berupaya untuk menyesatkan satu pihak untuk mendapatkan manfaat
finansial atau manfaat lain atau untuk menghindari satu kewajiban;
iii. Praktik pemaksaan, yaitu merusak merugikan, atau mengancam untuk merusak atau merugikan,
secara langsung maupun tidak langsung, segala pihak atau properti pihak tersebut untuk
mempengaruhi tindakan-tindakan pihak tersebut secara tidak semestinya;
iv. Praktik kolusi, yaitu kesepakatan antara dua pihak atau lebih yang dirancang untuk mewujudkan
satu tujuan yang tidak semestinya, termasuk mempengaruhi tindakan-tindakan pihak lain secara
tidak semestinya;5
v. Penyelewengan, yaitu pencurian, pemborosan, atau penyalahgunaan aset-aset yang berkaitan
dengan aktivitas ADB, baik yang dilakukan secara sengaja atau karena kelalaian yang tidak
bertanggung jawab;
vi. Konflik kepentingan, yaitu segala situasi dimana satu pihak mempunyai kepentingan-kepentingan
yang secara tidak semestinya mempengaruhi kinerja pihak tersebut dalam menjalankan tugastugas atau tanggung jawab-tanggung jawab resmi, kewajiban-kewajiban sesuai kontrak, atau
kepatuhannya pada hukum dan peraturan yang berlaku;

Definisi korupsi, kecurangan, pemaksaan dan kolusi diselaraskan dengan bank-bank pembangunan multilateral lainnya dan diadopsi oleh ADB menurut Makalah Dewan
R179-06 (supra di catatan kaki 3).

Prinsip-Prinsip Dan Panduan Integritas (Mei 2010)

vii. menghambat, mencakup (a) secara sengaja menghancurkan, memalsukan, mengubah atau
menyembunyikan barang bukti dalam satu penyidikan ADB; (b) membuat pernyataan palsu kepada
para penyidik agar secara material menghambat satu penyidikan oleh ADB; (c) mengancam,
melecehkan atau mengintimidasi pihak mana pun untuk mencegah pihak tersebut mengungkapkan
apa yang diketahuinya tentang hal-hal yang relevan dengan penyidikan atau dalam upaya
dilakukannya penyidikan, atau (v)secara material menghambat hak-hak ADB sesuai kontrak untuk
melakukan audit atau mengakses informasi.
viii. Pelanggaran terhadap sanksi-sanksi ADB;
ix. Pelanggaran-pelanggaran lain terhadap Kebijakan Anti Korupsi ADB, termasuk kegagalan untuk
mematuhi standar-standar etika tertinggi;
x. Aksi pembalasan terhadap para pengungkap fakta atau saksi, yaitu segala tindakan yang merugikan
langsung maupun tidak langsung yang direkomendasikan, diancam atau dilakukan terhadap seorang
pengungkap fakta atau saksi atau orang yang terkait dengan seorang pengungkap fakta atau saksi
yang bersifat material terhadap satu pengaduan karena laporan atau kerja sama yang dilakukan
dengan penyidikan ADB, yang akan disidik sesuai dengan Perintah Administratif (AO) 2.10.6
2.B.
Penyidikan bisa mencakup upaya-upaya melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap integritas.
2.C.
Dugaan-dugaan adanya perilaku melanggar oleh staf ADB termasuk pelanggaran-pelanggaran
terhadap integritas atau aksi pembalasan terhadap para pengungkap fakta atau saksi akan disidik
oleh OAI sesuai dengan Prinsip-Prinsip dan Pedoman Integritas, Lampiran 2 dari AO 2.047 dan
AO2.10.
2.D. OAI bisa melakukan penyidikan terhadap segala pelanggaran perilaku lain sesuai dengan AO 2.04
atas permintaan Presiden atau Direktur Jendral Departemen Sistem Anggaran, Personalia dan
Manajemen.

3. Kantor Penyidikan akan menjaga objektivitas, tidak berpihak dan bersikap adil dalam seluruh proses
penyidikan dan melakukan semua aktivitasnya secara berkompeten dan dengan tingkat integritas tertinggi.
Secara khusus, Kantor Penyidikan akan melaksanakan semua tugasnya secara independen dari pihak-pihak
yang bertanggung jawab terhadap atau terlibat dalam aktivitas-aktivitas operasional dan dari para staf yang layak
menjadi sasaran penyidikan dan juga harus terbebas dari segala pengaruh yang tidak semestinya dan ketakutan
akan aksi pembalasan.
4. Ketika menyidiki suatu kasus, staf Kantor Penyidikan harus mengungkapkan tepat pada waktunya kepada
seorang penyelia segala konflik kepentingan atau potensi konflik kepentingan yang mungkin dimilikinya dalam
penyidikan tersebut, dan para penyelia harus melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi konflik tersebut.
Untuk ADB: 4.A. Pengungkapan konflik kepentingan harus ditujukan kepada Pimpinan OAI atau petugas
yang ditunjuk oleh Pimpinan OAI segera setelah adanya temuan dan sebelum penyidikan
dilakukan. Konflik kepentingan yang melibatkan Pimpinan OAI harus diberitahukan kepada
Presiden. Segala tindakan untuk mengelola konflik kepentingan harus dilakukan dalam bentuk
tertulis. Tindakan-tindakan untuk mengatasi konflik kepentingan bisa mencakup, namun tidak
terbatas pada, tidak disertakannya pihak yang bersangkutan dalam penyidikan serta pembatasan
akses terhadap catatan dan informasi kasus.

6
7

Whistleblower and Witness Protection [Perlindungan terhadap Pengungkap Fakta dan Saksi].
Disciplinary Measures and Procedures [Tindakan-Tindakan dan Prosedur-Prosedur Disipliner].

Anti Korupsi danIntegritas

5. Prosedur-prosedur yang tepat akan dibentuk untuk menyelidiki dugaan-dugaan Pelanggaran Perilaku oleh
staf satu Kantor Penyidikan.
Untuk ADB: 5.A. Laporan-laporan tentang dugaan kemungkinan pelanggaran integritas atau pelanggaran
perilaku staf manajerial di OAI atau Departemen Sistem Anggaran, Personalia, dan Manajemen
(BPMSD) dapat disampaikan kepada Wakil Presiden (Keuangan dan Administrasi), sesuai dengan
AO 2.10, pasal 4.3.

5.B. Laporan-laporan dugaan kemungkinan pelanggaran integritas oleh Wakil Presiden dapat
disampaikan kepada Presiden, sesuai dengan A.O. 2.10, pasal 4.4.

5.C. Laporan-laporan dugaan kemungkinan pelanggaran integritas oleh staf OAI lainnya, para
konsultan atau kontraktor dapat disampaikan langsung kepada Pimpinan atau Direktur OAI.

6. Setiap Organisasi akan mempublikasikan mandat dan/atau kerangka acuan Kantor Penyidikan mereka
masing-masing serta laporan tahunan yang memberi penekanan pada aktivitas-aktivitas integritas, anti kecurangan
dan tindakan korupsi yang dilakukan Kantor Penyidikan masing-masing sesuai dengan kebijakan mereka tentang
pengungkapan informasi.
Untuk ADB: 6.A. OAI, para stafnya, segala pihak yang mendapat wewenang dari OAI atau siapa pun yang
ditunjuk Presiden untuk melakukan penyidikan yang semestinya dilakukan oleh OAI, harus
mengkaji dugaan dan melakukan penyidikan dengan segera dan secara seksama menurut
prinsip-prinsip dan panduan ini, serta merekomendasikan tindakan-tindakan administratif yang bisa
dilakukan ADB untuk menanganinya.

6.B. Di bawah Kerangka Acuan ini, Pimpinan OAI secara langsung bertanggung jawab terhadap
Presiden. Ia melaporkan aktivitas-aktivitas penting dan capaian-capaian OAI langsung kepada
Presiden, dan melalui Presiden, kepada Komite Audit Dewan Direktur. Dalam melaksanakan tugastugas OAI, Pimpinan dan staf yang mendapat wewenang di OAI harus memiliki akses penuh dan
tak terbatas pada (dan bisa untuk sementara memiliki atau mempunyai kendali atas) informasi dan
catatan-catatan tentang semua aktivitas ADB, para personil ADB, dan properti fisik ADB. Tanggung
jawab utama OAI adalah:

Meningkatkan kesadaran tentang Kebijakan Anti Korupsi ADB, dengan bekerja sama dengan
departemen-departemen/kantor-kantor yang relevan.

Setelah melalui konsultasi dengan departemen-departemen/kantor-kantor, mengusulkan dan


meninjau prosedur-prosedur yang tepat menurut Kebijakan Anti Korupsi untuk memastikan
bahwa semua staf dan proyek mematuhi standar-standar tertinggi untuk menjaga integritas dalam
melawan korupsi.

Bertindak sebagai poin kontak awal untuk semua dugaan kejadian kecurangan, korupsi atau
penyelewengan seperti didefinisikan ADB sejalan dengan Kebijakan Anti Korupsi ADB, dalam
semua aktivitas yang didanai ADB, termasuk para stafnya.

Melakukan penyidikan yang bersifat independen dan obyektif terhadap kecurangan dan korupsi,
praktik kolusi, konflik kepentingan dan penyalahgunaan sejalan dengan Kebijakan Anti Korupsi
ADB yang diketahui atau diidentifikasi oleh OAI.

Dengan bekerja sama dengan Kantor Auditor Jendral (Office of the Auditor General/OAG)
melakukan tinjauan-tinjauan yang berkaitan dengan pengadaan proyek dalam aktivitas-aktivitas
yang didanai ADB untuk membantu mencegah dan mendeteksi kecurangan, korupsi atau
penyalahgunaan

Prinsip-Prinsip Dan Panduan Integritas (Mei 2010)

Memberikan temuan-temuan penyidikan yang harus ditangani seperti termaktub dalam


Prinsip-Prinsip dan Panduan Integritas ini.
Dalam melaksanakan penyidikan, berkoordinasi dengan Manajemen, Kantor Penasehat Umum
(Office of the General Counsel/OGC), BPMSD, dan departemen-departemen/kantor-kantor lain
sesuai dengan keperluan, dan mengadopsi prosedur-prosedur yang tepat untuk menentukan
apakah menurut Kebijakan Anti Korupsi suatu kecurangan, korupsi atau penyalahgunaan telah
terjadi; mengumpulkan bukti yang memadai; menyusun prosedur-prosedur yang harus diikuti
dalam upaya mengidentifikasi para pelaku, tingkat kecurangan dan korupsi atau penyalahgunaan;
menentukan apakah pengendalian perlu diterapkan atau diperkuat untuk mengurangi kerentanan;
dan menyusun mekanisme-mekanisme untuk membantu mengungkap adanya kecurangan,
korupsi atau penyalahgunaan serupa.
Melakukan penyidikan terhadap perilaku melanggar oleh staf yang mencakup pelanggaran
terhadap Kebijakan Anti Korupsi ADB (termasuk praktik-praktik kecurangan, praktik-praktik korupsi
atau konflik kepentingan) atau penyalahgunaan (pencurian, pemborosan atau penggunaan aset
ADB secara tidak semestinya, baik secara sengaja atau karena kelalaian yang sembrono), sejalan
dengan Prinsip-Prinsip dan Panduan Integritas ini dan Lampiran 2 dari AO 2.04.
Melakukan penyidikan terhadap dugaan-dugaan pelanggaran yang dirujuk oleh Divisi Sumber
Daya Manusia sejalan dengan AO 2.04.
Menyusun dan menyampaikan laporan tahunan kepada Presiden yang berisi rangkuman aktivitasaktivitas.
Berkonsultasi dan bekerja sama dengan bank-bank pembangunan multilateral dan lembagalembaga keuangan internasional lain serta pihak-pihak yang relevan untuk saling berbagi gagasan,
pengalaman praktis, dan wawasan tentang bagaimana menangani kecurangan, korupsi atau
penyalahgunaan, secara internal atau eksternal.

7. Kantor Penyidikan harus melakukan langkah-langkah yang masuk akal untuk melindungi kerahasiaan atas
segala informasi nonpublik terkait dengan satu penyidikan, termasuk identitas pihak-pihak yang menjadi sasaran
penyidikan dan pihak-pihak yang memberikan kesaksian atau bukti. Penyimpanan dan penyediaan informasi untuk
semua pihak di dalam setiap Organisasi atau pihak-pihak lain di luar Organisasi, termasuk pihak berwenang
nasional, diatur oleh aturan-aturan, kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur Organisasi.
Untuk ADB: 7.A. OAI akan menyimpan semua informasi dan catatan di bawah pengawasan fisik, elektronik
dan prosedural yang memadai. OAI akan membatasi peredaran informasi tentang satu penyidikan
khusus bagi mereka yang perlu mengetahuinya saja. Tergantung pada sifat tiap kasus, OAI
bisa mengungkap bukti khusus tentang subjek sebuah penyidikan8 sedemikian rupa dengan
mempertimbangkan perlunya melindungi para pengungkap fakta dan saksi sesuai dengan AO 2.10.

7.B. Hanya OAI dan Presiden yang bisa mengakses arsip-arsip dan catatan-catatan OAI. OAI
atau Presiden bisa menentukan apakah arsip atau catatan OAI boleh dibagikan kepada pihak lain
tanpa disunting atau disusun kembali, sesuai dengan AO 2.04, AO 2.10, Kebijakan KomunikasiKomunikasi Publik, dan aturan-aturan ADB lain yg relevan.

8. Temuan-temuan penyidikan harus didasarkan pada fakta-fakta dan analisis-analisis yang terkait, yang bisa
termasuk asumsi yang masuk akal.

Subjek sebuah penyidikan adalah pihak yang diduga telah terlibat dalam sebuah pelanggaran integritas dan/atau perilaku melanggar yang sedang disidik oleh OAI.

Anti Korupsi danIntegritas

9. Kantor Penyidikan harus membuat rekomendasi-rekomendasi yang tepat kepada manajemen Organisasi
yang merupakan asal dari temuan-temuan penyidikan.
10. Semua penyidikan yang dilakukan oleh Kantor Penyidikan bersifat administratif.

DEFINISI
11. Perilaku melanggar adalah kegagalan seorang staf untuk mematuhi aturan-aturan atau standar-standar
perilaku yang ditentukan oleh Organisasi.
Untuk ADB: 11.A. Aturan-aturan main dan standar-standar perilaku ADB dapat dilihat di AO 2.02.9 Aturanaturan ADB yang menjelaskan tentang pelanggaran perilaku dapat dilihat di AO 2.04.

12. Standar pembuktian yang akan digunakan untuk menentukan apakah sebuah pengaduan mempunyai
landasan untuk ditindaklanjuti dengan penyidikan diartikan sebagai informasi yang, secara keseluruhan,
menunjukkan bahwa hal itu lebih mungkin daripada tidak.
Untuk ADB: 12.A. ADB bisa merujuk pada standar pembuktian ini sebagai bukti yang lebih berbobot, atau bukti
yang memadai untuk mendukung satu keyakinan yang masuk akal, dengan mempertimbangkan
semua faktor-faktor dan kondisi yang relevan, bahwa besar kemungkinan suatu pihak tertentu telah
melakukan pelanggaran.

HAK-HAK DAN KEWAJIBAN


Saksi dan subjek
13. Seorang staf yang memenuhi kualifikasi sebagai seorang pengungkap fakta menurut aturan, kebijakan dan
prosedur Organisasi harus bebas dari tindakan pembalasan oleh Organisasi. Organisasi akan memperlakukan
tindakan pembalasan sebagai satu tindakan Pelanggaran Perilaku yang terpisah.
Untuk ADB: 13.A. Perlindungan terhadap pengungkap fakta dan saksi diatur oleh AO 2.10.

14. Organisasi bisa mensyaratkan staf untuk melaporkan kecurigaan akan adanya tindakan kecurangan, korupsi,
atau bentuk-bentuk perilaku melanggar lain.
Untuk ADB: 14.A. Staf ADB diwajibkan untuk melaporkan segala dugaan tentang pelanggaran integritas
kepada OAI. Staf dianjurkan untuk melaporkan dugaan perilaku melanggar lain kepada BPMSD,
sesuai dengan AO 2.10. Tidak diperlukan persetujuan atau pemberian wewenang apa pun kepada
staf untuk melaporkan dugaan pelanggaran integritas atau pelanggaran perilaku.

Pernyataan Kebijakan Kepegawaian dan Tugas, Hak dan Tanggung Jawab Staf (Personnel Policy Statement and Duties, Rights and Responsibilities of Staff Members).

Prinsip-Prinsip Dan Panduan Integritas (Mei 2010)

15. Organisasi akan meminta staf untuk bekerja sama dalam satu penyidikan dan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dan memenuhi permintaan untuk memberikan informasi.
Untuk ADB: 15.A. Staf ADB mempunyai kewajiban untuk bekerja sama secara penuh dalam segala
penyaringan atau penyidikan jika diminta oleh OAI untuk melakukannya. Kerja sama tersebut
mencakup, namun tidak terbatas pada berikut ini:

Bersedia untuk diwawancarai dan menjawab dengan lengkap dan sejujurnya semua pertanyaan
yang diajukan.

Memberikan semua barang yang diminta OAI yang berada dalam kendali staf termasuk, namun
tidak terbatas pada, dokumen-dokumen dan obyek-obyek fisik lain.

Kerja sama dalam segala tes yang diminta oleh OAI, termasuk namun tidak terbatas pada
identifikasi sidik jari, analisis tulisan tangan, penggunaan tes kadar alkohol dalam nafas, dan
pemeriksaan dan analisis fisik.

Menjaga dan melindungi kerahasiaan semua informasi yang dibahas dengan OAI dan BPMSD.

15.B. Seorang staf yang menjadi subjek penyidikan harus mengijinkan agar informasi
keuangannya diberikan secara langsung kepada OAI jika diminta. Atas permintaan OAI, subjek
harus memberikan persetujuan tertulis yang ditujukan kepada lembaga keuangannya untuk tujuan
ini, melepaskan segala hak-hak atas privasi atau kerahasiaan yang mungkin dimiliki oleh subjek
terkait dengan informasi yang akan diungkap.

15.C. Seorang staf yang menjadi subjek satu penyidikan bisa meminta untuk didampingi oleh
staf lain selama wawancara yang dilakukan sebagai bagian dari satu penyidikan sepanjang
permintaan tersebut tidak menunda atau menghambat penyidikan. Walaupun demikian, staf
yang mendampingi tidak boleh berasal dari OAI, OGC, Kantor Sekretaris, OAG, Kantor Layanan
Administratif atau BPMSD. Baik subjek maupun saksi bisa berkonsultasi dengan penasehat hukum
luar, dengan biaya mereka sendiri, mengenai perkara yang sedang dalam penyidikan namun tidak
boleh didampingi oleh penasehat hukum seperti itu di wilayah kantor ADB atau selama wawancara
yang dilakukan sebagai bagian dari penyidikan. Konsultasi seperti itu tidak boleh menunda
pelaksanaan wawancara atau pemenuhan staf terhadap kewajiban-kewajiban lain menurut aturanaturan ini, kecuali diijinkan oleh OAI.

15.D. Jika seorang staf tidak mematuhi kewajiban untuk bekerja sama, ADB bisa mengambil
kesimpulan negatif atas penolakan tersebut. Dalam kasus-kasus seperti itu, OAI bisa merujuk
perkara kepada BPMSD untuk dilakukan tindakan disipliner yang tepat. Kegagalan untuk
bekerja sama mencakup tidak adanya tanggapan secara lengkap dan tepat waktu terhadap
penyelidikan OAI, kegagalan untuk memberikan dokumen atau bukti lain atas permintaan OAI,
menghancurkan atau menyembunyikan barang bukti, atau menyampaikan fakta yang tidak benar,
atau menghambat penyampaian fakta, selama penyidikan oleh OAI.

16. Setiap Organisasi harus mengadopsi aturan-aturan, kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur, dan, sejauh
dimungkinkan secara hukum dan komersial, menambahkan ketentuan-ketentuan dalam kontrak-kontraknya
dengan pihak-pihak ketiga bahwa para pihak yang terlibat dalam proses penyidikan harus bekerja sama dalam
sebuah penyidikan.
17. Sebagai bagian dari proses penyidikan, subjek satu penyidikan harus diberi kesempatan untuk menjelaskan
perilakunya dan menyampaikan informasi atas namanya sendiri. Penentuan mengenai kapan kesempatan tersebut
diberikan kepada subjek diatur oleh aturan-aturan, kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur Organisasi.

10

Anti Korupsi danIntegritas

Kantor Penyidikan
18. Penyidikan harus dilakukan dengan segera dengan semua keterbatasan sumber daya yang tersedia.
19. Kantor Penyidikan harus menyelidiki baik informasi yang memberatkan maupun yang meringankan.
20. Kantor Penyidikan harus menyimpan dan menjaga catatan yang memadai tentang penyidikan yang dilakukan
dan informasi yang dikumpulkan.
Untuk ADB: 20.A.OAI akan menyimpan

Arsip-arsip penyidikan yang berkaitan dengan staf ADB selama paling tidak lima tahun setelah staf
meninggalkan ADB, tergantung dari usia atau kondisi dimana ADB tidak akan mempertimbangkan
untuk memperkerjakan kembali staf tersebut;

Arsip-arsip tentang penyidikan-penyidikan lain selama paling tidak sepuluh tahun setelah
menerima pengaduan;

Arsip-arsip tentang tinjauan-tinjauan yang berkaitan dengan pengadaan proyek selama lima tahun
setelah dikeluarkannya laporan;

Kontrak-kontrak yang berkaitan dengan audit dan konsultan-konsultan penyidikan yang pernah
bekerja untuk ADB selama paling tidak lima tahun setelah penghentian kontrak;

Korespondensi, termasuk memo-memo antar kantor dan rekomendasi-rekomendasi kepada


manajemen selama paling tidak lima tahun; dan

Laporan-laporan tahunan OAI kepada Presiden secara permanen.

21. Staf Kantor Penyidikan harus melakukan tindakan-tindakan yang tepat untuk mencegah pengungkapan
informasi penyidikan secara tidak sah.
22. Kantor Penyidikan akan mendokumentasikan temuan-temuan dan kesimpulan-kesimpulan dari penyidikan
yang dilakukannya.
23. Untuk keperluan pelaksanaan satu penyidikan, Kantor Penyidikan harus mempunyai akses penuh dan
lengkap pada semua informasi, catatan, personil, dan properti yang relevan milik Organisasi, sesuai dengan aturanaturan, kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur Organisasi.
Untuk ADB: 23.A. AO 1.02,10 yang berlaku bagi OAI, dan Kerangka Acuan OAI, memberikan akses penuh
dan tak terbatas kepada OAI akan informasi dan catatan-catatan yang berkaitan dengan semua
aktivitas ADB. OAI bisa memeriksa setiap dan semua arsip, catatan, buku, data, tulisan, dan
segala bahan ADB lain yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas ADB, jika perlu dan apabila
dianggap perlu; secara fisik mengambil semua bahan untuk sementara; dan membuat salinan.

23.B. Permintaan-permintaan untuk mengakses email harus dilakukan sesuai dengan AO 4.05.11

24. Sejauh dimungkinkan oleh aturan-aturan, kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur Organisasi dan
kontrak-kontrak yang relevan, Kantor Penyidikan harus mempunyai wewenang untuk memeriksa dan menyalin
buku-buku dan catatan-catatan proyek yang relevan, badan-badan pelaksana, perorangan, atau perusahaan yang

10
11

Buletin Organisasi (Organizational Bulletin).


Prinsip-Prinsip Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technology Principles).

Prinsip-Prinsip Dan Panduan Integritas (Mei 2010)

11

berpartisipasi atau berupaya untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang didanai Organisasi atau segala
entitas lain yang berpartisipasi dalam penyaluran dana-dana Organisasi.
25. Kantor Penyidikan bisa melakukan konsultasi dan bekerja sama dengan Organisasi-Organisasi dan lembagalembaga internasional serta pihak-pihak lain yang relevan untuk saling berbagi gagasan, pengalaman praktis, dan
wawasan tentang cara terbaik untuk menangani isu-isu yang menjadi kepedulian bersama.
26. Kantor Penyidikan bisa memberikan bantuan kepada dan berbagi informasi dengan Kantor-Kantor Penyidikan lain.
Untuk ADB: 26.A. OAI atau Presiden bisa menentukan apakah informasi, termasuk informasi yang diperoleh
ketika melakukan penyidikan, dapat dibagi kepada organisasi-organisasi internasional lain,
perwakilan atau badan-badan negara-negara anggota ADB, atau pihak-pihak lain yang mempunyai
kebutuhan untuk mengetahui informasi seperti itu demi kepentingan kerja sama, harmonisasi, atau
pertimbangan-pertimbangan lain yang relevan, dengan mematuhi AO 2.04, AO 2.10, Kebijakan
Komunikasi Publik, dan aturan-aturan ADB lain yang relevan. Jika OAI melakukan hal itu, ia akan
mensyaratkan penerima informasi tersebut untuk melindungi kerahasiaan informasi tersebut dan
hanya menggunakannya sesuai dengan tujuan OAI mengungkapkan informasi.

26.B. OAI bisa bekerja sama dalam penyidikan dengan organisasi-organisasi, kantor-kantor atau
pihak-pihak lain dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi idenpendensi dan
obyektivitas OAI atau mengganggu keistimewaan dan kekebalan ADB.

PANDUAN PROSEDURAL
Sumber Pengaduan
27. Kantor Penyidikan akan menerima pengaduan-pengaduan tanpa melihat sumbernya, termasuk pengaduan
dari sumber-sumber tanpa nama atau rahasia.
28. Apabila bisa dilaksanakan, setelah menerima pengaduan, Kantor Penyidikan akan mengirimkan
pemberitahuan bahwa pengaduan telah diterima.

Penerimaan Pengaduan
29. Semua pengaduan akan didaftar dan ditinjau untuk menentukan apakah pengaduan tersebut masuk dalam
juridiksi atau kewenangan Kantor Penyidikan.

Evaluasi Awal
30. Begitu pengaduan telah didaftar, Kantor Penyidikan akan melakukan evaluasi untuk menentukan kredibilitas,
materialitas dan dapat tidaknya pengaduan tersebut diverifikasi. Dari sini, pengaduan akan ditelaah untuk
menentukan apakah ada landasan yang sahih untuk dilakukannya satu penyidikan.

12

Anti Korupsi danIntegritas

Untuk ADB: 30.A. OAI mengevaluasi, atau menyaring, pengaduan-pengaduan dengan menggunakan
kriteria berikut untuk menentukan apakah perlu dilakukan penyidikan lebih lanjut atas pengaduanpengaduan tersebut. Pengaduan harus berisi dugaan-dugaan atau informasi yang:

berada dalam mandat OAI berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang menjadi kewenangan OAI
untuk melakukan penyidikan;

kredibel bahwa ada kemungkinan yang masuk akal akan adanya pelanggaran;

bisa diverifikasi ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan bukti yang memadai
untuk menentukan kebenaran dugaan-dugaan berdasarkan pertimbangan akan kemungkinan;

bersifat material perkara mempunyai arti yang cukup penting untuk memberikan alasan kuat
akan perlunya penyidikan dan tindakan remedial; dan

pertimbangan-pertimbangan lainnya yang relevan, misalnya apakah perkara dapat secara efektif
ditangani dengan menggunakan pilihan-pilihan yang tersedia untuk ADB.

30.B. Pada waktu kesimpulan sebuah penyaringan diambil, staf OAI harus memberikan
rekomendasi ditutupnya satu pengaduan atau perlunya penyidikan lebih lanjut kepada Pimpinan
OAI atau yang ditunjuk. Keputusan-keputusan untuk menutup satu kasus pada waktu kesimpulan
penyaringan harus didokumentasikan melalui satu Laporan Penutupan yang disetujui, yang
menyajikan alasan-alasan pengambilan keputusan tersebut. Informasi yang berkaitan dengan
pengaduan-pengaduan yang ditutup akan disimpan di arsip-arsip OAI. Rekomendasi untuk
melakukan penyidikan lebih lanjut akan didokumentasikan melalui satu Rencana Penyidikan yang
disetujui untuk memeriksa kebenaran dugaan-dugaan.

30.C. Jika sebuah pengaduan melibatkan staf ADB, OAI bisa mengkoordinasikan tindakan-tindakan
penyidikan yang dilakukan dengan BPMSD, dengan mempertimbangkan AO-AO yang relevan
termasuk sifat perilaku pelanggaran yang mungkin terjadi. OAI harus melakukan hal ini sesuai dengan
kebijakannya dan sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi independensi dan objektivitas OAI.

Penetapan Prioritas terhadap Kasus


31. Keputusan-keputusan tentang penyidikan mana yang akan dilakukan diambil sesuai dengan aturan-aturan,
kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur Organisasi; keputusan-keputusan tentang aktivitas-aktivitas penyidikan
mana yang akan digunakan untuk satu kasus tertentu merupakan wewenang Kantor Penyidikan.
32. Perencanaan dan pelaksanaan satu penyidikan dan sumber daya-sumber daya yang dialokasikan untuk
penyidikan tersebut harus mempertimbangkan tingkat keseriusan dugaan dan kemungkinan hasil-hasilnya.

Aktivitas Penyidikan
33. Kantor Penyidikan harus, sedapat mungkin, mengupayakan verifikasi terhadap informasi yang dimilikinya.
34. Untuk keperluan panduan ini, Aktivitas Penyidikan mencakup pengumpulan dan analisis informasi dalam
bentuk dokumen, video, audio, foto, dan elektronik atau bahan-bahan lain, wawancara para saksi, pengamatan
oleh para penyidik, dan teknik-teknik penyidikan lain yang diperlukan untuk melakukan sebuah penyidikan.
Untuk ADB: 34.A. Sejalan dengan kebijakannya, OAI bisa mengumpulkan bukti dalam bentuk domunen,
video, fotografis, forensik komputer, atau rekaman tanpa pemberitahuan, sebagai subjek
penyidikan, sepanjang aktivitas-aktivitas tersebut sejalan dengan aturan-aturan ADB.

Prinsip-Prinsip Dan Panduan Integritas (Mei 2010)

13

35. Aktivitas Penyidikan dan keputusan-keputusan yang penting harus didokumentasikan secara tertulis dan
ditinjau bersama para manajer Kantor Penyidikan.
36. Sesuai dengan aturan-aturan, kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur Organisasi, setiap saat selama
Penyidikan, jika Kantor Penyidikan menganggap bahwa akan lebih bijaksana sebagai langkah pencegahan atau
sebagai perlindungan informasi, agar untuk sementara melarang staf yang menjadi subjek penyidikan mengakses
arsip-arsip atau kantor atau merekomendasikan bahwa staf tersebut diberhentikan untuk sementara dari tugastugasnya dengan atau tanpa gaji dan tunjangan atau merekomendasikan penetapan pembatasan-pembatasan lain
tentang aktivitas-aktivitasnya, maka Kantor Penyidikan harus merujuk hal ini kepada pihak berwenang di dalam
Organisasi untuk melakukan tindakan yang tepat.
37. Sedapat mungkin, wawancara yang dilaksanakan oleh Kantor Penyidikan harus dilakukan oleh dua orang.
38. Tergantung dari kebijakan Kantor Penyidikan, wawancara bisa dilakukan dalam bahasa yang digunakan oleh
orang yang diwawancarai dan apabila perlu menggunakan penterjemah.
39. Kantor Penyidikan tidak akan membayar seorang saksi atau seorang subjek penyidikan untuk mendapatkan
informasi. Dengan mengacu pada aturan-aturan, kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur Organisasi, Kantor
Penyidikan bisa memikul tanggung jawab atas pengeluaran yang masuk akal yang dikeluarkan oleh para saksi
atau sumber informasi lain untuk bertemu dengan Kantor Penyidikan.
40. Kantor Penyidikan bisa melibatkan pihak-pihak eksternal untuk membantu dalam penyidikan-penyidikan
yang dilakukannya.

TEMUAN-TEMUAN PENYIDIKAN
41. Jika Kantor Penyidikan tidak menemukan informasi yang memadai selama penyidikan atas kebenaran
pengaduan, ia akan mendokumentasikan temuan-temuan itu, mengakhiri penyidikan dan memberitahukan pihakpihak yang relevan, secara semestinya.
Untuk ADB: 41.A. Pimpinan OAI dan Direktur OAI harus menyetujui penutupan satu penyidikan. Dalam
kasus-kasus dimana secara fisik tidak mungkin untuk mendapatkan persetujuan dari keduanya
dalam waktu yang masuk akal, seorang staf OAI senior yang ditunjuk bisa diberi wewenang untuk
memberikan keputusan sebagai pihak berwenang kedua yang bisa memberikan persetujuan
mewakili Pimpinan atau Direktur OAI.

42. Jika Kantor Penyidikan mendapatkan informasi yang memadai untuk memverifikasi pengaduan, ia akan
mendokumentasikan temuan-temuan penyidikannya dan merujuk temuan-temuan tersebut kepada pihak-pihak
berwenang di dalam Organisasi, sejalan dengan aturan-aturan, kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur
Organisasi.
43. Jika temuan-temuan Kantor Penyidikan menunjukkan bahwa sebuah pengaduan diketahui sebagai
pengaduan palsu, Kantor Penyidikan harus, jika perlu, merujuk hal tersebut kepada pihak-pihak berwenang yang
relevan di dalam Organisasi.

14

Anti Korupsi danIntegritas

44. Apabila temuan-temuan Kantor Penyidikan menunjukkan bahwa ada kegagalan seorang saksi atau subjek
penyidikan untuk memenuhi kewajiban yang ada dalam proses penyidikan, Kantor Penyidikan bisa merujuk hal
tersebut kepada pihak-pihak berwenang di dalam Organisasi.

PERUJUKAN KEPADA PIHAK-PIHAK BERWENANG DI TINGKAT NASIONAL


45. Kantor Penyidikan bisa mempertimbangkan apakah sebaiknya informasi yang berkaitan dengan pengaduan
dirujuk kepada pihak-pihak berwenang yang tepat di tingkat nasional dan Kantor Penyidikan akan mengupayakan
kewenangan internal yang diperlukan untuk melakukannya jika diperlukan perujukan.

TINJAUAN DAN PERUBAHAN


46. Segala perubahan terhadap Panduan ini akan diadopsi oleh Organisasi menurut konsensus.

PUBLIKASI
47. Organisasi mana pun bisa mempublikasikan Prinsip dan Panduan ini sesuai dengan kebijakan-kebijakan
organisasi tentang pengungkapan informasi.

Prinsip-Prinsip Dan Panduan Integritas (Mei 2010)

15

II. SANKSI
LANDASAN DILAKUKANNYA TINDAKAN REMEDIAL
48. Segala pelanggaran terhadap integritas bisa menjadi landasan bagi ADB untuk melakukan satu tindakan
remedial, termasuk sanksi. Hal ini mencakup pelanggaran-pelanggaran yang bisa jadi tidak melibatkan aktivitas
yang terkait dengan ADB.
49. Sesuai dengan Kesepakatan Penegakan Bersama Keputusan-Keputusan Pemberlakukan Daftar Hitam
(Agreement for Mutual Enforcement of Debarment Decisions),12 ADB bisa ikut memberlakukan daftar hitam kepada
pihak-pihak yang telah masuk daftar hitam lembaga lain yang berpartisipasi dalam kesepakatan tersebut,13 dan
lembaga lain yang ikut dalam kesepakatan tersebut bisa ikut memberlakukan daftar hitam pihak-pihak yang secara
publik telah diumumkan berada dalam daftar hitam ADB. OAI harus bertanggung jawab untuk memberitahukan
lembaga-lembaga lain yang ikut dalam kesepakatan tersebut tentang setiap keputusan pemberlakukan daftar
hitam yang diambil oleh ADB sesuai dengan kesepakatan tersebut dan segala perubahannya.
50. ADB bisa memutuskan bahwa jika satu lembaga keuangan internasional atau badan hukum atau regulatori
lain memutuskan, bahwa suatu pihak telah gagal untuk mematuhi standar-standar etika seperti yang ditetapkan
oleh prinsip-prinsip, aturan-aturan atau kewajiban-kewajiban suatu sistem yang telah mapan, termasuk hukum atau
peraturan suatu negara, berarti pihak tersebut gagal untuk mempertahankan standar-standar etika tertinggi seperti
yang disyaratkan oleh Kebijakan Anti Korupsi ADB. Pihak tersebut bisa dikenakan tindakan remedial sesuai dengan
Prinsip-Prinsip dan Panduan-Panduan Integritas ini.
51. Suatu pihak bisa dianggap bertanggung jawab terhadap semua tindakan atau upaya tindakan yang akan
menjadi landasan dilakukannya tindakan remedial oleh satu pihak lain, termasuk para pegawai, para agen atau
wakil mereka yang bertindak atas nama pihak tersebut, tanpa memandang apakah tindakan tersebut telah secara
khusus mendapat wewenang untuk dilakukan atau tidak.
52. ADB akan memastikan proses, keadilan dan konsistensi yang tepat yang disediakan tanpa proses hukum
yang berbelit-belit untuk pihak-pihak yang dituduh melakukan korupsi atau kecurangan menurut sistem hukum
atau judisial. Prosedur-prosedur ADB bersifat administratif dan bukan merupakan satu proses hukum atau judisial
ataupun proses quasi-hukum atau quasi-judisial.
53. ADB tidak bermaksud untuk membuat perusahaan-perusahaan14 atau perorangan kehilangan bisnis
mereka setelah mendapat sanksi namun walaupun resiko ini bisa terjadi hal ini tidak akan menghalangi ADB untuk
mengenakan sanksi yang tepat.

PEMBERITAHUAN KEPADA PARA SUBJEK


Staf ADB
54. Pemberitahuan kepada staf yang menjadi subjek penyidikan akan diatur oleh AO 2.04.
12
13

14

Ditandatangani pada 9 April 2010, dan diamandemen dari waktu ke waktu.


Lembaga-lembaga lain yang ikut menyepakati adalah Kelompok Bank Pembangunan Afrika, Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan, Kelompok Bank
Pembangunan Antar-Amerika, dan Kelompok Bank Dunia.
Perusahaan digunakan secara generik dan mencakup korporasi, lembaga, organisasi, dan entitas-entitas lain yang mungkin mempunyai status hukum independen
atau sebaliknya bisa dibedakan dari perorangan-perorangan tertentu yang ada di dalamnya.

16

Anti Korupsi danIntegritas

Pihak Lain
55. Jika hasil-hasil sebuah penyidikan menunjukkan bahwa ada pelanggaran integritas oleh peserta lelang,
konsultan, kontraktor, pemasok atau pihak ketiga lain dari nonpemerintah, OAI akan melakukan semua langkah
yang masuk akal untuk menyampaikan temuan-temuannya dan merekomendasikan sanksi-sanksi kepada subjek
serta memberikan kesempatan kepada subjek untuk memberikan tanggapan. Ketika menghubungi pihak-pihak
tertentu, OAI bisa mengandalkan keakuratan informasi kontak yang telah diberikan oleh para pihak tersebut kepada
ADB. Meskipun OAI akan melakukan segala upaya yang masuk akal untuk menghubungi pihak atau para pihak
yang menjadi obyek penyidikan, kegagalan untuk menghubungi pihak tersebut, meskipun telah dilakukan upayaupaya tersebut, tidak akan menghalangi ADB untuk mengenakan sanksi pada pihak tersebut.
56. Ketika menyampaikan temuan-temuannya kepada perusahaan yang menjadi subjek penyidikan, OAI akan
memberitahukan perusahaan tersebut bahwa ADB bisa melakukan tindakan remedial kepada para pejabat tinggi
perusahaan dan para pihak lain yang berasosiasi atau berkaitan. OAI juga akan memberitahukan dan menyajikan
temuan-temuan dan rekomendasi-rekomendasinya secara langsung kepada pejabat-pejabat tinggi itu atau pihakpihak terkait yang berasosiasi atau berkaitan tentang tindakan remedial apa yang akan diterapkan.
57. Pihak pihak tersebut akan diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap segala dugaan dan
bukti yang memberatkan mereka. OAI bisa menyimpan bukti atau informasi khusus apabila ada alasan yang masuk
akal yang menyimpulkan bahwa mengungkap bukti atau informasi bisa mengancam jiwa, kesehatan, keselamatan,
atau kesejahteraan orang atau entitas, termasuk para pengungkap fakta, atau karena bersifat sensitif dan rahasia.
58. Pihak-pihak tersebut akan diberi kurun waktu yang masuk akal, yang umumnya tidak kurang dari tigapuluh
(30) hari kalender menyusul diterimanya temuan-temuan dan rekomendasi sanksi, untuk menyampaikan bahan
tertulis yang berisi tanggapan berikut bukti, jika ada. Atas permintaan dan sesuai dengan maksud baik yang
diperlihatkan, OAI bisa mengijinkan perpanjangan tenggang waktu yang masuk akal.
59. Subjek bisa juga mengajukan permohonan agar diberi kesempatan untuk memberikan penjabaran lisan
kepada OAI dengan memberikan alasan-alasan khusus yang mendasari permintaan tersebut.
60. Jika seorang subjek menolak untuk menerima pemberitahuan dari OAI, atau menerima pemberitahuan
namun tidak memberikan tanggapan, OAI akan mengambil kesimpulan negatif atas penolakan atau pengabaian
tersebut. Penolakan atau pengabaian tersebut bisa dianggap sebagai kondisi yang memberatkan.
61. OAI akan mengevaluasi kembali sebuah kasus setelah menerima tanggapan dan bisa melakukan penyidikan
lebih lanjut dan/atau meminta tambahan informasi dari subjek penyidikan.

TINDAKAN REMEDIAL
Pemerintah
62. Jika temuan-temuan penyidikan menunjukkan bahwa seorang pegawai pemerintah melakukan atau
terlibat dalam satu pelanggaran integritas, OAI akan melaporkan temuan-temuannya kepada Manajemen. OAI
akan bekerja dengan Manajemen dan departemen-departemen operasional untuk mengkaji cara-cara yang bisa
digunakan ADB untuk memberikan tanggapan sesuai dengan Kebijakan Anti Korupsi, aturan-aturan, kebijakankebijakan dan prosedur-prosedur ADB lainnya.

Prinsip-Prinsip Dan Panduan Integritas (Mei 2010)

17

Staf ADB
63. Jika temuan-temuan penyidikan menunjukkan bahwa seorang staf ADB melakukan satu pelanggaran
integritas atau perilaku melanggar lainnya, dan OAI menyimpulkan bahwa BPMSD harus mempertimbangkan
untuk menerapkan tindakan disipliner menurut AO 2.04, OAI akan melaporkan temuan-temuannya kepada
BPMSD. BPMSD menjadi satu-satunya penanggung jawab dalam proses disipliner menurut AO 2.04, meskipun
OAI bisa memberikan saran dan dukungan kepada BPMSD selama proses disipliner.

Pihak-Pihak Lain
64. Apabila peserta lelang, konsultan, kontraktor, pemasok atau pihak ketiga dari nonpemerintah lainnya yang
didapati OAI telah melakukan satu pelanggaran integritas memperdebatkan temuan-temuan penyidikan OAI atau
sanksi-sanksi yang direkomendasikannya atau apabila tidak ada tanggapan terhadap temuan-temuan, OAI harus
memberikan laporan tentang penyidikannya kepada Komite Pengawas Integritas (Integrity Oversight Committee)
berserta semua dokumentasi yang relevan, termasuk tanggapan pihak tersebut terhadap temuan apabila ada.
65. Apabila pihak tersebut memberikan tanggapan terhadap temuan-temuan penyidikan dan sanksi yang
direkomendasikan OAI dan tidak memperdebatkan temuan-temuan atau sanksi yang direkomendasi, OAI bisa
memutuskan agar ADB menerapkan sanksi-sanksi seperti yang ditentukan dalam bagian ini.
66. Komite Pengawas Integritas terdiri dari tiga anggota tetap yang memiliki hak suara dan hingga enam anggota
pengganti untuk mengganti kekosongan yang mungkin terjadi di antara para anggota tetap karena ketidakhadiran
atau konflik kepentingan. Pimpinan OAI akan menominasikan dan Presiden harus menunjuk para anggota di
antara para staf senior ADB, termasuk satu orang sebagai Ketua, untuk jangka waktu tertentu.15 Staf, termasuk
para perwakilan dari Kantor Pelayanan Operasional Pusat dan Kantor Penasehat Hukum, bisa diminta untuk
memberikan nasihat kepada Komite Pengawas Integritas. Keputusan-keputusan Komite Pengawas Integritas akan
diambil berdasarkan suara terbanyak . Direktur OAI bertindak sebagai sekretariat bagi Komite Pengawas Integritas.
67. Pengungkapan konflik kepentingan harus disampaikan kepada Komite Pengawas Integritas melalui
sekretariat. Seorang anggota atau penasehat Komite Pengawas Integritas akan melepaskan diri untuk tidak
berperan serta dalam segala pembahasan atau pengambilan keputusan tentang segala hal di mana dirinya
memiliki konflik kepentingan. Jika ada perbedaan pendapat tentang apakah ada konflik kepentingan atau tidak,
keputusan harus diambil oleh para anggota lain dalam Komite Pengawas Integritas. Pernyataan untuk tidak terlibat
dalam proses pembahasan atau pengambilan keputusan karena konflik kepentingan dan keputusan tentang konflik
kepentingan akan didokumentasikan secara tertulis oleh sekretariat.
68. Untuk menunjukkan bahwa seorang subjek melanggar Kebijakan Anti Korupsi ADB, Komite Pengawas
Integritas harus menentukan apakah ada landasan untuk mengenakan tindakan remedial berdasarkan bukti-bukti
utama, berdasarkan laporan OAI dan segala informasi yang mungkin diminta atau diterima oleh Komite Pengawas
Integritas. Komite Pengawas Integritas bisa memberi rekomendasi operasional yang berkaitan dengan kasus-kasus
yang sedang dalam pertimbangan dan bisa juga mempertimbangkan apakah komite, dalam kasus-kasus istimewa,
akan mempublikasikan nama perusahaan atau perorangan yang masuk daftar hitam sesuai dengan paragraf 100.
69. Komite Pengawas Integritas atau OAI bisa memutuskan apakah suatu pihak tidak lagi memenuhi syarat
untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang didanai, diselenggarakan atau didukung oleh ADB:
(i)

15

Daftar hitam (debarment): Daftar hitam mencerminkan keputusan administratif untuk tidak
menjalin kerja sama dengan dengan suatu pihak yang menurut pertimbangan ADB tidak memenuhi

Jangka waktu ini umumnya adalah 24 bulan, namun Pimpinan OAI dan/atau Presiden bisa menetapkan jangka waktu yang berbeda.

Anti Korupsi danIntegritas

18

standar-standar etika tertinggi. Penetapan daftar hitam biasanya tidak berpengaruh terhadap
kewajiban-kewajiban sesuai kontrak yang ada namun Komite Pengawas Integritas dan OAI bisa
merekomendasikan pembatalan kewajiban-kewajiban kontrak yang ada.

Daftar hitam, selain daftar hitam tanpa batas waktu, akan mencakup satu kurun waktu minimum
tertentu. Setelah kurun waktu sanksi selesai, pemulihan (reinstatement) tidak bersifat otomatis
namun pihak yang masuk daftar hitam harus mengajukan permohonan pemulihan. Setelah
menerima permintaan untuk pemulihan, ADB, melalui OAI, akan mengkaji kembali sanksi
tersebut untuk menentukan apakah ADB akan memulihkan pihak yang masuk daftar hitam
atau memperpanjang jangka waktu (misalnya jika pihak tersebut diketahui telah terlibat dalam
pelanggaran integritas selama jangka waktu sanksi), sesuai dengan garis besar prosedur-prosedur
tentang pemulihan di bawah ini.

(ii)

Daftar hitam dengan pemulihan bersyarat (debarment with conditional reinstatement): Komite
Pengawas Integritas atau OAI bisa memutuskan bahwa suatu pihak akan masuk daftar hitam
namun menetapkan persyaratan-persyaratan khusus yang akan mengurangi jangka waktu
daftar hitam apabila dipenuhi. Persyaratan-persyaratan tersebut antara lain bisa mencakup:
(i) perbaikan integritas dan/atau kendali korporasi, atau pelaksanaan satu program kepatuhan
korporasi; (ii) tindakan-tindakan yang diambil untuk mendisiplinkan/menghentikan mereka yang
bertanggung jawab atas pelanggaran integritas; (iii)koreksi terhadap kerugian yang disebabkan
oleh pelanggaran integritas melalui pemulihan atau restitusi.

Pihak-pihak yang masuk daftar hitam dengan pemulihan bersyarat bisa mengajukan permintaan
pemulihan dengan menunjukkan kepatuhan. OAI akan memeriksa apakah persyaratan-persyaratan
telah dipenuhi dan berdasarkan temuan-temuannya, menentukan apakah daftar hitam akan
dicabut atau tidak.

(iii) Nondaftar hitam bersyarat (conditional non-debarment): Komite Pengawas Integritas atau OAI
bisa menetapkan apakah daftar hitam tidak diperlukan dengan syarat pihak tersebut melakukan
tindakan-tindakan tertentu. Dalam kasus-kasus seperti itu, suatu pihak yang terkena sanksi tidak
masuk daftar hitam namun diharuskan untuk mematuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan
oleh Komite Pengawas Integritas atau OAI selama jangka waktu tertentu. Apabila pihak yang
terkena sanksi gagal menunjukkan kepatuhan kepada persyaratan-persyaratan selama jangka
waktu yang ditetapkan , maka daftar hitam akan segera diberlakukan baginya untuk jangka waktu
minimum yang telah ditetapkan oleh Komite Pengawas Integritas atau OAI ketika nondaftar hitam
bersyarat ditentukan.
70. Sanksi-sanksi lain yang bisa ditetapkan Komite Pengawas Integritas atau OAI untuk diterapkan ADB adalah:
(iv) Teguran (reprimand): Sebuah teguran adalah sebuah kecaman terhadap tindakan-tindakan suatu
pihak dan sebuah peringatan bahwa pelanggaran-pelanggaran selanjutnya akan mengakibatkan
penalti yang lebih besar. Sebuah teguran tertulis tepat dilakukan untuk satu kejadian tersendiri
yang disebabkan kurangnya pengawasan, atau dimana pelanggaran integritas atau peran pihak
itu dalam pelanggaran tersebut kecil.
(v) Restitusi (restitution) atau Pemulihan (remedy): Restitusi dan penggantian keuangan lain bisa
digunakan apabila ada jumlah yang bisa dihitung yang harus dikembalikan kepada negara yang
menjadi klien atau proyek. Ini bisa direkomendasikan secara terpisah atau sebagai gabungan
dengan sanksi-sanksi lain.
71. Komite Pengawas Integritas atau OAI bisa juga menetapkan bahwa ADB akan melakukan tindakan remedial
lain yang tidak merupakan sanksi, termasuk surat-surat peringatan (caution), misalnya ketika suatu pihak telah
melakukan kesalahan kecil yang tidak sebesar pelanggaran integritas (misalnya kelalaian biasa).

Prinsip-Prinsip Dan Panduan Integritas (Mei 2010)

19

72. Sebuah teguran, pemberitahuan, atau peringatan tidak mempengaruhi eligibilitas satu pihak untuk
berpartisipasi dalam aktivitas yang didanai, diselenggarakan atau didukung oleh ADB.
73. Dalam kasus-kasus yang melibatkan kerja sama beberapa pihak, termasuk usaha patungan, Komite
Pengawas Integritas atau OAI akan memberlakukan sanksi kepada pihak yang melakukan pelanggaran integritas
apabila bisa ditentukan akuntabilitasnya.
74. Komite Pengawas Integritas atau OAI bisa menetapkan bahwa sanksi-sanksi juga harus diberlakukan atas
pihak yang berasosiasi atau para pejabat tinggi (seperti pemilik, direktur, staf yang bertugas atau pemegang saham
utama) sebuah perusahaan, dan/atau pihak-pihak lain yang terkait, jika dianggap perlu, bahkan walaupun pihak
yang terkait tidak terlibat secara langsung dalam pelanggaran. Pihak-pihak yang terlibat bisa termasuk mereka yang:
(i)

mempunyai hubungan keluarga;

(ii)

mempunyai kemampuan untuk mengendalikan atau mempunyai pengaruh penting terhadap pihak
lain baik secara langsung maupun tidak;

(iii) mempunyai kepemilikan, managemen, atau kontrol bersama atau terkait, yang tidak dengan
sendirinya berkaitan dengan persentase tertentu atas kepemilikan atau hak;
(iv) mempunyai kesepakatan atau ketergantungan, misalnya sebuah usaha patungan, dengan pihak lain.
75. Dalam menetapkan sanksi-sanksi bagi para pihak yang berasosiasi, para pejabat atau pihak-pihak terkait,
Komite Pengawas Integritas atau OAI akan mempertimbangkan antara lain hal-hal berikut:
(i)

Struktur manajemen dan kelembagaan;

(ii)

jika pihak terkait terlibat dalam atau mempengaruhi pelanggaran integritas, atau merupakan
penerima manfaat dari tindakan-tindakan seperti itu;

(iii) kemungkinan bahwa subjek bisa menghindar dari sanksi melalui pihak terkait, dengan
mempertimbangkan pengaruh subjek penyidikan terhadap satu pihak yang terkait dan apakah
subjek bisa mendapatkan manfaat melalui pihak terkait.
76. Jika perlu, Komite Pengawas Integritas atau OAI bisa memutuskan untuk tidak memberlakukan sanksi
kepada para pihak (selain staf ADB) yang bersedia bekerja sama dalam penyidikan OAI.

JANGKA WAKTU PEMBERLAKUAN DAFTAR HITAM


77. Sanksi dasar untuk pelanggaran integritas adalah pemberlakuan daftar hitam selama 3 tahun. Komite
Pengawas Integritas atau OAI bisa memberlakukan jangka waktu yang lebih lama atau lebih pendek, tergantung
pada setiap kasus. Komite Pengawas Integritas atau OAI harus mempertimbangkan antara lain faktor-faktor berikut
dalam memberlakukan sanksi-sanksi yang lebih lama atau lebih pendek:
(i)

kerugian atau potensi kerugian yang diakibatkan, baik bagi keselamatan dan/atau kesejahteraan
umum, proyek atau perkara yang sedang ditangani, atau kepentingan-kepentingan ADB;

(ii)

kecanggihan pelanggaran integritas yang dilakukan, misalnya tataran perencanaan, keragaman


teknis yang digunakan, tingkat penyembunyian, jumlah dan jenis orang/organisasi yang terlibat,
durasi pelanggaran, sebaran geografis pelanggaran integritas;

(iii) tingkat keterlibatan manajemen atau kelembagaan atau tingkat pengawasan;


(iv) pentingnya peran yang dimainkan pihak tersebut dalam melaksanakan pelanggaran integritas,
yaitu apakah sebagai pemimpin, penting atau kecil;

20

Anti Korupsi danIntegritas

(v)

apakah pihak tersebut terus melakukan pelanggaran integritas setelah mengetahui adanya
penyidikan oleh OAI, atau apakah pihak tersebut berhenti melakukan pelanggaran secara suka rela;

(vi) tingkat kerja sama yang ditunjukkan selama penyidikan atau hambatan terhadap penyidikan;
(vii) apakah pihak tersebut sebelumnya pernah mendapat sanksi dari ADB atau mendapat sanksi oleh
atau masuk daftar hitam lembaga atau badan lain;
(viii) latar belakang pihak, atau direktur perusahaan, staf yang bertugas (officer), atau pejabat tinggi
lainnya;
(ix) keterlibatan dan peran pejabat publik atau staf ADB dalam pelanggaran integritas;
(x) segala restitusi dan tindakan yang diambil untuk mengatasi perkara;
(xi) keberadaan, pembentukan, perbaikan, atau pelaksanaan langkah-langkah tata kelola internal untuk
memperkuat kendali internal dan untuk mencegah berulangnya pelanggaran-pelanggaran integritas; dan
(xii) apabila bank pembangunan multilateral atau organisasi internasional lain telah memberlakukan
daftar hitam atas pihak tersebut.
78. Dengan mengakui bahwa kepemilikan, struktur kelembagaan, dan/atau manajemen perusahaan bisa
berubah setelah jangka waktu tertentu, ADB akan memasukkan perusahaan dalam daftar hitam untuk jangka waktu
yang tak tertentu hanya dalam situasi-situasi sangat luar biasa (misalnya pelanggaran integritas berulang, kerugian
luar biasa terhadap kepentingan-kepentingan ADB). Karena perubahan karakter perorangan lebih cenderung untuk
tidak terjadi, ADB bisa memasukkan perorangan yang telah melakukan pelanggaran integritas ke dalam daftar
hitam selama jangka waktu tidak terbatas.
79. Dalam menentukan apakah akan diberlakukan daftar hitam dalam jangka waktu yang lebih lama atau lebih
singkat, Komite Pengawas Integritas atau OAI akan dipandu oleh kisaran berikut:
(i)

Daftar hitam pertama kali, termasuk kasus-kasus dimana suatu pihak sebelumnya telah
mendapatkan teguran:
a) perorangan:
1 tahun hingga tak tertentu
b) perusahaan:
1 hingga 7 tahun

(ii)

Daftar hitam kedua:


a) perorangan:
b) perusahaan:

hingga jangka waktu tak tertentu


hingga 10 tahun

(iii) Daftar hitam selanjutnya:


a) perorangan:
hingga jangka waktu tak tertentu
b) perusahaan:
hingga 20 tahun
80. Direktur OAI akan menyampaikan keputusan-keputusan Komite Pengawas Integritas atau OAI termasuk
segala tindakan remedial, kepada subjek(-subjek) dan, jika perlu, kepada Manajemen atau departemen-departemen
operasional. Dalam semua kasus dimana Komite Pengawas Integritas telah memutuskan untuk memberlakukan
tindakan remedial, OAI akan memberitahukan pihak yang terkait mengenai hak untuk mengajukan banding sesuai
dengan kriteria yang ada dalam Prinsip-Prinsip dan Panduan Integritas ini. Apabila OAI tidak mempunyai kemungkinan
untuk memberitahukan suatu pihak tentang keputusan Komite Pengawas Integritas, OAI akan mengumumkan
keputusan tersebut di situs web ADB dengan menggunakan prosedur-prosedur tersebut di bawah ini.
81. Bekerja sama dengan Manajemen dan departemen/kantor terkait, OAI menjamin adanya kendali untuk
menegakkan tindakan-tindakan remedial.

Prinsip-Prinsip Dan Panduan Integritas (Mei 2010)

21

BANDING
82. Seorang peserta lelang, konsultan, kontraktor, pemasok, atau pihak ketiga lain yang mendapat sanksi
dari ADB bisa mengajukan banding terhadap keputusan Komite Pengawas Integritas kepada Komite Banding
Sanksi (Sanction Appeals Committee) dalam jangka waktu 90 hari sejak tanggal pemberitahuan OAI tentang
keputusan Komite Pengawas Integritas. Pihak yang terkena sanksi yang tidak bisa dihubungi untuk mendapat
pemberitahuan dari OAI tentang sanksi tersebut yang bukan merupakan kesalahan pihak tersebut namun yang
kemudian mengetahui tentang sanksi tersebut, bisa mengajukan banding dalam jangka waktu yang selayaknya.
Segala permohonan banding harus diajukan tertulis dan dengan jelas dan singkat menyebutkan alasan-alasan
diajukannya permintaan peninjauan terhadap keputusan OAI dan menjelaskan alasan-alasan mengapa OAI tidak
berhasil menghubungi pihak yang terkena sanksi, jika ada.
83. Penetapan daftar hitam sebagai konsekuensi pelanggaran terhadap sanksi tidak bisa dibawa ke tingkat banding
dan keputusan Komite Pengawas Integritas atau OAI yang berlaku, merupakan keputusan final.
84. Komite Banding Sanksi akan mempertimbangkan banding-banding yang mengandung informasi baru,
sepanjang:
(i)

informasi tersebut belum ada atau tidak diketahui, atau secara masuk akal belum diketahui oleh pihak
yang terkena sanksi pada saat OAI meminta penjelasan pada pihak yang terkena sanksi; dan

(ii)

informasi tersebut ada hubungannya dengan kasus yang ada dan mungkin ada hubungannya
dengan keputusan untuk pemberlakuan sanksi.

85. Komite Banding Sanksi bisa mengurangi atau mencabut sanksi yang diberlakukan ADB berdasarkan
banding tersebut. Komite Banding Sanksi bisa, sebagai langkah alternatif, meminta Komite Pengawas Integritas
untuk mempertimbangkan kembali sebuah kasus jika Komite memutuskan bahwa bukti-bukti yang disampaikan
harus dikaji ulang.
86. Komite Banding Sanksi harus terdiri dari dua atau tiga wakil presiden, tergantung pada sifat kasus dan lama
pemberlakuan sanksi.16 Pimpinan OAI adalah sekretariat Komite. Wakil presiden dengan masa jabatan terlama
akan menjadi ketua Komite Banding Sanksi. Pimpinan OAI harus memilih para anggota Komite dan akan hadir
dan berperan sebagai penasehat. Penasehat Umum bisa hadir sebagai penasehat. Dalam kasus-kasus yang
sederhana, Pimpinan OAI bisa mengirimkan suatu kasus banding kepada Komite Banding Sanksi dengan dasar
tanpa keberatan. Dalam kasus seperti itu Komite Banding Sanksi harus terdiri dari dua wakil presiden kecuali salah
satu dari dua anggota Komite Banding Sanksi meminta agar wakil presiden ketiga dilibatkan dalam memutuskan
banding tersebut.
87. Komite Banding Sanksi akan mengambil keputusan hanya dengan berdasarkan konsensus para anggotanya.
Apabila Ketua Komite Banding Sanksi memutuskan bahwa komite tidak mampu untuk mencapai konsensus, ketua
akan meminta keterlibatan Presiden. Presiden akan membantu menyelesaikan perbedaan pendapat dan meminta
Komite Banding Sanksi untuk mencapai keputusan bersama atau, apabila hal itu tidak mungkin dilakukan, maka
Presiden akan mengambil keputusan final.
88. Keputusan-keputusan Komite Banding Sanksi terhadap semua permohonan banding dan keputusankeputusan Komite Pengawas Integritas tentang kasus-kasus yang dikirimkan kembali oleh Komite Banding
Sanksi merupakan keputusan final dan mengikat, dan banding lebih lanjut tidak bisa diajukan.

16

Jika sifat sanksi membutuhkan pertimbangan 3 wakil presiden, dan Sekretariat memutuskan bahwa tidaklah mungkin untuk melakukan pertemuan tiga wakil presiden
dalam jangka waktu yang masuk akal, Ketua bisa menunjuk satu pimpinan atau deputi pimpinan departemen atau kantor untuk bertindak sebagai anggota komite ketiga.

22

Anti Korupsi danIntegritas

PEMULIHAN
89. Pihak-pihak yang masuk daftar hitam bisa meminta pemulihan setelah berakhirnya masa daftar hitam. OAI
bisa berusaha untuk memberitahukan pihak-pihak tersebut mengenai kesempatan untuk meminta pemulihan kirakira 45 hari sebelum akhir masa sanksi minimum.
90. Permintaan-permintaan untuk mendapat pemulihan harus:
(i)

diajukan secara tertulis, ditujukan kepada Direktur OAI;

(ii)

mengacu kepada alasan dikenakannya sanksi; dan

(iii) memberikan landasan mengapa ADB harus mempertimbangkan untuk melakukan pemulihan.
91. OAI mengkaji kredibilitas permintaan pemulihan dan akan mengkaji manfaat dari pemulihan suatu pihak.
Faktor-faktor yang bisa menjadi bahan pertimbangan OAI antara lain:
(i)

pemenuhan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan sesuai dengan paragraf 69(b);

(ii)

alasan(-alasan) diberlakukannya sanksi;

(iii) restitusi;
(iv) perubahan-perubahan dalam manajemen atau kepemilikan sebuah perusahaan, dan apakah para
pejabatnya telah dan masih terkena sanksi;
(v) mekanisme-mekanisme yang bisa diverifikasi untuk memperbaiki tata kelola usaha;
(vi) tindakan administratif, sipil atau kriminal yang efektif yang dilakukan pihak yang masuk daftar
hitam untuk memperbaiki pelanggaran integritas;
(vii) segala informasi lain yang menunjukkan bahwa pihak yang terlibat dalam pelanggaran integritas
setelah mendapat sanksi dari ADB, termasuk sanksi-sanksi yang dikenakan oleh organisasiorganisasi lain; dan
(viii) hasil-hasil penyidikan administratif atau kriminal.
92. Pada waktu menyimpulkan sebuah tinjauan atau penyidikan, OAI harus menentukan apakah suatu pihak
akan dipulihkan. Jika OAI menetapkan bahwa suatu pihak tidak akan dipulihkan, OAI akan menyusun sebuah
laporan kepada Komite Pengawas Integritas dengan rekomendasi atas keputusan tersebut. Komite Pengawas
Integritas bisa memutuskan untuk memulihkan eligibilitas atau memperpanjang sanksi untuk satu jangka waktu
minimum tertentu, dimana setelah itu pihak yang terkena sanksi bisa mengajukan kembali permohonan pemulihan.
93. Dalam kasus-kasus dimana ADB memasukkan ke dalam daftar hitam pihak-pihak yang berasosiasi, para
pejabat tinggi atau pihak-pihak terkait lain dengan perusahaan yang terkena sanksi pelanggaran Kebijakan Anti
Korupsi ADB, tinjauan dan rekomendasi-rekomendasi OAI serta keputusan terhadap permintaan pemulihan juga
bisa mencakup pemulihan pihak-pihak tersebut.
94. OAI akan menyampaikan secara tertulis keputusan tentang permohonan pemulihan, termasuk landasan
keputusan untuk memperpanjang sanksi selama jangka waktu tambahan minimum tertentu. Jika Komite Pengawas
Integritas memutuskan untuk memperpanjang sanksi selama jangka waktu tambahan minimum tertentu, pihak
yang terkena sanksi bisa mengajukan banding pada Komite Pengawas Integritas sesuai dengan prosedur-prosedur
pengajuan banding.

Prinsip-Prinsip Dan Panduan Integritas (Mei 2010)

23

95. Pihak yang terkena sanksi yang tidak dapat dihubungi untuk mendapat pemberitahuan tentang temuantemuan dan sanksi oleh OAI yang bukan merupakan kesalahan pihak tersebut, namun yang kemudian mengetahui
tentang sanksi tersebut, bisa mengajukan pemulihan kembali sewaktu waktu, dalam hal ini pihak tersebut harus
menyertakan segala informasi dan penjelasan untuk mendukung permohonan ini, termasuk mengapa pihak tersebut
tidak bisa dihubungi untuk mendapat pemberitahuan. Dalam kasus seperti itu, permohonan untuk pemulihan
kembali harus dipertimbangkan oleh Komite Pengawas Integritas. Keputusan-keputusan seperti itu harus bersifat
final, mengikat, dan tidak bisa menjadi sasaran banding lebih lanjut.
96. OAI bisa secara sepihak mengawali satu penjajagan tentang manfaat pemulihan satu pihak atau sebaliknya
mengeluarkannya dari daftar hitam pihak-pihak yang dinyatakan tidak memenuhi persyaratan oleh ADB. OAI bisa
melakukan hal ini untuk mencegah kesalahan hukum, atau untuk menghindari keusangan data daftar hitam ADB.

PENGUNGKAPAN
97. Daftar hitam pihak-pihak yang terkena sanksi ADB tidak dipublikasikan, sesuai dengan Kebijakan Komunikasi
Publik (Public Communications Policy) ADB. Walaupun demikian, daftar tersebut tidak bersifat rahasia karena
ADB dapat memberikan daftar tersebut kepada pihak-pihak yang menunjukkan kebutuhan untuk mengetahuinya,
termasuk, namun tidak terbatas kepada, Dewan Direktur ADB, badan-badan pemerintah yang terlibat dalam
aktivitas-aktivitas ADB, lembaga-lembaga pembangunan multilateral lainnya, dan lembaga-lembaga penyandang
dana bilateral.
98. OAI akan memberitahukan pihak-pihak yang dinyatakan oleh ADB sebagai tidak memenuhi syarat atau masuk
daftar hitam, bahwa ADB tidak akan mempublikasikan nama-nama mereka, namun upaya untuk berpartisipasi
dalam aktivitas-aktivitas yang didanai, diselenggarakan atau didukung ADB sementara mereka tidak memenuhi
syarat akan mengakibatkan perpanjangan jangka waktu sanksi dan nama-nama mereka akan dipublikasikan
dalam situs web ADB dan diikuti dengan dimasukkannya ke dalam daftar hitam oleh lembaga-lembaga lain sesuai
dengan Kesepakatan Penegakan Bersama Keputusan-Keputusan Pemberlakuan Daftar Hitam. OAI juga akan
mempublikasikan nama-nama pihak yang masuk daftar hitam sesuai dengan paragraph 79(b) dan (c). Publikasi
tidak akan dilakukan sampai berakhirnya jangka waktu pengajuan banding, atau penolakan banding, jika ada.
99. Jika upaya-upaya yang layak untuk berkomunikasi dengan subjek tentang keputusan penetapan daftar hitam
tidak berhasil dilakukan (misalnya karena subjek menolak menerima korespondensi, atau telah pindah ke tempat
lain atau tidak dapat ditemukan), Komite Pengawas Integritas atau OAI bisa menyetujui untuk memuat informasi,
termasuk nama subjek di situs web ADB, yang kemudian akan mengakibatkan pemberlakukan daftar hitam secara
silang sesuai dengan Kesepakatan Penegakan Bersama Keputusan-Keputusan Pemberlakuan Daftar Hitam.
100. Komite Pengawas Integritas bisa, dalam kasus-kasus istimewa seperti kasus-kasus pelanggaran integritas
yang sangat serius, menentukan bahwa sanksi harus dipublikasikan walaupun hal tersebut merupakan pelanggaran
pertama.

PEMBERLAKUAN DAFTAR HITAM SECARA SILANG


101. Sesuai dengan Kesepakatan Penegakan Bersama Keputusan-Keputusan Pemberlakuan Daftar Hitam,
sebuah keputusan pemberlakuan daftar hitam yang diambil oleh satu lembaga yang ikut dalam kesepakatan
tersebut akan memenuhi kualifikasi oleh lembaga-lembaga lain yang ikut dalam kesepakatan tersebut jika

24

Anti Korupsi danIntegritas

(i)

Keputusan dilandasi, sepenuhnya atau sebagian, oleh temuan sebuah komisi tentang adanya satu
praktik atau lebih yang bisa terkena sanksi menurut definisi Kerangka Bersama untuk Mencegah
dan Memerangi Kecurangan dan Korupsi (Uniform Framework for Preventing and Combating
Fraud and Corruption) tanggal 17 September 2006, yaitu praktik-praktik korupsi, kecurangan,
pemaksaan dan kolusi;

(ii)

Keputusan dipublikasikan oleh Lembaga yang Memberlakukan Sanksi;

(iii) Jangka waktu pemberlakuan daftar hitam awal lebih dari satu tahun;
(iv) Keputusan diambil setelah diberlakukan kesepakatan terkait dengan Lembaga yang Memberi
Sanksi;
(v) Keputusan oleh Lembaga yang Memberlakukan Sanksi diambil dalam waktu sepuluh tahun sejak
tanggal dilakukannya praktik yang bisa terkena sanksi; dan
(vi) Keputusan lembaga yang memberlakukan sanksi tidak dibuat dengan mengakui keputusan yang
diambil di forum nasional atau forum internasional lainnya.
102. Direktur OAI akan memberitahukan lembaga-lembaga yang ikut dalam kesepakatan tentang setiap sanksi
ADB yang memenuhi kualifikasi kesepakatan serta segala perubahannya. Pemberitahuan tersebut harus berisi
(i)nama dan alamat pihak-pihak yang terkena sanksi yang bisa dihubungi, (ii)praktik-praktik yang dapat terkena
sanksi yang ditemukan telah dilakukan oleh suatu pihak , dan (c) ketentuan pemberlakuan daftar hitam atau
segala perubahannya. Sesuai dengan Kesepakatan dan prosedur publikasi tentang sanksi-sanksi, pemberitahuan
harus terbatas pada sanksi-sanksi yang dimuat di situs web ADB dan hanya dikirimkan setelah dimuat di situs
web tersebut. Segala keputusan selanjutnya untuk menghapus sanksi dari situs web ADB, misalnya jika suatu
pihak yang pada awalnya tidak dapat dihubungi kemudian bisa ditemukan, harus berupa modifikasi yang akan
menghapus sanksi yang tercakup dalam Kesepakatan, walaupun sanksi tersebut tetap diberlakukan namun tidak
dipublikasikan.
103. Jika sanksi-sanksi yang memenuhi kualifikasi Kesepakatan Penegakan Bersama atas Keputusan-Keputusan
Pemberlakuan Daftar Hitam diberlakukan oleh suatu lembaga-lembaga yang ikut serta dalam kesepakatan
tersebut, maka Pimpinan dan Direktur OAI akan menyaring daftar sanksi tersebut untuk menentukan apakah
ADB harus ikut memberlakukannya. Penyaringan tersebut harus mempertimbangkan aturan-aturan eligibilitas
ADB tentang kewarganegaraan, dengan tidak menyertakan sanksi-sanksi yang mungkin tidak memenuhi syarat
karena alasan kewarganegaraan, dan apakah pemberlakuan daftar hitam secara silang akan tidak sejalan dengan
pertimbangan-pertimbangan hukum ADB dan pertimbangan-pertimbangan kelembagaan lainnya. Jika keputusan
untuk memberlakukan daftar hitam secara silang diambil, pemberlakuan tersebut akan dipublikasikan di situs web
ADB, yang berlaku sejak tanggal publikasi tersebut. Segala keputusan untuk tidak memberlakukan daftar hitam
silang atas satu perusahaan atau perorangan yang memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas
yang didanai oleh ADB harus direkomendasikan oleh Pimpinan OAI kepada Presiden.
104. Jika sanksi terhadap satu pihak yang terkena daftar hitam silang dicabut oleh lembaga yang ikut serta dalam
kesepakatan pemberi sanksi, pemberlakuan daftar hitam secara silang oleh ADB dengan demikian juga harus
dicabut.

Kebijakan Anti Korupsi ADB


2 Juli 1998

26

Anti Korupsi danIntegritas

DAFTAR SINGKATAN
ADB
BPMSD
COSO
DMC
GDP
IMF
MDB
NGO
OAS
OECD
OGA
OGC
SPD
TA

Asian Development Bank


Budget, Personnel and Management Systems
Department
Central Operations Services Office
Developing Member Country
Gross Domestic Product
International Monetary Fund
multilateral development bank
Non-Government Organization

Bank Pembangunan Asia


Departemen Sistem Anggaran, Personalia dan
Manajemen
Kantor Layanan Operasi Pusat
negara berkembang yang menjadi anggota
Produk Domestik Bruto (PDB)
Dana Moneter Internasional
bank pembangunan multilateral
organisasi nonpemerintah/lembaga swadaya
masyarakat

Organization of American States


Organisation for Economic Co-operation and
Development
Office of the General Auditor
Office of the General Counsel
Strategy and Policy Department
Technical Assistance

Organisasi Negara-Negara Amerika


Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan
Ekonomi
Kantor Auditor Jendral
Kantor Penasehat Hukum
Departemen Strategi dan Kebijakan
bantuan teknis

Kebijakan Anti Korupsi Adb (2 Juli 1998)

I.

27

PENDAHULUAN

1. Masalah korupsi, yang dalam kebijakan ini diartikan sebagai penyalahgunaan jabatan publik atau swasta
untuk keuntungan pribadi, telah menjadi salah satu dilema yang berkepanjangan yang dihadapi oleh pemerintahpemerintah sepanjang sejarah. Walaupun mungkin terdapat perbedaan-perbedaan dalam sifat dan cakupan dari
perilaku korup, dan sejauh mana tindakan-tindakan anti korupsi ditegakkan, fenomena tersebut dapat ditemukan
setiap saat dan pada hakekatnya dalam semua sistem politik. Perilaku korupsi juga dapat ditemukan dalam sektor
swasta. Memang, hubungan antara korupsi di sektor publik dan swasta merupakan suatu bidang yang perlu
perhatian khusus baik untuk negara-negara maju maupun negara-negara berkembang di kawasan Asia Pasifik.
2. Secara historis, keprihatinan tentang masalah korupsi cenderung berlangsung dalam siklus, dimana penyingkapan
tentang penyalahgunaan jabatan telah memicu kampanye anti korupsi dan tindakan-tindakan administratif yang
kemudian menghilang dari pandangan sampai adanya putaran skandal berikutnya yang memberikan dorongan lebih
lanjut untuk melakukan pembaharuan. Keinginan untuk mengurangi atau menghilangkan korupsi merupakan inti dari
inovasi yang bertahan lama untuk menciptakan tata pemerintahan yang baik. Reformasi-reformasi administrasi publik
utama pada akhir abad sembilan belas dan awal abad dua puluh, seperti penerapan sistem pelayanan masyarakat
yang bersifat meritokratik, manajemen profesional pada kementrian dan departemen pemerintah, atau pembentukan
proses-proses dan instansi-instansi penganggaran, pengadaan, dan audit yang lebih resmi, berasal pada keinginan
untuk menghindari pemberian uang pelicin dan patronase politik yang terjadi sebelumnya.
3. Akhir-akhir ini, upaya untuk memerangi korupsi telah menjadi pusat perdebatan tentang tata pemerintahan
yang baik dan pertumbuhan ekonomi. Faktor pendorong di balik peralihan ini datang dari banyak sumber. Di pihak
donor, berakhirnya Perang Dingin telah mengurangi keinginan negara-negara pemberi bantuan untuk mengabaikan
ketidaklayakan keuangan demi kepentingan-kepentingan geopolitis yang lebih luas. Kejenuhan pihak donor telah
menempatkan tekanan yang semakin meningkat pada badan-badan bantuan asing untuk menunjukkan bahwa
mereka memberikan nilai maksimal dengan uang yang terbatas. Banyak perusahaan multi-nasional yang yakin bahwa
kepentingan-kepentingan mereka dilayani dengan lebih baik melalui persaingan yang terbuka dan transparan. Pada
tingkatan yang ekstrem, contoh negatif tentang segelintir rezim pencuri telah menggarisbawahi bahaya keruntuhan
politik dan sosial apabila korupsi yang menyebar luas dibiarkan semakin memburuk tanpa dicegah.
4. Dari pihak penerima bantuan, di negara-negara kawasan Asia dan Pasifik, masyarakat telah mengisyaratkan
bahwa mereka tidak bersedia lagi memberikan toleransi kepada penyalahgunaan kepercayaan masyarakat secara
besar-besaran untuk keuntungan pribadi. Liberalisasi pers di banyak belahan di dunia telah memungkinkan para
jurnalis untuk menulis secara lebih bebas tentang perbuatan-perbuatan pemerintah yang tidak bijaksana. Perbaikanperbaikan di bidang pendidikan serta meningkatnya arus informasi antar negara telah membuat masyarakat mereka
lebih menyadari akan adanya upaya-upaya anti korupsi di negara-negara lain dan tidak ingin lagi memberikan toleransi
kepada penyalahgunaan sistematis di dalam negerinya. Munculnya lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM)
dunia yang baru yang membaktikan diri untuk memerangi korupsi telah membantu memunculkan dan mempertahankan
masalah tersebut dalam sorotan, baik di negara-negara maju maupun negara-negara berkembang.
5. Banyak dari dinamika-dinamika tersebut tampaknya akan terus berlangsung sekurang-kurangnya selama
dekade yang akan datang atau bahkan lebih lama, yang akan menghasilkan suatu perubahan mendasar dalam
konteks dimana bank-bank pembangunan multilateral beroperasi. Tuntutan untuk melakukan langkah-langkah yang
lebih aktif untuk melawan penyogokan dan korupsi tampaknya tidak lagi bersifat terpisah dan sporadis. Seperti halnya
masalah-masalah yang berhubungan dengan lingkungan atau perempuan dalam pembangunan, para pemilih yang
berpengaruh dan memiliki hubungan yang kuat baik di dalam maupun di luar komunitas Bank-bank Pembangunan
Multilateral (MDB) akan berusaha keras untuk memastikan agar masalah-masalah korupsi dan tata pemerintahan
yang bersih tetap menjadi satu unsur yang penting dan berkesinambungan dalam debat tentang pembangunan.

28

Anti Korupsi danIntegritas

6. Menanggapi tekanan-tekanan tersebut, sejumlah besar organisasi-organisasi internasional mengambil


tindakan-tindakan anti korupsi yang lebih tegas:
(i)

Dalam sebuah Pertemuan Puncak Negara-Negara Amerika pada Mei 1994, Organisasi NegaraNegara Amerika (Organisation of American States/OAS) berjanji akan melarang penyuapan lintas
perbatasan dan pemupukan kekayaan secara tidak sah oleh pegawai-pegawai pemerintah di belahan
dunia tersebut. Pada Maret 1996, 21 negara anggota OAS menandatangani Konvensi Karakas, yang
meminta dilakukannya tindakan kolektif yang energik di empat bidang utama, yaitu: tindakan-tindakan
pencegahan dan kerjasama internasional, penyuapan antarnegara, pemupukan kekayaan secara
tidak sah, dan ekstradisi. Konvensi Karakas saat ini telah berlaku di antara negara-negara yang telah
meratifikasinya, yaitu: Bolivia, Kosta Rika, Ekuador, Meksiko, Paraguay, Peru dan Venezuela.

(ii)

Dewan Menteri Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for
Economic Co-operation and Development/OECD) telah menyetujui suatu resolusi yang mendorong
negara-negara anggotanya untuk mengakhiri pengurangan pajak dari penyuapan dan komisi asing
untuk perusahaan-perusahaan multinasional mereka pada Mei 1996. Setahun kemudian, dewan
tersebut menyetujui serangkaian lengkap rekomendasi untuk menganggap penyuapan antarnegara
sebagai tindak kriminal, memberlakukan persyaratan akuntansi dan pengawasan audit eksternal dan
internal yang lebih ketat, pengadaan untuk sektor pemerintah yang lebih ketat, serta pengawasan
internasional yang lebih ditingkatkan. Pada Desember 1997, OECD meratifikasi suatu konvensi yang
menganggap penyuapan petugas asing sebagai tindakan kriminal, sebanding dengan penyuapan
petugas pemerintahan setempat di negara di tempat kedudukan perusahaan tersebut.

(iii) Kamar Dagang dan Industri Internasional baru-baru ini menyetujui revisi aturan-aturan perilaku
yang melarang penyuapan dan merekomendasikan agar para asosiasi-asosiasi yang menjadi
anggotanya di seluruh dunia, dan perusahaan-perusahaan yang menjadi anggotanya, mengadopsi
dan menerapkan aturan-aturan yang lebih ketat ini.
(iv) Pada Desember 1996, Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengesahkan Deklarasi
melawan Korupsi dan Penyuapan dalam Transaksi-Transaksi Komersial Internasional (Declaration
Against Corruption and Bribery in International Commercial Transactions).
7. Salah satu pendukung yang paling kuat akan sikap yang teguh dalam menghadapi isu-isu anti korupsi adalah
presiden World Bank, James Wolfensohn. Pada pertemuan-pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter
Internasional (International Monetary Fund/IMF) pada Oktober 1996, Wolfensohn menggambarkan korupsi sebagai
suatu kanker bagi ekonomi global dan menekankan bahwa sudah waktunya untuk memberi gigi pada upayaupaya Bank Dunia untuk menangani hal tersebut. Direktur Pelaksana IMF, Michel Camdessus, menunjukkan
keterusterangan yang sama dan menyatakan bahwa pegawai-pegawai IMF mulai saat itu akan mengemban tugas
untuk menggencarkan reformasi-reformasi anti korupsi di negara-negara yang bermaksud untuk meminjam uang.
Menyusul pertemuan-pertemuan tahunan tersebut, sebuah kelompok kerja dibentuk di bawah Wakil Presiden
Pembangunan Ekonomi Bank Dunia untuk mengembangkan satu strategi anti korupsi terpadu. Laporan akhir, dan
panduan-panduan bagi staf, ditandatangani oleh Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia pada 2 September 1997.
8. Pendekatan Bank Dunia mendambakan satu strategi yang seimbang dalam memerangi korupsi yang
bertumpu pada empat tonggak: (i) mencegah kecurangan dan korupsi di proyek-proyek yang didanai Bank
Dunia; (ii) membantu negara-negara yang meminta dukungan Bank Dunia dalam upaya-upaya mereka untuk
mengurangi korupsi; (iii)mempertimbangkan korupsi secara lebih eksplisit dalam strategi-strategi bantuan negara,
dialog kebijakan, kerja analitis, dan pemilihan serta perancangan proyek-proyek; dan (iv)lebih menyuarakan dan
mendukung upaya-upaya internasional untuk mengurangi korupsi.1

Lihat World Bank. 1997. Helping Countries Combat Corruption: The Role of the World Bank, Washington, DC.

Kebijakan Anti Korupsi Adb (2 Juli 1998)

29

9. Pada bulan Agustus, IMF mengambil langkah luar biasa dengan menangguhkan tahap kedua dari satu
Fasilitas Penyesuaian Struktural yang Disempurnakan (Enhanced Structural Adjustment Facility) ketika salah
satu dari negara-negara anggotanya tidak berhasil menunjukkan telah berusaha mengurangi masalah korupsi.
Bank Dunia memberikan dukungan kuat pada gerakan IMF ini dan memperingatkan bahwa pinjaman Bank Dunia
akan dikurangi secara substansial apabila tidak ada tindakan tegas yang diambil oleh pemerintah negara yang
bersangkutan.2 Pada pertemuan-pertemuan tahunan Bank Dunia dan IMF di Hong Kong, Cina pada September
1997, kedua lembaga tersebut menyatakan kembali dengan tegas komitmen mereka untuk memerangi korupsi.
10. Pertemuan puncak Kelompok Tujuh negara-negara industri pada 1997 di Denver, Amerika Serikat, khusus
menekankan peran Bank-Bank Pembangunan Multilateral dalam memerangi korupsi. Pengumuman resmi dari
pertemuan pendahuluan para menteri keuangan dan pemimpin bank sentral pada bulan April berketetapan,
mengingat akibat buruk secara umum yang ditimbulkan dari penyuapan dan korupsi dalam mencapai pertumbuhan
dan stabilitas pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, atas nama lembaga-lembaga keuangan dan OECD
kami menyambut baik semakin meningkatnya perhatian kepada masalah-masalah ini. Pada Juni, pernyataan
dari akhir pertemuan puncak tersebut mendesak IMF dan para MDB memperkuat aktivitas-aktivitas mereka untuk
membantu negara-negara memerangi korupsi, termasuk langkah-langkah untuk menentukan aturan hukum,
meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas sektor publik, serta meningkatkan kapasitas dan efisiensi kelembagaan.
Lembaga-lembaga keuangan internasional juga didorong untuk meningkatkan tata pemerintahan yang bersih di
bidang-bidang kompetensi mereka masing-masing dan untuk bekerja sama sepenuhnya dalam upaya Bank Dunia
untuk menciptakan pedoman pengadaan yang memenuhi standar-standar transparansi dan keketatan tertinggi.
11. Banyak negara-negara berkembang yang menjadi anggota ADB telah memainkan peran yang sangat
penting dalam gerakan anti korupsi yang berkembang. Di Asia Timur, beberapa negara yang telah menikmati tingkat
pertumbuhan yang tinggi di waktu-waktu yang lalu mengungkapkan keprihatinan bahwa persepsi tentang korupsi
dapat menghambat kemampuan mereka untuk menarik penanaman modal di masa yang akan datang. Pada 1995,
Republik Rakyat Cina mengesahkan peraturan perundangan yang mewajibkan kader pimpinan Partai Komunis di
atas tingkat negara untuk mengumumkan penghasilan mereka. Perdana Menteri Thailand berjanji pada Januari
1997 untuk membersihkan Departemen Kepabeanan, yang menciptakan berbagai biaya siluman bagi orangorang asing yang ingin berbisnis di Thailand. Pada bulan yang sama, Presiden Filipina menggambarkan mimpi
buruk korupsi di bidang pelayanan masyarakat sebagai salah satu kemalangan yang paling berkepanjangan
di negaranya dan memerintahkan semua departemen pemerintah untuk memberikan laporan bulanan tentang
kemajuan upaya perjuangan mereka melawan korupsi di kantor-kantor mereka.
12. Di sub-benua Asia Selatan, masalah korupsi telah menjadi salah satu masalah yang paling mendesak yang
dihadapi oleh para pemimpin pemerintahan saat ini. Di Pakistan, Perdana Menteri telah membuat upaya untuk
membersihkan pemerintah sebagai salah satu tujuan kunci pemerintahannya yang baru. Presiden India baru-baru
ini menggambarkan korupsi sebagai salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh negara ini.3

Dikutip di Oxford Analytica. 1997. Asia Pacific Daily Brief, 14 Augustus. Masalah-masalah lain yang dikutip oleh IMF termasuk kegagalan untuk mengadili para pelaku
kecurangankecurangan keuangan berjuta-juta dollar; ketidakberesan yang melingkupi pemberian kontrak untuk dua proyek tenaga listrik; dan penggunaan dana di luar
anggaran untuk membeli pesawat jet presiden dan untuk membangun lapangan terbang internasional di kota kelahiran sang presiden.
K.R. Narayanan. 1997. Next an India for All, Tolerant and Uncorrupt, editorial, International Herald Tribune, 13 Agustus.

30

Anti Korupsi danIntegritas

ii. TANGGAPAN ADB


13. Sebagai sebuah institusi pembangunan multilateral yang besar dan salah satu dari sumber pembiayaan
pembangunan utama di Asia, ADB menyambut baik penekanan pada upaya memerangi korupsi ini sebagai bagian
dari pekerjaannya yang lebih luas dalam masalah-masalah tata pemerintahan dan pengembangan kapasitas.
Makalah Dewan Direktur ADB berjudul Governance: Sound Development Management [Tata Pemerintahan:
Manajemen Pembangunan yang Dapat Diandalkan] mengakui pentingnya akuntabilitas bagi pegawai-pegawai
pemerintah, dan transparansi serta keteraturan dalam kegiatan-kegiatan pemerintah, merupakan prinsip-prinsip
yang sangat penting dalam memerangi korupsi.4 Kebijakan tersebut menekankan pada penguatan prasyarat yang
paling penting untuk terciptanya administrasi publik yang efektif. Kebijakan tersebut dirancang untuk memastikan
adanya pedoman dasar yang kuat untuk administrasi yang transparan, teratur dan akuntabel. Pedoman dasar
tersebut mencakup suatu kerangka kerja hukum yang tepat serta mekanisme-mekanisme penegakan hukum
yang efektif; layanan publik yang profesional, kompeten, termotivasi dan meritokratik; praktik-praktik pengadaan
yang transparan; sistem-sistem kendali internal yang efektif; serta suatu kantor audit independen yang berfungsi
dengan baik. Partisipasi, yang merupakan prinsip utama keempat dalam kebijakan tata pemerintahan ADB,
juga merupakan suatu faktor yang relevan. Pengalaman Hong Kong, Cina dan Singapura menunjukkan bahwa
dukungan masyarakat merupakan suatu aset yang sangat penting dalam perjuangan jangka panjang melawan
penyalahgunaan jabatan.
14. Pada tingkatan yang seluas-luasnya, sikap ADB terhadap isu-isu anti korupsi bertujuan untuk mengurangi
beban yang ditimbulkan oleh korupsi yang menyebar luas dan sistematis pada pemerintahan dan perekonomian di
kawasan. Secara lebih spesifik, pendekatan ADB terpusat pada tiga tujuan, yaitu:
(i)

mendukung pasar yang kompetitif dan administrasi publik yang efisien, efektif, akuntabel dan
transparan sebagai bagian dari kerja ADB yang lebih luas untuk terciptanya tata pemerintahan
yang bersih dan pengembangan kapasitas;

(ii)

mendukung upaya-upaya anti korupsi yang menjanjikan secara kasus per kasus dan meningkatkan
mutu dialog kami dengan negara-negara berkembang yang menjadi anggota tentang sejumlah isu
tata pemerintahan, termasuk korupsi; dan

(iii) memastikan agar proyek-proyek dan staf ADB mematuhi standar-standar etika yang tertinggi.
15. Bagian III dan IV akan memberi landasan untuk diskusi tentang tujuan-tujuan tersebut dengan membahas
tentang definisi di sekitar topik tersebut dan biaya-biaya yang harus ditanggung pembangunan karena korupsi.
Bagian-bagian lain dari makalah ini akan membahas tanggapan ADB. Bagian V menggambarkan pendirian ADB
sehubungan dengan isu-isu korupsi dan menggambarkan program-program ADB saat ini dengan komponenkomponen anti korupsi yang penting. Bagian tersebut juga menegaskan implikasi-implikasi kebijakan anti korupsi
ADB bagi operasi-operasi ADB saat ini. Bagian terakhir ditutup dengan penegasan tentang langkah-langkah
khusus berikutnya yang akan diambil oleh ADB dalam melaksanakan kebijakan ini.

R151-95: Governance: Sound Development Management [Tata Kelola Pemerintah: Pengelolaan Pembangunan yang Dapat Diandalkan], 17 Agustus.

Kebijakan Anti Korupsi Adb (2 Juli 1998)

31

III. Definisi korupsi


16. Istilah korupsi dipergunakan sebagai suatu acuan singkat untuk serangkaian tindakan-tindakan terlarang
atau melawan hukum yang luas. Walaupun tidak ada definisi umum atau menyeluruh tentang apa yang
dimaksud dengan perilaku korup, definisi-definisi yang paling menonjol memberikan penekanan yang sama
pada penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi. Oxford Unabridged Dictionary
mendefinisikan korupsi sebagai penyimpangan atau perusakan integritas dalam pelaksanaan tugas-tugas publik
dengan penyuapan atau balas jasa. Miriam Websters Collegiate Dictionary mendefinisikannya sebagai bujukan
untuk berbuat salah dengan cara-cara yang tidak pantas atau melawan hukum (seperti penyuapan). Pengertian
ringkas yang dipergunakan oleh Bank Dunia adalah penyalahgunaan jabatan publik untuk keuntungan pribadi.
Definisi ini serupa dengan yang dipergunakan oleh Transparansi Internasional (TI), LSM penting dalam upaya anti
korupsi global, yaitu:
Korupsi melibatkan perilaku para pegawai di sektor publik, baik politikus atau pegawai pemerintah,
dimana mereka memperkaya diri mereka sendiri secara tidak pantas dan melawan hukum, atau pihak
yang dekat dengan mereka, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka.5
17. Deinisi-definisi tersebut bermanfaat, akan tetapi, menurut penilaian ADB, tidak memberikan perhatian yang
cukup kepada masalah korupsi di sektor swasta atau kepada peran sektor swasta dalam mendorong korupsi di
sektor publik. Sebagai pengertian pintas, ADB mengartikan korupsi sebagai penyalahgunaan jabatan publik atau
swasta untuk keuntungan pribadi. Definisi yang lebih menyeluruh adalah sebagai berikut:
Korupsi mencakup perilaku pegawai sektor publik dan swasta, dimana mereka secara tidak
pantas dan melawan hukum memperkaya diri mereka sendiri dan/atau orang-orang yang dekat
dengan mereka, atau membujuk orang lain untuk melakukan hal tersebut, dengan menyalahgunakan
jabatan dimana mereka ditempatkan.
18. Sebuah daftar tentang perilaku tidak sah yang biasanya diacu sebagai korupsi disajikan dalam Boks 1.
Katalog tersebut tidak bersifat menyeluruh dan dimaksudkan untuk menggambarkan bidang-bidang yang paling
menyolok dan mendapat perhatian dari ADB. Beberapa jenis korupsi bersifat internal karena mengganggu
kemampuan sebuah instansi pemerintah dalam merekrut atau mengelola stafnya, dalam mempergunakan sumber
daya- secara efisien, atau dalam melakukan penyidikan menyeluruh di dalam instansinya. Jenis-jenis korupsi yang
lain bersifat eksternal karena melibatkan upaya-upaya untuk memanipulasi atau memeras uang dari para klien atau
pemasok, atau untuk mengambil keuntungan dari informasi orang dalam. Jenis-jenis korupsi yang lainnya juga
melibatkan campur tangan yang tidak beralasan dalam kegiatan-kegiatan pasar, seperti penggunaan kekuasaan
negara untuk membatasi persaingan secara semu serta mendapatkan keuntungan dari monopoli.
19. Sering diperlukan definisi-definisi korupsi yang lebih sempit untuk membahas tentang jenis-jenis perilaku
yang melanggar hukum. Di bidang kecurangan pengadaan, misalnya, Bank Dunia mengartikan praktik korupsi
sebagai menawarkan, memberikan, menerima atau meminta apapun yang mempunyai nilai untuk mempengaruhi
tindakan seorang pegawai pemerintah dalam proses pengadaan atau pelaksanaan kontrak. Praktik kecurangan
didefinisikan sebagai suatu pemberian fakta yang keliru dalam atau untuk mempengaruhi suatu proses pengadaan
atau pelaksanaan kontrak yang merugikan pihak penerima pinjaman, dan termasuk praktik-praktik kolusi diantara
para pihak yang memberikan penawaran... yang ditujukan untuk memberikan harga penawaran pada tingkat yang
5

Lihat Bank Dunia1997, hal. 8. Lihat juga Transparency International. 1996. The TI Sourcebook, disunting oleh Jeremy Pope. Berlin: TI, hal.1. Definisi Bank Dunia
mencakup aktivitas-aktivitas agen-agen pribadi yang menyelewengkan kebijakan-kebijakan dan proses-proses publik untuk keuntungan kompetitif.

32

Anti Korupsi danIntegritas

semu dan tidak bersaing serta untuk tidak memberikan kesempatan kepada penerima pinjaman agar memperoleh
keuntungan dari persaingan yang bebas dan terbuka.6
20. Penting halnya membedakan antara korupsi yang besar yang biasanya melibatkan pejabat-pejabat tinggi,
keputusan-keputusan atau kontrak-kontrak besar, dan pertukaran sejumlah besar uang, dengan korupsi kecilkecilan, yang melibatkan pegawai-pegawai rendahan, pengadaan jasa dan barang secara rutin, dan jumlah uang
yang kecil. Penting juga halnya dibedakan antara korupsi yang sistemis, yang melibatkan seluruh pemerintah
atau kementrian, dengan korupsi perorangan, yang lebih bersifat terpisah dan sporadis. Pada akhirnya, penting
halnya dibedakan antara korupsi tersindikasi dimana sistem-sistem yang rumit direncanakan untuk menerima dan
menyebarkan uang suap, dengan korupsi yang tak tersindikasi, dimana pegawai-pegawai secara perorangan
mencari atau bersaing untuk mendapatkan uang suap secara ad hoc serta tidak terkoordinasi.

Boks 1. Daftar ilustrasi perilaku-perilaku korup

Perencanaan atau pemilihan proyek-proyek yang tidak ekonomis karena kesempatan untuk mendapatkan
komisi dan dukungan politik.
Kecurangan pengadaan, termasuk kolusi, biaya berlebihan, atau pemilihan kontraktor pemasok dan
konsultan tidak berdasarkan kriteria penawar responsif dengan terendah secara substansial.
Pembayaran-pembayaran uang pelicin yang tidak sah kepada pegawai-pegawai pemerintah untuk
memudahkan penyerahan barang atau jasa secara tepat waktu yang merupakan hak penuh masyarakat,
seperti izin dan perizinan.
Pembayaran-pembayaran tidak sah kepada pegawai-pegawai pemerintah untuk memudahkan akses untuk
mendapatkan barang-barang, jasa, dan/atau informasi yang bukan menjadi hak masyarakat, atau untuk menolak
akses masyarakat untuk mendapatkan barang dan jasa yang secara hukum merupakan hak masyarakat.
Pembayaran-pembayaran tidak sah untuk mencegah penerapan peraturan dan perundang-undangan secara
adil dan konsisten, khususnya di bidang-bidang yang menyangkut keselamatan umum, penegakan hukum
atau pengumpulan pendapatan.
Pembayaran-pembayaran kepada pegawai-pegawai pemerintah untuk mengembangkan atau
mempertahankan akses pasar yang bersifat monopoli atau oligopoli tanpa adanya suatu alasan ekonomi
yang mendukung pembatasan-pembatasan semacam itu.
Penyalahgunaan informasi rahasia untuk keuntungan pribadi, seperti pemanfaatan pengetahuan
tentang penentuan jalur transportasi umum untuk menanamkan modal di bidang lahan (real estate) yang
kemungkinan akan meningkat nilainya.
Penyingkapan secara sengaja informasi palsu atau menyesatkan tentang status keuangan perusahaanperusahaan yang dapat mencegah para calon penanam modal untuk menilai harga perusahaan-perusahaan
tersebut secara akurat, seperti kelalaian untuk mengungkapkan kewajiban-kewajiban yang belum dibayar atau
menilai aset di bawah nilai yang sebenarnya di perusahaan-perusahaan yang didaftarkan untuk privatisasi.
Pencurian atau kecurangan harta atau uang milik umum.
Penjualan tempat, jabatan, atau kenaikan pangkat kepegawaian; nepotisme; atau tindakan-tindakan lain
yang melemahkan penciptaan layanan masyarakat yang profesional dan meritokratik.
Pemerasan dan penyalahgunaan jabatan publik, seperti penggunaan ancaman pemeriksaan pajak atau
sanksi hukum untuk memeras keuntungan pribadi.
Tindakan menghalang-halangi proses peradilan dan campur tangan dalam tugas-tugas instansi-instansi
yang ditugaskan untuk memeriksa, menyelidiki dan menuntut perilaku yang melanggar hukum.

Dalam gerakan untuk menyelaraskan standar-standar pengadaan ADB dengan standar-standar Bank Dunia tentang topik korupsi, definisi-definisi juga bisa diadopsi
oleh ADB. LIhat bagian terakhir dari bab ini.

Kebijakan Anti Korupsi Adb (2 Juli 1998)

33

iv. Kerugian-kerugian YANG DIAKIBATKAN KORUPSI


21. Korupsi tidak selalu dianggap berdampak negatif bagi pembangunan. Selama dekade-dekade terdahulu,
ada pendapat-pendapat yang mengatakan bahwa korupsi dapat membawa efek-efek yang menguntungkan. Di
negara-negara dimana gaji di sektor publik sering rendah dan dalam beberapa kasus bahkan mungkin tidak cukup
untuk hidup, sebagian orang tetap berpendapat sudah sewajarnya bagi pegawai pemerintah untuk menaikkan
gaji mereka dengan cara-cara lain. Saat itu korupsi dianggap dapat memajukan efisiensi ekonomi dengan
membantu memulihkan harga-harga yang semu yang ditentukan secara administratif sampai pada tingkat-tingkat
kliring pasar. Sebagian lagi menyatakan bahwa korupsi memainkan peran yang bermanfaat dalam redistribusi,
yaitu menyalurkan sumber daya dari perorangan-perorangan dan perusahaan-perusahaan kaya ke pihak-pihak
yang lebih sederhana, atau dapat berguna sebagai suatu alat integrasi nasional dengan mengizinkan elit-elit
yang berkuasa untuk membujuk atau merangkul kelompok-kelompok politik, etnis atau keagamaan yang tidak
puas. Pada akhirnya, sejumlah kaum cendekia berpendapat bahwa korupsi merupakan satu tahapan yang alami
dari pembangunan. Mereka melihat bahwa korupsi secara umum menyebar luas di banyak negara maju sampai
beberapa waktu yang lalu ketika korupsi dikurangi (tetapi tidak dihilangkan) melalui pemberlakuan pembaharuan
sektor-sektor publik secara bertahap sepanjang abad lalu.
22. Robert Klitgaard, salah seorang ilmuwan yang paling tajam dalam masalah korupsi dalam pembangunan,
mencatat bahwa pendapat-pendapat tersebut memiliki beberapa ciri yang sama.7 Pertama, pendapat-pendapat
tersebut sering mengacu pada keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari tindakan-tindakan terlarang tertentu
yang tidak sah dan tidak mempertimbangkan dampak sistemis dari korupsi. Meskipun suatu peristiwa atau
transaksi tertentu mungkin memiliki hasil-hasil positif, korupsi dapat juga menghasilkan eksternalitas negatif yang
menurunkan kinerja sistem tersebut sebagai suatu kesatuan dan membahayakan efisiensi dinamika ekonomi
jangka panjang.
23. Kedua, manfaat-manfaat yang dikatakan berasal dari korupsi, seperti penyederhanaan transaksi-transaksi
pemerintah atau peningkatan gaji pegawai pemerintah, hanya tampak demikian sedangkan di belakang semua
itu terdapat suatu sektor publik yang gagal berfungsi secara efektif. Pengalaman perekonomian seperti Singapura
menunjukkan bahwa upaya yang sabar dan gigih menuju manajemen sektor publik yang lebih baik, dengan
penyederhanaan prosedur kepabeanan atau dengan membayar gaji pegawai negri yang bersaing dengan sektor
swasta, misalnya, lama kelamaan akan membawa manfaat-manfaat yang lebih besar daripada membiarkan
korupsi yang relatif tingkat tinggi untuk menutupi kekurangan-kekurangan tersebut.
24. Ketiga, korupsi mendorong orang untuk menghindari peraturan-peraturan yang baik maupun yang buruk.
Tidak ada jaminan bahwa seorang importir yang menyuap seorang petugas pabean untuk mempercepat ijin
mengeluarkan obat-obatan yang sangat dibutuhkan minggu ini tidak akan menyuap petugas tersebut untuk
mempercepat ijin mengeluarkan obat-obatan terlarang minggu berikutnya.
25. Tugas untuk menilai dampak nyata dari korupsi pada pembangunan suatu negara merupakan tugas yang rumit
yang sekarang semakin menjadi perhatian para cendekia. Walaupun ada contoh-contoh dimana tindakan-tindakan
melanggar hukum dapat meningkatkan profitabilitas ekonomi nasional, ada segudang bukti yang menunjukkan
bahwa tindakan korup secara khusus menimbulkan lebih banyak kerugian dari pada manfaat. Sebuah kajian tentang
korupsi di sebuah negara Afrika, misalnya, menyimpulkan bahwa korupsi telah meningkatkan intensitas konflik
etnis, merusak efisiensi pemerintahan kotamadya dan instansi-instansi federal, melumpuhkan sistem nilai dalam
penerimaan dan kenaikan pangkat pegawai, dan menciptakan suatu suasana ketidakpercayaan yang melingkupi

Robert Klitgaard. 1988. Controlling Corruption. Berkeley and Los Angeles: University of California Press, hal. 32.

34

Anti Korupsi danIntegritas

semua tingkatan administrasi. Sebuah kajian terhadap sebuah negara Asia menemukan bahwa di antara kasuskasus yang dikaji tidak ada satu kasus pun dimana uang yang diperoleh dengan korupsi diinvestasikan secara
langsung dan produktif.8 Sebuah kajian ekstensif tentang korupsi di sebuah negara Asia lainnya menyimpulkan
sebagai berikut:
Suap dan korupsi sangat berdampak negatif terhadap upaya-upaya pembangunan, bertentangan
dengan apa yang disebut sebagai hipotesa pembaharu (revisionist hypothesis) yang lazim di Barat
yang menganggap korupsi sebagai suatu langkah yang diperlukan dalam proses pembangunan atau
pun sebagai suatu cara untuk mempercepatnya. Sebaliknya, [penelitian kami] menemukan bahwa
korupsi berujung pada pemberian perlakuan istimewa kepada para produsen yang yang tidak efisien,
pembagian sumber daya-sumber daya public yang langka secara tidak adil dan tidak merata, serta
kebocoran pendapatan dari kas pemerintah ke tangan perorangan. Walaupun tidak secara langsung,
korupsi sangat merugikan dan dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan terhadap pemerintah.9
26. Setelah dilihat secara lebih dekat, anggapan yang mengatakan bahwa korupsi memberikan manfaat
distributif, eifisiensi dan politik ternyata hanya sebuah ilusi. Bukannya meningkatkan distribusi pendapatan secara
lebih merata, namun korupsi justru mendistorsi alokasi sumber daya sosial sehingga dialihkan dari mereka yang
secara sah berhak atasnya kepada orang-orang kaya, penguasa, dan orang-orang yang memiliki relasi-relasi politik
yang kuat. Alih-alih memberikan kompensasi terhadap gaji pegawai-pegawai pemerintah yang rendah, korupsi
justru melemahkan sistem nilai dan merugikan profesionalisme pelayanan dan semangat kesatuan (esprit de
corps). Pada saatnya, korupsi bahkan menimbulkan ketidakefisienan di sektor publik.10 Ketimbang memperkuat
loyalitas politik, korupsi lebih sering memupuk sinisme dan kebencian publik terhadap proses politik serta hal-hal
yang berhubungan dengannya.
27. Banyak kajian tentang akibat korupsi dalam kasus-kasus tersendiri melukiskan sebuah gambar yang
mengganggu tentang sumber daya yang hilang, terbuang atau diberikan untuk penggunaan yang kurang optimal:
(i)

Sejumlah perkiraan memperhitungkan bahwa sebanyak $30 milyar bantuan untuk Afrika berakhir
di dalam rekening-rekening bank asing. Jumlah ini dua kali lipat dari gabungan jumlah Produk
Domestik Bruto/PDB (gross domestic product/GDP) Ghana, Kenya dan Uganda.11

(ii)

Selama 20 tahun terakhir, salah satu negara Asia Timur diperkirakan telah kehilangan $48 milyar
karena korupsi, yang melebihi jumlah seluruh hutang luar negerinya yang berjumlah $40,6 milyar.12

(iii) Sebuah laporan internal dari pemerintah negara Asia lainnya menemukan bahwa selama satu
dekade terakhir, nilai aset-aset negara turun lebih dari $50 milyar, terutama karena pejabat-pejabat
yang korup telah dengan sengaja memberikan nilai yang lebih rendah atas aset-aset tersebut saat
menjual properti-properti negara yang besar untuk kepentingan swasta tertentu atau kepada para
penanam modal asing untuk mendapatkan imbalan hadiah.13
(iv) Di salah satu negara Asia Selatan, laporan-laporan pemerintah baru-baru ini menunjukkan bahwa
$50 milyar setiap harinya disalahgunakan karena ketidakberesan manajemen dan korupsi. Perdana
8

10

11
12

13

Kutipan tentang Afrika adalah dari Herbert Werlin. 1979. The Consequences of Corruption: The Ghanaian Experience, in Monday U. Ekpo, ed. Bureaucratic Corruption
in Sub-Saharan Africa: Toward a Search for Causes and Consequences. Washington, DC: University Press of America, hal. 253. Kutipan kedua adalah dari Kang Sintaek.
1978. Conclusions and Recommendations, dalam sebuah tulisan yang disusun untuk Pertemuan Kerja Keempat tentang Perilaku Birokratis dan Pembangunan (Fourth
Working Meeting on Bureaucratic Behavior and Development), Hong Kong, China, Agustus, dikutip dalam Klitgaard. 1988. hal. 37.
Ledivina V. Carino and Josie H. de Leon. 1983. Final Report for the Study of Graft and Corruption, Red Tape and Inefficiency in Government, dikutip dalam Klitgaard.
1988. hal. 38.
Di salah satu negara Afrika, sebagai contoh, setiap pengapalan kontainer impor harus melewati inspeksi tiga kali oleh petugas bea cukai dan, bukan dengan melakukan
pemeriksaan mendadak berdasarkan pada sejarah terdahulu sang importir, seperti praktik yang dilakukan oleh banyak negara lain. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan
peluang untuk penyogokan dan uang pelicin.
Michelle Celarier. 1996. The Search for the Smoking Gun, Euromoney (September): 49.
Estimasi Philippine Government, dikutip dari Reuter Newswire. 1997. Philippines Corruption a Nightmare -Ramos, 11 Januari. Lihat juga Philippine Star. 1997.
Commission on Audit: P1.2 B Lost to Graft Each Year, 12 Juni.
Laporan internal, dikutip dari Business Week. 1993. The Destructive Costs of Greasing Palms, 6 December, hal. 133.

Kebijakan Anti Korupsi Adb (2 Juli 1998)

35

Menteri negara tersebut telah menyatakan secara umum baru-baru ini bahwa mayoritas birokrat
dan perangkat administratif dari atas sampai ke bawah bersifat korup.14
(v) Di sebuah kota di Amerika Utara, perusahaan dapat menghemat $330 juta dari suatu tagihan
pembuangan limbah tahunan sebesar $1,5 milyar dengan melepaskan industri sampah dari
dominasi Mafia. Masalah khusus disini adalah masuknya kejahatan terorganisasi ke dalam badanbadan regulatori.15
(vi) Sejumlah kajian tentang dampak korupsi terhadap kebijakan-kebijakan pengadaan pemerintah di
beberapa negara Asia mengungkapkan bahwa pemerintah-pemerintah tersebut telah membayar 20
hingga 100 persen lebih banyak untuk barang dan jasa daripada yang seharusnya mereka bayar.16
(vii) Korupsi dapat merugikan banyak pemerintah sebesar kurang lebih 50 persen dari pemasukan pajak
mereka. Ketika para petugas pabean di sebuah negara Amerika Latin diizinkan untuk menerima
persentase dari apa yang mereka tagih, pemasukan dari pabean naik 60% dalam satu tahun.17
(viii) Sejumlah perkiraan tentang peran korupsi di sebuah negara Eropa menyimpulkan bahwa korupsi
telah melambungkan jumlah hutang pemerintah negara tersebut sebesar 15 persen atau $200milyar.
Di sebuah kota, prakarsa-prakarsa anti korupsi telah mengurangi ongkos pengeluaran infrastruktur
sebesar 3540 persen, yang memungkinkan kota tersebut untuk meningkatkan pengeluarannya
untuk pemeliharaan sekolah-sekolah, jalan-jalan, lampu-lampu jalan dan pelayanan sosial.18
28. Meskipun hampir tidak mungkin untuk memberikan penilaian secara akurat, kerugian tidak langsung akibat
korupsi seringkali dapat jauh melebihi kerugian yang langsung. Sumber daya-sumber daya langka disiasiakan untuk
proyek-proyek yang tidak ekonomis karena potensi mereka untuk menghasilkan imbalan yang menguntungkan,
dan sektor-sektor prioritas seperti pendidikan atau kesehatan sangat dirugikan. Kegiatan usaha yang sah dihambat
atau ditekan. Keselamatan publik menjadi terancam oleh produk-produk dan konstruksi yang di bawah standar.
Modal dialihkan ke tempat-tempat penanaman modal yang lebih transparan dan bisa diramalkan. Orang-orang
yang sebenarnya tidak bermaksud untuk terlibat dalam perilaku curang akhirnya memutuskan bahwa mereka tidak
punya alternatif lain dan energi intelektual dialihkan dari usaha-usaha yang lebih produktif menjadi usaha-usaha
untuk mencari cara untuk menghindari sistem. Dalam kasus-kasus yang ekstrem, keabsahan sektor publik sendiri
dipertanyakan dan pemerintah dapat terbentur pada ketidakstabilan atau keruntuhan politik.
29. Meskipun korupsi memakan biaya, dampaknya pada pembangunan tidaklah seragam. Sejumlah negara
dapat memberikan toleransi pada tingkat penyuapan dan penyogokan yang relatif tinggi dan tetap mempertahankan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang membanggakan, sementara negara-negara lain tidak. Beberapa faktor
mempengaruhi seberapa jauh korupsi berperan sebagai sebuah rem bagi proses pembangunan. Pada tingkat yang
paling dasar, basis sumber daya alam sebuah negara dan sumber-sumber keuntungan komparatifnya memainkan
peran yang sangat penting dalam kemampuannya menarik penanaman modal.19 Faktor kedua adalah bentuk
korupsi yang dipraktikkan. Di sejumlah negara, korupsi sangat menjadi rutinitas. Imbalan umumnya diketahui
sebelumnya dan dipusatkan di tingkat atas dengan cara dipusatkan di satu tempat. Pendekatan semacam itu dapat
mengurangi biaya transaksi dan menambah kepastian dalam pengambilan keputusan dalam penanaman modal.
Hal itu membuat negara tersebut secara inheren lebih menarik dibanding negara-negara lain dimana banyak
14
15
16

17
18
19

The News. 1997. 28 Maret.


The Financial Times. 1997. 6 Juni.
Thinapan Nakata. 1978. Corruption in the Thai Bureaucracy. Who Gets What, How and Why in Its Public Expenditures. Thai Journal of Public Administration
18(January): 102128; Clive Gray. 1979. Civil Service Compensation in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies 15 (March): 85113; and Robert Wade.
1982. The System of Administrative and Political Corruption: Canal Irrigation in India. Journal of Development Studies 18 (April): 287328. Cited in Klitgaard. 1988.
hal.3940.
Business Week. 1993. The Destructive Costs of Greasing Palms. 6 December, hal. 134135.
Business Week. 1993. The Destructive Costs of Greasing Palms. 6 December, hal. 135.
Negara-negara yang mempunyai sumber daya alam yang langka atau berharga umumnya dapat menarik lebih banyak investasi daripada mereka yang mencoba
bersaing sebagai negara dengan sumber daya manufaktur dengan upah rendah dan padat karya. Ironisnya negara-negara kaya sumber daya alam seperti itu seringkali
mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan rekanan mereka yang lebih miskin. Lihat Philip R. Lane and Aaron Tornell. 1996. Power, Growth and
the Voracity Effect. Journal of Economic Growth, 1 (June): 213241.

36

Anti Korupsi danIntegritas

petugas yang berbeda-beda dapat meminta pembayaran yang tidak ditentukan dan tidak diperkirakan sebelumnya.
Akhirnya, sejauh mana uang tetap berada di dalam negara yang bersangkutan dan ditanamkan dalam kegiatan
ekonomi yang produktif, atau mengalir keluar negeri ke dalam rekening-rekening bank asing, akan juga membawa
dampak terhadap kemampuan suatu negara dalam memberikan toleransi pada tingkat korupsi yang relatif tinggi
sembari tetap menikmati tingkat pertumbuhan ekonomi yang layak.
30. Walaupun demikian, penelitian empiris yang terbaru dan inovatif menunjukkan bahwa -- bahkan mengkoreksi
variabel-variabel seperti efisiensi birokrasi -- negara-negara yang memberikan toleransi pada tingkat korupsi yang
relatif tinggi tidak mungkin juga mencapai kinerja yang sama baiknya dengan apabila mereka tidak mentoleransi
korupsi. Dalam satu kajian tentang lebih dari 70 negara selama akhir 1970-an dan awal 1980-an, ahli ekonomi IMF,
Paolo Mauro, mendapati bahwa korupsi sangat berhubungan erat secara negatif dengan tingkat investasi, berapa
pun biaya birokrasi (red tape) yang harus dibayarkan. Model Mauro menunjukkan bahwa satu perbaikan deviasi
standard dalam indeks korupsi akan menghasilkan peningkatan Produk Domestik Bruto sebesar 2,9 persen
dalam tingkat investasi dan kenaikan tingkat pertumbuhan PDB per tahun sebesar 1,3 persen.20
31. Analisis ini didukung oleh kajian-kajian terkini lainnya. Dengan menggunakan data dari 39 negara industri
dan negara sedang berkembang yang telah mengendalikan pembiasan pemasukan, pendidikan dan kebijakan,
dua orang peneliti Bank Dunia menemukan bahwa negara-negara yang dianggap memiliki tingkat korupsi yang
relatif rendah selalu lebih dapat menarik investasi secara signifikan daripada negara-negara yang dianggap lebih
rentan terhadap kegiatan korup atau tidak sah. Hasil tersebut terbukti benar baik untuk negara-negara dimana
korupsi sangat tersindikasi dan dapat diperkirakan maupun untuk negara-negara dimana korupsi tidak tersindikasi
atau tidak dapat diperkirakan.21 Kajian terkini lainnya, yang mempergunakan analisis ekonometrik untuk menelaah
dampak korupsi terhadap investasi asing langsung di Asia Timur, menemukan bahwa persepsi-persepsi korupsi
memberikan dampak yang kuat dan negatif terhadap arus investasi asing. Menurut temuan-temuan kajian tersebut,
Asia Timur dalam hal ini tidak berbeda dengan wilayah-wilayah lain.22

20

21

22

Paolo Mauro. 1995. Corruption and Growth. Quarterly Journal of Economics. (August): 681711. Kutipan berasal dari halaman 695 dan 683, secara berurutan. Perlu
dicatat bahwa banyak dari kajian-kaijan ekonometri lintas negara ini didasarkan pada tingkat korupsi yang diperkirakan (versus aktual), dan bahwa kajian-kajian seperti
itu bisa menghadapi masalah dalam memilah-milah efek-efek korupsi dari efek-efek variabel-variabel lain yang berkaitan dengan kualitas tata pemerintahan.
Analisis dilakukan oleh Jose Eduardo Campos dan Sanjay Pradhan berkenaan dengan Laporan Pembangunan Dunia 1997 (1997 World Development Report).
Washington, DC: World Bank, hal. 102109.
Shang-Jin Wei. 1997. How Taxing is Corruption on International Investors. Working Paper 6030, National Bureau of Economic Research, Cambridge, MA.

Kebijakan Anti Korupsi Adb (2 Juli 1998)

37

V. POSISI ADB TERHADAP ISU-ISU ANTI KORUPSI


32. Mengingat hal-hal tersebut di atas, ADB menegaskan bahwa perilaku korup dan melanggar hukum
merupakan satu hambatan serius bagi proses pembangunan. ADB menolak pendapat bahwa dampak-dampak
menguntungkan dari korupsi mengalahkan akibat-akibat negatifnya, atau bahwa lembaga-lembaga keuangan
internasional tidak sepantasnya menangani permasalahan tersebut. ADB mencatat bahwa pengalaman yang
didapat dari kawasan Asia dan Pasifik serta wilayah-wilayah lainnya menunjukkan bahwa kemajuan yang berarti
dalam perjuangan melawan korupsi dapat diraih apabila reformasi hukum, kelembagaan dan kebijakan telah
dilaksanakan. ADB menyambut baik fokus yang semakin tajam terhadap permasalahan-permasalahan anti
korupsi sebagai bagian dari upayanya yang lebih luas untuk memajukan prinsip-prinsip transparansi, keteraturan,
akuntabilitas dan partisipasi di bawah kebijakan tata pemerintahannya.
33. Pada tingkat yang seluas-luasnya, sikap ADB tentang permasalahan anti korupsi bertujuan untuk
mengurangi beban yang meluas dan sistemis yang ditimbulkan oleh korupsi pada perekonomian kawasan tersebut
dan pembangunan negara-negara berkembang anggota ADB. Sesuai dengan Pasal 36 (2) Anggaran Dasar ADB,
inisiatif-inisiatif ADB tentang korupsi akan didasarkan semata-mata pada pertimbangan-pertimbangan ekonomi
dan kepedulian terhadap manajemen pembangunan yang bertanggung-jawab. Inisiatif-inisiatif tersebut tidak akan
campur tangan dalam urusan-urusan politik negara-negara berkembang anggota ADB ataupun dipengaruhi oleh
karakter politiknya.
34. Secara lebih spesifik lagi, pendekatan ADB terpusat pada tiga tujuan dasar, yaitu:
(i)

mendukung pasar-pasar yang berdaya saing dan administrasi publik yang efisien, efektif, akuntabel
dan transparan sebagai bagian dari kerja ADB yang lebih luas dalam tata pemerintahan yang baik
serta pengembangan kapasitas;

(ii)

mendukung upaya-upaya anti korupsi yang menjanjikan atas dasar kasus per kasus dan
meningkatkan mutu dialog dengan negara-negara berkembang anggota ADB tentang permasalahan
tata pemerintahan, termasuk korupsi; dan

(iii) memastikan agar proyek-proyek dan staf ADB mematuhi standar keuangan dan etika yang
tertinggi.

Tujuan no. 1: Mendukung pasar-pasar yang berdaya saing dan administrasi publik
yang efisien, efektif, akuntabel dan transparan
35. Sebagai suatu kebijakan, fokus utama upaya anti korupsi ADB akan menangani masalah ini sebagai
suatu bagian dari kerjanya yang lebih luas dalam bidang tata pemerintahan dan pengembangan kapasitas.
ADB mencoba untuk menggunakan pendekatan yang proaktif dan memberikan perhatian yang khusus pada
upaya yang berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi pasar dan mutu sektor publik secara keseluruhan.
Fokus pada pencegahan ketimbang penuntutan ini mencerminkan keyakinan bahwa kebanyakan inisiatif tata
pemerintahan yang menjadi prioritas memiliki dampak-dampak positif yang berarti dalam perjuangan melawan
korupsi. Keberhasilan jangka panjang tampaknya akan lebih dapat dihasilkan dari reformasi ekonomi, hukum dan

38

Anti Korupsi danIntegritas

kelembagaan yang penuh kesabaran dan gigih daripada dari upaya-upaya jangka pendek dan umumnya bersifat
reaktif untuk menghukum orang-orang yang bersalah.23
36. Ada dua bidang prioritas dimana ADB akan mengkonsentrasikan upaya-upayanya dalam tata pemerintahan
secara lebih luas yakni dialog kebijakan yang ditujukan ke arah liberalisasi ekonomi dan reformasi administrasi
publik. Mengenai hal pertama, ADB akan menggunakan dialognya dengan negara-negara berkembang anggota
ADB untuk mengajukan rekomendasi-rekomendasi kebijakan yang akan membantu menghilangkan distorsi pasar
dan mengurangi peluang pihak perusahaan ataupun pegawai pemerintah untuk mencari rente. Liberalisasi rezim
perijinan, pembukaan akses ke pasar mata uang asing, pengurangan harga-harga yang dikendalikan, perluasan
peluang kredit untuk petani-petani dan para pelaku usaha kecil, penghapusan subsidi dan pinjaman lunak untuk
perusahaan-perusahaan tertentu yang mendapat perlakuan istimewa, dan pengenalan suatu pembedaan yang
jelas antara fungsi-fungsi produksi dan regulatori.Ini merupakan cara-cara yang dapat membantu agar perubahanperubahan kebijakan dapat membuat kesetaraan dalam arena persaingan dan mengurangi kesempatan untuk
terjadinya perilaku yang korup dan melanggar hukum. ADB sudah mengupayakan banyak dari inisiatif-inisiatif ini
dalam dialognya dengan negara-negara berkembang anggota ADB (Boks 2).

Boks 2. Contoh-contoh Pinjaman dan Hibah ADB yang Menunjang Liberalisasi


Pasar dan Reformasi Kebijakan
Loan 1444 dan TA 2587: Proyek Rehabilitasi Jalan di Kirgistan dan Penguatan Kelembagaan Sektor Jalan
(Kyrgyz Road Rehabilitation Project and Institutional Strengthening of the Road Sector): Pada Juni 1996,
Dewan Direktur menyetujui pinjaman sebesar $50 juta kepada Republik Kirgistan untuk rehabilitasi jalan. Salah satu
bagian dari proyek dan bantuan teknis (technical assistance/TA) yang terkait dengan proyek tersebut dirancang
untuk membuka kesempatan untuk bersaing di sektor transportasi. Dengan demikian para konsumen bebas untuk
memilih di antara pilihan-pilihan yang bersaing berdasarkan harga dan mutu pelayanan, dan tidak ada diskriminasi
Pemerintah (melalui peraturan-peraturan, pengendalian harga, praktik-praktik perizinan diskriminatif, atau bentukbentuk campur tangan lainnya) antara operator-operator jasa transportasi milik Pemerintah dan swasta.
Loan 1506: Program Manajemen Sumber Daya Sektor Publik Gujarat (Gujarat Public Sector Resource
Management Program): Pada bulan Desember 1996, Dewan Direktur telah menyetujui pinjaman sebesar $250 juta
dan hibah Bantuan Teknis tambahan kepada Negara Bagian Gujarat, India untuk meningkatkan mutu manajemen
sektor publik guna menunjang privatisasi beberapa badan usaha milik negara terpilih, dan untuk memperbaiki
infrastruktur. Salah satu tujuan yang sangat penting dari dialog kebijakan ADB adalah untuk merubah dampak dari
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan di masa lalu yang mendiskriminasikan peran serta sektor swasta
dalam infrastruktur, termasuk kurangnya transparansi dalam sistem pengambilan keputusan; tidak adanya peraturan
tentang partisipasi, evaluasi penawaran dan tender; masalah-masalah yang berkaitan dengan penentuan harga
dan permasalahan regulatori dalam kondisi-kondisi monopolistik; serta kelemahan sistem hukum, penyelesaian
sengketa dan arbitrase. Tujuannya adalah untuk mengurangi keterlibatan sektor publik dalam pengadaan barang
dan jasa tertentu secara langsung, sambil melakukan orientasi ulang dan memperkuat peran regulatorinya dalam
memastikan adanya suatu arena permainan yang setara bagi operasi-operasi sektor publik-swasta.

37. Ada berbagai cara dimana kerja-kerja ADB dalam reformasi perusahaan dan pengembangan pasar finansial,
serta operasi-operasi sektor swastanya, berperan bagi meningkatnya daya saing, transparansi dan akuntabilitas.
ADB mendukung serangkaian reformasi yang berbasis kebijakan di sejumlah besar negara yang dimaksudkan
untuk mengubah peraturan-peraturan perbankan untuk memberi kesempatan bagi persaingan yang lebih besar
23

Deteksi dan penuntutan aktivitas-aktivitas yang melanggar hukum telah menjadi satu bagian penting dalam upaya-upaya anti korupsi yang berhasil. Walaupun demikian,
pendekatan-pendekatan yang paling efektif adalah menggabungkan upaya-upaya untuk menyeret pelaku ke pengadilan dengan penekanan yang lebih kuat pada
pencegahan. Pengalaman ADB sendiri dan keunggulan komparatif sangat condong pada sisi pencegahan.

Kebijakan Anti Korupsi Adb (2 Juli 1998)

39

dan untuk mengurangi pemberian pinjaman yang diarahkan (directed lending) sambil memperkuat kemampuan
instansi-instansi regulatori. Hal ini juga berlaku di bidang pasar modal, dimana ADB berupaya untuk meningkatkan
praktik-praktik keterbukaan dan meningkatkan pengawasan pasar. Melalui operasi-operasi sektor swastanya,
ADB menanamkan modal dalam proyek-proyek katalitis seperti agen-agen pemeringkat, yang memberikan
transparansi di pasar modal dengan menerbitkan penilaian-penilaian independen terhadap mutu penanaman
modal dari instrumen-instrumen utang sehingga membantu para penanam modal untuk membuat keputusankeputusan penanaman modal berdasarkan informasi yang tersedia. ADB juga menjadi semakin terlibat dalam
upaya penguatan tata kelola perusahaan di perusahaan-perusahaan swasta dan dana-dana investasi dimana
ADB memiliki suatu kepentingan ekuitas. Menyusul krisis keuangan yang melanda banyak negara di kawasan
Asia Pasifik, upaya-upaya ini tengah dikembangkan dengan cepat. ADB juga sedang mempertimbangkan untuk
memberikan dukungan bagi inisiatif-inisiatif baru di bidang-bidang seperti pencucian uang.
38. Perhatian khusus harus diberikan dalam menangani masalah-masalah privatisasi. Seringkali ada alasanalasan keuangan dan ekonomi yang kuat bagi negara untuk melepaskan kepentingannya dari kegiatan-kegiatan
dimana negara memiliki keuntungan komparatif yang kecil. Penelitian pendahuluan juga menunjukkan bahwa,
apabila dilakukan dengan benar, privatisasi dapat juga membantu menurunkan tingkat korupsi.24 Meskipun demikian,
di beberapa negara proses privatisasi sering dipenuhi dengan dugaan penyuapan, pencurian, dan kecurangan.
Untuk menghindari masalah ini, sangatlah penting untuk menerapkan prosedur-prosedur yang transparan,
seimbang dan secara penuh dapat diperdebatkan dalam penjualan aset-aset milik negara. Apabila penjualan
tersebut melibatkan monopoli alami, penting pula untuk mendirikan badan-badan regulatori yang independen untuk
memberikan pengawasan yang cukup sebelum privatisasi. Isu-isu tentang praktik unggulan yang melibatkan tata
kelola perusahaan juga akan merupakan suatu komponen penting dalam pinjaman dan hibah bantuan teknis ADB
yang menangani permasalahan privatisasi, korporatisasi, dan manajemen perusahaan publik.
39. Banyak reformasi administrasi publik dasar di akhir abad ke-sembilan belas dan awal abad ke-dua puluh
terjadi sebagai tanggapan terhadap penyalahgunaan jabatan. Dengan memfokuskan pada reformasi sektor publik
yang komprehensif sebagai prioritas pertama, ADB dapat membantu negara-negara berkembang anggotanya
untuk mencapai perubahan-perubahan yang akan membuat perilaku korup lebih sulit untuk dilakukan dan lebih
mudah dideteksi begitu perilaku tersebut muncul muncul. Sebuah rincian tentang inisiatif-inisiatif reformasi yang
lebih luas dengan komponen-komponen anti korupsi yang penting disajikan di Lampiran 1.
40. Pertama kita bahas terlebih dahulu tentang cabang eksekutif. Ada beberapa bidang-bidang prioritas dimana
upaya-upaya untuk meningkatkan mutu dari administrasi publik suatu negara akan memberikan keuntungan yang
berarti dalam perjuangan melawan korupsi. Upaya-upaya untuk memperkuat sistem-sistem informasi, khususnya
yang berkaitan dengan manajemen keuangan, akan meningkatkan trasparansi dan akuntabilitas, serta memperkuat
kapasitas pemerintah untuk memantau belanja mereka. Tindakan-tindakan untuk memperkuat fungsi-fungsi audit
internal dan untuk memastikan pengawasan yang memadai terhadap pencairan dana dapat memainkan peran
ganda dalam membantu memantau dan meningkatkan kinerja sambil mendeteksi dengan lebih mudah pencurian
dan penggelapan. Reformasi pengadaan, yang tengah diupayakan oleh ADB di beberapa negara-negara
berkembang anggota ADB, dapat menekan biaya-biaya dan sekaligus membuat kecurangan dan penyalahgunaan
lebih sulit untuk dilakukan.
41. Bidang lain dimana dapat dicapai kemajuan yang berarti adalah reformasi kepegawaian. Sebagaimana
tertulis dalam makalah Dewan Direktur ADB, Governance: Sound Development Management [Tata Pemerintahan:
Manajemen Pembangunan Yang Dapat Diandalkan], akibat gabungan dari gaji yang kecil, semangat kerja dan
produktifitas yang rendah, masa depan perkembangan karir yang tidak pasti, serta kaitan antara jasa dan kenaikan
pangkat yang buruk dapat mendorong korupsi yang meluas di kalangan para pegawai pemerintah.
24

Daniel Kaufmann and Paul Siegelbaum. 1996. Privatisasi dan Korupsi dalam Ekonomi Transisi (Privatization and Corruption in Transition Economies.), Journal of
International Affairs 50 (2): 419458.

40

Anti Korupsi danIntegritas

42. ADB dapat mendukung sejumlah inisiatif untuk mengatasi masalah-masalah ini. Tindakan-tindakan untuk
memperkuat manajemen dan pengawasan terhadap posisi-posisi pegawai pemerintah akan membantu untuk
menjamin agar tidak ada pegawai siluman dalam daftar gaji. Upaya-upaya untuk mengembangkan skala
pengupahan dan meningkatkan kondisi kepegawaian di seluruh jajaran pelayanan masyarakat akan mengurangi
terjadinya perilaku curang. Inisiatif-inisiatif untuk mengurangi jumlah pengecualian dan tunjangan khusus akan
membuat pemberian upah menjadi lebih transparan. Tindakan-tindakan untuk memperbaiki prosedur penerimaan
pegawai dan kenaikan pangkat akan membantu menghidarkan penyalahgunaan dukungan, nepotisme, dan
favoritisme, serta membantu untuk mengembangkan terciptanya suatu pelayanan masyarakat yang independen
dan meritokratik. Upaya-upaya untuk menyusun dan menegakkan suatu kode etik akan mempertegas apa yang
diharapkan dari para pegawai pemerintah dan memastikan kepatuhan pada norma-norma perilaku yang baik.
43. Akhirnya, meningkatkan efisiensi dan efektivitas di sektor publik dapat dilakukan secara bersamaan sembari
mengurangi peluang korupsi dengan mempersempit cakupan intervensi. Di dalam kementerian-kementerian,
badan-badan dan departemen-departemen, salah satu pendekatan terbaik adalah merekayasa kembali prosesproses bisnis. Sejalan dengan penyederhanaan dan pelurusan prosedur, kebutuhan akan pembayaran uang
pelicin untuk memperlancar pelayanan menghilang. Pada tingkatan yang lebih luas, deregulasi, komersialisasi
dan privatiasi, dalam keadaan tepat, dapat mencapai tujuan-tujuan yang serupa. Seiring dengan berkurangnya
ruang lingkup kegiatan negara, biasanya kesempatan untuk meminta suap juga akan menurun.
44. Beberapa inisiatif tata pemerintahan yang baik yang berkaitan dengan cabang-cabang legislatif dan
peradilan dapat juga membantu perjuangan melawan korupsi. Salah satu cara yang penting untuk meningkatkan
akuntabilitas adalah dengan memperkuat fungsi pengawasan parlemen dan meningkatkan kemampuan lembagalembaga parlementer, seperti badan audit tertinggi, agar berfungsi secara efektif. Langkah-langkah untuk reformasi
hukum dan peradilan, seperti upaya-upaya untuk mengurangi timbunan pekerjaan peradilan melalui teknik-teknik
penyelesaian sengketa alternatif, atau untuk meningkatkan manajemen pengadilan untuk memastikan agar perkaraperkara dapat disidangkan tepat pada waktunya, atau untuk meningkatkan independensi dan profesionalisme
lembaga peradilan, semuanya itu akan membawa hasil-hasil yang positif dalam perjuangan melawan korupsi. Hal
yang sama juga berlaku dalam upaya-upaya untuk mengurangi kesenjangan ketrampilan yang menentukan di
bidang-bidang seperti akuntansi dan audit.
45. Inisiatif-inisiatif ini tidaklah kontroversial dan dikenal secara luas sebagai bagian-bagian utama manajemen
sektor publik yang kuat. ADB sudah mengupayakan sejumlah inisiatif seperti itu dalam portofolio pinjaman dan hibah
Bantuan Teknis yang ada (Boks 3). Inisiatif-inisiatif tersebut juga akan menjadi inti dari upaya anti korupsi ADB sebagai
bagian dari programnya yang lebih luas untuk memperkuat tata pemerintahan dan pengembangan kapasitas.

Boks 3. Contoh-contoh pinjaman dan hibah ADB untuk tata pemerintahan yang
baik dengan komponen anti korupsi
RETA 5688: Program Pelatihan Audit Jangka Panjang Regional untuk Anggota Organisasi Lembaga Audit
Agung Asia: Inisiatif sebesar $1,0 juta ini telah disetujui oleh Dewan Direktur pada Juni 1996. Inisiatif tersebut
merencanakan suatu program 5 tahun untuk memperkuat program-program pelatihan regional untuk lembagalembaga audit tertinggi dan untuk peningkatan ketrampilan pelatihan dan audit teknis masing-masing lembagalembaga audit.
TA 2186: Penguatan Kerangka Kerja Hukum untuk Administrasi Kepabeanan di Republik Rakyat Cina:
Bantuan Teknis 2186: Memperkuat Kerangka Kerja Hukum untuk Administrasi Kepabeanan di Republik Rakyat
Cina: Program Bantuan Teknis sebesar $646.000 ini telah disetujui oleh Dewan Direktur pada Oktober 1994.
Tujuannya adalah untuk membantu Administrasi Umum Kepabeanan (Customs General Administration/CGA)
dalam (i)mengajukan perundangan dan peraturan baru yang efektif yang berkaitan dengan pengendalian

Kebijakan Anti Korupsi Adb (2 Juli 1998)

41

perbatasan terhadap hak kepemilikan internasional, bea-bea kompensasi anti-dumping, langkah-langkah


antikecurangan komersial, dan audit eksternal; (ii)membuat sistim informasi hukum bagi perundang-undangan
dan peraturan kepabeanan; dan (iii)pelatihan untuk staf CGA dalam melaksanakan tindakan-tindakan tersebut.
TA 2616: Reformasi Administrasi Publik di Sri Lanka: Bantuan Teknis 2616: Reformasi Administrasi Sektor
Publik di Sri Lanka: Pada Juli 1996, Presiden telah menyetujui sebuah hibah senilai $275.000 kepada Pemerintah
Sri Lanka untuk membantu membalikkan penurunan yang berkepanjangan dalam kualitas dan kemampuan
sektor publik. Dua diantara tujuan-tujuan inisiatif ini adalah untuk merasionalisasikan kader-kader di sektor publik
dan untuk meningkatkan akuntabilitas pegawai pemerintah dengan memperkenalkan sistem manajemen dan
prosedur-prosedur yang berdasarkan hasil.
Loan 1513: Bantuan untuk Program Reformasi Sektor Publik di Republik Kepulauan Marshall: Pada
Januari 1997, Dewan Direktur menyetujui pinjaman senilai $12 juta untuk mendukung pelaksanaan program
reformasi di sektor publik dengan maksud menstabilkan keadaan keuangan pemerintah, memperbaiki keefisienan
sektor publiknya, dan memperbaiki kemampuannya untuk menyediakan suasana kondusif bagi pertumbuhan
sektor swasta. Ketentuan-ketentuan dalam tahapan (tranche) ketiga pinjaman memberikan penekanan penting
untuk menjadikan prosedur-prosedur pemberian ijin usaha dan penanaman modal asing menjadi lebih transparan
dan dapat diprediksi. Ketentuan-ketentuan tersebut juga mengatur didirikannya Kantor Ombudsman untuk
menjamin arbitrase yang adil dan independen dalam persengketaan antara pemerintah dan masyarakat luas.

Tujuan no. 2: Mendukung upaya-upaya anti korupsi yang menjanjikan atas dasar
kasus per kasus dan meningkatkan dialog tentang masalah-masalah
tata pemerintahan
46. ADB dapat juga diminta untuk membantu negara-negara berkembang anggotanya dalam mengupayakan
program-program anti korupsi yang nyata. Bantuan seperti itu dapat mencakup upaya-upaya untuk menyusun satu
strategi anti korupsi nasional; meningkatkan kemampuan pengadilan untuk menyidangkan perkara-perkara korupsi;
memberikan tanggapan terhadap permintaan-permintaan dari para lembaga legislatif dan pejabat pemerintahan
untuk memberikan bantuan hukum atau teknis dalam merancang undang-undang atau aturan perilaku profesional
anti korupsi; memperkuat mekanisme hukum untuk meninjau kembali tindakan administratif, seperti misalnya
pembentukan suatu ombudsman atau aturan untuk tinjauan judisial; atau meningkatkan kemampuan dari lembagalembaga anti korupsi untuk mendeteksi atau mendakwa perilaku yang melanggar hukum.
47. ADB akan mempertimbangkan secara cermat setiap permintaan bantuan dari negara-negara berkembang
anggotanya dalam mengembangkan upaya anti korupsi. Mengingat kegiatan-kegiatan tersebut dapat bersifat
sensitif secara politis dan membutuhkan pengetahuan yang mendetil tentang keadaan-keadaan khusus setiap
perkara, ADB akan memberikan keleluasaan dan wewenang kepada staf untuk melakukan penilaian dalam
mengupayakan inisiatif-inisiatif tersebut atas dasar kasus per kasus. Bantuan ADB harus dipandu oleh tiga prinsip,
yaitu: (i)bantuan harus diminta oleh pemerintah negara-negara berkembang anggotanya; (ii)permintaan tersebut
haruslah sesuai dengan strategi operasional negara ADB yang lebih luas serta upaya-upaya yang tengah dilakukan
di bidang tata pemerintahan dan pengembangan kapasitas; serta (iii)permintaan tersebut harus tercakup dalam
bidang dimana ADB memiliki atau dapat memberikan keahlian yang relevan.
48. Dengan cara yang serupa, ADB akan mempertimbangkan untuk mendukung upaya-upaya anti korupsi;
lokakarya, seminar, konperensi, dan kegiatan pelatihan; penelitian dan publikasi yang berkaitan dengan isu-isu anti
korupsi; dan kemungkinan kerjasama dengan lembaga-lembaga swadaya masyarakat lokal maupun internasional
yang mempunyai misi atau program kerja untuk memajukan inisiatif-inisiatif serupa.

42

Anti Korupsi danIntegritas

49. Staf harus berhati-hati dalam menangani serangkaian inisiatif yang biasanya tetap akan berada di luar
jangkauan keterlibatan ADB. Ini termasuk upaya-upaya untuk mempengaruhi perdebatan domestic di negaranegara berkembang anggota ADB tentang strategi anti korupsi tertentu atau serangkaian inisiatif anti korupsi;
program-program anti korupsi yang sangat dipolitisasi dan menyasar individual atau sebuah partai politik tertentu;
dan inisiatif-inisiatif yang pada dasarnya hanya bersifat kosmetik dan dirancang untuk memberikan kesan semu
adanya kemajuan tanpa substansi. ADB tidak boleh memberikan bantuan untuk langkah-langkah anti korupsi
kecuali setelah ada kesepahaman dengan negara-negara berkembang anggotanya tentang sifat dan cakupan
inisiatif-inisiatif tersebut dan arti pentingnya dalam strategi pembangunan negara tersebut secara keseluruhan.
50. ADB memiliki sejumlah mekanisme untuk melakukan dialog dengan negara-negara berkembang anggotanya
dalam permasalahan tata pemerintahan (termasuk korupsi), dari diskusi tentang strategi operasional negara dan
program bantuan negara, sampai misi-misi pembahasan portofolio negara, penilaian proyek-proyek, pelaksanaan
dan misi-misi peninjauan kembali. Staf ADB yang bertanggung-jawab atas strategi negara dan penyusunan
program, termasuk rancangan dokumen-dokumen strategi dan program negara, serta staf yang bertanggung jawab
atas proyek-proyek pinjaman atau Bantuan Teknis, harus membahas korupsi dalam konteks tata pemerintahan
dan permasalahan pengembangan kapasitas yang lebih luas. Mereka harus memiliki pengetahuan tentang
isu-isu korupsi dan dampaknya dalam cakupan operasional geografis dan/atau sektoral mereka. Mereka akan
menggunakan mekanisme-mekanisme tersebut untuk membahas dan merekomendasikan cara-cara yang dapat
membantu ADB memajukan prinsip-prinsip manajemen pembangunan yang baik, termasuk langkah-langkah yang
dapat membantu memerangi korupsi, di negara mana pun dimana korupsi membawa dampak terhadap proyekproyek ADB dan prospek-prospek pertumbuhan ekonomi negara tersebut secara umum.
51. Misi untuk tinjauan portofolio dan proyek ADB memberikan kesempatan yang berguna untuk membahas
kebijakan dan praktek-praktek yang menghambat pelaksanaan proyek ADB secara efisien. Dalam kebanyakan
kasus, staf yang mencurigai telah terjadi atau sedang terjadi korupsi di proyek tertentu harus mengikuti prosedur
pada paragraph 64 dan melaporkan masalah tersebut kepada Kantor Penasehat Umum ADB (the Office of the
Auditor General/OGA). Kantor tersebut akan menentukan langkah-langkah optimal yang harus diambil. Dalam
beberapa kasus yang jarang terjadi dimana tindakan lanjutan yang cepat perlu segera diambil, staf bisa menangani
masalah tersebut secara langsung dengan perusahaan dan lembaga pelaksana yang bersangkutan serta lembagalembaga penyelidik yang tepat setelah mendapatkan ijin dari direktur mereka dan OGA. Tetapi setiap diskusi
dengan perusahaan atau lembaga tertentu yang terlibat dalam kasus ini, harus dibatasi hanya pada kegiatan atau
serangkaian kegiatan tertentu yang terkait dengan ADB.
52. Sesuai dengan Panduan Media (Media Guidelines) ADB, Presiden, para wakil presiden, serta para kepala
kantor atau departemen dapat berbicara kepada pers tentang permasalahan korupsi sebagaimana mereka anggap
perlu dalam pelaksanaan operasi-operasi ADB. Staf ADB lainnya dapat secara bebas membahas isu-isu korupsi
pada umumnya, dengan ketentuan bahwa mereka harus mengikuti posedur yang ditetapkan dalam Panduan
Media. Walaupun demikian, mereka tidak diperkenankan untuk berbicara kepada pers baik tentang contoh-contoh
korupsi yang spesifik diantara pemasok Bank atau di negara-negara berkembang anggota ADB. Mereka juga
tidak bisa bicara tentang tingkat korupsi pada umumnya dalam suatu perusahaan atau negara sebelum mendapat
persetujuan dari wakil presiden terkait atau, tanpa kehadiran pejabat penerangan ADB.

Tujuan no. 3: Memastikan agar proyek-proyek dan staf ADB mematuhi standarstandar etika tertinggi
53. Agar usaha ADB untuk mengurangi perilaku yang melanggar hukum antara negara-negara berkembang
anggota ADB dan para pemasok dan kontraktor bisa dipercaya maka sangat penting agar staf ADB tidak bisa

Kebijakan Anti Korupsi Adb (2 Juli 1998)

43

tersentuh dan peraturan serta prosedur-prosedur internal ADB mendukung standar-standar etika tertinggi. Untuk
mencapai tujuan tersebut, tonggak ketiga dari kebijakan anti korupsi ADB memerlukan tindakan-tindakan internal
yang lebih tegas untuk memperkuat integritas operasi-operasi ADB. Upaya-upaya tersebut akan dilaksanakan
dalam lima dimensi: (i)menjaga integritas operasi-operasi ADB dalam pemberian pinjaman dan Bantuan Teknis;
(ii) memperkuat kebijakan pengadaan ADB; (iii) memperbaharui Kode Perilaku (Code of Conduct) ADB dan
menciptakan mekanisme-mekanisme pelaporan internal yang independen untuk menangani dugaan-dugaan
korupsi di antara staf ADB atau dalam operasi-operasi ADB; (iv) meningkatkan mutu dari pengawasan dan
pengelolaan pinjaman dan hibah Bantuan Teknis ADB; dan (v)memastikan bahwa semua staf ADB paham tentang
kebijakan anti korupsi dan bertindak sejalan dengan isi teks maupun makna sesungguhnya dari kebijakan ini.
1.

Mempertahankan Integritas Operasi Pinjaman dan Bantuan Teknis ADB.

54. Apabila terdapat bukti yang dapat dipercaya tentang korupsi dalam pinjaman atau hibah Bantuan Teknis
yang dibiayai ADB, maka ADB akan membahasnya dengan negara yang bersangkutan dalam misi-misi peninjauan
proyek atau misi-misi tinjauan portofolio negara. Pelanggaran terhadap peraturan-peraturan atau perjanjian
pinjaman tertentu dapat berakibat pada keputusan Manajemen untuk memasukkan perusahaan yang terlibat ke
dalam daftar hitam, menangguhkan pencairan dana, atau membatalkan pemberian pinjaman.
55. Sesuai dengan perkembangan praktik Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, Manajemen dan
staf akan mempertimbangkan masalah korupsi secara lebih eksplisit dalam penyusunan strategi dan program
negara. Dapat terjadi kasus dimana korupsi telah mencapai tingkatan yang sedemikian rupa sehingga merupakan
hambatan yang berarti terhadap integritas operasi-operasi ADB atau pencapaian tujuan-tujuan utama pembangunan
bagi negara yang bersangkutan. Dalam keadaaan seperti itu, Manajemen dapat memilih untuk mengurangi atau
menangguhkan operasi-operasi peminjaman dan Bantuan Teknis ADB untuk negara tersebut setelah berkonsultasi
dengan negara tersebut dan Dewan Direktu ADB.
56. Sebaliknya, dapat pula terjadi keadaan dimana suatu negara tertentu telah mencapai kemajuan yang
berarti dalam memperbaiki efisiensi, efektifitas, dan integritas di sektor publik dan swastanya. Dalam keadaankeadaan yang demikian, Manajemen dapat memilih untuk mempercepat program pemberian pinjaman atau untuk
memberikan sumber daya Bantuan Teknis tambahan untuk memastikan adanya keberlanjutan dari pembaharuan
yang dilaksanakan.
57. Mengingat sifat korupsi yang kompleks dan sangat berbeda-beda, sangatlah penting agar Manajemen dan staf
ADB diberikan keleluasaan tertentu dalam menangani setiap kasus dalam batasan-batasan yang telah ditetapkan
dalam kebijakan ini. Meski mengakui perlunya keadilan dan konsistensi dalam kegiatan operasi-operasinya, dan
dengan tegas menyatakan pentingnya kebijakan tanpa toleransi apabila terdapat bukti yang dapat dipercaya
tentang adanya korupsi di antara staf atau proyek-proyek yang didanainya, ADB menekankan bahwa jenis-jenis
korupsi yang berbeda memerlukan tanggapan-tanggapan yang berbeda pula. Diperlukan penilaian yang hatihati berdasarkan informasi yang akurat dan kondisi-kondisi khusus dari tiap-tiap situasi. Upaya anti korupsi ADB
akan menitikberatkan pada penerapan tindakan-tindakan pencegahan yang praktis dan efektif dari segi biaya dan
dengan cara yang sesuai dengan Prinsip ekonomi dan keefisienan dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga ADB.
2.

Reformasi pengadaan

58. Suatu Satuan Tugas Anti Korupsi yang diketuai oleh Kantor Pelayanan Operasi Pusat (Central Operations
Services Office/COSO) baru-baru ini bertemu untuk memeriksa kebijakan pengadaan ADB. Satuan Tugas tersebut
membahas berbagai langkah-langkah anti korupsi yang telah diadopsi oleh Worl Bank pada Juli 1996, dimana Bank
Duniamewajibkan para penerima pinjaman, pihak yang mengajukan penawaran, pemasok, dan kontraktor untuk

44

Anti Korupsi danIntegritas

mentaati standar etika tertinggi dalam pengadaan dan pelaksanaan kontrak.25 Dalam melaksanakan pendekatan
ini, Bank Duniaakan:
(i)

menolak usulan untuk memberikan kontrak apabila Bank Duniaberketetapan bahwa pihak yang
direkomendasikan untuk menerima kontrak telah terlibat dalam praktik-praktik korupsi atau
kecurangan dalam persaingan untuk memperoleh kontrak tersebut;

(ii)

membatalkan bagian dari pinjaman yang dialokasikan bagi sebuah kontrak untuk barang atau jasa
apabila sewaktu-waktu Bank Duniaberketetapan bahwa praktik-praktik korupsi atau kecurangan
dilakukan oleh wakil-wakil penerima pinjaman atau penerima manfaat pinjaman selama pengadaan
atau pelaksanaan dari kontrak tersebut tanpa adanya upaya dari pihak penerima pinjaman untuk
mengambil tindakan yang tepat waktu dan semestinya yang dianggap memuaskan oleh Bank
Duniauntuk memperbaiki keadaan;

(iii) menyatakan sebuah perusahaan tidak memenuhi syarat, baik untuk waktu yang tidak ditentukan
atau untuk suatu jangka waktu tertentu, untuk memperoleh kontrak yang didanai World Bank,
apabila Bank Duniasewaktu-waktu menemukan bahwa perusahaan tersebut telah terlibat dalam
praktik-praktik korupsi atau kecurangan dalam persaingan untuk memenangkan, atau dalam
pelaksanaan kontrak-kontrak yang dibiayai World Bank; dan
(iv) berhak untuk mewajibkan agar dalam setiap kontrak yang didanai oleh pinjaman dari Bank
Duniadimasukkan suatu ketentuan yang mewajibkan para pemasok dan kontraktor agar
mengijinkan Bank Duniauntuk memeriksa rekening dan pembukuan mereka yang berkaitan
dengan pelaksanaan kontrak dan untuk meminta dilakukannya audit terhadap mereka oleh auditor
yang ditunjuk oleh World Bank.
59. Ketentuan-ketentuan serupa telah diperkenalkan dalam pedoman Bank Duniauntuk Pemilihan dan
Penggunaan Konsultan (Guidelines for Selection and Employment of Consultants). Pada 2 September 1997,
Dewan Direktur Bank Duniamenyetujui perubahan tentang pedoman pengadaan untuk memuat suatu jaminan
tidak ada suap dalam formulir tender, yang dapat dimasukkan ke dalam proyek-proyek yang didanai Bank Dunia
atas permintaan penerima pinjaman dan akan mewajibkan perusahaan-perusahaan untuk mematuhi undangundang setempat terkait hal pemberian suap kepada para pejabat pemerintah.
60. Satuan Tugas tersebut telah mempertimbangan langkah ini dan langkah lainnya, yang telah dibicarakan
dengan Manajemen. Sesuai dengan rekomendasi dari Kelompok Tujuh negara-negara industri, dan setelah
mempertimbangkan manfaat dari penyelarasan praktik diantara para Bank Pembangunan Multilateral (MDB) dalam
hal pengadaan dan penggunaan para konsultan, ADB akan memperkenalkan ketentuan-ketentuan anti korupsi
yang secara praktis sama dengan yang ditetapkan oleh Bank Duniatentang penolakan proposal, pembatalan
pinjaman, pernyataan tidak memenuhi syarat, dan hak pemeriksaan, sebagaimana disebutkan di halaman
sebelumnya. ADB juga akan memperkenalkan pernyataan jaminan tidak ada suap sebagai opsi dalam formulir
penawaran yang serupa dengan yang dimiliki World Bank. Setelah kertas kerja kebijakan anti korupsi disetujui
oleh Dewan Direktur ADB maka perubahan-perubahan dalam konteks ini akan dimasukkan dalam Panduan untuk
Pengadaan (Guidelines for Procurement) ADB dan Panduan Penggunaan Konsultan oleh ADB dan Para Penerima
Pinjamannya (Guidelines on the Use of Consultants by the Asian Development Bank and its Borrowers) dan
akan diajukan kepada Dewan Direktur ADB untuk disetujui. Teks perubahan-perubahan tersebut terdapat dalam
Lampiran2. Panduan tersebut akan dilengkapi lebih lanjut dengan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pinjaman
(Loan Regulations) ADB yang memungkinkan ADB untuk membatalkan pinjaman-pinjaman apabila terdapat bukti

25

R96-112/1 [Usulan Amandemen dalam Dokumen-Dokumen Pinjaman Bank untuk Tujuan Membuatnya Lebih Efektif dalam Perang Melawan Kecurangan dan Korupsi],
International Bank for Reconstruction and Development, 23 July 1996.

Kebijakan Anti Korupsi Adb (2 Juli 1998)

45

adanya korupsi atau kecurangan sehubungan dengan pemberian kontrak yang didanai oleh ADB.26 Teks dari
perubahan-perubahan tersebut dimuat dalam Lampiran 3.
61. Selain memperkenalkan langkah-langkah baru tersebut, panduan-panduan ADB yang berlaku saat ini
akan diterapkan dengan lebih ketat dan sistematis untuk menjamin keadilan dan transparansi yang lebih besar
dalam proses pengadaan. Perhatian khusus akan diberikan untuk menghilangkan penundaan dan permintaan
untuk perpanjangan dalam tahap pra-kualifikasi, penilaian penawaran, pemberian kontrak, uang muka, permulaan
proyek, dan tahap pembayaran sesuai dengan kemajuan pelaksanaan proyek. Upaya-upaya akan ditingkatkan
pula untuk mencermati jumlah dan cakupan dari perubahan permintaan, termasuk pengenalan audit acak dengan
tujuan untuk menjamin kewajaran dari permintaan-permintaan tersebut. Apabila kontrak sebagian atau sepenuhnya
akan dibiayai oleh ADB maka dokumen-dokumen kontrak akan menyertakan persyaratan bagi kontraktor bahwa
tidak ada biaya-biaya jasa, uang terima kasih, potongan, pemberian, komisi atau pembayaran-pembayaran lainnya,
selain yang tertera dalam penawaran, yang akan diberikan atau diterima sehubungan dengan proses pengadaan
atau dalam pelaksanaan kontrak.
62. Sehubungan dengan operasi-operasi ADB di sektor swasta, masalah pengadaan adalah yang paling relevan
dalam kaitannya dengan proyek-proyek infrastruktur. Konsisten dengan Tinjauan Operasi-Operasi Sektor Swasta
(Review of Private Sector Operations), para sponsor proyek-proyek infrastruktur harus telah dipilih oleh pemerintah
tuan rumah dengan cara yang transparan, lebih baik lagi melalui lelang penawaran yang kompetitif. Apabila proyek
yang bersangkutan adalah proyek yang telah dinegosiasikan, maka kontrak untuk pekerjaan teknik rekayasa,
pengadaan dan pembangunan untuk proyek tersebut haruslah ditawarkan secara bersaing melalui tender.
3.

Pembaharuan kode perilaku dan pembuatan mekanisme-mekanisme pelaporan internal


yang independen

63. Kantor Penasehat Umum (OGC) ADB, dengan berkonsultasi dengan Departemen Sistem Anggaran,
Personalia dan Manajemen (BPMSD), telah membuat rancangan perubahan-perubahan terhadap Bagian 4 dari
Perintah Administratif (Administrative Order/AO) No. 2.02 untuk memperluas cakupannya agar meliputi hal-hal
yang berkaitan dengan afiliasi bisnis dan kegiatan pribadi, kepentingan keuangan, aktivitas-aktivitas investasi dan
perdagangan, dan pengungkapan tentang kepentingan keuangan dan bisnis. Tujuan dari perubahan-perubahan
tersebut adalah untuk mencegah terjadinya benturan, atau nampak terjadinya benturan antara kepentingan pribadi
staf dengan tugas-tugas dan tanggung-jawab mereka sebagai staf. Pada 28 Mei 1998, Manajemen menyetujui
perubahan-perubahan tersebut, dan Bagian 4 kini telah menjadi Kode Perilaku menyeluruh yang berlaku untuk
semua staf ADB.
64. Langkah-langkah tambahan juga diperlukan untuk memastikan agar kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur internal ADB untuk menangani permasalahan perilaku korup atau yang melanggar hukum sesuai dengan
yang dimiliki Bank-Bank Pembangunan Multilateral (MDB) lainnya dan mengembangkan praktik unggulan. Saat
ini tidak saluran-saluran independen yang dipublikasikan dimana insiden korupsi bisa dilaporkan untuk diselidiki.
Berdasarkan kebijakan ini, Kantor Auditor Jendral (OGA) akan berfungsi sebagai titik kontak awal untuk dugaandugaan kecurangan dan korupsi dalam proyek-proyek atau di kalangan staf ADB. Dengan berkonsultasi dengan
Kantor Strategi dan Kebijakan (SPD), OGC, BPMSD, Kantor Pelayanan Operasi Pusat (COSO) dan departemendepartemen terkait, maka OGA akan mempertimbangkan langkah-langkah yang tepat yang akan dilakukan
menurut kebijakan ini untuk memastikan bahwa semua staf dan proyek-proyek ADB menuruti standar-standar
perilaku etika tertinggi.

26

OGC 1986. (Peraturan-peraturan Pinjaman Operasi Biasa) Ordinary Operations Loan Regulations. ADB, Manila. OGC. 1982. (Peraturan-peraturan Pinjaman operasi
Khusus) Special Operations Loan Regulations. ADB, Manila.

46

Anti Korupsi danIntegritas

65. Apabila staf ADB atau pihak-pihak luar tidak puas dengan temuan-temuan awal OGA tentang satu kasus
tertentu, mereka dapat membawanya kepada Manajemen yang akan menentukan apakah kasus tersebut dapat
diserahkan kembali kepada OGA untuk ditinjau lebih lanjut, diserahkan kepada seorang penyidik atau perusahaan
audit independen untuk diselidiki, atau diabaikan apabila tidak perlu ditindaklanjuti. Sejumlah kasus potensial lain
juga dapat memenuhi kualifikasi untuk dipertimbangkan oleh Komite Inspeksi (Inspection Committee), dengan
ketentuan bahwa kasus-kasus tersebut memenuhi kriteria pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Badan Fungsi
Inspeksi (Establishment of an Inspection Function ) dan Prosedur-Prosedur Inspeksi ((Inspection Procedures) yang
disetujui oleh Dewan Pemeriksa tanggal 9 Oktober 1996.27
4.

Peningkatan Mutu Pengawasan

66. ADB akan mengambil sejumlah langkah untuk meningkatkan mutu pemantauan dan audit proyek. Langkahlangkah ini akan dapat memperbaiki secara keseluruhan mutu serta efektifitas proyek-proyek yang didanai ADB
sehingga akan menjamin integritas operasi-operasi ADB dan membuat perilaku korup atau melanggar hukum lebih
sulit untuk dilakukan dan lebih mudah untuk diketahui jika terjadi.
67. Kapasitas OGA akan diperkuat untuk memungkinkannya menangani permasalahan anti korupsi secara
lebih efektif. Pelatihan yang dikhususkan dalam bidang akutansi forensik dan teknik-teknik penyidikan lainnya
akan diberikan dan dikembangkan untuk para analis keuangan dan petugas pelaksana proyek yang terpilih. Staf
tambahan yang memiliki ketrampilan di bidang-bidang khusus ini akan direkrut. Upaya-upaya OGA yang sedang
berjalan untuk menyederhanakan prosedur-prosedur kerja internal agar bisa menyediakan lebih banyak sumber
daya untuk melakukan audit di bidang-bidang yang berisiko tinggi dan berdampak luas akan dilanjutkan. OGA
akan meluangkan lebih banyak waktu untuk melakukan audit terhadap aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan
pengadaan proyek, yang akan membantu mencegah dan mendeteksi korupsi atau bentuk-bentuk kecurangan
lainnya. Dengan bekerjasama dengan lembaga-lembaga tinggi audit di negara-negara berkembang anggota ADB
maka OGA juga akan memulai serangkaian audit secara acak terhadap proyek-proyek ADB untuk memantau
kepatuhan dalam penggunaan dan pelaporan keuangan serta kemajuan fisik dari proyek-proyek tersebut. OGA akan
meningkatkan pertukaran informasi dengan lembaga-lembaga tinggi audit di negara-negara berkembang anggota
ADB, dan dengan bekerja sama dengan departemen-departemen lainnya di dalam ADB akan memainkan
peran aktif dalam mengkaji perlunya peningkatan kemampuan audit lembaga-lembaga tersebut. OGA juga akan
mempertimbangkan cara-cara agar laporan-laporan audit proyek lebih terjangkau dan lebih mudah dipahami oleh
staf operasi. Keefektifan langkah-langkah tersebut akan dievaluasi setelah tahun pertama dan langkah-langkah
selanjutnya akan dipertimbangkan sesuai kebutuhan.
68. Dalam konteks rekomendasi dari Satuan Tugas tersebut untuk Perbaikan Kualitas Proyek, telah banyak
tersedia sumber daya untuk memperbaiki frekuensi, jangka waktu dan mutu dari misi-misi administrasi proyek.28
Beragam upaya akan dilakukan untuk memperluas keahlian teknis misi-misi ini dan untuk memastikan agar staf
yang memiliki kualifikasi yang terkait ikut serta, terutama staf dalam bidang keuangan, manajerial, dan kebijakan.
Meskipun tidak akan mungkin meningkatkan kualitas pengawasan untuk semua proyek, sumber daya-sumber
daya tambahan akan diarahkan untuk perbaikan pengawasan proyek-proyek yang secara khusus berisiko dan
untuk memulai pelaksanaan program audit secara acak untuk memantau pelaksanaan proyek.29
69. Bagian-bagian yang terkait dengan hal ini dalam Instruksi Administrasi Proyek (Project Administration
Instructions) dan Buku Pegangan tentang Pencairan Pinjaman (Loan Disbursement Handbook) akan direvisi yang
27

28
29

Doc. R225-95, Establishment of an Inspection Function. 10 November. Karena dalam banyak bidang dimana korupsi paling mungkin terjadi (seperti pengadaan atau
pemilihan konsultan) berada di luar mandat Komite Inspeksi ADB, staf mengantisipasi bahwa sepertinya relatif hanya akan ada segelintir dugaan korupsi yang akan
dibawa ke Komite.
ADB. 1995. Report of the Task Force on Improving Project Quality. Manila, hal. 2226.
Akan dikeluarkan panduan untuk pelaksanaan usulan Kebijakan Anti Korupsi. Sebelumnya, staf akan menelaah cara-cara untuk menyederhanakan operasi-operasi
ADB dan langkah-langkah yang efektif dari segi biaya untuk memperkuat pemantauan dan pengawasan proyek dapat diperkenalkan.

Kebijakan Anti Korupsi Adb (2 Juli 1998)

47

mensyaratkan agar lembaga penanggung jawab dan pelaksana proyek merekrut (para) akuntan yang memenuhi
syarat dan membentuk sistem kendali internal dan sistem akutansi yang ketat sebelum pinjaman dapat dicairkan.
Pertimbangan akan diberikan untuk perancangan dan penggunaan indikator-indikator efisiensi yang tepat untuk
memantau kemajuan keuangan dan fisik proyek padar tiap catur wulan. Selain itu setiap ada perbedaan atau
kesenjangan antara kinerja efisiensi yang menjadi sasaran dengan kinerja yang nyata harus dipertanggungjawabkan.
Kualitas sistem-sistem informasi manajemen ADB akan ditingkatkan untuk memberikan informasi kepada para
manajer secara lebih tepat waktu untuk memantau pemrosesan proyek, administrasi pinjaman dan status dari
penggunaan anggaran untuk misi.
70. Apabila terdapat bukti yang meyakinkan bahwa kegiatan-kegiatan korup atau melanggar hukum telah
menghambat efektifitas proyek-proyek ADB atau mengurangi tingkat pendapatannya, masalah ini harus dicatat
secara eksplisit dalam dokumentasi Bank, termasuk dalam laporan-laporan pengawasan proyek, laporan-laporan
penyelesaian proyek, laporan-laporan evaluasi proyek, laporan-laporan audit kinerja, serta dokumentasi terkait
lainnya sehingga tindakan-tindakan perbaikan dapat dipertimbangkan. Para manajer dan staf harus menghindari
penggunaan bahasa yang tidak jelas atau yang diperhalus yang dapat mengaburkan sifat permasalahan.30
5.

Meningkatkan kesadaran staf

71. Langkah-langkah tersebut tidak akan efektif apabila staf ADB tidak mengenal baik ketentuan-ketentuan
dalam kebijakan Anti Korupsi dan Kode Perilaku ADB atau lalai dalam mematuhi ketentuan-ketentuan tersebut
pada saat melaksanakan tugas-tugas mereka. Meskipun kebijakan ini tidak bermaksud untuk menjadikan staf ADB
sebagai polisi atau menempatkan tujuan pemberantasan korupsi di atas tujuan-tujuan pembangunan lainnya,
semua departemen dan staf memiliki kewajiban yang penting untuk menjamin integritas operasi-operasi ADB dalam
cakupan tanggung jawab masing-masing. Staf ADB diwajibkan untuk mengenal isi kebijakan ini serta panduan staf,
dan harus siap untuk menanggapinya secara tepat sebagaimana diperlukan.
72. Integritas staf ADB merupakan salah satu aset terbesar lembaga ini, dan pelanggaran oleh staf terhadap
Kode Perilaku atau panduan-panduan terkait akan ditindak tegas. Setiap tuduhan korupsi atau perilaku tidak sah
oleh staf ADB harus diserahkan kepada OGA, yang, bersama dengan departemen-departemen terkait dalam
ADB, akan menentukan sejauh mana tuduhan-tuduhan tersebut dapat dipercaya dan perlu diselidiki lebih lanjut.
Klaim-klaim yang dapat dipercaya akan diselidiki dengan segera, secara menyeluruh, dan secara rahasia oleh
OGA dan BPMSD, yang dapat dapat ditangani oleh keahlian tambahan baik dari dalam ataupun dari luar ADB
sebagaimana diperlukan. Sesuai dengan prosedur-prosedur disipliner yang dijelaskan dalam Perintah Administratif
(AO) No. 2.04, staf yang dinyatakan bersalah atas perilaku tersebut akan dikenakan sejumlah sanksi, termasuk
pemindahan, penurunan jabatan, pemberhentian sementara tanpa gaji, penggantian dan/atau denda dari gaji,
pemutusan hubungan kerja dan pemecatan langsung.31 Sanksi-sanksi tersebut berlaku juga dalam situasi di mana
staf secara tidak wajar atau tidak sah memperkaya dirinya dan/atau mereka yang dekat dengan mereka, dan
keadaan-keadaan dimana mereka membujuk orang lain untuk berbuat demikian.
73. Untuk meningkatkan kesadaran staf, SPD, OGC, OGA, dan BPMSD akan bekerja sama untuk menggelar
serangkaian lokakarya pelatihan dan seminar-seminar internal untuk menginformasikan kebijakan ADB kepada staf
dan untuk membahas isu-isu dan jalan keluar yang berkaitan dalam membantu upaya-upaya pemerintah-pemerintah
negara negara-negara berkembang anggota ADB, para pemasok, dan para kontraktor untuk memerangi korupsi.

30

31

Contoh luar biasa tentang bagaimana korupsi dapat ditangani secara terbuka namun diplomatis ada dalam dokumen-dokumen Bank. Lihat Post-Evaluation Office. 1997.
Special Study on Issues Pertaining to the Engagement of Consultants in Bank Loan Projects and Their Effect on Project Performance. ADB, Manila.
Bagian 5 dari Perintah Administratif (AO) No. 2.04 berisi ketentuan tentang prosedur-prosedur banding ke Komite Banding dan akhirnya ke Tribunal Administratif.

48

Anti Korupsi danIntegritas

VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


74. Makalah ini memberikan rekomendasi sejumlah langkah konkret untuk membuat kebijakan ADB tentang anti
korupsi. Langkah-langkah ini dapat dibagi dalam tiga jalur: revisi terhadap kebijakan dan panduan staf ADB, inisiatifinisiatif baru dalam penyusunan program dan manajemen proyek, dan perubahan-perubahan administratif internal.
75. Rekomendasi-rekomendasi kebijakan berikut ini diajukan untuk dipertimbangkan dan disetujui oleh Dewan
Direktur:
(i)

Menerapkan pendekatan dan rekomendasi-rekomendasi yang terkandung dalam dokumen ini


sebagai satu kertas kebijakan dan sebagai suatu arahan dari Manajemen dalam bentuk instruksi
untuk staf.

(ii)

Menyetujui perubahan-perubahan terhadap panduan ADB untuk pengadaan dan penggunaan


konsultan, dan usulan amandemen terhadap peraturan-peraturan pinjaman operasi-operasi umum
dan khusus ADB seperti disampaikan dalam Lampiran 2 dan 3.

(iii) Mempertimbangkan perubahan-perubahan tambahan dalam Instruksi Administrasi Proyek (Project


Administration Instructions) dan Buku Pegangan Pencairan Pinjaman (Loan Disbursement Handbook)
untuk memperkuat kontrol keuangan dan memperbaiki persyaratan dalam pelaporan.
76. Tulisan ini merekomendasikan perubahan-perubahan berikut dalam penyusunan program dan manajemen
proyek ADB:
(i)

Melanjutkan perluasan bantuan ADB untuk isu-isu tata pemerintahan dan pengembangan kapasitas,
dengan perhatian khusus untuk memajukan liberalisasi pasar dan reformasi administrasi publik.

(ii)

Memberikan penekanan yang lebih besar dalam memperkuat lembaga-lembaga kunci untuk
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas di negara-negara berkembang anggota ADB
(seperti lembaga-lembaga tinggi audit, badan-badan pengadaan, badan-badan regulatori, kantor
ombudsman, dsb.). Ini merupakan bagian dari upaya ADB untuk lebih memberikan penekanan
pada pada tata pemerintahan dan pengembangan kapasitas.

(iii) Jika perlu, mendukung inisiatif-inisiatif dan penelitian regional untuk meningkatkan akuntabilitas
dan transparansi di kawasan Asia dan Pasifik melalui hibah-hibah Bantuan Teknis.
(iv) Meningkatkan mutu pengawasan selama pelaksanaan proyek dan memperkuat misi-misi tinjauan
proyek, dengan penekanan khusus pada proyek-proyek yang paling berisiko.
(v) Mengadakan serangkaian seminar pelatihan, lokakarya, dsb., tentang kebijakan anti korupsi ADB
dan tentang cara terbaik yang dapat diterapkan oleh staf untuk meningkatkan integritas dalam
operasi-operasi ADB dan dalam kerjasama dengan negara-negara berkembang anggota ADB.
(vi) Menerbitkan brosur dan bahan-bahan informasi lain yang disederhanakan yang menggambarkan
kebijakan anti korupsi ADB untuk disebarluaskan kepada masyarakat umum.
77. Akhirnya, makalah ini merekomendasikan perubahan-perubahan administratif dalam operasi-operasi ADB
pada tingkat departemen/kantor sebagai berikut:
(i)

Menegakkan pedoman pengadaan yang telah ada sekarang secara lebih tegas untuk menghindari
penundaan yang tidak perlu, perpanjangan-perpanjangan dan perubahan-perubahan perintah
yang berlebihan.

Kebijakan Anti Korupsi Adb (2 Juli 1998)

(ii)

49

Menunjuk OGA sebagai titik awal kontak tentang dugaan kejadian-kejadian korupsi diantara
proyek-proyek dan staf ADB, dan memerintahkan OGA untuk mengembangkan prosedur-prosedur
yang tepat untuk melaksanakan fungsi ini dengan mengadakan konsultasi dengan departemendepartemen terkait dalam ADB.

(iii) Dengan berkonsultasi dengan BPMSD, mempertimbangkan penambahan anggota staf OGA agar
dapat melaksanakan tanggung jawabnya menurut kebijakan ini dengan lebih baik.
(iv) Dengan berkonsultasi dengan BPMSD dan COSO, mempertimbangkan cara-cara yang efektif dari
segi biaya untuk memperkuat pemantauan dan pengawasan proyek, dan segala sumber daya
tambahan yang mungkin diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut.
(v) Memerintahkan OGA dan BPMSD untuk bekerjasama dalam memberikan pelatihan akutansi
forensik dan teknik-teknik penyidikan lainnya untuk memilih staf OGA, analis keuangan, dan
petugas pelaksana proyek.
(vi) Memerintahkan Kantor Penasehat Umum (OGC) dan Departemen Sistem Anggaran, Personalia
& Manajemen (BPMSD) untuk mengadakan serangkaian seminar dan/atau kegiatan yang bersifat
pemberian informasi lainnya untuk memberitahukan kepada staf ADB tentang perubahanperubahan dalam Administrative Order No.2.02; Bagian 4 tentang Kode Perilaku staf, yang telah
disetujui oleh Manajemen pada 28 Mei 1998.
78. Untuk memantau dan mengkoordinasikan upaya-upaya ADB terkait dengan inisiatif-inisiatif dan programprogram anti korupsi, departemen-departemen dan kantor-kantor terkait akan diminta untuk menyediakan laporan
penilaian secara berkala tentang cara-cara yang mereka gunakan dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan
kebijakan kepada SPD, OGA dan OGC (sehubungan dengan kerangka kerja dan permasalahan hukum yang
berkaitan dengan bidang-bidang tindakan lainnya)
79. Setelah memperoleh persetujuan Dewan Direktur atas kebijakan operasional ADB tentang isu-isu anti
korupsi, sebuah kertas kerja Dewan akan diedarkan pada waktunya yang menganalisis pengalaman ADB di
bidang kebijakan anti korupsi, mengajukan perubahan-perubahan terhadap pendekatan operasional sebagaimana
diperlukan, dan menunjukkan implikasi-implikasi yang lebih spesifik pada anggaran dan pada sumber daya-sumber
daya lainnya.

50

Anti Korupsi danIntegritas

VII. LAMPIRAN

1.

 incian Inisiatif- Inisiatif Tata Pemerintahan dan Pengembangan Kapasitas dengan


R
Elemen-Elemen Anti Korupsi

2.

Usulan Revisi Panduan ADB untuk Pengadaan yang berkaitan dengan Anti Korupsi

3.

Usulan Amandemen terhadap Peraturan-Peraturan Pinjaman Operasi-Operasi Umum dan Khusus

51

Lampiran 1, halaman 1

Rincian Inisiatif-Inisiatif Tata Pemerintahan dan Pengembangan Kapasitas


dengan Elemen-Elemen Anti Korupsi yang Kuat
Sasaran Entitas
Cabang Eksekutif
Komisi Pelayanan Publik

Jenis intervensi

Kementerian Keuangan/
Kementerian Pembangunan

Berbagai kementerian, badan,


dan departemen eksekutif
Cabang Legislatif
Badan Audit Tertinggi

Contoh

Merevisi gaji dan tunjangan untuk memastikan


TA 2616 untuk Sri Lanka untuk Reformasi
komparibilitas dengan peluang-peluang kerja lain Administrasi Publik
Memperkuat langkah-langkah untuk
pembentukan dan pengendalian
Mengembangkan dan menyebarluaskan kode
etik pegawai pemerintah
Memperkuat sistem-sistem pengendalian
manajemen dan informasi

TA 2538 Pengelolaan Anggaran yang


Lebih Baik di Mikronesia

Memperkuat pemantauan dan pengendalian


pengeluaran

Loan 1506 untuk India Program


Pengelolaan Sumber daya Sektor Publik
Gujarat

Mendukung penguatan panduan untuk


pengadaan

TA 2701 Penguatan Kelembagaan Kantor


Nasional untuk Evaluasi Pengadaan di
Vietnam

Penyederhanaan dan perancangan ulang


proses-proses bisnis untuk mengurangi peluang
pembayaran uang pelicin

TA 2186 Penguatan Kerangka Kerja


Hukum untuk Admnistrasi Kepabeanan di
Republik Rakyat Cina

Melakukan langkah-langkah untuk membuat


hubungan antar badan/masyarakat lebih
transparan dan ramah bagi pengguna melalui
tanda pengenal yang disematkan, persyaratan
dokumen, daftar biaya yang resmi yang
dicantumkan

TA 2459 Bantuan teknis untuk Nepal


untuk Peningkatan Efisiensi Operasi
Kepabeanan

Meningkatkan kapasitas dan kemandirian Badan RETA 5688 Program Pelatihan Audit
Audit Tertinggi
Jangka Panjang untuk Anggota-Anggota
Organisasi Lembaga Audit Tertinggi Asia
TA 2463 untuk Penguatan Kelembagaan
Kantor Auditor Jendral di Kepulauan Fiji

Lembaga-lembaga penelitian
parlementer
Kantor Ombudsman dll.

Cabang Judisial
Mengurangi penumpukan
kasus
Memperkuat lembaga-lembaga
primer: kejaksaan dan
Kementerian Kehakiman
Memperkuat lembaga-lembaga
sekunder: sekolah hukum dan
penelitian hukum lokal
Masyarakat Sipil
Dewan bisinis-pemerintah

Memperkuat kapasitas Parlemen untuk


menjalankan fungsi pengawasan independen

Upaya-Upaya USAID/CRS untuk


Memperkuat Kapasitas Parlementer dalam
Perekonomian pada masa Transsisi

Memperkuat akses masyarakat untuk


TA 2599 Pelaksanaan Reformasi
mendapatkan penanganan independen terhadap Kepegawaian untuk Kepulauan Marshall
pengaduan
Proyek UNDP untuk Koordinasi dan Tata
Kelola Pemerintahan di Pasifik Selatan
Mengembangkan mekanisme-mekanisme untuk
penyelesaian sengketa alternatif

TA 2521 untuk Penyelesaian Sengketa


Alternatif di India

Mendukung pendidikan berkelanjutan untuk para TA 2727 Restrukturisasi dan


hakim dan pengacara
Pengembangan Kapasitas di Kementerian
Kehakiman Mongolia
Memperkenalkan sistem-sistem manajemen
pengadilan dan informasi yang diperbaharui
Memberikan simpul umpan balik antara antara
bisnis dan pemerintah tentang isu-isu tata
pemerintahan yang baik secara umum

52

Lampiran 2, halaman 1

Usulan Revisi terhadap Panduan ADB untuk Pengadaan yang Berkaitan dengan
Anti Korupsi32
Sejalan dengan praktik terbaik yang berkembang dikalangan bank-bank pembangunan multilateral, Bagian 2.14,
2.15, dan 2.16 dari Panduan untuk Pengadaan (Guidelines for Procurement) ADB akan diubah sebagai berikut:
Penyelewengan dan Korupsi
2.14 Kebijakan ADB mensyaratkan agar para peminjam (termasuk para penerima manfaat penerima
pinjaman ADB) dan para peserta lelang/pemasok/kontraktor di bawah kontrak-kontrak yang didanai ADB untuk
mematuhi standar etika tertinggi selama pengadaan dan pelaksanaan kontrak-kontrak tersebut. Sejalan dengan
kebijakan ini, ADB:
(a) menetapkan, untuk tujuan ketentuan ini, istilah-istilah sebagai berikut:
(i)

praktik korup (corrupt practice) adalah perilaku pejabat/petugas sektor publik atau swasta
dimana mereka secara tidak semestinya dan dengan melanggar hukum memperkaya diri mereka
sendiri dan/atau pihak-pihak yang dekat dengan mereka, atau membujuk orang-orang lain untuk
melakukannya, dengan menyalahgunakan jabatan mereka, dan ini termasuk menawarkan,
memberikan, menerima, atau meminta segala hal yang bernilai untuk mempengaruhi tindakan
pejabat/petugas seperti di atas dalam proses pengadaan atau pelaksanaan kontrak; dan
(ii) praktik kecurangan (fraudulent practice) berarti penyampaian fakta-fakta secara salah untuk
mempengaruhi proses pengadaan atau pelaksanaan sebuah kontrak sehingga merugikan
peminjam, dan termasuk praktik-praktik kolusi antar para peserta lelang (sebelum atau
sesudah penyampaian penawaran) yang dirancang untuk menetapkan harga-harga penawaran
pada tingkat yang semu dan tidak kompetitif serta menghilangkan peluang peminjam untuk
mendapatkan manfaat dari persaingan yang bebas dan terbuka;
(b) akan menolak sebuah proposal untuk memberikan kontrak kepada pihak tertentu jika menemukan
bahwa peserta lelang yang direkomendasikan untuk mendapatkan kontrak telah terlibat dalam
praktik-praktik korupsi dan kecurangan dalam bersaing untuk mendapatkan kontrak;
(c) akan membatalkan porsi pinjaman yang dialokasikan untuk sebuah kontrak untuk barang dan
jasa jika sewaktu-waktu menemukan bahwa praktik korup atau kecurangan dilakukan oleh para
wakil penerima pinjaman atau penerima manfaat pinjaman selama pengadaan atau pelaksanaan
kontrak tersebut, jika tidak ada upaya peminjam untuk mengambil tindakan yang semestinya dan
tepat pada waktunya yang dianggap memuaskan oleh ADB untuk memperbaiki keadaan;
(d) Akan mengumumkan bahwa sebuah perusahaan tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan
kontrak yang didanai ADB baik untuk jangka waktu yang tidak ditentukan atau untuk jangka waktu
tertentu, jika sewaktu-waktu ADB menentukan bahwa perusahaan tesebut telah terlibat dalam
praktik-praktik korup atau kecurangan dalam bersaing untuk mendapatkan, atau melaksanakan,
sebuah kontrak yang didanai ADB; dan
(e) Akan mempunyai hak untuk mewajibkan adanya satu ketentuan dalam kontrak-kontrak yang
didanai pinjaman ADB yang mensyaratkan para pemasok dan kontraktor untuk mengijinkan ADB

32

Ketentuan-ketentuan serupa akan diselipkan ke dalam Panduan ADB tentang Penggunaan Konsultan oleh Bank Pembangunan Asia dan Para Peminjamnya (Guidelines
on the Use of Consultants by the Asian Development Bank and its Borrowers).

Lampiran 2, halaman 1

53

memeriksa rekening-rekening dan pembukuan mereka yang berkaitan dengan kinerja kontrak dan
untuk mewajibkan mereka diaudit oleh para auditor yang ditunjuk oleh ADB.
2.15 Dengan persetujuan khusus ADB, peminjam dapat menambahkan, dalam formulir-formulir penawaran
untuk kontrak-kontrak besar yang didanai ADB, satu pernyataan tentang tanggung jawab peserta lelang yang
bersaing untuk mendapatkan atau melaksanakan sebuah kontrak, untuk mematuhi, hukum negara mengenai
kecurangan dan korupsi (termasuk penyuapan), sebagaimana tercantum dalam dokumen-dokumen penawaran.
Sebuah catatan kaki harus disertakan ke dalam dokumen-dokumen dimana janji atau pernyataan tersebut
dimasukkan dengan menyatakan bahwa janji atau pernyataan tersebut dimasukkan ke dalam dokumen atas
permintaan dari peminjam.
2.16
Apabila kontrak akan didanai sepenuhnya atau sebagian oleh ADB, dokumen-dokumen kontrak harus
mencantumkan kewajiban kontraktor yang mensyaratkan bahwa tidak ada pembayaran jasa, tanda terima kasih,
potongan, hadiah, komisi atau pembayaran-pembayaran lain, yang telah diberikan atau diterima sehubungan
dengan proses pengadaan atau dalam pelaksanaan kontrak selain yang ditunjukkan dalam penawaran.

54

Lampiran 3, halaman 1

Usulan Amandemen terhadap Peraturan-Peraturan Pinjaman


Operasi-Operasi Umum dan Khusus
Bagian 8.03 dari Peraturan-Peraturan Pinjaman Operasi-Operasi Umum dan Khusus akan diamandemen sehingga
menjadi sebagai berikut. Bagian-bagian revisi yang relevan telah digarisbawahi.

Bagian 8.03. Pembatalan oleh ADB. Apabila (i)hak Penerima Pinjaman untuk melakukan penarikan
dari Rekening Pinjaman ditangguhkan dalam jumlah berapapun selama jangka waktu tigapuluh (30) hari terus
menerus, atau (ii)kapan pun ADB menetapkan, setelah mengadakan konsultasi dengan Penerima Pinjaman,
bahwa sejumlah dana dari Pinjaman tidak diperlukan untuk keperluan proyek, atau (iii) kapan pun ADB
menentukan, sehubungan dengan kontrak mana pun yang akan didanai dari hasil pinjaman, bahwa para wakil
Penerima Pinjaman atau penerima manfaat dari Pinjaman melakukan tindakan-tindakan korup atau kecurangan
selama pengadaan/seleksi konsultan atau pelaksanaan kontrak semacam itu tanpa ada upaya yang layak dan
tepat waktu dari Penerima Pinjaman yang dapat diterima oleh ADB untuk memperbaiki keadaan, atau (iv)kapan
pun ADB menentukan bahwa pengadaan kontrak apa pun yang akan didanai dari hasil Pinjaman tidak konsisten
dengan prosedur-prosedur yang ditetapkan atau dimaksud dalam Perjanjian Pinjaman atau (v)hingga tanggal
yang tercantum dalam Perjanjian Pinjaman sebagai tanggal penarikan terakhir sejumlah dana dari Pinjaman
masih belum ditarik dari Rekening Pinjaman, maka ADB dapat melalui pemberitahuan kepada Penerima
Pinjaman dan Penjamin, apabila ada, mengakhiri hak Penerima Pinjaman untuk melakukan penarikan terkait
dengan jumlah atau kontrak tersebut. Setelah menyampaikan pemberitahuan tersebut, jumlah Pinjaman atau
bagian dari pinjaman yang terkait tersebut akan dibatalkan.

Kebijakan dan Strategi Kerangka Kerja Kami

Anti Korupsi dan Integritas: Kerangka Kerja Kebijakan dan Strategi


Penerbitan ini terdiri dari dua dokumen Asian Development Bank (ADB) yakni Prinsipprinsip dan Pedoman Integritas (Mei 2010) dan Kebijakan Anti Korupsi (Juli1998).

Kebijakan Anti Korupsi ADB mensyaratkan agar semua


pihak termasuk staf ADB, peminjam, penerima
manfaat, peserta lelang, pemasok dan kontraktor untuk
mentaati standar etika tertinggi ketika berpartisipasi
dalam kegiatan yang didanai ADB. Kebijakan ini
mendukung kewajiban ADB, sesuai dengan Pasal
14 (xi) dari Persetujuan Pendirian Asian Development
Bank, untuk menjamin agar hasil dari pendanaan ADB
hanya dimanfaatkan untuk maksud-maksud yang telah
ditentukan.

Kebijakan dan Strategi Kerangka Kerja Kami

Kantor Anti Korupsi dan Integritas ADB menyelidiki dugaan kecurangan, korupsi,
praktek pemerasan, kolusi, konflik kepentingan, tindakan menghalang-halangi
dan tindakan pelanggaran lain dalam kegiatan-kegiatan yang didanai ADB sejalan
dengan Prinsip-prinsip dan Pedoman Integritas ADB.

Anti Korupsi
danIntegritas
Oktober 2010

Penerbitan ini menggantikan keseluruhan Anti Korupsi


dan Integritas, edisi pertama (terlihat pada gambar disamping).
Tentang Asian Development Bank
ADB memiliki visi untuk mewujudkan kawasan Asia dan Pasifik yang bebas dari
kemiskinan. Misinya adalah untuk membantu negara-negara berkembang
yang menjadi anggotanya untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan
kualitas hidup penduduk mereka. Meskipun kawasan ini telah mencapai banyak
keberhasilan, namun kawasan ini masih dihuni oleh dua pertiga dari seluruh
penduduk miskin di dunia: 1,8 milyar penduduk hidup dengan penghasilan kurang
dari $2 per hari termasuk 903 juta penduduk hidup dengan susah payah dengan
penghasilan kurang dari $1,25 per hari. ADB berkomitmen untuk mengurangi
kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan pertumbuhan yang
berkelanjutan secara lingkungan dan integrasi regional.
Kantor pusat ADB berkedudukan di Manila. ADB saat ini dimiliki oleh 67 negara
anggota, termasuk 48 diantaranya dari kawasan Asia Pasifik. Untuk membantu
negara-negara berkembang yang menjadi anggotanya, ADB menggunakan
instrumen-instrumen utama yaitu dialog kebijakan, pemberian pinjaman,
penyertaan modal, penjaminan, hibah, dan bantuan teknis.

Asian Development Bank


ADB 6 Avenue, Mandaluyong City
1550 Metro Manila, Filipina
www.adb.org/Integrity
ISBN: 978-92-9092-463-0
Publication Stock No.114058

Dicetak di Filipina

Anti Korupsi
danIntegritas
Oktober 2010

Anda mungkin juga menyukai