USUP
USUP
Jelaskanlah pengertian, ruang lingkup dan proses terjadinya urbanisasi dalam kajian
geografi manusia serta sejumlah teori yang dapat dijadikan referensinya !
Jawab:
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota (Jamaludin, 2015 hlm 198).
Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang
tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan
sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung
dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum,
perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus
segera dicarikan jalan keluarnya. Istilah urbanisasi memiliki dua pengertian. Pertama,
urbanisasi berarti proses pengkotaan, yakni proses mengembang atau mengkotanya suatu
daerah (desa). Kedua, urbanisasi berarti perpindahan atau pergeseran penduduk dari desa
ke kota (urbanward migration). Ditinjau dari segi perkembangan kota itu sendiri, dua
pengertian urbanisasi tersebut meskipun berbeda, tetapi keduanya masih dalam lingkup yang
sama. Urbanisasi dalam arti proses pengkotaan lebih menekankan perhatiannya pada proses
perkembangan masyarakatnya. Sedangkan konsep urbanisasi dalam arti perpindahan
penduduk lebih memperhatikan proses pergeseran penduduknya, yang sebenarnya juga
merupakan akibat perkembangan kota itu sendiri. (Jamaludin, 2015 hlm 198).
Ruang lingkup urbanisasi (pengkotaan) yang terutama bukan menekankan kepada sifat
fisiknya, melainkan lebih kepada sifat sosial dan kultural. Dalam hal ini GIST dan FAVA
juga menekankan hal yang sama, yakni bahwa pengertian urbanisasi tidaklah jauh dari
konsep-konsep akulturasi, difusi, asimilasi, dan bahkan amalgamasi (kawin campur antar
suku). Dalam pengertian ini sekalipun suatu daerah/lingkungan, baik secara geografi
maupun berdasarkan ketentuan pemerintah masih termasuk kategori belum atau bukankota,
tetapi kalau orasng-orangnya telah mulai menempuh cara-cara hidup ke kota-kotaan, maka
berarti bahwa lingkungan tersebut (telah) mengalami proses urbanisasi.
Kedekatan konsep urbanisasi dengan akulturasi adalah sehubungan dengan kenyataan
bahwa, proses urbanisasi menunjukkan dominasi (kebudayaan) kota terhadap desa.
Sebagaimana diketahui, akulturasi berarti leburnya dua pola kebudayaan menjadi satu, tetapi
dengan pengertian bahwa pola kebudayaan yang satu lebih dominan daripada dan menelan
yang lain itu. Sudah barang tentu tidak dapat dilihat dalam kenyataan bahwa pola
kebudayaan yang satu sepenuhnya atau secara mutlak mendominasi pola kebudayaan yang
lain. Bagaimanapun rendahnya posisi kebudayaan desa dalam kontaknya dengan
kebudayaan kota itu, namun masih harus diperhitungkan pula pengaruhnya terhadap
percampuran antara dua pola kebudayaan itu (kota dan desa). Oleh karena itu akan lebih
tepat menggunakan konsep difusi atau penyebaran kebudayaan kota, yang sekalipun tetap
menunjuk kepada dominasi kebudayaan kota tetapi tidaklah selalu akulturatif. Dalam derajat
tertentu juga asimilatif. Seperti diketahui, asimilasi adalah proses terleburnya dua pola
kebudayaan dalam bentuk synthese antara dua kebudayaan itu. Berbeda dengan akulturasi,
pengertian asimilasi tidak menunjuk kepada dominasi pola kebudayaan yang satu terhadap
yang lain. Dengan perkataan lain, konsep difusi di sini mencakup baik akulturasi maupun
asimilasi.
Proses terjadinya urbanisasi di karenakan sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor
pendorong seseorang untuk urbanisasi, antara lain faktor faktor urbanisai di bagi menjadi 3
yakni (Jamaludin, 2015 hlm 203):
A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
C. Keuntungan Urbanisasi
1.
2.
3.
4.
Beberapa contoh pola persebaran dan permukiman desa antara lain sebagai berikut.
a. Pola desa mengikuti bentuk alur sungai, dengan tujuan memudahkan transportasi dan mencari
air.
b. Pola desa mengikuti bentuk tepi pantai, dengan tujuan memudahkan dalam mencari ikan dan
hasil laut lainnya.
c. Pola desa berkelompok di daerah pertanian, dengan tujuan me mudah kan perjalanan ke
tegalan atau sawah, baik untuk mengolah ataupun mengawasi areal pertanian.
d. Pola desa terpencar-pencar, biasanya dikarenakan keadaan alam yang berbeda-beda. Hal ini
bertujuan mencari tempat yang dekat dengan air, tanah yang subur, kaya mineral, iklim yang
cocok, dan daerah yang aman.
Daldjoeni (1987) mengemukakan bahwa ditinjau dari pola tata guna lahannya, ada empat bentuk
perdesaan yang banyak dijumpai di Indonesia. Keempat bentuk desa tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Bentuk desa linear atau memanjang mengikuti jalur jalan raya atau alur sungai. Pola semacam
ini dapat dijumpai di daerah dataran, terutama dataran rendah. Tujuan utama bentuk desa yang
linear atau memanjang adalah mendekati prasarana transportasi (jalan atau alur sungai) sehingga
memudahkan mobilitas manusia, barang, dan jasa.
c. Bentuk desa terpusat. Bentuk desa semacam ini banyak dijumpai di wilayah pegunungan.
Wilayah pegunungan biasanya dihuni oleh penduduk yang berasal dari keturunan yang sama
sehingga antara sesama warga masih merupakan saudara atau kerabat.
d. Bentuk desa yang mengelilingi fasilitas tertentu. Bentuk semacam ini banyak dijumpai di
wilayah dataran rendah dan memiliki fasilitas umum yang banyak dimanfaatkan oleh penduduk
setempat, seperti mata air, danau, waduk, dan fasilitas-fasilitas lainnya.