MATERIAL TEKNIK
1.
Pengujian Logam
Proses pengujian logam adalah proses pemeriksaan bahan-bahan untuk
diketahui sifat dan karakteristiknya yang meliputi sifat mekanik, sifat fisik, bentuk
struktur, dan komposisi unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Adapun proses
pengujiannya dikelompokkan ke dalam tiga kelompok metode pengujian, yaitu :
1. Destructive Test (DT), yaitu proses pengujian logam yang dapat menimbulkan
kerusakan logam yang diuji.
2. Non Destructive Test (NDT), yaitu proses pengujian logam yang tidak dapat
menimbulkan kerusakan logam atau benda yang diuji.
3. Metallography, yaitu proses pemeriksaan logam tentang komposisi kimianya,
unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, dan bentuk strukturnya.
Penjelasan mengenai pengujian logam akan dijelaskan lebih lanjut pada
subbab-subbab berikutnya. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai ketiga
metode pengujian logam [6].
Uji Kekerasan (Hardness Test)
Proses pengujian kekerasan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu
bahan terhadap pembebanan dalam perubahan yang tetap. Dengan kata lain,
ketika gaya tertentu diberikan pada suatu benda uji yang mendapat pengaruh
pembebanan, benda uji akan mengalami deformasi. Kita dapat menganalisis
seberapa besar tingkat kekerasan dari bahan tersebut melalui besarnya beban yang
diberikan terhadap luas bidang yang menerima pembebanan tersebut [6].
Kita harus mempertimbangkan kekuatan dari benda kerja ketika memilih
bahan benda tersebut. Dengan pertimbangan itu, kita cenderung memilih bahan
benda kerja yang memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi. Alasannya, logam
keras dianggap lebih kuat apabila dibandingkan dengan logam lunak. Meskipun
2
demikian, logam yang keras biasanya cenderung lebih rapuh dan sebaliknya,
logam lunak cenderung lebih ulet dan elastis [6].
Dasar-Dasar Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan bahan logam bertujuan mengetahui angka kekerasan
logam tersebut. Dengan kata lain, pengujian kekerasan ini bukan untuk melihat
apakah bahan itu keras atau tidak, melainkan untuk mengetahui seberapa besar
tingkat kekerasan logam tersebut. tingkat kekerasan logam berdasarkan pada
standar satuan yang baku. Karena itu, prosedur pengujian kekerasan pun diatur
dan diakui oleh standar industri di dunia sebagai satuan yang baku. Satuan yang
baku itu disepakati melalui tiga metode pengujian kekerasan, yaitu penekanan,
goresan, dan dinamik [6].
Tabel 2.1 Logam Ferro Dan Pemakaiannya
Nama
Baja
lunak
(Mild Steel)
Baja
karbon
sedang
(medium
carbon steel)
Baja
karbon
tinggi
(high
carbon steel)
Komposisi
Campuran ferro dan karbon
(0,1%-0,3%)
Campuran ferro dan karbon
(0,4%-0,6%)
Sifat
Ulet dan dapat ditempa
dingin
Lebih ulet
Pemakaian
Pipa, mur, baut,
dan sekrup
Poros, rel baja, dan
peron
Dapat ditempa
disepuh
Baja kecepatan
tinggi
(high
speed steel)
Perlengkapan
mesin
perkakas,
kikir,
gergaji,
pahat, tap, penitik,
dan stempel
Alat potong yang
digunakan
ialah
pahat bubut, pisau
fris, mata bor, dan
perlengkapan
mesin perkakas
dan
Penekan
Kerucut intan 120
Bola baja 1,558
mm (1/16)
Kerucut intan 120
Kerucut intan 120
Bola baja 3,175
mm (1/8)
Bola baja 1,558
mm
Bola baja 1,558
mm
Bola baja 3,175
mm
Bola baja 3,175
mm
Bola baja 6,35 mm
(1/4)
Bola baja 6,35 mm
Bola baja 6,35 mm
Bola baja 12,7 mm
(1/2)
Bola baja 12,7 mm
Bola baja 12,7 mm
Awal
Beban
Utama
Jumlah
Skala
Kekerasan
Warna
Angka
10
10
50
90
60
100
100
130
Hitam
Merah
10
10
10
140
90
90
150
100
100
100
100
130
Hitam
Hitam
Merah
10
50
60
130
Merah
10
140
150
130
Merah
10
50
60
130
Merah
10
140
150
130
Merah
10
50
60
130
Merah
10
10
10
90
140
50
100
150
60
130
130
130
Merah
Merah
Merah
10
10
90
140
100
150
130
130
Merah
Merah
Tingkatan
skala
kekerasan
menurut
metode
Rockwell
dapat
Pemakaiannya
Untuk carbide cementite, baja tipis, dan baja dengan lapisan keras yang tipis
Untuk paduan tembaga, baja lunak, paduan alumunium, dan besi tempa
Untuk baja, besi tuang keras, besi tempa peritik, titanium, baja dengan lapisan keras
yang dalam, dan bahan-bahan lain yang lebih keras daripada skala B-100
Untuk baja tipis, baja dengan lapisan keras yang sedang, dan besi tempa peritik
Untuk besi tuang, paduan alumunium, magnesium, dan logam-logam bantalan
Untuk paduan tembaga yang dilunakkan dan pelat lunak yang tipis
Untuk besi tempa, paduan tembaga, nikel-seng, dan tembaga-nikel
Untuk alumunium, seng, dan timbal
Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan-bahan tipis
Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan-bahan tipis
Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan-bahan tipis
Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan-bahan tipis
Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan-bahan tipis
Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan-bahan tipis
Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan-bahan tipis
BHN =
2P
D[D
(D
d2 ]
...(1)
dimana :
P
atau BHN (Brinell Hardness Number). Semakin keras logam yang diuji, maka
semakin tinggi nilai HB. Bahan-bahan atau perlengkapan yang digunakan untuk
uji kekerasan Brinell adalah sebagai berikut [4]:
1. Mesin uji kekerasan Brinell.
4. Stopwatch.
5. Mesin gerinda.
Ball).
3. Mikroskop pengukur.
uji
(test
specimen).
Apabila kita memakai bola baja untuk uji Brinell, biasanya yang terbuat
dari baja krom yang telah disepuh atau cermentite carbide. Bola Brinell ini tidak
boleh berdeformasi sama sekali di saat proses penekanan ke permukaan logam uji.
7
Standar dari bola Brinell yaitu mempunyai 10 mm atau 0,3937 in, dengan
penyimpangan maksimal 0,005 mm atau 0,0002 in. Selain yang telah distandarkan
di atas, terdapat juga bola-bola Brinell dengan diameter lebih kecil ( 5 mm,
2,5 mm, 2 mm, 1,25 mm, 1 mm, 0,65 mm) yang juga mempunyai
toleransi-toleransi tersendiri. Misalnya, untuk diameter 1 sampai dengan 3 mm
adalah lebih kurang 0,0035 mm, antara 3 sampai dengan 6 mm adalah 0,004 mm,
dan antara 6 sampai dengan 10 mm adalah 0,005 mm. Penggunaannya bergantung
pada gaya tekan P dan jenis logam yang diuji, maka penguji harus dapat memilih
diameter bola yang paling sesuai [4].
Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji kekerasan
logam dengan metode Brinell, yaitu :
1. Memeriksa dan mempersiapkan specimen sehingga siap untuk diuji.
2. Memeriksa dan mempersiapkan mesin yang akan dipakai untuk menguji.
3. Melakukan pemeriksaan pada pembebanan, diameter bola baja yang
digunakan, dan alat pengukur waktu.
4. Membebaskan beban tekan dan mengeluarkan bola dari lekukan lalu
memasang alat optis untuk melihat bekas yang kemudian mengukur diameter
bekas sebelumnya secara teliti dengan mikrometer pada mikroskop.
Pangukuran diameter ini untuk sebuah lekuk dilakukan dua kali secara
bersilang tegak lurus dan baru dari dua nilai diameter yang diperoleh, diambil
rata-ratanya. Kemudian dimasukkan ke dalam rumus Brinell untuk
memperoleh hasil kekerasan Brinell-nya (HB).
5. Melakukan proses pengujian sebanyak lima kali sehingga diperoleh nilai ratarata dari uji kekerasan Brinell tersebut.
6. Yang perlu diperhatikan adalah jarak dari titik pusat lekukan baik dari tepi
specimen maupun dari tepi lekukan lainnya minimal 2 dari 3/2 diameter
lekukannya [4].
Metode Pengujian Vickers
Metode Vickers ini berdasarkan pada penekanan oleh suatu gaya tekan
tertentu oleh sebuah indentor berupa pyramid diamond terbalik dengan sudut
teratas diukur secara teliti, yang digunakan sebagai kekerasan logam yang akan
diuji. Permukaan bekas merupakan segi empat karena pyramid merupakan
piramida sama sisi. Nilai kekerasan yang diperoleh disebut sebagai kekerasan
Vickers, yang biasa disingkat dengan Hv atau HVN (Vickers Hardness Number).
Untuk memperoleh nilai kekerasan Vickers, maka hasil penekanan yang diperoleh
dimasukkan ke dalam rumus berikut ini :
Hv =
2 F sin 2 1,8554 F
=
D2
D2
..(2)
Bahan-bahan atau perlengkapan yang biasa digunakan untuk uji kekerasan Vickers
adalah sebagai berikut :
1. Mesin percobaan kekerasan Vickers.
5. Mesin gerinda.
4. Stopwatch.
Hal terpenting yang harus dipelajari dalam pengujian Vickers adalah bagaimana
menggunakan alat uji kekerasan Vickers dalam hal memasang indentor pyramid
diamond, meletakkan specimen di tempatnya, menyetel beban yang akan dipakai,
melihat dan mengukur diagonal persegi empat teratas dari bekas yang terjadi
seteliti mungkin [4].
Spesifikasi Alat Uji Kekerasan
Berikut ini merupakan spesifikasi alat uji kekerasan yang dimiliki oleh
Laboratorium Material Teknik & Pengecoran Logam, Jurusan Teknik Mesin,
Universitas Gunadarma, yaitu [4]:
Nama alat
Merk
Loading
: Maximum 150 KP
Minimum 60 KP
Spesifikasi
Indentor
Indentor
HRF Load : 60 KP
Indentor
Indentor
HRA Load : 60 KP
Indentor
Indentor
Small pointer.
Larger pointer.
Red dot.
Outer rings.
to
regulate
the
rising screw.
10
Uji Metalografi
Ilmu logam dibagi menjadi dua bagian khusus, yaitu metalurgi dan
metalografi. Metalurgi adalah ilmu yang menguraikan tentang cara pemisahan
logam dari ikatan unsur-unsur lain. Metalurgi dapat dikatakan pula sebagai cara
pengolahan logam secara teknis untuk memperoleh jenis logam atau logam
paduan yang memenuhi kebutuhan tertentu. Sedangkan metalografi adalah ilmu
yang mempelajari tentang cara pemeriksaan logam untuk mengetahui sifat,
struktur, temperatur, dan persentase campuran logam tersebut [3].
Dalam proses pengujian metalografi, pengujian logam dibagi lagi menjadi
dua jenis, yaitu :
1. Pengujian makro (Macroscope Test)
Pengujian makro ialah proses pengujian bahan yang menggunakan
mata terbuka dengan tujuan dapat memeriksa celah dan lubang dalam
permukaan bahan. Angka kevalidan pengujian makro berkisar antara 0,5
hingga 50 kali [3].
2. Pengujian mikro (Microscope Test)
Pengujian mikro ialah proses pengujian terhadap bahan logam yang
bentuk kristal logamnya tergolong sangat halus. Sedemikian halusnya
sehingga pengujiannya memerlukan kaca pembesar lensa mikroskop yang
memiliki kualitas perbesaran antara 50 hingga 3000 kali [3].
Langkah-Langkah Pengujian Metalografi
11
2. Penyalutan (Mounting)
Benda kerja yang kecil sukar dipegang pada proses penggerindaan dan
pemolesan, maka perlu disalut terlebih dahulu. Bahan penyalutan yang
digunakan adalah termoplastik seperti resin, yang mencair pada temperatur
150 C. Berikut ini merupakan bahan-bahan yang digunakan pada proses
penyalutan, yaitu :
Tabel 2.4 Bahan-Bahan Mounting
NO
Plastik
1 Phenolic
(contohnya
bakelit)
Tipe
Thermosetting
Diall
(prepolimer)
phthalete
Thermosetting
3
4
Phenolic varnish
Epoxy resin (contohnya
Araldite)
Thermosetting
Liquid various
Plyvinyl chloride
Thermosetting
Catatan
Memerlukan pengontrolan panas dan
tekanan
dengan
secukupnya
memberikan bahan pelarut secara
perlahan-lahan.
Memerlukan pengontrolan suhu panas
antara 130 C - 140 C tekanan,
penyusutan rendah, dan karakteristik
polishing yang baik.
Untuk pengisian vakum oxide film
Araltide grade ialah suatu cairan
tuangan resin yang memberikan
penyalutan yang baik tanpa panas dan
tekanan, perlahan-lahan waktu proses
mounting.
Penyusutan rendah, lamban biasa
pelarut, tetapi penyelesaian dengan
glacialacetic acai.
13
Waktu pengetsaannya sangat singkat dan karena itu, jika terjadi lapisan
hitam yang tebal dapat dihilangkan dengan cara merendam pada asam
nitrat (HNO3). Waktu pengetsaan itu lebih l daripada etsa untuk mikro
struktur.
Setelah kita mengetsa, kita langsung dapat melihat bagian mana yang
bengkok atau mengambang dari serat (alur) benda kerja tersebut. Macro test
ini biasanya dilakukan pada benda yang pembuatannya ditempa, dituang, dan
hasil pengerolan.
b) Adapun bahan-bahan larutan pada etsa mikro adalah sebagai berikut :
(1) Asam nitrat, yang memiliki komposisi asam nitrat 2 ml dan alkohol
95% atau 98 ml. Pemakaiannya untuk bahan karbon, baja paduan
rendah, dan baja paduan sedang. Waktu yang diperlukan beberapa
detik sampai 1 menit.
(2) Asam pikrat, yang memiliki komposisi 4 gram asam pikrat, alkohol
95% atau 98 ml. Pemakaiannya untuk baja karbon dalam keadaan
normal, dilunakkan, dikeraskan (hardening) dan ditemper (tempering).
Waktu pengetsannya beberapa detik sampai 1 menit.
(3) NH4OH.H2O2, yang memiliki komposisi NH4OH sebagai dasar dan
H2O2 beberapa tetes. Pemakaiannya untuk bahan tembaga dan
paduannya dengan waktu pengetsaan sampai bahan uji berwarna biru.
(4) Bahan etsa adalah nital 2%, yaitu 2 ml asam nitrat (HNO3) dan 98 ml
methyl alcohol dalam waktu 10 sampai 30 detik.
14
(5) Bahan etsa menggunakan asam yang terdiri dari 10% ammonium ferri
sulfat, 2,5% ammonium acrocide NH4(OH), dan 65% larutan asam
(5) Salah memilih dan menggunakan cairan etsa (etching reagent) [3].
6. Mikroskop
Pada dasarnya, mikroskop terdiri dari dua buah lensa positif, yaitu
lensa yang menerima sinar langsung dari bendanya atau lensa dekat dengan
benda yang akan dilihat, yang disebut lensa obyektif, sedangkan lensa yang
berada dekat dengan mata disebut lensa okuler [3].
Perbesaran total oleh mikroskop ini didefinisikan dengan perbandingan
antara tangen sudut buka baying akhir dengan sudut buka tanpa menggunakan
alat. Perbesaran sebuah mikroskop biasanya berkisar 50, 100, 200, 400, dan
1000 kali lebih besar dari benda uji [3].
Perbesaran struktur mikro dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
LOK LOB FK UKURAN FOTO
....(3)
dimana :
LOK
LOB
FK
: NWF 10 X
Objective
: MSFX, MF 10 X, MF 20 X, MF 40 X
Viewing head
Illuminator
Mechanical stage
Focusing control
2 mm.
Photo mechanic
Polarizing filters
Microscope stand
Color filters
[4].
Berikut ini merupakan gambar dari mikroskop untuk mengetahui struktur dari
benda uji.
17
Mesin uji impact adalah mesin uji untuk mengetahui harga impak suatu
beban yang diakibatkan oleh gaya kejut pada bahan uji tersebut. tipe dan bentuk
konstruksi mesin uji bentur beraneka ragam, yaitu mulai dari jenis konvensional
sampai dengan sistem digital yang lebih maju [5].
Dalam pembebanan statis dapat juga terjadi laju deformasi yang tinggi
kalau bahan diberi takikan. Semakin tajam takikan, maka akan semakin besar
deformasi yang terkonsentrasikan pada takikan, yang memungkinkan peningkatan
laju regangan beberapa kali lipat [5].
Patah getas menjadi permasalahan penting pada baja dan besi. Pengujian
impact charpy banyak dipergunakan untuk menentukan kualitas bahan. Benda uji
18
Dasar Pengujian
Pada pengujian ini adalah suatu bahan uji yang ditakik, dipukul oleh
pendulum (godam) yang mengayun. Dengan pengujian ini dapat diketahui sifat
kegetasan suatu bahan. Cara ini dapat dilakukan dengan charpy atau cara izod [5].
19
..(4)
..(5)
dimana :
W1
h1
Sedangkan sisa usaha setelah mematahkan benda uji dapat diketahui melalui
rumus sebagai berikut :
W2 = G h2 (kg m)
...(6)
...(7)
dimana :
W2
h2
...(8)
Sehingga persamaan yang diperoleh dari rumus di atas adalah sebagai berikut :
W = G (cos - cos ) (kg m)
.....(9)
dimana :
W
W1
W2
21
Dan besarnya harga impact dapat diketahui dari rumus berikut ini :
K=
W
Ao
..(10)
dimana :
K
Ao
Adapun spesifikasi alat uji impact tipe charpy adalah sebagai berikut [5] :
Tipe alat uji
: charpy
Kapasitas
: 85 Joule
: 8 kg
: 600 mm
: 140
: 30
22
: alumunium
Tampak Depan
Tampak Belakang
Sedangkan bagian-bagian utama dari alat uji impact tipe charpy terdiri atas :
1. Badan alat uji impact
Badan alat uji impact terbuat dari baja profil U 70 mm 40 mm
dengan tebal baja 5 mm. Sedangkan dimensi dari badan alat uji impact ini
adalah 750 mm 400 mm 1000 mm. Proses pengerjaan yang dilakukan
dalam pembuatan badan alat uji impact ini adalah proses penyambungan atau
proses pengelasan. Badan alat uji impact berfungsi sebagai tempat dudukan
23
dari bearing dan tempat benda uji. Berikut ini merupakan gambar alat uji
impact tipe charpy [5].
2. Pendulum
Pendulum berfungsi sebagai beban yang akan diayunkan ke benda uji
dan juga terdapat pisau pemukul untuk mematahkan benda uji. Pendulum
terbuat dari baja pelat silinder 230 30 mm dengan berat 8 kg. Pada bagian
atas pendulum dihubungkan ke bagian lengan pengayun dengan cara dilas [5].
3. Lengan pengayun
Lengan pengayun berfungsi untuk menentukan gerakan ayunan dari
poros ke pendulum. Lengan pengayun ini terbuat dari baja silinder 20 600
mm dan pada bagian atasnya dihubungkan ke poros dengan dilas, serta pada
bagian bawahnya dihubungkan ke pendulum dengan cara dilas [5].
4. Poros pengayun
Poros pengayun berfungsi sebagai penerus ayunan dari bearing ke
lengan pengayun dan pendulum. Poros pengayun terbuat dari baja silinder
25 450 mm. Pada bagian ujung kanan dan kirinya dihubungkan ke bearing
dan pada bagian tengahnya dihubungkan ke lengan pengayun dengan cara
dilas [5].
24
5. Bearing
Bearing berfungsi sebagai pengayun poros dan bearing yang
digunakan adalah bearing dengan ukuran diameter dalam atau diameter poros
25 mm. Bearing ditempatkan pada bagian kanan atas dan kiri atas pada badan
alat uji impact dengan cara dibaut [5].
Jarum penunjuk
Busur derajat
25
8. Pisau pemukul
Pisau pemukul berfungsi untuk memukul benda uji yang telah dibuat
takikan. Posisi pisau pada saat akan memukul adalah di belakang takikan
benda uji. Bahan pisau pemukul ini harus lebih keras dari benda yang akan
diuji dan sudut pisau pemukul adalah 30 [5].
Berikut ini merupakan dimensi dari alat uji impact yang ditunjukkan dari
berbagai tampak.
Tampak Samping
Tampak Depan
26
Besar energi (W1) pada setiap sudut ayun dapat diketahui dari data pada tabel
berikut ini.
Tabel 2.5 Besar Energi (W1) Pada Setiap Ayun
Besar Sudut ()
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
Sedangkan sisa usaha (W2) pada setiap sudut ayun dapat diketahui dari data pada
tabel berikut ini.
Tabel 2.6 Sisa Usaha (W2) Pada Setiap Ayun
Besar Sudut ()
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
137
27
28
Logam
Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat kuat, liat, keras,
penghantar listrik dan panas, serta mempunyai titik cair tinggi. Bijih logam
ditemukan dengan cara penambangan yang terdapat dalam keadaan murni atau
bercampur. Bijih logam yang ditemukan dalam keadaan murni yaitu emas, perak,
bismut, platina, dan ada yang bercampur dengan unsur-unsur seperti karbon,
sulfur, fosfor, silikon, serta kotoran seperti tanah liat, pasir, dan tanah [2].
Bijih logam yang ditemukan dengan cara penambangan terlebih dahulu
dilakukan proses pendahuluan sebelum diolah dalam dapur pengolahan logam
dengan cara dipecah sebesar kepalan tangan, dipilih yang mengandung unsur
logam, dicuci dengan air untuk mengeluarkan kotoran, dan terakhir dikeringkan
dengan cara dipanggang untuk mengeluarkan uap yang mengandung air [2].
Selain logam ada yang disebut dengan istilah bukan logam dan unsur
metaloid, yang menyerupai logam, yaitu :
1. Logam berat
2. Logam ringan
: alumunium,
magnesium,
titanium,
kalsium,
kalium,
Logam dapat dibagi dalam dua golongan yaitu logam besi (ferro) dan
bukan besi (non ferro). Berikut ini merupakan pembagiannya, yaitu :
1. Logam besi (ferro)
Logam besi adalah suatu logam paduan yang terdiri dari campuran
unsur karbon dengan besi. Untuk menghasilkan suatu logam paduan yang
29
mempunyai sifat yang berbeda dengan besi dan karbon maka dicampur
dengan bermacam-macam logam lainnya. Logam besi terdiri dari komposisi
kimia yang sederhana antara besi dengan karbon. Masuknya unsur kimia ke
dalam besi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Adapun jenis-jenis logam
besi antara lain :
a. Besi tuang
Komposisinya yaitu campuran besi dan karbon. Kadar karbon sekitar 4%,
sifatnya rapuh tidak dapat ditempa, baik untuk dituang, liat dalam
pemadatan, lemah dalam tegangan. Digunakan untuk membuat alas mesin,
meja perata, badan ragum, bagian-bagian mesin bubut, blok silinder, dan
cincin torak [2].
b. Besi tempa
Komposisi besi tempa terdiri dari 99% besi murni, sifat dapat ditempa,
liat, dan tidak dapat dituang. Besi tempa antara lain dapat digunakan untuk
membuat rantai jangkar, kait keran, dan landasan kerja pelat [2].
c. Baja lunak
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,1%-0,3%,
mempunyai sifat dapat ditempa dan liat. Digunakan untuk membuat mur,
sekrup, pipa, dan keperluan umum dalam pembangunan [2].
d. Baja karbon sedang
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,4%-0,6%. Sifat
lebih kenyal daripada yang keras. Digunakan untuk membuat benda kerja
tempa berat, poros, dan rel baja [2].
e. Baja karbon tinggi
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,7%-1,5%. Sifat
dapat ditempa, dapat disepuh keras, dan dimudakan. Digunakan untuk
membuat kikir, pahat, gergaji, tap, stempel, dan alat mesin bubut [2].
f. Baja karbon tinggi dengan campuran
Komposisi baja karbon tinggi ditambah nikel atau kobalt, khrom, atau
tungsten. Sifat rapuh, tahan suhu tinggi tanpa kehilangan kekerasan, dapat
30
Adapun beberapa faktor yang dapat menentukan kualitas suatu jenis bahan
adalah sebagai berikut :
1. Sifat mekanik
Untuk memperoleh kualitas bahan yang baik dan sesuai dengan mutu
yang disyaratkan sifat mekaniknya, perlu dipahami lebih dahulu berbagai
aspek kekuatan bahan terhadap pembebanan. Aspek kekuatan ini harus
dikendalikan sedemikian rupa agar dapat memberikan jaminan ketahanan, usia
31
kimia logam tersebut sering pula digunakan untuk memperbaiki sifat mekanik
dari logam tersebut [6].
Karakteristik Bahan Logam
logam itu sampai banyak balikan tertentu. Sementara itu, batas kelelahan
adalah tegangan bolak-balik tertinggi yang dapat ditahan oleh logam itu
sampai banyak balikan tak terhingga [2].
c. Penjalaran
Penjalaran adalah pertambahan panjang yang terus-menerus pada beban
yang konstan. Bila suatu bahan mengalami pembebanan tarik tertentu dan
tetap, maka pertambahan panjangnya mungkin tidak berhenti sampai ia
patah atau mungkin berhenti bergantung pada besarnya beban tarik
tersebut [2].
d. Sifat logam terhadap beban tiba-tiba
Bila deformasi mempunyai kecepatan regangan yang tinggi, maka bahan
umumnya akan mengalami patah getas, akibat bahan dikenai beban tibatiba. Untuk melihat sifat tersebut dilakukan percobaan pukul, yang
dilakukan pada batang uji dan diberi tarikan menurut standar yang telah
ditentukan [2].
e. Sifat kekerasan logam
Kekerasan adalah ketahanan bahan terhadap deformasi plastis karena
pembebanan setempat pada permukaan berupa goresan atau penekanan.
Sifat ini banyak hubungannya dengan sifat kekuatan, daya tahan aus, dan
kemampuan dikerjakan dengan mesin (mampu mesin). Cara pengujian
kekerasan terdiri dari tiga macam, yaitu goresan, menjatuhkan bola baja,
dan penekanan [2].
f. Sifat penekanan
Sifat ini hampir sama dengan sifat tarikan. Untuk bahan getas, besaran
sifat tekanannya cenderung lebih tinggi daripada sifat tariknya. Sebagai
contoh, besi cor kelabu, yang sifat tekanannya kira-kira empat kali lebih
besar daripada sifat tariknya [2].
g. Sifat logam terhadap geser dan puntir
Pengujian geser suatu bahan akan sulit dilakukan dengan cara memberi
beban berlawanan pada titik yang berlainan (tidak terletak pada suatu garis
lurus dan salah satu arah beban), karena akan terjadi pembengkokan. Yang
34
lebih praktis adalah memberikan beban puntir pada sumbu suatu bahan
yang berbentuk tabung. Pada pengujian ini, besarnya tegangan geser tidak
sama dari permukaan ke pusat, tegangan geser di permukaan maksimum
dan di sumbu nol [2].
h. Sifat redaman logam
Apabila suatu logam ditarik atau ditekan sehingga terjadi deformasi elastis
kemudian beban tersebut dihilangkan. Dengan demikian, energi yang
dibutuhkan untuk mengubah bentuk asal selalu lebih rendah daripada
energi untuk deformasi elastis, karena penekanan atau tarikan tersebut. Hal
ini terjadi karena adanya tahanan dalam. Tahanan dalam adalah
kemampuan logam untuk meredam beban atau getaran tiba-tiba. Sebagai
contoh, besi cor kelabu walaupun memiliki kekuatan dan tahanan kejut
yang rendah, tetapi mempunyai tahanan redam yang tinggi sehingga untuk
memegang perkakas, mesin besi cor kelabu tersebut akan memperoleh
hasil yang lebih baik karena dapat meredam getaran [2].
i. Sifat plastis
Sifat plastis adalah kemampuan suatu logam atau bahan dalam keadaan
padat untuk dapat diubah bentuk yang tetap tanpa pecah. Sifat itu penting
untuk
dipertimbangkan
dalam
pengolahan
bentuk
suatu
logam.
Kebanyakan logam pada suhu tinggi mempunyai sifat plastis yang baik
dan cenderung bertambah dengan kenaikan suhu. Logam yang tidak plastis
pada suhu tinggi disebut getas panas, yaitu mudah retak karena deformasi
disebabkan adanya suatu beban pada suhu tersebut. Bila gejala ini terjadi
pada suhu kamar biasa disebut getas dingin [2].
2. Sifat fisik
Sifat fisik adalah sifat bahan karena mengalami peristiwa fisika seperti
adanya pengaruh panas dan listrik.
a. Sifat karena pengaruh panas antara lain mencair, perubahan ukuran, dan
struktur karena proses pemanasan.
b. Sifat listrik yang terkenal adalah tahanan dari suatu bahan terhadap aliran
listrik atau sebaliknya sebagai daya hantar listrik [2].
35
Besi dan baja paling banyak dipakai sebagai bahan industri yang
merupakan sumber sangat besar, dimana sebagian ditentukan oleh nilai
ekonomisnya tetapi yang paling penting karena sifat-sifatnya yang bervariasi.
Bahan tersebut mempunyai berbagai sifat yang paling lunak dan mudah dibuat
sampai yang paling keras dan tajam pun untuk pisau pemotong dapat dibuat, atau
apa saja dengan bentuk apapun dapat dibuat dengan pengecoran. Dari unsur besi
berbagai bentuk struktur logam dapat dibuat. Itulah sebabnya mengapa besi dan
baja disebut bahan yang kaya dengan sifat-sifat. Pembahasan dimulai dengan
struktur mikro dari besi dan baja, dimana unsur paduan utamanya adalah karbon.
Adapun penggolongan baja dibandingkan dengan kadar C dari komposisi
eutektoid adalah sebagai berikut :
1. Baja yang berkadar C = komposisi eutektoid dinamakan baja eutektoid.
2. Baja yang berkadar C < komposisi eutektoid dinamakan baja hipoeutektoid.
3. Baja yang berkadar C > komposisi eutektoid dinamakan baja hipereutektoid.
Berikut ini merupakan istilah-istilah yang terdapat pada diagram besi baja, yaitu :
1. Austenit
36
2. Besi (ferit)
3. Besi (delta)
4. Ledeburit
5. Pearlit (Pt)
6. Sementit (Fe3C) : ikatan kimia besi karbon (Fe3C) yang terbentuk pada
konsentrasi 6,687% C melalui reaksi 3 Fe + C Fe3C,
yang disebut sebagai karbid besi berwarna terang/keputihputihan.
7. Grafit
37
sel satuannya dan semakin keras, serta semakin getas martensit tersebut.
Sedangkan bainit mempunyai sifat-sifat antara martensit dengan ferit [7].
Baja merupakan paduan yang terdiri dari besi, karbon, dan unsur lainnya.
Baja dapat dibentuk melalui pengecoran, pencanaian, atau penempaan. Karbon
merupakan salah satu unsur terpenting karena dapat meningkatkan kekerasan dan
kekuatan baja. Baja merupakan logam yang paling banyak digunakan dalam
teknik, bentuk pelat, lembaran, pipa, batang, profil, dan sebagainya. Berdasarkan
unsur paduannya, klasifikasi baja mengikuti SAE (Society of Automotive
Engineers) dan AISI (American Iron and Steel Institute). Baja paduan yang
meliputi 15% dari seluruh produksi baja mempunyai kegunaan khusus karena
sifatnya yang unggul dibandingkan dengan baja karbon. Pada umumnya baja
paduan memiliki :
1. Keuletan yang tinggi tanpa pengurangan kekuatan tarik.
2. Kemampukerasan sewaktu dicelup dalam minyak atau udara dan dengan
demikian kemungkinan retak atau distrosinya kurang.
3. Tahan terhadap korosi dan keausan yang bergantung pada jenis paduannya.
4. Tahan terhadap perubahan suhu, yang berarti bahwa sifat fisisnya tidak
banyak berubah.
5. Memiliki kelebihan dalam sifat-sifat metalurgi seperti butir yang halus [1].
Berikut ini merupakan pengaruh unsur kimia terhadap besi cor, yang
terdiri dari :
1. Karbon
Besi yang mengandung > 2% karbon termasuk kelompok besi cor, besi
cor kelabu mengandung 3-4% karbon. Kadar karbon bergantung pada jenis
besi kasar, besi bekas, dan karbon yang diserap, yang berasal dari kokas
selama proses peleburan. Sifat fisis logam selain bergantung pada jumlah
kadar karbon, bergantung pula pada bentuk karbon tersebut. Morfologi grafit
bergantung pada laju pendinginan dan kadar silikon. Kadar silikon yang tinggi
memperbesar kemungkinan pembentukan grafit. Grafit meningkatkan
kemampuan permesinan. Kekerasan dan kekuatan besi meningkat dengan
38
bertambahnya kadar karbon. Sifat besi cor tersebut dapat diubah melalui
perlakuan panas [1].
2. Silikon
Silikon sampai kadar 3,25% bersifat menurunkan kekerasan besi.
Kadar silikon menentukan berapa bagian dari karbon terikat dengan besi dan
berapa bagian berbentuk grafit atau karbon bebas setelah tercapai keadaan
seimbang. Kelebihan silikon membentuk ikatan yang keras dengan besi
sehingga dapat dikatakan bahwa silikon di atas 3,25% akan meningkatkan
kekerasan [1].
3. Mangan
Dalam jumlah rendah tidak seberapa pengaruhnya, dalam jumlah di
atas 0,5% mangan bereaksi dengan belerang membentuk sulfida mangan.
Ikatan ini rendah bobot jenisnya dan dapat larut dalam terak. Mangan
merupakan unsur deoksidasi, pemurni sekaligus meningkatkan fluiditas,
kekuatan, dan kekerasan besi. Bila kadar ditingkatkan, kemungkinan
terbentuknya ikatan kompleks dengan karbon meningkat dan kekerasan besi
cor akan naik. Mangan yang hilang selama proses peleburan berkisar antara 10
sampai 20% [1].
4. Belerang
Belerang sangat merugikan, oleh karena itu selama proses peleburan
selalu diusahakan untuk mengikat belerang tersebut, antara lain dengan
menambahkan ferro mangan. Belerang yang menyebabkan terjadinya lubanglubang (blow holes) membentuk ikatan dengan karbon dan menurunkan
fluiditas sehingga mengurangi kemampuan tuang besi cor. Setiap kali kita
melebur besi cor, kadar belerang meningkat sebesar 0,03%, yang berasal dari
bahan bakar [1].
5. Fosfor
Fosfor dapat meningkatkan fluiditas logam cair dan menurunkan titik
cair. Oleh karena itu, biasa digunakan fosfor sampai 1% dalam benda cor kecil
dan benda cor yang mempunyai bagian-bagian yang tipis. Benda cor yang
besar tidak memerlukan kadar fosfor yang tinggi karena tidak diperlukan
39
40