BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap perilaku merokok telah menjadi
masalah yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari,
2007). Salah satu bentuk nyatanya adalah WHO (World Health Organization)
menetapkan tanggal 31 Mei 1988 sebagai hari tanpa tembakau sedunia dan untuk
seterusnya diperingati setiap tahun ditanggal 31 Mei (Rafei dalam Kintoko, 2004).
Menurut deHaan dalam Tarigan (2008) , saat ini diperkirakan jumlah perokok di
dunia sebesar 1, 3 milyar orang dan kematian yang diakibatkan olehnya mencapai 4,
9 juta orang per tahun.
Kebiasaan merokok akan menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan
bahkan kematian. Menurut Depkes (2008) bahwa terdapat ribuan artikel yang
membuktikan adanya hubungan kausal antara penggunaan rokok dengan terjadinya
berbagai penyakit kanker, penyakit jantung, penyakit sistem saluran pernapasan,
penyakit gangguan reproduksi dan kehamilan. Hal ini tidak mengherankan karena
asap tembakau mengandung lebih dari 4000 bahan kimia toksik dan 43 bahan
penyebab kanker (karsinogenik).
Merokok tidak hanya berbahaya bagi perokok tetapi juga orang di sekitarnya
yang terkena asap rokok. Menurut Sarifuddin (2010), berbagai riset yang dilakukan di
Amerika menunjukkan bahwa asap rokok sangat berbahaya karena semakin besar
terpapar asap rokok semakin besar pula peluang kerusakan DNA. Semakin besar
kerusakan DNA, maka semakin besar pula risiko terkena penyakit kanker dan
serangan jantung.
Menurut Soamole (2004), setiap tahun ada empat juta orang yang meninggal
akibat kebiasaan merokok. Dikhawatirkan, apabila penanganan yang tidak memadai
maka di tahun 2030 diperkirakan proporsi perokok sebesar 1,6 miliar perokok,
diantaranya sekitar 770 juta anak yang menjadi perokok pasif dan 85% terdapat di
negara berkembang. Diperkirakan juga proporsi kematian akibat merokok sebesar 10
juta kematian yang mana 70% di antaranya terjadi di negara berkembang.
Konsumsi rokok rata-rata 2,7% per tahun di negara berkembang, sedangkan di
negara maju menurun, yaitu 1,8% per tahun (Hudoyo, 2000). Ironisnya, prevalensi
perokok di negara maju telah banyak berkurang, sedangkan perokok di negara
berkembang justru makin banyak. Di negara berkembang, prevalensi perokok makin
meningkat, yaitu 2,1% per tahun (Fajriwan, 1999).
Indonesia menduduki peringkat ke 5 dalam konsumsi rokok di dunia. Dari
tiga tahun (2001-2004) jumlah perokok naik dari 31, 3 persen ke angka 34, 4 persen
atau bisa dikatakan lebih dari 50 juta orang dewasa adalah perokok. Data Survei
Nasional Tahun 2004 menyebutkan bahwa 63, 2 % laki-laki dan 4, 4 % perempuan
Indonesia adalah perokok (Aditama, 2006). Penurunan jumlah perokok terjadi, hal ini
dapat dilihat berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 dimana secara nasional jumlah
perokok saat ini 29%. Data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan angka perokok di
Indonesia kembali mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 34,7% secara
nasional.
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki angka
perokok tertinggi di Indonesia. Menurut data Riskesdas 2007, proporsi perokok di
provinsi Sumatera Utara sebesar 28%. Angka ini mengalami lonjakan yang drastis
karena menurut data Riskesdas 2010 proporsi perokok melonjak sebesar 35,7%
sehingga menjadikan provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang
memiliki jumlah perokok terbesar di Indonesia bersama dengan Provinsi Kalimantan
Tengah (43,2%), disusul Nusa Tenggara Timur (41,2%).
Menurut Smet (1994) bahwa usia pertama sekali merokok pada umumnya
terjadi berkisar pada umur 11-13 tahun. Perry dkk dalam Rochadi (2004) juga
berpendapat bahwa perilaku merokok terbesar berawal pada masa remaja dan
meningkat menjadi perokok tetap dalam kurun waktu beberapa tahun. Hal ini juga
disampaikan didalam penelitian Mayasari (2007) bahwa sejumlah studi menyebutkan
para perokok mulai merokok pada umur 11 dan 13 tahun serta 85-90% mulai
merokok sebelum usia 18 tahun. Perilaku merokok pada usia remaja semakin lama
akan semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai
dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok (Amelia, 2009).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 memperlihatkan bahwa
rata-rata umur mulai merokok secara nasional adalah 17,6 tahun dengan persentase
penduduk yang mulai merokok tiap hari terbanyak pada umur 15-19 tahun. Mayoritas
prevalensi penduduk yang merokok adalah perokok yang memiliki umur 15 tahun ke
atas yang merokok tiap hari secara nasional adalah 28,2 persen. Sebagaimana
perokok setiap hari, prevalensi perokok kadang-kadang tertinggi pada kelompok
umur 15-24 tahun (8,1%) dan cenderung menurun dengan bertambahnya umur
(Riskesdas, 2010).
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan
dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh,
minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalahmasalah (Hurlock, 2001). Pada
fase ini seorang individu dalam perkembangan psikologisnya sangat labil dan
cenderung mudah terpengaruh pengaruh dari luar. Seharusnya pada saat ini remaja
tidak mudah menerima pengaruh dari luar yang bersifat negatif dan remaja harus
lebih bisa selektif dalam menerima pengaruh apapun dari luar. Salah satu pengaruh
luar yang datang kepada remaja adalah perilaku merokok yang datang dari teman dan
termasuk iklan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 46,3% remaja berpendapat
iklan rokok memiliki pengaruh besar untuk memulai merokok dan 41,5% remaja
berpendapat keterlibatan dalam kegiatan yang disponsori industri rokok memiliki
pengaruh untuk mulai merokok. 9% remaja perokok menyalakan rokoknya ketika
melihat iklan rokok pada saat tidak merokok dan 8% remaja perokok menyatakan
mereka kembali merokok setelah berhenti merokok karena mengikuti kegiatan yang
disponsori industri rokok.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Muntaha (2011) menunjukkan bahwa
remaja dengan rentang usia 9-12 tahun melakukan keputusan merokok dikarenakan
karena iklan rokok yang menarik dan keluarga yang perokok. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Widiono (2010) yang menyatakan bahwa iklan rokok salah satu
faktor yang mempengaruhi keputusan merokok siswa SMP. Hal lain ditunjukkan
dalam penelitian Budiarty dan Yunni (2008), dengan judul analisis pengaruh paparan
iklan rokok di televisi terhadap keputusan pembelian oleh para remaja. Penelitian ini
menunjukkan iklan rokok memiliki keeratan hubungan dengan keputusan membeli
rokok oleh para remaja. Berdasarkan penelitian tersebut juga diketahui rokok yang
dibeli oleh para remaja yaitu rokok yang paling banyak diiklankan.
Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran yang memberikan
informasi kepada khalayak mengenai suatu produk,baik barang atau jasa, sehingga
mampu menarik hati calon pembeli hingga akhirnya melakukan tindakan pembelian
atas barang atau jasa yang diiklankan tersebut (Tambun, 2010). Menurut Rezeki
(2008) bahwa faktor psikologis dapat mempengaruhi seseorang dalam memilih
produk suatu iklan yang akan ditentukan oleh persepsi, pengetahuan, keyakinan dan
sikap. Iklan rokok yang sangat atraktif dan kreatif dapat menyentuh sisi psikologis
yang menunjukan citra berani, macho, trendi, keren, kebersamaan, santai, optimis,
jantan, penuh petualangan, kreatif, kritis, perubahan, eksklusif, kemewahan, slim
serta berbagai hal lain yang membanggakan dan mewakili suara hati anak muda dan
remaja yang membuat remaja menjadi tertarik dan simpatik terhadap iklan rokok
tersebut.
Hal ini didukung oleh pernyataan Subanada, (2007) bahwa perilaku remaja
untuk merokok tidak lepas dari peran lingkungan sekitarnya dan media yang
digunakan oleh industri rokok dalam memasarkan dan mengajak audiens agar
mengkonsumsi rokok dengan berbagai macam trik periklanan dan pemasaran produk.
Hal ini dapat dilihat dari hampir 70% remaja memiliki kesan positif terhadap iklan
rokok. 50% remaja perokok merasa dirinya lebih percaya diri seperti yang dicitrakan
iklan rokok dan 37% remaja perokok merasa dirinya keren seperti yang dicitrakan
iklan rokok. Pada remaja putri terdapat persepsi pula bahwa perokok cenderung
memiliki banyak teman (Koalisi Indonesia Sehat, 2008).
Semakin ketatnya peratuan mengenai iklan rokok membuat industri rokok
mencoba untuk berfikir lebih keras lagi untuk memasarkan produknya dengan
berbagai media agar tidak mengganggu pemasaran produk. Media memiliki peran
yang sangat penting dan strategis bagi kegiatan periklanan. Media yang digunakan di
dalam periklanan terdiri dari beragam jenis. Iklan dapat disampaikan di antaranya
melalui media cetak (surat kabar, majalah, brosur, leaflet, poster dan sebagainya),
media elektronik baik media audio maupun audio visual (radio, televisi, film, video
dan sebagainya), media luar ruang (billboard, spanduk, neon sign, dan sebagainya).
Media dapat mempengaruhi persepsi dan pandangan konsumen terhadap suatu
produk.
booklet,
spanduk,
poster
yang
memajang
gambar
rokok
dan
mencantumkan merek rokok pada pemantik, pakaian, sepatu, tas dan merchandise
mereka sebagai bentuk sponsor. Hal tersebut akan dilakukan ketika menjadi sponsor
diberbagai acara yang berhubungan dengan remaja seperti menjadi sponsor olahraga
maupun konser yang kebanyakan penontonnya adalah remaja (Crofton, 2009). Hal ini
menyebabkan rasa ingin tahu tentang rokok meningkat,sehingga trend merokok di
kalangan remaja juga meningkat terutama dikalangan anak sekolah.
Anak sekolah menjadi cenderung merokok di sekolah maupun di luar sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari dkk (2005) yang dilakukan terhadap 921
anak SMP di Surakarta menunjukan sebanyak 211 anak sebagai perokok (23%). Anak
sekolah yang merokok setiap hari adalah 90 anak (9.8%), 86 orang (95.6%)
diantaranya anak laki-laki dan empat orang (4.4%) anak perempuan. Siswa yang
kadang-kadang merokok adalah 121 anak (13.1%), 104 (86.8%) diantaranya anak
laki-laki dan 16 (13.2%) anak perempuan. Diantara perokok tersebut siswa yang
merokok di sekolah terdapat 167 (18,1%), sedangkan yang tidak merokok di sekolah
754 (81,9%). Bayu (2008) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
merokok pada anak SMP di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo adalah
faktor pergaulan, uang saku dan iklan.
Seluruh
sekolah
SMP
di
Kota
Medan
memiliki
kebijakan
tidak
10
siswa dan siswi SMP di Kota Medan menjadi berkurang, tetapi tidak begitu pada
kenyataanya. Dalam kondisi di lapangan masih sering dijumpai siswa- siswi SMP dan
SMA di Kota Medan yang merokok baik dilingkungan sekolah maupun diluar
sekolah pada jam sekolah.
Beberapa sekolah SMP terletak di tengah Kota Medan yang sering melakukan
berbagai kegiatan-kegiatan positif seperti pentas seni, acara pertandingan olahraga
dan berbagai kegiatan lainnya, tetapi kegiatan ini semuanya didukung oleh sponsor
rokok yang kerap memasang spanduk, baliho, poster bahkan membagikan dan
menjual rokok sebagai bentuk promosi baik didalam maupun diluar lingkungan
sekolah. Disamping itu, rokok juga memasang baliho, poster, neon box di tempat
yang selalu dilalui oleh para ramaja yaitu dekat kawasan SMP yang membuat besar
kemungkinan siswa SMP di Kota Medan sangat rentan terbujuk rayu atas promosi
iklan rokok.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Iklan
2.1.1. Pengertian Iklan
Dalam Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia dinyatakan bahwa :
Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan
lewat suatu media dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta ditujukan kepada
sebagian atau seluruh masyarakat (Niken, 2007). Iklan diartikan sebagai berita
pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan
jasa yang dijual, dipasang pada media massa seperti surat kabar, majalah atau
ditempat-tempat umum. Sedangkan istilah periklanan merujuk kepada pemahaman
keseluruhan
khalayak,
target
melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, pengeksposan
langsung, reklame luar ruang, atau kendaraan umum (Monle lee, 2007).
12
berbagai
fitur
dan
manfaat
merek,
serta
memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. Karena merupakan suatu bentuk
alat komunikasi yang efektif, berkemampuan menjangkau khalayak luas dengan
biaya perkontak relatif rendah, periklanan memfasilitasi pengenalan (introduction)
merek-merek baru meningkatkan jumlah permintaan terhadap merek-merek yang
telah ada, dan meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen (TOMA-top
of mind awareness) untuk merek-merek yang sudah ada dalam kategori produk yang
matang
13
14
dan pesan yang terpadu. Karena hanya sedikit orang yang membaca beritanya,
gambar dan kepala berita harus mengikhtisarkan usulan penjualan. Pesan apapun
dapat disajikan dalam berbagai gaya pelaksanaan seperti potongan kehidupan, gaya
hidup, fantasi, suasana atau citra, musik, simbol kepribadian, keahlian teknis, bukti
ilmiah, atau bukti kesaksian (Kotler, 2001).
Penyampaian pesan juga harus memilih nada yang tepat untuk iklan tersebut.
Harus diperoleh kata-kata yang mudah diingat dan menarik perhatian. Unsur bentuk
seperti ukuran, warna dan ilustrasi iklan memberikan perbedaan baik terhadap
pengaruh iklan dapat meningkatkan kemampuan menarik perhatiannya. Iklan ukuran
besar menarik lebih banyak perhatian, walau tidak sebesar perbedaan biayanya.
Ilustrasi empat warna dan bukannya hitam putih akan meningkatkan efektifitas dan
biaya iklan.
Sejumlah periset mengenai iklan cetakan melaporkan bahwa gambar, kepala
berita, dan berita penting, sesuai urutan tersebut. Pembaca pertama memperhatikan
gambar, dan gambar harus cukup menarik untuk menarik perhatian. Kemudian kepala
berita harus efektif dalam mendorong orang tersebut untuk membaca beritanya.
Berita itu sendiri harus disusun dengan baik. Bahkan setelah itupun, suatu iklan
yang betul-betul bagus akan diperhatikan oleh kurang dari 50% audiensnya, sekitar
30% dari audiensnya itu mungkin ingat maksud kepala beritanya, sekitar 25%
mungkin ingat nama pengiklan, dan kurang dari 10% telah membaca sebagian
15
besar beritanya. Sayangnya iklan-iklan biasanya tidak mencapai hasil seperti itu
(Kotler, 2001).
Agar seluruh elemen iklan dapat disampaikan secara tuntas kepada audiens
hendaknya dapat memenuhi ketentuan AIDA yaitu getting attention (menarik
perhatian audience), holding
Tahap
Prepatory;
Seseorang
mendapatkan
gambaran
yang
16
Menurut Trim (2006), ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan
menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah :
1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari
3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan
tempat-tempat dimanaseseorang
menghisap
17
telah
menyusun
berbagai
peraturan
yang
mengatur
18
19
sarana umum yang memadai bagi perokok (smoking area), kegiatan masyarakat
tentang bahaya merokok, dan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya
merokok
3.
20
bertujuan untuk mencegah penyakit akibat penggunaan rokok bagi individu dan
masyarakat dengan melindungi kesehatan masyarakat terhadap insidensi
penyakit yang fatal dan penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup akibat
penggunaan rokok, melindungi penduduk usia produktif dan remaja dari
dorongan lingkungan dan pengaruh iklan untuk inisiasi penggunaan dan
ketergantungan terhadap rokok, dan meningkatkan kesadaran, kewaspadaan,
kemampuan dan kegiatan masyarakat terhadap bahaya kesehatan terhadap
penggunaan rokok. Penyelenggaraan pengamanan rokok bagi kesehatan
dilaksanakan dengan pengaturan meliputi: 1) kandungan kadar nikotin dan tar;
2) persyaratan produksi dan penjualan rokok; 3) persyaratan iklan dan promosi
rokok; 4) penetapan kawasan tanpa rokok.
4. Terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No.109/2012 tentang Pengamanan
Bahan yang Mengandung Zat Adiktif
Inilah sejumlah peraturan baru yang harus ditaati oleh produsen rokok :
a) Larangan kepada produsen untuk memproduksi rokok putih dalam
kemasan kurang dari 20 batang.
b) Produsen rokok wajib menyertakan peringatan kesehatan, baik gambar
maupun tulisan pada bagian atas kemasan, sisi lebar bagian depan dan
belakang dengan luas 40%.
c) Tulisan untuk peringatan
diawali
dengan
kata
Peringatan
21
e) Pengujian kandungan kadar nikotin dan tar tidak berlaku pada rokok
klobot, klembak menyan, cerutu dan tembakau iris.
f) Produsen wajib mencantumkan pernyataan, Dilarang menjual atau
memberi kepada anak berusia di bawah 18 tahun dan perempuan hamil.
g) Pada samping sisi lain kemasan produk harus terdapat pernyataan,
Tidak ada batas aman dan Mengandung lebih dari 4000 zat kimia
berbahaya, serta lebih dari 43 zat penyebab kanker.
h) Produsen dilarang mencantumkan kata Light, Ultra Light, Mild, Extra
Mild, Low Tar, Slim, Special, Full Flavour, Premium atau kata lain yang
mengindikasikan kualitas, superioritas, rasa aman, dan pencitraan pada
produk.
5. Permenkes No 28 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Peringatan
Kesehatan Dan Informasi Kesehatan Pada Kemasan Produk Tembakau.
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Produk Tembakau adalah suatu produk yang secara keseluruhan atau sebagian
terbuat dari daun tembakau sebagai bahan bakunya yang diolah untuk
digunakan dengan cara dibakar, dihisap, dihirup atau dikunyah.
2. Peringatan Kesehatan adalah gambar dan tulisan yang memberikan informasi
mengenai bahaya merokok.
3. Informasi Kesehatan adalah keterangan yang berhubungan dengan kesehatan
yang dicantumkan pada Kemasan Produk Tembakau.
22
4. Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar,
dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana
rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin
dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.
5. Kemasan Produk Tembakau yang selanjutnya disebut Kemasan adalah bahan
yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus produk tembakau baik
yang bersentuhan langsung dengan produk tembakau maupun tidak.
6. Label adalah setiap keterangan mengenai produk tembakau yang berbentuk
gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada
produk tembakau, dimasukkan ke dalam, di tempatkan pada atau merupakan
bagian Kemasan Produk Tembakau.
Pasal 2
Pengaturan pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada
Kemasan Produk Tembakau bertujuan untuk memberikan pedoman bagi
pelaku industri Produk Tembakau untuk melaksanakan pencantuman
Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk
Tembakau.
BAB II
PERINGATAN KESEHATAN
Pasal 3
23
(1) Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor produk tembakau ke dalam
wilayah Indonesia wajib mencantumkan Peringatan Kesehatan pada Kemasan
terkecil dan Kemasan lebih besar Produk Tembakau.
(2) Kemasan terkecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa bungkus yang
berhubungan langsung dengan Produk Tembakau untuk dijual eceran.
(3) Kemasan yang lebih besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa slop.
(4) Gambar dan tulisan Peringatan Kesehatan harus mempunyai satu makna yang
tercetak menjadi satu dengan Kemasan Produk Tembakau dan bukan merupakan
stiker yang ditempelkan pada Kemasan Produk Tembakau.
(5) Peringatan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam
Lampiran yang berbentuk cetak dan file elektronik yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(6) Peringatan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4)
tidak boleh tertutup oleh apapun sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku, kecuali pembungkus plastik transparan sehingga Peringatan
Kesehatan dan Informasi Kesehatan masih dapat terbaca dengan jelas.
(7) Dalam hal Kemasan Produk Tembakau dibungkus dengan pembungkus yang tidak
transparan sehingga peringatan kesehatan tidak dapat terbaca dengan jelas maka
Peringatan Kesehatan harus tercetak pada pembungkus.
(8) Ketentuan sebagaimana ayat (1) tidak termasuk rokok klobot, klembak
menyan, dan cerutu kemasan batangan.
24
Pasal 4
(1) Peringatan Kesehatan terdiri atas 5 (lima) jenis yang berbeda, yang dicantumkan
pada setiap 1 (satu) varian Produk Tembakau dengan porsi masing-masing 20%
(dua puluh persen) dari jumlah setiap varian Produk Tembakau pada waktu yang
bersamaan.
(2) Bagi industri Produk Tembakau non Pengusaha Kena Pajak wajib mencantumkan
paling sedikit 2 (dua) jenis Peringatan Kesehatan dari 5 (lima) jenis Peringatan
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 5
(1) Pencantuman Peringatan Kesehatan pada Kemasan berbentuk kotak persegi
panjang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. dicantumkan pada bagian atas Kemasan sisi lebar bagian depan dan belakang
masing-masing seluas 40% (empat puluh persen);
b. dalam hal Kemasan memiliki sisi lebar yang sama maka Peringatan Kesehatan
dicantumkan pada sisi depan dan sisi belakang Kemasan;
c. pada bagian atas gambar terdapat tulisan PERINGATAN dengan
menggunakan jenis huruf arial bold berwarna putih di atas dasar hitam
dengan ukuran huruf 10 (sepuluh) atau proporsional dengan Kemasan;
d. gambar dicetak berwarna dengan kombinasi 4 (empat) warna (Cyan,
Magenta, Yellow, Black) dengan kualitas gambar resolusi tinggi atau paling
sedikit 300 dot per inch (dpi);
25
26
27
c. kode produksi, tanggal, bulan, dan tahun produksi, serta nama dan alamat
produsen yang diletakkan pada sisi bawah Kemasan bagi Kemasan berbentuk
kotak persegi panjang dan kotak dengan sisi lebar yang sama atau pada sisi
bawah Kemasan bagi Kemasan berbentuk silinder.
(3) Informasi kandungan kadar tar dan nikotin sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dicetak dengan jenis huruf kapital arial dengan ukuran tulisan paling
sedikit 3 mm atau setara dengan ukuran huruf 8 (delapan) yang diletakkan di
dalam kotak segiempat dengan garis pinggir 1 mm dengan warna tulisan kontras
dengan warna dasar dan terbaca dengan jelas.
(4) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dicetak dengan jenis huruf
kapital arial, warna tulisan kontras dengan warna dasar dan terbaca dengan jelas.
(5) Pencantuman nama dan alamat produsen, sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c meliputi pabrik dan importir dengan ketentuan:
a. dalam hal nama lengkap pabrik atau importir terdiri atas 3 (tiga) kata atau
lebih, penulisan nama lengkap pabrik dapat menggunakan singkatan nama
pabrik atau importir; dan
b. lokasi pabrik atau importir harus menyebutkan nama kabupaten/ kota lokasi
pabrik/importir.
(6) Dalam hal lokasi pabrik atau importir terdapat lebih dari satu, pencantuman lokasi
pabrik atau importir pada Kemasan dapat mencantumkan satu lokasi pabrik atau
importir tertentu.
28
(7) Informasi kode produksi, tanggal, bulan, dan tahun produksi sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (2) huruf c dapat berbentuk cetakan, stempel, embos print
atau stiker.
Pasal 11
Selain informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, pada Kemasan Produk
Tembakau dapat dicantumkan pernyataan:
a. tidak ada batas aman; dan
b. mengandung lebih dari 4000 zat kimia berbahaya serta lebih dari 43 zat
penyebab kanker.
INFORMASI MENYESATKAN
Pasal 14
(1) Pada setiap Kemasan Produk Tembakau dilarang dicantumkan keterangan atau
tanda apapun yang menyesatkan atau kata-kata yang bersifat promotif.
(2) Keterangan atau tanda apapun yang menyesatkan atau kata-kata yang bersifat
promotif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keterangan atau kata
yang memperdaya atau cenderung bermaksud menciptakan kesan keliru tentang
dampak kesehatan dari Produk Tembakau atau seolah-olah Produk Tembakau
memberi manfaat untuk kesehatan.
(3) Selain larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pada Kemasan Produk
Tembakau dilarang dicantumkan kata light, ultra light, mild, extra mild,
29
low tar, slim, special, full flavor, premium, atau kata lain yang
mengindikasikan kualitas, superioritas, rasa aman, pencitraan,
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi Produk
Tembakau yang sudah mendapatkan sertifikat merek sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
30
Kesimpulan
Iklan rokok kini semakin ekspansif, baik di jalan-jalan melalui (media luar
ruang), di televise ( media elektronik), ataupun mensponsori diberbagai acara musik
dan olahraga. Iklan yang kian gencar itu menimbulkan keinginan pada remaja untuk
memulai merokok. Berdasarkan hasil penelitian Sekitar 29 persen responden
menyatakan terdorong kembali untuk menyalakan rokok setelah melihat iklan rokok.
Hasil survei yang pernah dilakukan oleh Komnas Perlindungan Anak ternyata 99,7
persen anak-anak terpapar iklan rokok ditelevisi, 87 persen terpajang iklan rokok di
luar ruang, serta 76,2 persen remaja-remaja melihat iklan rokok di koran dan majalah.
Sekitar 62,2 persen remaja memiliki kesan positif terhadap iklan rokok, 51,6 persen
remaja dapat menyebutkan lebih dari tiga slogan iklan rokok, dan 50 persen remaja
perokok merasa dirinya lebih percaya diri seperti yang dicitrakan iklan rokok.
Karakteristik iklan rokok sangat dekat dengan dunia anak-anak muda. Slogan-slogan
rokok mewakili dunia anak muda seperti Gak Ada Loe Gak Rame, Enjoy Aja!
Ekspresikan Aksimu, U are U! Selain itu, industri rokok juga menggunakan idola
remaja sebagai ikon produksinya. Pesannya berubah-ubah dengan tema yang
konsisten, berulang-ulang dan terus-menerus.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 46,3% remaja berpendapat iklan rokok
memiliki pengaruh besar untuk memulai merokok dan 41,5% remaja berpendapat
keterlibatan dalam kegiatan yang disponsori industri rokok memiliki pengaruh untuk
mulai merokok. 9% remaja perokok menyalakan rokoknya ketika melihat iklan rokok
pada saat tidak merokok dan 8% remaja perokok menyatakan mereka kembali
31
32
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5