Anda di halaman 1dari 15

NAMA : MARCAH FERRA YULENDA

NIM : 011.06.0019
1. Jelaskan proses terjadinya karies
Proses terbentuknya karies dimulai dari terbentuknya asam pada rongga mulut,
karbohidrat (gula), mikroorganisme, asam, dan plak gigi berperan dalam
proses pembentukan karies. Dalam keadaan normal di dalam mulut terdapat
bakteri dari sejumlah kecil sisa makanan, terutama gula dan karbohidrat yang
tertinggal pada tempat-tempat tertentu pada gigi, oleh bakteri sisa makanan
tersebut akan diubah menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam terus
diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak struktur gigi sedikit demi
sedikit. Asam yang terbentuk dapat mengikis email. Bakteri asam, sisa
makanan, serta protein saliva bergabung membentuk bahan lengket dan
melekat pada gigi yang disebut plak. Kemudian bakteri dan plak mulai bekerja
20 menit setelah makan. Asam yang terbentuk bersifat tajam dan dapat
mengikis email. Asam yang diproduksi dalam plak terus merusak lapisan
email gigi. Kemudian bakteri akan mengikuti jalan yang sudah dibuat oleh
asam dan menginfeksi lapisan berikutnya, yaitu dentin. Jika tidak dirawat,
proses ini terus berjalan sehingga lubang akan semakin dalam. Karies gigi
biasanya belum menimbulkan keluhan sakit kecuali telah mencapai bagian
pulpa gigi, karena pulpa penuh dengan sraf dan pembuluh darah akibat
terinfeksi, maka akan timbul rasa sakit terus-menerus.
2. Apa yang dimaksud dengan eksodentia, penatalaksaan & komplikasi
Eksodonsia adalah salah satu cabang ilmu bedah mulut yang mempelajari
tentang hal-hal yang berhubungan dengan tindakan bedah gigi.

Penatalaksaan : Pada dasarnya hanya ada dua cara pencabutan gigi, cara pertama yang
sering dilakukan pada kebanyakan kasus biasanya disebut pencabutan dengan tang, yang
terdiri atas pencabutan gigi atau akar gigi dengan menggunakan tang atau elevator (bein)
atau keduanya. Metode ini disebut juga pencabutan intra-alveolar.
Metode yang lain adalah dengan pembelahan gigi atau akar gigi dari perlekatan
tulangnya. Pemisahan ini dilakukan dengan membuang sebagian tulang yang menutupi
akar gigi, kemudian pencabutan dilakukan dengan menggukan bein dan tang, metode ini
disebut pencabutan trans-alveolar.
A. Pencabutan intra-alveolar
Pencabutan intra-alveolar adalah pencabutan gigi atau akar gigi dengan
menggunakan tang atau bein atau dengan kedua alat tersebut. Metode ini sering juga
disebut forceps extraction dan merupakan metode yang biasa dilakukan pada sebagian
besar kasus pencabutan gigi.
Dalam metode ini instrumen yang digunakan yaitu tang atau bein ditekan masuk
ke dalam ligamen periodontal diantara akar gigi dengan dinding tulang alveolar. Bila akar
telah terpegang kuat oleh tang, dilakukan gerakan kearah buko-lingual atau buko-palatal
dengan maksud menggerakkan gigi dari soketnya. Gerakan rotasi kemudian dilakukan
setelah dirasakan gigi agak goyang. Tekanan dan gerakan yang dilakukan haruslah merata
dan terkontrol sehingga fraktur gigi dapat dihindari.
B. Pencabutan trans-alveolar
Pada beberapa kasus terutama pada gigi impaksi, pencabutan dengan metode
intra-alveolar sering kali mengalami kegagalan sehingga perlu dilakukan pencabutan
dengan metode trans-alveolar. Metode pencabutan ini dilakukan dengan terlebih dahulu
mengambil sebagian tulang penyangga gigi. Metode ini juga sering disebut metode
terbuka atau metode bedah yang digunakan pada kasus-kasus:

a. Gigi tidak dapat dicabut dengan menggunakan metode intra alveolar


b. Gigi yang mengalami hipersementosis atau ankilosis
c. Gigi yang mengalami germinasi atau dilaserasi
d. Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan bein, terutama
sisa akar yang berhubungan dengan sinus maxillaris.
Perencanaan dalam setiap tahap dari metode trans-alveolar harus dibuat secermat
mungkin untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan. Masing-masing kasus
membutuhkan perencanaan yang berbeda yang disesuaikan dengan keadaan dari setiap
kasus. Secara garis besarnya, komponen penting dalam perencanaan adalah bentuk flep
mukoperiostal dan cara yang digunakan untuk mengeluarkan gigi atau akar gigi
dari soketnya serta seberapa banyak pengambilan tulang yang
diperlukan.
Komplikasi
Berbicara masalah pencabutan gigi tidak terlepas dari beberapa komplikasi
normal yang menyertainya seperti terjadinya perdarahan sesaat, oedem (pembengkakan)
dan timbulnya rasa sakit. Komplikasi sendiri merupakan kejadian yang merugikan dan
timbul diluar perencanaan dokter gigi. Oleh karena itu, kita sebagai dokter gigi harus
tetap mewaspadai segala kemungkinan dan berusaha untuk mengantisipasinya sebaik
mungkin. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi lanjutan dengan resiko
yang lebih besar.
1. Perdarahan mungkin merupakan komplikasi yang paling ditakuti oleh dokter maupun
pasien karena dianggap dapat mengancam hidup. Pasien dengan gangguan
pembekuan darah sangatlah jarang ditemukan, kebanyakan adalah individu dengan

penyakit hati, misalnya seorang alkoholik yang menderita sirosis, pasien yang
menerima terapi antikoagulan, atau pasien yang mengkonsumsi aspirin dosis tinggi
atau agen antiradang nonsteroid. Semua itu mempunyai resiko perdarahan.
2. Infeksi.
Meskipun jarang terjadi tetapi hal ini jangan dianggap sepele. Bila terjadi dokter gigi
dapat memberikan resep berupa antibiotik untuk pasien yang beresiko terkena infeksi.
3. Pembengkakan
Keadaan ini terjadi akibat perdarahan yang hebat saat pencabutan gigi. Ini terjadi
karena bermacam hal seperti; kelainan sistemik pada pasien.
4. Dry socket Kerusakan bekuan darah ini dapat disebabkan oleh trauma pada saat

pencabutan gigi (pencabutan dengan komplikasi), dokter gigi yang kurang berhatihati penggunaan kontrasepsi oral, penggunaan kortikosteroid dan suplai darah
(suplai darah di rahang bawah lebih sedikit daripada rahang atas). Kurangnya
irigasi saat dokter gigi melakukan tindakan juga dapat menyebabkan dry socket.
Gerakan menghisap dan menyedot seperti kumur-kumur dan merokok segera
setelah pencabutan dapat mengganggu dan merusak bekuan daraH
5. Rasa sakit
Rasa sakit paska operasi akibat trauma jaringan keras dapat berasal dari cederanya
tulang karena terkena instrumen atau bur yang terlalu panas selama pembuangan
tulang. Dengan mencegah kesalahan teknis dan memperhatikan penghalusan tepi
tulang yang tajam, serta pembersihan soket tulang setelah pencabutan dapat
menghilangkan penyebab rasa sakit setelah pencabutan gigi.
6. fraktur mahkota gigi
a. Selama pencabutan mungkin tidak dapat dihindari bila gigi sudah mengalami karies
atau restorasi besar. Namun hal ini sering juga disebabkan oleh tidak tepatnya aplikasi
tang pada gigi, bila tang di aplikasikan pada mahkota gigi bukan pada akar atau massa
akar gigi atau dengan sumbu panjang tang yang tidak sejajar dengan sumbu panjang
gigi. Bila operator memilih tang dengan ujung terlalu lebar dan hanya memberikan
kontak 1 titik gigi dapat pecah bila tang ditekan. Bila tangkai tang tidak dipegang

dengan kuat, ujung tang mungkin terlepas dari akar dan mematahkan mahkota gigi.
Terburu-buru biasanya merupakan penyebab dari semua kesalahan, yang sebenarnya
dapat dihindari bila operator bekerja sesuai metode. Pemberian tekanan
berlebihan dalam upaya mengatasi perlawanan dari gigi tidak
dianjurkan dan bisa menyebabkan fraktur mahkota gigi.
b. Fraktur tulang alveolar Dapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar. Bila
terasa bahwa terjadi fraktur tulang alveolar sebaiknya giginya dipisahkan terlebih
dahulu dari tulang yang patah, baru dilanjutkan pencabutan .
c. Fraktur yang bersebelahan atau gigi antagonis
1. Gigi antagonis bisa pecah atau fraktur bila gigi yang akan dicabut tiba-tiba
diberikan tekanan yang tidak terkendali dan tang membentur gigi tersebut. Teknik

7.

pencabutan yang terkontrol dapat mencegah kejadian ini.


Fraktur mandibula atau maxilla
Kondisi ini terjadinya fraktur (patah tulang) yang tidak diharapkan dari bagian soket
gigi atau bahkan tulang mandibula atau maksila tempat melekatnya tulang alveolar
berada. Paling umum terjadi dikarenakan kesalahan teknik operator saat melakukan
pencabutan gigi. Oleh karena itu operator diharuskan memiliki teknik yang benar dan
bisa memperhitungkan seberapa besar penggunaan tenaga saat mencabut gigi dan
cara menggunakan alat dengan tepat.

3.Gambarkan anatomi gigi & jaringan pendukungnya

Gigi terdiri dari beberapa jaringan pembentuk. Secara garis besar, jaringan pembentuk
gigi ada 3, yaitu email, dentin, dan pulpa.
I.

Email
Email adalah lapisan terluar yang melapisi mahkota gigi. Email berasal dari
epitel (ektodermal) yang merupakan bahan terkeras pada tubuh manusia dan paling
banyak mengandung kalsium. Secara kimia, email merupakan Kristal yang
terkalsifikasi dengan persentase bahan anorganik 95-99 %, terutama sebagai kalsium
fosfat, dalam bentuk Kristal apatit, dan bahan matriks organic 1 %, dan sisanya adalah
air.
Matriks organic email tidak terdiri atas serabut-serabut kolageb tetapi terdiri
atas sekurang-kurangnya 2 golongan protein heterogen yang disebut amelogenin dan
enamelin. Enamelin terdiri atas asam aspartat, serin, glisin, prolin, dan asam
glutamate. Hidroksi apatit merupakan unsure mineral yang paling banyak.
Email merupakan jaringan semitranslusen, sehingga warna gigi bergantung
kepada warna dentin di bawah email, ketebaan email, dan banyaknya stain pada
email. Ketebalan email tidak sama, paling tebal di daerah oklusal atau insisal dan
makin menipis mendekati pertautannya dengan sementum.
Unit structural email adalah prisma (batang) email, dengan substansi
interprismatik di antara prisma-prisma tersebut. Setiap batang terbentang pada
keseluruhan tebal lapisan email. Setiap prisma letaknya tegak lurus terhadap
permukaan dentin, dari batas email-dentin ke permukaan gigi. Tetapi di bagian tengah
tersusun dalam bentuk sedikit spiral. Tiap prisma dibentuk oleh satu ameloblas dan

pada potongan melintang tampak seperti sisik serta dasar prisma-prisma email
tersebut berbentuk heksagonal.
Matriks email dihasilkan oleh sel-sel yang disebut ameloblas. Selsilindris
tinggi ini mempunyai banyak mitokondria di bawah inti reticulum endoplasma kasar
dan kompleks golgi yang berkembang baik. Setiap ameloblas memiliki juluran apical,
dikenal sebagai prosesus Tomes. Mengandung banyak granul sekresi. Granul ini
mengandung protein yang menyusun matriks email.
Adapun sifat fisik email, sebagai berikut :
1.

Warna putih keabu-abuan transparan

2.

Kekuatan tarikan kurang lebih 100 kg/cm2

3.

Kekuatan kompressinya 2100 3500 kg/cm2

4.

Bersifat getas

5.

Ketebalan pada cusp kurang lebih 2,5 mm

Sifat termal email :


1.

Meneruskan panas dengan konduksi

2.

Tidak menghantarkan listrik tetapi mentransmisi listrik

Permeabilitas email :
1.

Bersifat permiabel terhadap sejumlah material baik invivo/ invitro

2.

Dapat dipenetrasi oleh molekul yang cukup besar pada suhu kamar/ suhu
tubuh.

II.

Dentin
Dentin merupakan komponen terbesar jaringan keras gigi. Di daerah mahkota

ditutupi oleh email, sedangkan di daerah akar ditutupi oleh sementum. Secara internal,
dentin membentuk dinding rongga pulpa.
Dentin membentuk bagian terbesar dari gigi dan merupakan jaringan yang
telah mengalami kalsifikasi sama seperti tulang, tetapi sifatnya lebih keras karena
kadar garam kalsiumnya lebih besar (80%) dalam bentuk hidroksi apatit. Zat antar sel
organic (20%) terutama terdiri atas serat-serat kolagen dan glikosaminoglikans, yang
disintesis oleh sel yang disebut odontoblas.
Odontoblas membentuk selapis sel-sel yang terletak di pinggir pulpa
menghadap permukaan dalam dentin. Odontoblas berasal dari mesenkim, berbentuk

silindris dan inti di bagian basal. Sitoplasmanya basofilik dengan banyak RE


bergranula, dan seluruh aparat golgi yang letaknya supra nuclear.
Sel pada puncaknya yang menghadap dentin membentuk tonjolan sitoplasma
panjang dan halus yang disebut serat dentin dari Tomes. Serat-serat ini menembus
seluruh tebal dentin dan terletak dalam saluran-saluran kecil pada dentin dan disebut
sebagai tubulus dentin. Dentin yang berada tepat di sekitar tiap tubulus sifatnya lebih
refringen dan disebut sebagai selubung Neumann. Dentin muda yang baru terbentuk
disebut sebagai predentin. Lapisan ini pada dasarnya tidak mengandung mineral dan
warnanya berbeda dari dentin. Predentin terdiri atas substansi dasar dan serat-serat
kolagen dibentuk oleh odontoblas. Di dalam dentin terdapat daerah-daerah kecil,
disebut ruang interglobular, yang hanya sebagian atau sama sekali tidak mengalami
pengapuran.
Pembentukan dentin bersifat siklis dan tidak teratur, dan pada gigi yang telah
lengkap pertumbuhannya terdapat garis pertumbuhan incremental dari Owen, yang
tampak sebagai lingkaran pertumbuhan pada potongan melintang.
Dentin peka terhadap rasa raba, panas, dingin, dan konsentrasi ion hydrogen.
Diperkirakan bahwa rangsangan itu diterima oleh serat dentin dan diteruskan olehnya
ke serat saraf di dalam pulpa.
Odontoblas bertahan selama hidup dan bila dirangsang secara berlebihan atau
oleh adanya penyakit periodontal, sel odontoblas ini dapat meletakkan dentin baru,
disebut sebagai dentin reparatif. Bila odontoblas dirusak, dentin tetap ada untuk
waktu lama, tidak seperti tulang.
Adapun sifat fisik dari dentin, ialah :
1.

Keras, warna putih kekuningan

2.

Tahanan tarik 250 kg/cm2

3.

Elastisitas cukup tinggi

Permeabilitas dentin :
1.

Tubuli dentin merupakan saluran utama untuk berdifusinya cairan


melalui dentin

2.

Sebanding dengan diameter dan jumlah tubuli

3.

Tinggi pada pulpa

4.

Lebih rendah pada dentin akar daripada dentin mahkota dan bagian luar
sangat tidak permeable

5.

Pada infeksi gigi reaksi radang berkembang di dalam pulpa jauh sebelum
terkena infeksi

6.

Sklerorik dentin mengurangi permeabilitas karena menyubat tubuli

7.

Pengeboran dentin pada pada preparasi kavitas menghasilkan debris


mikro kristalin yang menutupi tubuli dentin yang disebut smear layer
dan berfungsi mencegah kuman menembus dentin.

III. Pulpa
Pulpa gigi adalah jaringan lunak yang terletak di tengah-tengah gigi. Jaringan
ini adalah jaringan pembentuk, penyokong, dan merupakan bagian integral dari dentin
yang mengelilinginya.
Ukuran serta bentuk pulpa ini dipengaruhi oleh tahap perkembangan giginya,
yang terkait dengan umur pasien. Tahap perkembangan gigi juga berpengaruh pada
macam terapi pulpa yang diperlukan jika misalnya pulpa terkena cedera.
Umumnya, garis luar jaringan pulpa mengikuti garis luar bentuk gigi. Bentuk
garis luar ruang pulpa mengikuti bentuk mahkota gigi dan bentuk garis luar saluran
pulpa mengikuti bentuk akar gigi. Pulpa gigi dalam rngga pulpa berasal dari jaringan
mesenkim dan mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai pembentuk, sebagai
penahan, mengandung zat-zat makanan, mengandung sel-sel saraf/sensori.
Pulpa terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1. Ruang atau rongga pulpa, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian tengah korona
gigi dan selelu tunggal. Sepanjang kehidupan pulpa gigi mempunyai kemampuan untuk
mengendapkan dentin sekunder, pengendapan ini mengurangi ukuran dari rongga
pulpa.
2. Tanduk pulpa, yaitu ujung dari ruang pulpa.
3.

Saluran pulpa atau saluran akar, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian akar
gigi. Pada kebanyakan kasus, jumlah saluran akar sesuai dengan jumlah akar, tetapi
sebuah akar mungkin mempunyai lebih dari sebuah saluran.

4. Foramen apikal, yaitu ujung dari saluran pulpa yang terdapat pada apeks akar berupa
suatu lubang kecil.
5. Supplementary canal. Beberapa kar gigi mungkin mempunyai lebih dari satu foramen,
dalam hal ini, saluran tersebut mempunyai 2 atau lebih cabang dekat apikalnya yang
disebut multiple foramina / supplementary canal.
6.

Orifice, yaitu pintu masuk ke saluran akar gigi. Saluran pulpa dihhubngkan dengan
ruang pulpa. Adakalanya ditemukan suatu akar mempunyai lebih dari satu

saluranpulpa, misalnya akar mesio-bukal dari M1 atas dan akar mesial dari M1 bawah
mempunyai 2 saluran pulpa yang berakhir pada sebuah foramen apikal.
Di dalam pulpa terdapat berbagai jenis sel, yaitu :
1. Odontoblas, yaitu sel pulpa yang paling khas. Sel ini membentuk lapisan tunggal di
perifernya dan mensintesis matriks yang kemudian termineralisasi dan menjadi dentin.
Odontoblas adalah sel akhir yakni tidak mengalami lagi pembelahan sel. Odontoblas
terdiri atas dua komponen structural dan fungsional utama yakni badan sel dan prosesus
sel.
2.

Preodontoblas. Odontoblas baru dapat tumbuh setelah odontoblas yang lama hilang
akibat cedera. Namun tumbuhnya odontoblas baru hanya bisa terjadi jika pada zona
kaya akan sel telah ada preodontoblas. Preodontoblas adalah sel yang telah
terdiferensiasi sebagian sepanjang garis odontoblas. Preodontoblas ini akan bermigrasi
ke tempat terjadinya cedera dan melanjutkan diferensiasinya pada tempat tersebut.

3.

Fibroblast, adalah tipe sel yang paling umum terlihat dalam jumlah paling besar di
pulpa mahkota. Sel ini menghasilkan dan mempertahankan kolagen serta zat dasar
pulpa dan mengubah struktur pulpa jika ada penyakit. Akan tetapi, tidak seperti
odontoblas, sel ini mengalami kematian apoptosis dan diganti jika perlu oleh maturasi
dari sel yang kurang terdiferensiasi.

4. Sel cadangan. Sel ini merupakan sumber bagi sel jaringan ikat pulpa. Sel precursor ini
ditemukan di zona kaya akan sel dan inti pulpa serta dekat sekali dengan pembuluh
darah. Tampaknya, sel-sel ini merupakan sel yang pertama kali membelah ketika terjadi
cedera.
5. Sel-sel sistem imun. Makrofag, limfosit T, dan sel dendritik juga merupakan penghuni
seluler yang normal dari pulpa. Sel dendritik dan prosesusnya ditemukan di seluruh
lapisan odontoblas dan memiliki hubungan yang dekat dengan elemen vaskuler dan
elemen saraf. Sel-sel ini merupakan bagian dari sistem respons awal dan pemantau dari
pulpa. Sel ini akan menangkap dan memaparkan antigen terhadap sel T residen dan
makrofag.
Jaringan pulpa memiliki lima fungsi yakni bersifat formatif dan bersifat suportif. Adapun
fungsi pulpa, yaitu :
1. Induktif. Jaringan pulpa berpartisipasi dalam memulai dan perkembangan dentin, yang
bila terbentuk, akan mengarah pada pembentukan email. Kejadian-kejadian ini
merupakan kejadian yang saling bergantung dalam arti bahwa epitel email akan
menginduksi diferensiasi odontoblas, dan odontoblas serta dentin menginduksi

pembentukan email. Interaksi epitel-mesenkim seperti itu adalah esensi dari


pembentukan gigi.
2. Formatif. Odontoblas membentuk dentin. Sel yang sangat special ini berpartisipasi dalam
pembentukan dentin dalam tiga cara :
a.

Melalui sintesis dan sekresi matriks anorganik.

b. Melalui pengangkutan komponen anorganik ke matriks yang baru terbentuk di saat-saat


awalnya.
c.

Melalui penciptaan lingkungan yang memungkinkan mineralisasi matriks.

3. Nutritif. Jaringan pulpa memasak nutrient yang sangat penting bagi pembentukan dentin
(misalnya dentin pretubuler) dan hidrasi melalui tubulus dentin.
4. Defensif. Jaringan pulpa juga memiliki kemampuan memroses dan mengindentifikasi zat
asing serta menimbulkan respons imun terhadap keberadaan zat asing itu. hal ini adalah
cirri khas respons pulpa terhadap karies dentin.
5. Sensatif. Jaringan pulpa mentransmisikan sensasi saraf yang berjalan melalui email atau
dentin ke pusat saraf yang lebih tinggi. Sensasi pulpa yang berjalan melalui dentin dan
email biasanya cepat, tajam, parah, dan ditransmisikan oleh serabut bermielin. Sensasi
yang dialami diawali di dalam inti pulpa dan ditransmisikan oleh serabut C yang lebih
kecil, biasanya lambat, lebih tumpul, dan lebih menyebar (difus).
B. Jaringan Pendukung Gigi
I.

Sementum
Sementum bagian dari jaringan gigi dan termasuk juga bagian dari jaringan
periodontium karena menghubungkan gig dengan tulang rahang dengan jaringan yang
terdapat di selaput periodontal.
Bila ada rangsangan yang kuat pada gigi maka akan terjadi resorpsi/penyerapan selsel sementum pada sisi yang terkena rangsangan dan pada sisi lainnya akan terbentuk
jaringan sementum baru. Pembentukan sementum yang baru kearah luar.
Jaringan sementum tidak mengadakan resorpsi atau pembentukan kembali tetapi
mengalami aposisi- makin tua umur makin tebal lapisan semen. Adapun macam-macam
sementum ialah :

1. Semen primer ialah semen yang terdapat pada waktu erupsi gigi.
2. Semen fisiologis ialah lapisan semen yang terbentuk karena meningkatnya usia.
3. Semen patologis ialah semen yang terbentuk karena iritasi obat-obatan pada perawatan
endodontia, karena penyakit dan sebagainya, misalnya hipersementosis.
II.

Gingiva

Gingiva adalah bagian mukosa mulut yg mengelilingi gigi dan menutupi ridge alveolar.
Secara anatomi, gingiva dibagi atas tiga daerah :
1. Marginal gingiva (unattached gingiva), merupakan bagian gingiva yang mengelilingi gigi
seperti kerah baju dan tidak melekat langsung pada gigi, biasa juga disebut juga dengan
free gingiva
2.

Attached gingiva merupakan lanjutan dari marginal gingival dan disebut juga mukosa
fungsional.

3.

Interdental gingival, merupakan bagian gingival yang mengisi ruang interproksimal


antara dua gigi yang bersebelahan.

III. Ligamentum Periodontal


Ligamnetum periodontal merupakan struktur jaringan konektif yang mengelilingi akar
gigi dan mengikatnya ke tulang. Ligamen periodontal merupakan lanjutan jaringan
gingiva yang berhubungan dengan ruang sumsum tulang melalui saluran vaskuler.
Adapun fungsi ligamnetum periodontal adalah :
1. Memelihata aktivitas biologik sementum dan tulang alveolar.(Fungsi Formatif)
2.

Menyuplai nutrisi dan membersihkan produk sisa mll aliran darah dan limfe.(Fungsi
Nutritif)

3. Memelihara relasi gigi thdp jar.keras dan lunak. (Fungsi Fisik)


4.

Menghantarkan tekanan taktil dan sensasi nyeri melalui jalur trigeminal. (Fungsi
Sensorik)

Serat utama ligamnetum periodontal terbagi atas enam kelompok, yaitu :


1. Kelompok transeptal
2. Kelompok crest alveolar
3. Kelompok horizontal
4. Kelompok oblique
5. Kelompok apikal
6. Kelompok interadikular
IV. Tulang alveolar
Tulang alveolar disebut juga prosesus alveolaris yg mencakup tulang rahang secara
keseluruhan, yaitu maksila dan mandibula yg membentuk dan mendukung soket

(alveoli) gigi. Terbentuk ketika gigi erupsi dan secara perlahan hilang ketika gigi sudah
dicabut. Adapun struktur tulang alveolar ialah :
1. Tulang trabekular/ medular/ cancellous/ spongiosa, merupakan simpanan kalsium untuk
memenuhi kebutuhan metabolism (bagian metabolic).
2.

Tulang kortikal/ osteid/ callus/ kompakta. Struktur dasar tulang kompak terdiri atas
sistem harvian (osteon)
4. Jabarkan tentang nervus trigeminus
Nervus sensori pada rahang dan gigi berasal dari cabang nervus cranial keV atau nervus trigeminal pada maksila dan mandibula. Persarafan pada daerah
orofacial, selain saraf trigeminal meliputi saraf cranial lainnya, seperti saraf
cranial ke-VII, ke-XI, ke-XII. Nervus trigeminus merupakan nervus cranial
terbesar, sensorik pada leher dan kepala serta merupakan nervus motorik pada
otot-otot pengunyahan.
Nervus trigeminus muncul dari pons, dekat dengan batas sebelah atas
dengan radiks motorik kecil yang terletak di depan dan radiks sensorik besar yang
terletak di medial. Nervus trigeminus dinamai saraf tiga serangkai sebab terdiri
atas tiga cabang (rami) utama yang menyatu pada ganglion Gasseri.
Ketiga cabang tersebut adalah:
1. Nervus ophtalmicus, yang mensarafi dahi, mata, hidung, selaput otak, sinus
paranasalis dan sebagian dari selaput lendir hidung.
2. Nervus maxillaries, yang mensarafi rahang atas serta gigi-gigi rahang atas, bibir
atas, pipi, palatum durum, sinus maxillaries dan selaput lendir hidung.
Saraf

ini

memasuki

rongga

tengkorak

melalui

foramen

rotundum.

3. Nervus mandibularis, yang mensarafi rahang bawah, bibir bawah, mukosa pipi,
lidah, sebagian dari meatus accusticus externus, meatus accusticus internus dan
selaput otak. Saraf ini memasuki rongga tengkorak melalui foramen ovale.
NERVUS MAKSILA
Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi pada maksila,
palatum, dan gingiva di maksila. Selanjutnya cabang maksila nervus trigeminus

ini akan bercabang lagi menjadi nervus alveolaris superior. Nervus alveolaris
superior ini kemudian akan bercabang lagi menjadi tiga, yaitu nervus alveolaris
superior anterior, nervus alveolaris superior medii, dan nervus alveolaris superior
posterior. Nervus alveolaris superior anterior mempersarafi gingiva dan gigi
anterior, nervus alveolaris superior medii mempersarafi gingiva dan gigi premolar
serta gigi molar I bagian mesial, nervus alveolaris superior posterior mempersarafi
gingiva dan gigi molar I bagian distal serta molar II dan molar III.
NERVUS MANDIBULA
Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior.
Nervus alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah
akar gigi molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah
merupakan sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih
besar yang membentuk plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap
akar gigi.Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada
persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada mukosa
pipi, saraf ini juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke area kecil
pada gingiva buccal di area molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus,
distribusi ini memanjang dari caninus sampai ke molar ketiga. Nervus lingualis,
karena terletak di dasar mulut, dan memiliki cabang mukosa pada beberapa area
mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid, terkadang dapat melanjutkan
perjalanannya pada permukaan bawah otot mylohyoid dan memasuki mandibula
melalui foramen kecila pada kedua sisi midline. Pada beberapa individu, nervus
ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus sentral dan ligament periodontal.
5. Apa yang dimaksud dengan mucocele ?
Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh pecahnya saluran
kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di sekitarnya. Mucocele
bukan kista, karena tidak dibatasi oleh sel epitel. Paling sering terjadi pada bibir
bawah (60% pada seluruh kasus), dan dapat terjadi juga di mukosa bukal, anterior

lidah, dan dasar mulut. Mucocele jarang terjadi pada bibir atas, palatum (langitlangit) lunak.
6. Apa yang dimaksud dengan ginggivitis ?
inflamasi atau peradangan yang mengenai jaringan lunak di sekitar gigi atau
jaringan gingiva.

Anda mungkin juga menyukai