Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Ansietas / Cemas
B. Konsep Dasar
1. Pengertian
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi, ketika
merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat
akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam itu
dapat terjadi (Videbeck, 2010).
Menurut Herdman (2012), mendefinisikan ansietas sebagai perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber seringkali tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
Menurut Capernito (2009) kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok
mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom
dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, non spesifik.
2. Tanda dan gejala
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.

3. Faktor Predisposisi
Teori yang menjelaskan terjadinya anxietas diantaranya :
a. Teori psikoanalitik

Menurut Freud struktur kepribadian terdiri dari tiga eleman yaitu id, ego dan super
ego. Id merupakan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma norma budaya seseorang,
sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego.
Ansientas merupakan konflik antara id dan super ego yang berfungsi untuk
memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang perlu diatasi.
b. Teori Interpersonal
Anxietas terdiri dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan
yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai
harga diri rendah sangat mudah untuk mengalami anxietas.
c. Teori Perilaku
Anxietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Teori ini meyakini bahwa manusia
yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan
menunjukan kemungkinan anxietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya.
4. Faktor Presipitasi
Ada dua ancaman besar yang dapat menimbulkan anxietas. Yaitu :
a. Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan
terhadap kebutuhan
b. Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan
hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status/peran

5. Respon Anxietas
Rentang respon sehat sakit dapat dipakai untuk menggambarkan respon adaptif
maladaptif pada anxietas.

Respon Adaptif
Antisipasi

Respon Maladaptif
Ringan

Sedang

Berat

Panik

a. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupamn sehari
hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati hati dan
waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
1) Respon fisiologis
Sesekali nafas pendek
Nadi dan tekanan darah naik
Gejala ringan pada lambung
Muka berkerut dan bibir bergetar
2) Respon Kognitif
Lapang persepsi meluas
Mampu menerima rangsangan yang kompleks
Konsentrasi ada masalah
Menyelsaikan masalah secara efektif
3) Respon prilaku dan emosi
Tidak dapat duduk tenang
Tremor halus pada tangan
Suara kadang kadang meninggi

b. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
1) Respon fisiologik
Sering nafas pendek
Nadi dan tekanan darah naik
Mulut kering
Anorexia
Diare/konstipasi

Gelisah
2) Respon kognitif
Lapang persepsi menurun
Rangsangan luar tidak mampu diterima
Berfokus pada apa yang diperhatikan
3) Respon prilaku dan emosi
Gerakan tersentak sentak
Bicara banyak dan lebih cepat
Susah tidur
Perasaan tidak aman
c. Ansietas berat
Pada anxietas ini lapang persepsi akan menjadi sangat sempit. Individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak
mamppu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntunan.
1) Respon fisiologi
Nafas pendek
Nadi dan tekanan darah naik
Berkeringat dan skit kepala
Penglihatan kabur
Ketegangan
2) Respon kognitif
Lapang persepsi sangat sempit
Tidak mampu menyelesaikan masalah
3) Respon Perilaku dan emosi
Perasaan ancaman meningkat
Verbalisasi cepat
Blocking
d. Panik
Pada tingkat ini lahan persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa apa walaupun sudah diberi
pengarahan.
1) Respon fisiologis
Nafas pendek
Rasa tercekik dan palpitasi
Sakit dada
Pucat
Hipotensi

Koordinasi motorik rendah


2) Respon Kognitif
Lapang persepsi sangat sempit
Tidak dappat berfikir logis
3) Respon perilaku dan emosi
Agitasi
Mengamuk dan marah
Ketakutan, berteriak dan blocking
Kehilangan kendali/kontrol diri
Persepsi kacau

6. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku
dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya
melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan
tingkat kecemasan.
Respon Fisiologis terhadap anxietas
Sistem
Kardiovaskuler

Saluran pernapasan

Neuromuskuler

Respon
o Palpitasi
o Jantung berdebar
o Tekanan darah naik, denyut nadi
turun dan tekanan darah turun
o Rasa mau pingsan
o Pingsan
Napas cepat
Pernafasan dangkal
Rasa tertekan pada dangkal
Rasa tercekik
Terengah -engah
o Peningkatan refleks
o Reaksi kejutan
o Mata berkedip kedip
o Insomnia
o Ketakutan
o Gelisah

Gastrointestinal

Saluran kemih
Sistem kulit

Perilaku

Kognitif

Afektif

Wajah tegang
Kelemahan secara umum
Gerakan lambat
Kehilangan nafsu makan
Menolak makanan
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Rasa
terbakar
pada
daerah
epigastrium
o Nausea
o Diare
Tidak dapat menahan bak
Sering buang air kecil
Rasa terbakar pada muka
Berkeringat setempat
Gatal gatal
Muka pucat
Berkeringat seluruh tubuh
Gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup
Bicara cepat
Tidak ada koordinasi
Menarik diri
Menghindar
Gangguan perhatian
Konsentrasi hilang
Pelupa
Salah tapsir
Menurunya lahan persepsi
Tidak sabar
Tegang
Takut yang berlebihan
Sanagt helisah
Gugup yang lluar biasa
o
o
o
o
o
o
o

7. Mekanisme Koping
Ketika mengalami anxietas individu menggunakan bermacam macam mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya. Ketidak mampuan mengatasi anxietas secara
konstruktif merupakan penyebab utama prilaku yang patologis. Anxietas sedang dan
berat dapat menimbulkan dua tipe mekanisme koping sebagai berikut:

a. Reaksi orientasi tugas, berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari
situasi stress secara realistis yang dapat berupa konstruktif atau destruktif.
Perilaku menyerang (agresif) biasanya untukmenghilangkan atau mengatasi
rintangan untuk memutuskan kebutuhan
Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber sumber ancaman
baik secara fisik atau psikologis
Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan , merubah tujuan
atau memutuskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.
b. Mekanisme pertahanan ego; membantu seseorang untuk mengatasi anxietas, tetapi
bila digunakan secara terus menerus dapat menimbulkan respon maladaptif.

C. Asuhan Keperawatan
1. Pohon Masalah
Resiko gangguan pola tidur

Ansietas

Koping individu tidak efektif


2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
3. Rencana Tindakan
a. Untuk diagnosa dengan etiologi Anxietas berat/panic
Tujuan Khusus
1.

Tindakan Keperawatan

Pasien
dapat
membina a. Temani klien
hubungan saling percaya dan b. Perkenalkan diri pperawat
terhindar dari bahaya
c. Dorong
dan
dengarkan
klien
mengungkapkan perasaannya
d. Bersikap terbuka
e. Selalu siap menerima klien
f. Langsung jawab pertanyaan klien
g. Terima perasaan positif atau negatif

h. Gali penyebab anxietas

2.

3.

4.

5.

a. Beri
obat
untuk
menurunkan
Pasien dapat meningkatkan
anxietas
kesehatan fisik dan psikologis
b. Amati efek samping obat dan berikan
penyuluhan keesehatan

a. Tunjukan sikap yang tenang


Pasien dapat mengidentifikasi b. Ciptakan situasi lingkungan yang
tenang
dan berusaha menurunkan
c.
Batasi interaksi pasien dengan
situasi
yang
dapat
lingkungan
menimbulkan anxietas
d. Identifikasi danm modifikasi situasi
yang menyebabkan anxietas
e. Berikan bantuan terapi fisik seperti
mandi air hangat

a. Terima pasien apa adanya dan jangan


menetang pada keyakinannya
b.
Kenalkan
realitas
nyeri
yang
Pasien dapat meyakini tentang
berhubungan dengan mekanisme
manfaat mekanisme koping
koping
c. Beri pasien umpan balik tentang
Perilaku
d. kuatkan ide ide bahwa kekuatan
fisik berhubungan dengan kesehatan
emosional
a. Beri klien aktifitas yang bersifat
mendukung dan menguatkan
Pasien dapat
melakukan b. Beri oasien kekuatan fisik yang
sesuai dengan bakatnya
kegiatan yang menarik dan
c. Bersama pasien buat jadwal aktifitas
aktifitas yang terjadwal
d. Libatkan anggota keluarga dan sistem
pendukung lainnya.

b. Untuk diagnosa dengan etiologi anxietas sedang


Tujuan Kusus
1.

Pasien

dapat

menjalin

Tindakan keperawatan
dan a. Jadilah pendengar yang hangat dan

mempertahanklan
saling percaya

hubungan
b.
c.

2.

Pasien
dapat
anxietasnya

d.
mengenal a.
b.
c.

3.

d.
e.
pasien
dapat
memperluas a.
kesadarannya
terhadap
perkembangan anxietas
b.
c.

4.

pasien
dapat
menggunakan a.
mekanisme koping yang adaptif
b.
c.
d.
e.
f.
g.

5.

Pasien dapat mennggunakan a.


teknik relaksasi
b.

responsif
Beri waktu yang cukup pada pasien
untuk berespon
Beri wkatu pada pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
Identifikasi pola perilaku
Bantu pasien untuk mengidentifikasi
dan mengurai perasaanya
Hubungakan perilaku pasien dengan
perasaanya
Validasi kesimpulan dan asumsi
terhadap pasien
Gunakan pertanyaan terbuka
Gunakan konfrntasi positif
Bantu pasien menjelaskan situasi dan
interaksi yang dapat menimbulkan
ansietas
Bersama pasien tinjau kembali
penilaian pasien terhadap stressor
Kaitkan pengalaman yang baru
terjadi dengan pengalaman masa lalu
yang relevan
Gali cara pasien mengurangi anxietas
dimasa lalu
Tunjukan akibat maladaptif dan
destruktif dari repson koping yang
digunakan
Dorong pasien untuk mengunakan
respon
koping
adaptif
yang
dimilkinya
Bantu pasien untuk menyusun
kembali tujuan hidup
Latih pasien untuk menghadapi
anxietas ringan
Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan
energi
Libatkan pihak yang lain sebagai
sumber pendukung
Ajarkanklien teknik reelaksasi untuk
meningkatkan kontrol dan rasa
ppercaya diri
Dorong pasien untuk mennggunakan
relaksasi dalam menurunkan anxietas

DAFTAR PUSTAKA

Lynda juall carpenito dan moyet.2009.Buku saku diagnosis keperawatan.jakarta:EGC.


Doengoes, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Herdman, T.H. (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta:EGC.
Videbeck, S.L. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai