Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Penerapan Manajemen Puskesmas dan

Komitmen Kerja Petugas Dengan Mutu Pelayanan


Pengobatan Pada Poli Umum di Puskesmas Yang Ada di
Kabupaten Pidie
TESIS

NAMA : SAID MUHAMMAD ALFIAN


NIM : 1610210025

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNMUHA
BANDA ACEH 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang
sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Setiap
warga negara berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau . Hak akan pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar
dari warga negara Indonesia, sehingga pemerintah wajib menyediakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang layak. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan untuk
masyarakat yang disediakan adalah puskesmas.
Puskesmas

merupakan

unit

teknis

pelayanan

dinas

kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pembangunan


kesehatan. Puskesmas memiliki tiga fungsi yaitu sebagai pusat pembangunan
kesehatan masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi ujung tombak pembangunan bidang
kesehatan (Muninjaya, 2004).
Tuntutan masyarakat saat ini akan pelayanan kesehatan yang bermutu
semakin meningkat. Hal tersebut seiring dengan meningkatnya pendapatan dan
tingkat pendidikan masyarakat. Puskesmas diharapkan mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan memberikan kepuasan bagi masyarakat.
Persaingan yang semakin ketat dengan fasilitas pelayanan primer lainnya juga 1 2
menuntut peningkatan mutu pelayanan di puskesmas. Upaya dalam meningkatkan
mutu puskesmas harus dilakukan dari segala aspek seperti meningkatkan
profesionalisme dari para pegawainya dan meningkatkan fasilitas kesehatannya.
(Muninjaya, 2004).
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh petugas kesehatan yang meliputi lima dimensi yaitu bukti fisik (tangible)

kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance) dan


empati (emphaty) (Parasuraman dkk. dalam Muninjaya, 2014).
Pelayanan kesehatan yang bermutu diselenggarakan sesuai dengan kode
etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan, sehingga dapat
memberikan kepuasan kepada setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian Safrudin dkk. (2010) menyatakan bahwa mutu
pelayanan kesehatan berhubungan dengan kepuasan pasien. Masalah mutu
pelayanan kesehatan di puskesmas semakin berkembang menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang serius. Rendahnya mutu pelayanan di puskesmas
sering menjadi keluhan dari masyarakat.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas terdiri dari upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Salah satu dari enam
program wajib puskesmas adalah program pengobatan. Upaya pengobatan ini
perlu mendapat perhatian, karena masyarakat cenderung melihat puskesmas pada
mutu pelayanan upaya kuratif daripada program lain seperti upaya promotif, dan
preventif. Masyarakat berpandangan bahwa puskesmas merupakan tempat
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, sehingga masyarakat sering 3
membanding-bandingkan kualitas pelayanan di puskesmas dengan rumah sakit.
Program pengobatan dasar di puskesmas saat ini juga mendapat perhatian dari
pengelola Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Puskesmas merupakan gate keeper
dalam penerapan pelayanan rujukan berjenjang pada program JKN. Ada beberapa
diagnosa pasien peserta JKN yang tidak dapat dirujuk langsung, namun harus
ditangani di puskesmas sebagai pemberi layanan tingkat pertama. Berdasarkan
situasi tersebut, puskesmas dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan pada
upaya pengobatan dasar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu pelayanan
kesehatan termasuk pada pelayanan pengobatan di puskesmas adalah faktor input,
lingkungan dan proses (Azwar, 1994 dalam Endarwati, 2012).
Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas perlu
ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik dan tenaga yang profesional
(Kemenkes, 2012). Penerapan manajemen puskesmas merupakan proses dalam

rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan


puskesmas (Kemenkes, 2012).
Manajemen puskesmas terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Ramsar dkk. (2012) tentang penerapan fungsi manajemen
puskesmas di Puskesmas Minasa Upa Makasar, dinyatakan bahwa sebelum
melakukan kegiatan dan strategi, terlebih dahulu dilakukan perencanaan dan
penetapan tujuan kegiatan, pembagian tugas dan wewenang, koordinasi dan
pengarahan serta penilaian. Hal tersebut menjadi tolak ukur dalam pelaksanaan
kegiatan untuk mencapai tujuan. 4 Tenaga profesional merupakan faktor produksi
utama untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Berkenaan dengan
hal ini, maka sumber daya manusia yang berkualitas mutlak diperlukan. Makna
dari yang berkualitas merupakan tidak hanya terbatas pada pekerja yang
mempunyai pendidikan dan keahlian saja, melainkan juga yang memiliki motivasi
dan komitmen pada pekerjaan dan organisasi (Muninjaya, 2004).
Komitmen kerja adalah identifikasi kekuatan yang terkait dengan nilainilai dan tujuan untuk memilih keanggotaan dalam institusi pelayanan kesehatan
(Robbins, 2006). Suatu puskesmas akan efektif bila memiliki pegawai yang
mempunyai komitmen kerja yang kuat. Petugas dengan komitmen yang kuat akan
rela mencurahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk kepentingan
puskesmas dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dari beberapa
penelitian tentang komitmen kerja, diketahui bahwa komitmen kerja dapat
mengurangi adanya keinginan karyawan untuk meninggalkan organisasi (Aziza,
2010). Komitmen kerja juga berpengaruh terhadap prestasi kerja (Sudiro, 2011).
Penelitian lain tentang komitmen perawat terhadap perilaku caring oleh
Noyumala (2013) diketahui bahwa ada hubungan komitmen perawat dengan
perilaku caring profesional. Karyawan yang memiliki komitmen kerja akan lebih
bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan (Ping dalam Puspitawati, 2012).
Komitmen kerja harus dimiliki oleh seluruh petugas puskesmas terutama

oleh petugas yang memiliki waktu kontak lebih lama dengan pasien seperti dokter
dan perawat. Petugas ini sangat berpotensi untuk pengembangan mutu dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan pada program pengobatan di puskesmas. Oleh
5 karena itu komitmen kerja dokter dan perawat harus ditingkatkan. Dalam upaya
peningkatan komitmen tersebut, terlebih dahulu harus diketahui bagaimana
komitmen kerja petugas dalam memberikan pelayanan pengobatan di puskesmas.
Jumlah puskesmas saat ini di Indonesia adalah sebanyak 9.510 buah (Kemenkes,
2012).
Mengingat jumlah kunjungan pasien ke puskesmas mengalami penurunan
dalam tiga tahun terakhir, maka perlu diketahui bagaimana mutu pelayanan
pengobatan di puskesmas Kabupaten Pidie. Berdasarkan hasil survei pendahuluan
melalui wawancara dan observasi, diketahui bahwa masih ada beberapa
permasalahan yang terkait dengan mutu pelayanan, komitmen petugas dan
penerapan manajemen puskesmas. Hasil wawancara dengan pasien yang pernah
berobat ke puskesmas, terdapat beberapa keluhan seperti 1) jam pelayanan belum
tepat waktu sehingga pasien sering menunggu petugas, 2) petugas kurang ramah,
3) ketelitian dan kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan masih kurang.
Hasil wawancara dengan 6 petugas pelayanan pengobatan, diketahui bahwa
petugas pada pelayanan pengobatan memiliki beban ganda, yaitu sebagai
pelaksana program pengobatan dan bertanggungjawab terhadap program promotif
dan preventif. Ketersediaan alat kesehatan yang sering digunakan seperti
tensimeter masih kurang. Beberapa obat-obat yang diperlukan tidak tersedia di
puskesmas. Kegiatan pelatihan-pelatihan terkait dengan program pengobatan
hampir tidak pernah diadakan. Pasien peserta jaminan /asuransi kesehatan banyak
yang tidak mengetahui prosedur pelayanan sehingga banyak pasien yang datang
ke puskesmas hanya mencari surat rujukan untuk ke rumah sakit. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena kurangnya sosialisasi prosedur pelayanan
pengobatan kepada masyarakat atau ketidak puasan pasien terhadap pengobatan di
puskesmas. Kondisi tersebut mengakibatkan angka rujukan di puskesmas
melebihi dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 15%. Angka rujukan khususnya
untuk puskesmas yang lokasinya dekat dengan rumah sakit umum daerah, rata-

rata sebesar 20%.


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala puskesmas diketahui bahwa
terdapat beberapa permasalahan yang terjadi berkaitan dengan pelayanan di
puskemas. Permasalahan tersebut seperti masih adanya keluhan dari masyarakat
terkait dengan mutu pegobatan di puskesmas, keluhan ini disampaikan secara
langsung maupun dipublikasikan melalui media massa. Permasalahan lain yang
disampaikan kepala puskesmas adalah kurangnya komitmen kerja dari pegawai di
puskesmas. Hal ini dilihat dari beberapa hal seperti :
1) terjadi kesulitan dalam membagi pekerjaan karena petugas sering 7 menolak
tugas yang diberikan,
2) tempat pengobatan sering terlihat kosong terutama pada siang hari,
3) petugas tidak memiliki inisiatif dalam pengembangan program,
4) inovasi petugas di puskesmas masih kurang dimana petugas terlihat bekerja
hanya melanjutkan yang sudah berjalan dan menjadi rutinitas.
Beberapa petugas juga mempunyai keinginan pindah tugas dari puskesmas
terutama yang berasal dari luar Kabupaten Pidie. Kedisiplinan petugas juga masih
menjadi masalah di puskesmas Kabupaten Pidie.
Kepala puskesmas saat ini sebagian besar belum mendapatkan pelatihan
terkait dengan manajemen puskesmas, yaitu dari 12 kepala puskesmas hanya tiga
orang yang pernah mendapatkan pelatihan tentang manajemen puskesmas. Dilihat
dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
menunjukkan hasil yang beragam yaitu diantaranya ada yang menunjukkan
hubungan dan ada pula penelitian yang tidak menunjukkan adanya hubungan
antara pelaksanaan fungsi manajemen dengan pencapaian program di puskesmas.
Hasil penelitian tersebut adalah penelitian dari Kustiawan tahun 2014 menyatakan
bahwa adanya hubungan fungsi manajemen dengan cakupan kegiatan pada
program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Puskesmas
Kabupaten Gerobogan. Terdapat pula hasil penelitian lain oleh Ningrum, S.F

(2006) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan fungsi manajemen dengan
keberhasilan program PMT di Puskesmas Kabupaten Tegal. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan penerapan
manajemen puskesmas dan komitmen kerja petugas dengan mutu pelayanan
pengobatan pada Poli Umum di puskesmas yang ada di Kabupaten Pidie.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hubungan penerapan manajemen puskesmas dengan mutu
pelayanan pengobatan pada Poli Umum di puskesmas se- Kabupaten Pidie?
2. Bagaimanakah hubungan komitmen kerja petugas dengan mutu pelayanan
pengobatan pada Poli Umum di puskesmas se- Kabupaten Pidie?
3. Variabel manakah yang paling dominan berhubungan dengan mutu pelayanan
pengobatan pada Poli Umum di puskesmas se- Kabupaten Pidie?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
hubungan antara penerapan manajemen puskesmas dan komitmen kerja petugas
dengan mutu pelayanan pengobatan pada Poli Umum di puskesmas se- Kabupaten
Pidie.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. hubungan penerapan manajemen puskesmas dengan mutu pelayanan
pengobatan pada Poli Umum di puskesmas se-Kabupaten Pidie
2. hubungan komitmen kerja petugas dengan mutu pelayanan pengobatan pada
Poli Umum di puskesmas se- Kabupaten Pidie

3. variabel yang paling dominan berhubungan dengan mutu pelayanan pengobatan


pada Poli Umum di puskesmas se- Kabupaten Pidie
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat
memberikan sumbangan pemikiran untuk peneliti lain serta sebagai dokumen
ilmiah untuk bahan penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan sebagai masukan untuk
puskesmas dan dinas kesehatan terkait dengan intervensi pada penerapan
manajemen puskesmas dan komitmen kerja petugas sebagai upaya peningkatan
mutu pelayanan di puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai