BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang
sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Setiap
warga negara berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau . Hak akan pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar
dari warga negara Indonesia, sehingga pemerintah wajib menyediakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang layak. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan untuk
masyarakat yang disediakan adalah puskesmas.
Puskesmas
merupakan
unit
teknis
pelayanan
dinas
kesehatan
oleh petugas yang memiliki waktu kontak lebih lama dengan pasien seperti dokter
dan perawat. Petugas ini sangat berpotensi untuk pengembangan mutu dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan pada program pengobatan di puskesmas. Oleh
5 karena itu komitmen kerja dokter dan perawat harus ditingkatkan. Dalam upaya
peningkatan komitmen tersebut, terlebih dahulu harus diketahui bagaimana
komitmen kerja petugas dalam memberikan pelayanan pengobatan di puskesmas.
Jumlah puskesmas saat ini di Indonesia adalah sebanyak 9.510 buah (Kemenkes,
2012).
Mengingat jumlah kunjungan pasien ke puskesmas mengalami penurunan
dalam tiga tahun terakhir, maka perlu diketahui bagaimana mutu pelayanan
pengobatan di puskesmas Kabupaten Pidie. Berdasarkan hasil survei pendahuluan
melalui wawancara dan observasi, diketahui bahwa masih ada beberapa
permasalahan yang terkait dengan mutu pelayanan, komitmen petugas dan
penerapan manajemen puskesmas. Hasil wawancara dengan pasien yang pernah
berobat ke puskesmas, terdapat beberapa keluhan seperti 1) jam pelayanan belum
tepat waktu sehingga pasien sering menunggu petugas, 2) petugas kurang ramah,
3) ketelitian dan kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan masih kurang.
Hasil wawancara dengan 6 petugas pelayanan pengobatan, diketahui bahwa
petugas pada pelayanan pengobatan memiliki beban ganda, yaitu sebagai
pelaksana program pengobatan dan bertanggungjawab terhadap program promotif
dan preventif. Ketersediaan alat kesehatan yang sering digunakan seperti
tensimeter masih kurang. Beberapa obat-obat yang diperlukan tidak tersedia di
puskesmas. Kegiatan pelatihan-pelatihan terkait dengan program pengobatan
hampir tidak pernah diadakan. Pasien peserta jaminan /asuransi kesehatan banyak
yang tidak mengetahui prosedur pelayanan sehingga banyak pasien yang datang
ke puskesmas hanya mencari surat rujukan untuk ke rumah sakit. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena kurangnya sosialisasi prosedur pelayanan
pengobatan kepada masyarakat atau ketidak puasan pasien terhadap pengobatan di
puskesmas. Kondisi tersebut mengakibatkan angka rujukan di puskesmas
melebihi dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 15%. Angka rujukan khususnya
untuk puskesmas yang lokasinya dekat dengan rumah sakit umum daerah, rata-
(2006) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan fungsi manajemen dengan
keberhasilan program PMT di Puskesmas Kabupaten Tegal. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan penerapan
manajemen puskesmas dan komitmen kerja petugas dengan mutu pelayanan
pengobatan pada Poli Umum di puskesmas yang ada di Kabupaten Pidie.