Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, shalawat serta
salam kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, akhirnya dengan ridha
Allah SWT penulis dapat menyelesaikan makalah tentang kajian ayat Q.S Al-Baqarah ayat
106
Penulisan makalah ini salah satunya bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari
tutorial.
Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu pada penulisan makalah ini. Sehingga makalah ini dapat terselesaikan meskipun
hasilnya masih jauh dari maksimal. Oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis harapkan
demi perbaikan makalah yang lainnya.

Bandung, November 2008

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................ 1
Daftar Isi .......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 3
1.2 Maksud dan Tujuan ..................................................................................................... 3
1.3 Metode Penulisan ........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 4
2.1 Arti dan isi surah Al-Baqarah ayat 106 ..................................................................... 4
2.2 Tafsir Surah Al-Baqarah ayat 106 ............................................................................. 4
2.3 Asbabun Nuzul Surah Al- Baqarah 106 .................................................................... 8
2.4 Keterkaitan Surah Al- Baqarah ayat 106 dengan Teknologi Pendidikan .................. 8
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 10
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 11

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Allah SWT menurunkan Al-Quran malalui Nabi Muhammad Saw untuk memberikan
petunjuk agar umat manusia berada didalam jalan yang dikehendaki oleh Allah SWT , bukan
jalan yang sesat. Setiap ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Quran memberi petunjuk dan
pedoman bagi kehidupan umat manusia untuk keselamatan di dunia maupun di akhirat dan
terhindar dari siksa api neraka dan mendapat kenikmatan surga.
Makalah ini merupakan langkah awal untuk memahami isi kandungan Al Quran dengan
mengkaji dan mencoba untuk menafsirkannya. Pada makalah ini akan dibahas salah satu
surat yang merupakan surat ke-2 dalam kitab suci Al-Quran yaitu surat Albaqarah ayat 106.
Hingga dapat disimpulkan dan dapat diketahui keterkaitan surah Al- Baqarah dengan
Teknologi Pendidikan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Mengetahui arti dari Surah Al- Baqarah ayat 106
Mengetahui Tafsir dari Q.S Al-Baqarah ayat 106.
Mengetahui Asbabun Nuzul dari Q.S Al-Baqarah ayat 106.
Mengetahui keterkaitan makna dari surah Al- Baqarah ayat 106 dengan Teknologi
Pendidikan
1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan study literature. Yaitu
dengan mengambil sumber dari beberapa buku yang berkaitan dengan Asbabun Nuzul dan
tafsir dari Q.S Al-Baqarah ayat 106.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SURAT AL-BAQOROH AYAT 106

Artinya :
Ayat mana saja yang kami nasakhkan, atau kami jadikan (manusia) lupa kepadanya,
kami datangkan yang lebih baik dari padanya atau yang sebanding dengannya.
Tidakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya allah maha kuasa atas segala sesuatu.
2.2 TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 106
Sayyin Qutub
Pembicaraan yang ditujukan kepada kaum muslimin ini mengandung aroma kewaspadaan
dan peningkatan bahwa Allah yang menjadi pelindung dan penolong mereka tiada yang lain
selain Allah. Boleh jadi hal ini disebabkan sebagian mereka tertipu olehb hasutan kaum
yahudi yang menyesatkan itu dan pikirannnya goyah oleh argumentasi kaum kaum yahudi.
Sehingga menjadikan mereka mengajukan beberapa pertanyaann kepada rasulullah saw, yang
tidak sesuai dengan keperacayaan dan keyakinan. Hal ini ditujukan oleh yat yang
memberikan peringatan secara tegas dan menunjukan keingkaran terhadap perbuatan
merekaitu.
Al Bayan oleh prof. TM Hassash ahidiq
Kemurkaan Allah atas mereka bertambah tambah kemurkaan Allah atas seseorang yang
mengingkari berbagai macam rupa. Dapat juga kita pahami dari ayat ini, bahwa yang di

maksudkan bukan dua kemurkan, teapi banyak dan besar sekali kemurkaan Allah lantaran
kekafirannya itu dan kemurkaan Allah tentulah tidak serupa dengan kita mahluk ini.
Sekilas Pandangan Ulama tentang Konsep Naskh
Kata naskh berasal dari naskha yang berarti penghapusan (izalah), pembatalan (ibtal) dan
pemindahan (naql). Menurut al-Maragi, kata naskh mempunyai dua pengertian, yaitu
penghapusan dan pemindahan. Secara terminologi, terdapat
defenisi yang bervariasi.
Menurut Imam asy-Syafi'i seperti yang disinyalir oleh Muhammad Abu Zahrah, sebagai orang
pertama yang membahas naskh dalam kitabnya al-Risa>lah al-Usul, naskh bukan berarti
pembatalan suatu teks (nas), akan tetapi masa berlakunya hukum yang terkandung dalam
suatu teks (nas) sudah habis.
Menurut al-Sya>tibi, seorang ulama mutaqaddimin, mengartikan naskh dalam empat macam.
o Pertama, penerapan syarat terhadap hukum terdahulu yang belum bersyarat.
o Kedua, pengecualian hukum yang bersifat umum oleh hukum
yang bersifat khusus.
Ketiga, penjelasan yang datang kemudian terhadap hukum yang bersifat samar.
Keempat,pembatalan hukum yang ditetapkan terdahulu oleh hukum yang
ditetapkan kemudian.
Pengertian yang demikian luas dipersempit oleh ulama mutaakhkhirin dengan
membatasi naskh pada ketentuan yang datang kemudian guna membatalkan atau mencabut
atau menyatakan berakhirnya masa pemberlakuan hukum yang terdahulu sehingga ketentuan
hukum yang berlaku adalah hukum yang ditetapkan terakhir. Konsep naskh jika dihubungkan
dengan Al-Quran sebagai sumber hukum menjadi sebuah teori yang mengandung tiga arti.
Pertama, bahwa al-Quran membatalkan hukum yang dinyatakan kitab-kitab samawi
terdahulu seperti kitab perjanjian lama dan baru. Kedua, ia diterapkan pada penghapusan
sejumlah ayat-ayat Al-Quran yang teksnya dihapuskan eksistensinya, juga hukumnya.
Ketiga, ayat-ayat yang hanya teksnya dihapus sedang hukumnya masih berlaku.
Landasan Normatif Konsep Naskh
5

Teks yang dijadikan asas legalitas pemberlakuaan konsep naskh adalah Q.S. al-Baqarah
(2): 106, al-Nah}l (16): 101, al- Ra'd (13): 39. Ahmad Hasan menjelaskan bahwa separuh
bagian pertama surat al-Baqarah di mana ayat 106 muncul, berisi perbantahan dengan kaum
Yahudi yang akhirnya berpuncak pada perintah Allah untuk mengubah kiblat dari Yerussalem
ke Ka'bah-Mekkah. Hal ini menandakan pemutusan sepenuhnya dengan hukum Yahudi yang
telah dibatalkan. Dalam konteks ini, sangat jelas perujukannya kepada perundang-undangan
Yahudi yang sebagiannya telah hilang dalam sejarah perjalanan mereka. Oleh karena itu
penghapusan di sini bermakna penghapusan hukum yang diwahyukan kepada Rasul-rasul
dari Bani Isra'il.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Muhammad Abduh dengan mempertegas bahwa
kata ayah pada Q.S> al-Baqarah (2) 106 tersebut bukan berarti ayat al-Quran, akan tetapi
adalah makna yang terkandung dalam kata ayat itu sendiri, yakni mu'jizat sebagai bukti
risalah nabi dengan menggantikan mukjizat Rasul yang terdahulu dengan mukjizat yang
diberikan pada Rasul sesudahnya.
Konsep Naskh Menurut Abdullah Ahmad Al-Naim.
Sebelum memberikan deskripsi atau defenisi tentang naskh versi al-Naim, maka haruslah
dikaji terlebih dahulu bagaimana pemahamannya terhadap teks, karena objek kajian dalam
naskh tidak lain adalah bagaimana perlakuan terhadap teks serta pembacaannya. Perbedaan
ulama tentang naskh baik secara etimologis maupun terminologis, tidak lain disebabkan
adanya perbedaan dalam memahami teks.
Sebenarnya perdebatan ulama mengenai naskh, baik secara etimologis maupun
terminologis berangkat dari beragamnya interpretasi terhadap konsep naskh itu sendiri.
Perbedaan yang cukup mendasar menurut al-Naim juga berangkat dari ayat yang selama ini
dianggap ayat legalitas bagi berlakunya teori naskh, yaitu surat al-Baqarah (2): 106. Dalam
mengartikan naskh, al-im mengikuti gurunya Taha di mana ma nansakh diartikan dengan
telah dihapuskan beberapa teks pra-Islam (risalah sebelum Muahmmad). Sedang nunsiha
diartikan sebagai menunda pelaksanaannya atau penerapannya. Diartikan bahwa Allah akan
mendatangkan ayat yang lebih dekat kepada pemahaman masyarakat dan lebih sesuai dengan
situasi mereka ketimbang dengan diartikan dengan makna ayat yang ditunda. Maksud ayat
yang sebanding berarti mengembalikan ayat yang sama ketika waktu memungkinkan untuk

mengembalikan untuk menerapkannya, sehingga penghapusan itu seola-olah sesuai dengan


kebutuhan situasi dan ditunda sampai waktu yang tepat.
Al-Naim tidak sepakat bila naskh diartikan dengan penghapusan sebagaimana
pendapat beberapa ulama. Argumentasi tersebut didasarkan kepada dua hal. Pertama, jika
penghapusan diartikan secara permanen, maka teksteks yang telah diturunkan menjadi sia-sia.
Kedua, mengartikan naskh secara permanen berarti membiarkan umat Islam menolak bagian
dari ajaran agamanya yang terbaik. Beliau juga membedakan secara tegas antara ayat yang
turun di
Mekkah dengan ayat yang turun di Medinah. Ketika ayat ideal secara keras dan tidak masuk
akal ditolak karena masyarakat Mekkah belum siap untuk melaksanakannya, maka pesan
yang lebih realisitis pada masa Madinah diberlakukan untuk dilaksanakan. Dengan demikian,
aspek-aspek pesan periode Mekkah yang belum siap untuk diterapkan dalam praktek konteks
sejarah abad ke-7 ditunda dan digantikan dengan prinsip-prinsip yang lebih praktis yang
diwahyukan dan dipraktekkan selama masa Medinah
Argumentasi yang dibangun al-Naim tentang naskh (penundaan atau al-ta`khir)
didasarkan pada dua hal. Pertama, al-Quran merupakan wahyu yang terakhir dan Nabi
Muhammad saw. juga Nabi terakhir. Konsekwensinya, Nabi harus mendakwahkan semua
yang dikehendaki oleh Allah untuk diajarkan, baik ajaran untuk diterapkan atau diterapkan
untuk situasi yang tepat di masa depan. Kedua, demi martabat dan kebebasan yang
dilimpahkan oleh Allah dan seluruh umat manusia, maka Allah menghendaki umat manusia
belajar melalui pengalaman praktis. Karena tidak bisa diterapkannya pesan Mekkah, maka
kemudian ditunda dan diganti dengan pesan Madinah yang lebih praktis. Dengan cara
demikian, masyarakat akan memiliki suatu keyakinan yang lebih kuat dan otentik tentang
kemungkinan dipraktekkannya pesan Mekkah.
Dari penjelasan di atas, tampaknya pendapat Muhammad Abduh dalam memaknai
naskh dalam al-Qur`an dengan mengartikannya sebagai pergantian dari satu wadah ke wadah
lain lebih dapat diterima sebagaimana juga dianut oleh al-Naim. Hal tersebut mengingat
bahwa al-Quran diturunkan secara bertahap dalam konteks sosial tertentu seiring dengan
berkembangnya masyarakat yang berubah-ubah. Dengan mengartikan naskh seperti
demikian, berarti seluruh al-Quran pada dasarnya tetap operatif dan tidak kontradiktif.
Pergantian hukum yang terjadi dalam masyarakat tertentu dikarenakan kondisi yang berbeda7

beda. Ayat hukum yang dianggap tidak berlaku dalam suatu kondisi tetap berlaku bagi
komunitas yang kondisinya sama dengan catatan tentunya ayat-ayat yang demikian tidaklah
banyak jumlahnya.
2.3 ASBABUN NUZULSURAT AL-BAQARAH AYAT 106
K.H. Q. SHALEH DAN K.H.H A. DAHLAN
Terjemaahan dari surat Al Baqarah ayat 106
Ayat mana saja yang kami nasakhkan, atau kamui jadikan ( manusia ) lupa kepadanya, kami
datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu
mengetahui sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu.
Allah memperingatkan kepada orang orang yang beriman bahwasanya rasul diutus
Allah bergantian dan kitab suci yang masing masing diturunkan secara berturut turut
semuanya memaknai ayat dalam tanda. Ayat diartikan sebagai perintah atau syariat. Nasakh
berarti perubahan atau penggantian suatu ayat yang masih di tulis tangan, belum dicetak.
Walaupun begitu tetapi percaya akan hari kiamat akan terus berjalan dan tetap tidak berganti.
Sebab itu allah berkata
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnnya wahyu kepada nabi saw, kadang
kadang pada malam hari, tapi beliau lupa pada siang harinya. Maka Allah menurunkan ayat
ini sebagai jaminan bahwa wahyu Allah tiada mungkin terlupakan.
( diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dari ikrimah yang bersumber dari Ibnu abbas ).
2.4 KETERKAITAN SURAH ALBAQARAH DENGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Dari sekian banyak hal yang diciptakan Allah di muka bumi ini, manusialah yang merupakan
makhluk yang mulia karena dikaruniai akal dan fikiran yang berfungsi untuk berfikir. Dengan
akal dan fikiran yang kita miliki maka manusia dapat membedakan hal hal yang dianjurkan
dan dilarang oleh allah SWT dengan kata lain dapat membedakan antara hak dan yang bathil.
Sebagai manusia yang diciptakan pada hakekatnya sebagai khalifah di muka bumi ini maka
hendaknya manusia dapat memberikan perbaikan yang positif bagi bumi ini, tentunya untuk
memperbaiki ini semua maka dibutuhkannya ilmu pengetahuan. Akal fikiran serta potensi
8

yang ada dalam diri kita adalah modal awal dalam mencari ilmu. Karena manusia memiliki
akal dan fikiran, dapat membedakan mana yang hak dan yang bathil maka manusia dapat
memilah mana yang baik dan yang buruk dalam mencari ilmu, sehingga ilmu yang dia
dapatkan tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Dalam menuntut ilmu juga
diperlukan landasan religius pendidikan.
Jadi keterkaitan surah Al- Baqarah ayat 106 dengan teknologi pendidikan diantaranya
adalah :
Dilihat dalam azbabun nuzul dari ayat tersebut yang mengemukakan bahwa, ada manfaatnya
dari setiap apa yang diperintahkan oleh rasul baik itu dari wahyu berupa ayat yang belum dan
sudah dinasakhkan, oleh karena itu wajib dilaksanakan oleh umat manusia. Islam mengajakan
kita untuk selalu menuntut ilmu hingga liang lahat, karena dengan mencari ilmu manusia
dapat berkembang sesuai perkembangan zaman yang seiring dengan berkembangnya
teknologi. Para tenaga ahli di bidang teknologi ditutut untuk membuat inovasi dalm
pendidikan agar dapat memajukan kehidupan di berbagai aspek masyarakat. Karena pada
hakekatnya manusia yang diciptakan di muka bumi sebagai khalifah diwajibkan untuk
menuntut ilmu.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada persamaan dan perbedaan antara al-Na`im dengan ulama tafsir yang tidak mengakui
adanya naskh dalam al-Quran. Persamaannya adalah bahwa tidak ada teks al-Quran yang
dihapus. Naskh diartikan sebagai perpindahan dari teks hukum ke teks hukum lainnya atau
penjelasan habisnya suatu perintah. Al-Naim dan ulama sebelumnya juga mengakui adanya
evolusi legislasi hukum Islam dalam al-Quran.
Namun perbedaannya adalah, bahwa ulama sebelumnya membangun teori evolusi secara
historis kronologis, artinya kesempurnaan hokum dicapai melalui tingkatan-tingkatan historis
sehingga yang diturunkan terakhir dianggap sebagai kondisi yang ideal. Sedangkan bagi alNa`im kondisi ideal adalah teks-teks Makkah, akan tetapi teks ideal tersebut tidak bisa
diterapkan pada mulanya karena kondisi audiens (mukallaf) yang belum siap menerimanya,
sehingga ditunda pelaksanannya dan sebagai gantinya, Allah memperkenalkan terlebih
dahulu teks-teks yang bisa diterapkan sesuai dengan kondisi waktu itu yakni teks-teks
Madinah.
Manusia yang beragama islam dilarang untuk membuat masalah yang pada akhirnya
dapat mencelakakan diri mereka sendiri.
Penasakhkan oleh Allah tidak dapat diingkari terjadinya, karena termasuk kekuasaan
allah. Namun dibalik kenasakhannya terdapat tujuan yang bijaksana yaitu membuat nilai ayat
itu lebih baik lagi dan sesuai dengan kebutuhan umat manusia. Ketetapan serta tujuan nasakh
suatu ayat hanya allah yang berhak untuk menasakhkan dan tujuannya hanya Allah yang tahu.
Segala perintah ataupun perbuatan yang dilakukan oleh rasul pasti ada manfaatnya, oleh
sebab itu sebagai umat manusia wajib melaksanakannya. Dan tentunya menjauhi larangan
yang telah ditetapkan oleh allah.

10

DAFTAR PUSTAKA
1. Asbabun nuzul al- Baqarah (K.H.Q.Shaleh dan K.A.A. Dahlan)
2. Tafsir Zhilail Quran (Sayidquth)
3. Tafsit Al-Bayan (Prof TM Hasash Shiddisq)
4. Tafsir Al-Azhar (Prof. Dr. Hamka, PT Pustaka Panjimas, Jakarta 2004)
5. Tafsit Nurul Quran (Allamah Kamal Fakih Imani, Al-Huda, Jakarta, 2003)
6. Al Quran dan tafsirannya (UII, PT. Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta 1991)
7. www.goole.co.id

11

Anda mungkin juga menyukai