TUGAS KHUSUS
OSTEOPOROSIS
4.1 Latar Belakang(10)
Osteoporosis, yang ditandai dengan berkurangnya kekuatan tulang, menyerang
terutama wanita pasca menopause, tetapi dapat pula menyerang laki-laki dan
wanita, terutama usia tua lainnya yang mempunyai faktor risiko maupun penyakit
yang dapat menyebabkan osteoporosis. Osteoporosis mempunyai arti klinis ketika
timbul rasa sakit ataupun fraktur yang diakibatkan oleh penyakit ini, di beberapa
negara, osteoporosis telah menjadi penyakit metabolisme tulang yang utama. Pada
wanita angka kejadian osteoporosis lebih tinggi.Pada osteoporosis tipe I, rasio
wanita dibanding laki-laki 6:1, sedangkan tipe II rasionya 2:1.
Masalah utama pada penyakit ini adalah diagnosis penyakit ini biasanya baru
ditegakkan setelah terjadi fraktur ataupun lama setelah gejala awal penyakit ini,
oleh karena hilangnya substansi tulang pada osteoporosis berjalan sangat lambat
dan selama itu gejala yang ada asimptomatis.Dan juga meningkatnya harapan
hidup masyarakat serta perubahan pola hidup yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya osteoporosis.Oleh sebab itu, pengetahuan mengenai faktor-faktor risiko
dan penyebab osteoporosis ini penting untuk diketahui, sehingga memberi
kemungkinan melakukan tindakan-tindakan preventif maupun mengubah pola
hidup yang dapat mempercepat terjadinya osteoporosis.
51
52
ii.
53
iii.
Kejadian osteoporosis lebih rendah pada pria dapat disebabkan oleh puncak
BMD yang lebih tinggi, kecepatan hilangnya massa tulang lebih rendaah
setelah puncak , harapan hidup yang lebih baik pendek, lebih jarang
mengalami jatuh, dan penghentian hormon produksi yang lebih bertahap.
iv.
54
2.
3.
4.
Kalsium
Mekanisme kerja: Kalsium penting untuk fungsi integritas sistem saraf dan otot,
untuk kontraktilitas jantung normal, dan koagulasi darah. Kalsium juga berfungsi
sebagai kofaktor enzim dan mempengaruhi aktivitas sekresi kelenjar endoktrin
dan eksokrin. Pasien dengan penyakit ginjal (bersihan kreatinin kurang dari 30
mL/menit) menunjukan retensi fosfat dan hiperfofatemia. Retensi fosfat berperan
dalam menyebabkan hiperparatiridisme sekunder yang berkaitan dengan
osteodistrofi dan klasifikasi jaringan lunak.
55
ii.
Mekanisme kerja: Vitamin D merupakan vitamin larut lemak yang diperoleh dari
sumber alami (Minyak hati ikan) atau dari konversi provitamin (7dehidrokolesterol dan ergosterol). Pada manusia, suplai vitamin D, tergantung
pada sinar ultraviolet untuk konversi 7-dehidrokolesterol menjadi vitamin D3,
atau ergosterol menjadi vitamin D2. Setelah pemaparan terhadap sinar uv, vitamin
D3 kemudian diubah menjadi bentuk aktif vitamin D (Kalsitriol) oleh hati dan
ginjal. Vitamin dihidroksilasi oleh enzim mikrosomal hati menjadi 25-hidroksivitamin D3. Kalsifediol dihidroksilasi terutama diginjal menjadi 1,2-dihidroksivitamin D. Kalsitriol dipercaya merupakan bentuk vitamin D yang paling aktif
dalam menstimulasi transport kalsium usus dan fosfat.
iii.
Bifosfonat
iv.
Kalsitonin
v.
56
vi.
Fitoestrogen
vii.
viii.
Terapi anabolik ini hanya untuk terapi menjaga dan memelihara bentuk tulang.
Teriparatide merupakan produk rekombinan yang mewakili 34 asam amino
pertama dalam PTH manusia. Teriparatide meningkatkan formasi tulang,
perubahan bentuk tulang dan jumlah osteoblast beserta aktivitasnya sehingga
massa tulang akan meningkat. Teriparatide disarankan oleh FDA kepada wanita
postmenopouse dan laki-laki yang memiliki resiko tinggi terjadi fraktur. Efikasi
dari teriparatide ini dapat meningkatkan BMD. PTH analog sangat penting dalam
pengelolaan pasien osteoporosis yang memiliki risiko tinggi patah tulang karena
PTH merangsang pembentukan tulang baru. Kontraindikasi teriparatide ini yaitu
pada pasien hiperkalsemia, penyakit metabolik tulang lainnya dan kanker otot (15).
57
Osteoporosis panggul
Osteoporosis Skor T -1
Skor T -2.0
Skor T -2,5
hingga -2,5
Workup untuk
osteoporosis sekunder
PTH
TSH
Tes spesifik kondisi
Hanya osteoporosis
tulang belakang
skor T T -1
sampai -2,5
BMD
normal
skor T > -1
Bifosponat
Raloxifene
Kalcitonin
Pengobatan penyebab
yang mendasari,jika ada
Pilihan pengobatan
Bifosfonat parenteral
Teriparatide
Raloxifene
Kalsitonin
58
4.6 Pembahasan
Algoritma terapi dibagi menjadi dua yaitu (13)
1. Pengobatan tanpa pengukuran BMD (Bone Mineral Density)
Pertimbangan terapi tanpa pengukuran BMD :
a. Pria dan wanita dengan peningkatan risiko kerapuhan tulang
b. Pria dan wanita yang menggunakan glukokortikoid dalam jangka waktu
lama
Terapi dapat dilakukan dengan Biphosphonate, jika intolerance dengan
Biphosphonate pilihan terapi obat lainnya adalah Raloxifene, kalsitonin
nasal, teriparatide, bifosfonat parenteral. Jika kerapuhan tetap berlanjut
setelah pemakaian Biphosphonate, maka pilihan terapi lainnya adalah
teriparatide
(13)
dilakukan monitoring DXA setiap 1-5 tahun. Dan jika diperlukan pengobatan,
maka pilihan pengobatannya adalah Biphosponate, Raloxifene, Calcitonin
Jika T-score <-2,0 dilakukan pemeriksaan lanjut untuk osteoporosis sekunder,
yaitu dengan pengukuran PTH, TSH, 25-OH vitamin D, CBC, panel kimia, tes
kondisi spesifik. Kemudian dilakukan terapi berdasarkan penyebab, bila ada, yaitu
dengan Biphosphonate, jika intoleransi dengan Biphosphonate maka pilihan
pengobatannya adalah Biphosphonate parenteral, Teriparatide, Raloxifene dan
Calcitonin.
59
Dari hasil pengukuran Osteoporosis dengan skor T < -2,5, terapi dapat dilakukan
dengan Biphosphonate, jika intolerance dengan Biphosphonate pilihan terapi obat
lainnya adalah Raloxifene, kalsitonin nasal, teriparatide, bifosfonat parenteral.
Jika kerapuhan tetap berlanjut setelah pemakaian Biphosphonate, maka pilihan
terapi lainnya adalah teriparatide.