Anda di halaman 1dari 8

dengan mengkonversi energi panas, maka diperlukan kolektor atau pengumpul

energi dari radiasi matahari. Melalui berbagai studi literatur maka pada penelitian
ini dipilih bahan aspal sebagai kolektor radiasi matahari.
Aspal memiliki banyak karakteristik yang menguntungkan sebagai kolektor
matahari. Penelitian sebelumnya tentang aspal ini pernah dilakukan oleh Mallick.
Dalam penelitiannya dikatakan bahwa, satu bagian aspal panas dapat tetap
menghasilkan energi meskipun matahari telah terbenam dalam jangka tertentu. Hal
ini dapat terjadi karena adanya panas yang tersimpan dalam aspal. Berbeda halnya
pada sel surya photovoltaic konvensional yang hanya menyerap foton secara
langsung[4]. Pertimbangan lain dari penggunaan aspal sebagai kolektor adalah
material aspal sudah digunakan dibanyak tempat seperti areal jalan besar dan
tempat parkir, sehingga tidak perlu mencari lahan tambahan untuk membangun
energi matahari tersebut. Aspal yang secara alami dipanaskan oleh radiasi matahari
tersebut selain bermanfaat untuk energi alternatif juga dapat mengurangi efek
peningkatan panas perkotaan[3]. Penyerapan energi matahari yang cukup efektif
menyebabkan suhu aspal relatif tinggi yang kemudian dilepaskan ke udara sekitar
dalam bentuk emisi panas sehingga menyebabkan kenaikan suhu udara
sekitarnya[4]. Oleh karena itu, sistem pembangkit listrik termoelektrik dengan
memanfaatkan panas aspal jalan raya sangat cocok diaplikasikan pada kondisi
tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk merancang dan membangun
prototype Termoelektrik dan mengukur potensi daya Generator tersebut. Adapun
permasalahan dalam penelitian ini membatasi percobaan pada model jalan raya
beraspal yang dibangun di laboratorium.
2.

Kajian Teori
2.1. Termoelektrik
Generator Termoelektrik adalah suatu pembangkit listrik yang didasarkan
pada efek Seebeck, yang pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh Thomas Johann
Seebeck. Dengan memanfaatkan teori efek seebeck, kalor radiasi surya ini bisa
dimanfaatkan untuk menghasilkan arus listrik. Prinsip kerja dari efek Seebeck yang
bekerja pada sistem pembangkit termoelektrik adalah : jikalau dua buah material
logam (umumnya semi konduktor) yang tersambung berada di lingkungan dengan
temperatur yang berbeda maka didalam material tersebut akan mengalir arus
listrik[7].

Gambar 1. : Struktur Modul Termoelektrik

Struktur Modul Termoelektrik dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar tersebut


menunjukkan struktur termoelektrik yang terdiri dari suatu susunan elemen tipe-N
(material dengan kelebihan elektron) dan tipe-P (material dengan kekurangan
elektron). Panas masuk pada salah satu sisi dan dibuang dari sisi yang lainnya.
Transfer panas tersebut menghasilkan suatu tegangan yang melewati sambungan
termoelektrik dan besarnya tegangan yang dihasilkan sebanding dengan gradien
temperatur[9].
2.2.

Intensitas Radiasi Matahari di Indonesia


Tabel 1. Intensitas Radiasi Matahari di Indonesia

Propinsi

NAD
SumSel
Lampung
DKI Jakarta
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
KalBar
Gorontalo
SulTeng
Papua
Bali
NTB
NTT

Lokasi

[2]

Tahun Pengukuran

Pidie
Ogan Komering Ulu
Kab. Lampung Selatan
Jakarta Utara
Semarang
Yogyakarta
Pacitan
Pontianak
Gorontalo
Donggala
Jayapura
Denpasar
Kabupaten Sumbawa
Ngada
Intensitas radiasi rata rata

1980
1979-1981
1972-1979
1965-1981
1979-1981
1980
1980
1991-1993
1991-1995
1991-1994
1992-1994
1977-1979
1991-1995
1975-1978

Intensitas
Radiasi
(Wh/m2)
4.097
4.951
5.234
4.187
5.488
4.500
4.300
4.552
4.911
5.512
5.720
5.263
5.747
5.117
4.800

Dari Tabel 1 diatas, didapatkan bahwa besarnya intensitas radiasi matahari


rata-rata adalah sekitar 4,8 kWh/m2 per hari dengan energi sekitar 17,27 x 106
Joule. Dengan rata-rata intensitas tersebut, Indonesia tentu sangatlah mempunyai
potensi untuk mengembangkan teknologi Generator Termoelektrik yang bisa
memanfaatkan panas tersebut.
2.3.

Karakteristik Aspal sebagai Kolektor Matahari


Aspal ialah bahan hidrokarbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Selain itu, aspal dapat bersifat
padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan dengan titik didih tertentu.
Aspal tergolong dalam benda hitam yang ideal, dengan nilai emisivitas ()
0.83 0.96. Oleh karena kemampuan penyerapan radiasi yang tinggi menyebabkan
aspal memiliki suhu yang tinggi pada saat siang hari.
Melihat Potensi dalam penyerapan radiasi matahari yang efektif maka panas
aspal sangat cocok dimanfaatkan sebagai kolektor energi matahari yang selanjutnya
dapat dikonversi menjadi bentuk energi listrik.

3.

Metodologi
Secara keseluruhan, desain Generator Termoelektrik dan strukturstrukturnya yang dirancang pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Desain Prototipe Generator Termoelektrik dengan aspal sebagai kolektor panas

Desain Generator Termoelektrik ini dirancang dengan menggunakan 20 buah


Modul Termoelektrik. Modul Termoelektrik yang digunakan pada penelitian ini
adalah jenis modul Thermoelectric cooler atau TEC1 12705 yang setiap modulnya
terdiri dari 127 pasang elemen termoelektrik P dan N[7]. Komponen sistem ini
diawali dengan lapisan aspal pada bagian kolektor yang menutupi lempeng plat
logam (aluminium) di bawahnya. Gambar 3(a) menunjukkan deretan modul
termoelektrik yang di sebar secara merata dengan tujuan dapat menghantarkan
kalor dengan lebih efektif. Sedangkan Gambar (3b) memperlihatkan sistem
pendingin yang terbuat dari aluminium yang diberi sirip atau sekat-sekat yang
berfungsi untuk melepas panas yang diterima dari sumber panas (aspal).

(a)
(b)
Gambar 3. (a) Susunan Modul Termoelektrik dan (b) Sirip Pendingin Termoelektrik.

Proses pengambilan data dilakukan pada tengah hari sekitar pukul 13.55
14.55 WIB (60 menit) dengan tujuan bahwa pada tengah hari, intensitas matahari
akan lebih banyak sehingga aspal dapat menyerap panas dengan efektif.
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tanah
sebagai pendinginnya, seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tanah sebagai pendingin

Sebelum Generator Termoelektrik diuji, aspal dipanaskan terlebih dahulu


selama kurang lebih 60 menit, dengan tujuan agar suhunya menjadi lebih merata.
Selanjutnya, alat ukur yang digunakan untuk mengukur suhu aspal adalah
Termometer Infrared dan untuk mengukur tegangan yang dihasilkan oleh
Generator Termoelektrik adalah multimeter digital yang dipasang pada keluaran
(output) sistem.
4.

Hasil dan Analisa


Generator Termoelektrik yang dibuat pada penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 5. Aspal yang terpasang diatas berfungsi sebagai kolektor panas yang
nantinya akan diteruskan ke Modul Termoelektrik hingga ke sirip pendingin.

Gambar 5. Generator Termoelektrik

Waktu pengambilan data dilakukan selama 60 menit. Cara pengambilan data


dalam penelitian ini adalah dengan mencatat kenaikan suhu aspal dan kenaikan
tegangan Generator Termoelekrik selama selang waktu 5 menit. Daya yang
dihasilkan dapat dihitung dengan menggunakan rumus, yaitu:

Dengan, P adalah Daya, R adalah hambatan dalam termoelektrik itu sendiri


yaitu 60 dan V adalah tegangan.
Pada penelitian ini, Generator Termoelektrik mampu menghasilkan V hingga
3,514 Volt dan daya 0,2 Watt (data percobaan dapat dilihat pada lampiran 1).
5

Dari Gambar 6 dapat diamati bahwa terjadi kenaikan V di sepanjang


melakukan percobaan selama 60 menit. Kenaikan tersebut bervariasi dari rentang
waktu menit ke 0 20, V mengalami kenaikan yang signifikan dan pada menit ke 50
60 keniakan V berubah drastis.

35
T (oC)

V ( Volt)

V (Volt)

40

30
10

20
30
40
50
60
t (menit)
0
Gambar 6. Peningkatan V dan T
terhadap waktu pada suhu tanah 29,1 C yang dilakukan
t (menit)
dengan rentang waktu 13.55 14.55 WIB.

Begitu pula dengan perbedaan temperatur (T) antara suhu aspal (TAspal) dan
suhu tanah (TTanah) terhadap waktu terlihat bahwa dari menit pertama pengambilan
data hingga menit ke 20, 30 35 dan 45 55 terjadi kenaikan T kemudian
menurun di menit ke 25, 40 dan 60. Peningkatan dan penurunan T yang terjadi
pada percobaan ini disebabkan oleh adanya peningkatan dan pernurunan intensitas
cahaya matahari yang dapat diindikasikan oleh adanya peningkatan dan penurunan
temperatur udara sekeliling.

0.2
Daya (P)

V
P

Volt (V)

3
V

0.1

30

35

T (0C)

40

Gambar 7. Peningkatan V dan P terhadap T pada suhu tanah 29,1 C yang dilakukan dengan
rentang waktu 13.55 14.55 WIB.

Gambar 7 memperlihatkan bahwa Faktor kenaikan V juga dipengaruhi oleh


T, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa semakin besar T maka V yang
dihasilkan juga semakin bertambah. Hasil tersebut sesuai dengan teori efek
Seebeck, yaitu ketika terjadi perbedaan temperatur antara material semikonduktor
yang berbeda, maka akan terjadi beda potensial listrik. Beda potensial listrik ini
meningkat dengan semakin meningkatnya beda temperatur[8].
Namun pada percobaan tersebut, menit ke 25, 40 dan 60 nilai T mengalami
penurunan tetapi nilai V terus meningkat.
Karena pada saat pengambilan data pengukuran suhu aspal diukur
dipermukaannya. Maka dengan sifatnya (panas) yang merambat, suhu permukaan
aspal tidak sama dengan permukaan Modul Termoelektrik. Oleh sebab itu, nilai V
terus bertambah.
Selain mempengaruhi besarnya V, ternyata T juga berpengaruh pada nilai P
yang dihasilkan. Pada gambar 7 diatas dapat dikatakan secara keseluruhan bahwa
nilai P terus bertambah seiring dengan meningkatnya T.
5.

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dibawah pengaruh panas
matahari didapatkan bahwa sebuah Generator Termoelektrik yang dipasang 20
buah Modul Termoelektrik, dengan T rata-rata 33,40C, mampu menghasilkan
tegangan sekitar 3,514 Volt dengan daya keluaran yang dihasilkan adalah 0,2 Watt.
Secara garis besar, daya yang dihasilkan dari Generator Termoelektrik ini
masih cukup kecil. Akan tetapi, penelitian ini telah menunjukkan bahwa
pembangkit termoelektrik memiliki prospek yang cerah dimasa yang akan datang
sebagai sumber energi alternatif. Apalagi ditambah dengan potensi panjangnya
jalan raya aspal di Indonesia yang setiap tahunnya terjadi peningkatan yaitu pada
tahun 2009 yang mencapai 271.230 km[10].
Apabila seperempat dari panjang jalan raya aspal tersebut diaplikasikan suatu
Generator Termoelektrik yang memanfaatkan panas aspal jalan raya, maka sumber
energi alternatif ini setidaknya dapat menyumbang untuk mengatasi kelangkaan
energi yang terjadi sekarang ini.
Jika penelitian selanjutnya menggunakan aspal yang didesain seperti ini,
diusahakan agar panas aspal yang disalurkan oleh aluminium tidak kontak langsung
dengan suhu lingkungan sekitar, agar energi matahari yang diterima seluruhnya
dapat disalurkan ke Modul Termoelektrik. Selain itu, pemilihan karakteristik Modul
Termoelektrik juga perlu menjadi pertimbangan.

DAFTAR PUSTAKA
[1]

Anonim, 2008. Pembangkit Listrik Tenaga Surya.


http://b0cah.org/index.php?option=com content&task=view&id=485&itemid=39
(05/03/11)
[2] Irawan Rahardjo, Ira Fitriana, Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya di
Indonesia.
[3] Bao-Liang Chen, Alternative energy hits the road, Worcester Polytechnic
Institute (WPI), 2008.
[4] Rajib B. Mallick*), Bao-Liang Chen, Sankha Bhowmick, Reduction of Urban Heat
Island Effect through Harvest of Heat Energy from Asphalt Pavements,
Worcester Polytechnic Institute (WPI).
[5] Zuryati Djafar*), Nandy Putra, R.A. Koestoer, Kajian Eksperimental
Pengembangan Generator Termoelektrik Sebagai Sumber Listrik, UI Depok
16424, Indonesia, 2010.
[6] Amien Rahardjo, Herlina, Husni Safruddin,Optimalisasi Pemanfaatan Sel Surya
pada Bangunan Komersial Secara Terintegrasi sebagai Bangunan Hemat Energi",
Universitas Indonesia, Depok, Indonesia, 2008.
[7] HB Corporation. Thermoelectric Cooler TEC-12705 Performance Specifications.
www.alldatasheet. com.
[8] N. Putra, H. Hardanu, P.A. Sugiarto, F.N. Iskandar, Proceedings of 10th Quality in
Research, Depok, Indonesia, 2007, IMM-28.
[9] Nandy Putra*), Raldi Artono Koestoer, M. Adhitya, Ardian Roekettino, dan Bayu
Trianto, Potensi Pembangkit Daya Termoelektrik Untuk Kendaraan Hibrid.
Depok 16424, Indonesia, 2009.
[10] Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia), (8 /12/ 2011).

Anda mungkin juga menyukai