Anda di halaman 1dari 8

Dental Site Teaching

PULPEKTOMI DEVITAL PADA GIGI 46 DENGAN


DIAGNOSA PULPITIS IRREVERSIBLE

Oleh:
Greksild Filerisa Irwan
No. BP. :1110342024

Pembimbing :
drg. Deli Mona, Sp.KG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016

LAPORAN KASUS

Data Pasien
Nama

: Cynthia Oktari

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 22 tahun

Pekerjaan

: Mahasiswa

No. Rekam Medis

Elemen Gigi

: 46

Pemeriksaan Subjektif
Chief Complaint (CC): Pasien datang dengan keluhan gigi geraham belakang
kanan bawah yang berlubang dan tidak nyaman saat makan.
Present Illness (PI) : Gigi tersebut berlubang sejak dua tahun yang lalu.
Semakin lama lubang gigi semakin besar. Sekitar empat bulan yang lalu pasien
merasakan sakit berdenyut pada gigi tersebut selama satu minggu. Sakit dirasakan
sampai ke telinga. Setelah itu pasien mengeluh tidak nyaman saat makan. Makanan
sering masuk ke lubang dan terasa sangat ngilu.
Past Dental History (PDH): Pasien pernah ke dokter gigi untuk
membersihkan karang gigi satu bulan yang lalu. Pasien menyikat gigi 2 kali sehari
(pagi, dan malam sebelum tidur).
Past Medical History (PMH) : Pasien tidak ada riwayat penyakit sistemik,
Family History (FH)

Ayah : tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik


Ibu : tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik
Social History (SH)

: Pasien adalah seorang mahasiswa UNAND.

Pasien tidur biasanya jam 00.00 dan bangun jam 05.00 pagi. Pasien makan cukup 3

kali sehari, pasien cukup konsumsi air dan sayur tapi jarang mengkonsumsi buah,
pasien jarang berolahraga, pasien tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak merokok.

Pemeriksaan Objektif
1. Tidak terdapat pembengkakan pada gigi dan disekitar gigi tersebut.

2. Tes sondasi (+) ngilu


3. Tes palpasi (-)
4. Tes perkusi (-)
5. Tes thermal (+) ngilu tajam dan bertahan lama
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Pemeriksaan Radiografis
Pada gigi 46 tidak terdapat kelainan periapikal dan saluran

akar bagus. Jaringan gigi masih banyak yang tersisa.

12.
13. Diagnosa
14.

Pulpitis irreversible gigi 46 dengan site size 1.3


15. Rencana Perawatan
1. Dental Health Education (DHE)
2. Pulpektomi devital gigi 46
3. Restorasi akhir
16.
2

17. Prognosis
18. Dari pemeriksaan objektif dan radiografis yang dilakukan, disimpulkan
bahwa prognosa BAIK karena :
1. Masih banyak struktur jaringan gigi yang tersisa
2. Akar bagus
3. Tidak terdapat lesi periapikal
4. Pasien kooperatif
19.
20. Alat dan Bahan
21. ALAT
23. Diagnostic set
25. Bur set
27. Jarum Miller (smooth

22. BAHAN
24. ChKm TKF
26. Cotton Roll
28. Cotton Pellet

broach)
29. Jarum Ekstirpasi (barbed

30. GIC

broach)
31. Reamer
33. File

32. Eugenol
34. NaOCl 1,05%dan H2O2

35. Spreader
37. Spuit Irigasi
39. Root canal plugger
41. Lentulo
43. Sliding caliper
45. Lampu Spiritus
47. Korek Api
49. Glass Lab
51. Semen Spatel

2%
36. Endometason (sealer)
38. Gutta Perca
40. Paper point
42. Caviton
44. Gunting
46.
48.
50.
52.

53.
54. Penatalaksanaan
55.

Tahap Pekerjaan
56. Kunjungan I
1

Pemeriksaan subyektif, obyektif, foto intra oral, radiografi, diagnosis,

2
3

penentuan rencana perawatan.


Penandatanganan informed consent.
Rontgen foto
57.

Foto rontgen digunakan untuk melihat kondisi gigi dan

menghitung panjang kerja.


58.
Panjang gigi sebenarnya = a x b

59.
c
60.
keterangan : a= panjang gigi pada rontgen foto
61.
b= panjang mahkota klinis
62.
c= panjang mahkota pada rontgen foto
4 Aplikasikan bahan devitek ke dalam kavitas
63.
Kontrol setelah 1 minggu.
64.
65. Kunjungan II
a

Preparasi kamar pulpa


1 Outline form, akses preparasi dari insisal dengan menggunakan round
2
3

bur.
Buang semua jaringan karies dan email yang tidak didukung oleh dentin.
Membuka kamar pulpa dan membuang atap kamar pulpa dengan round

4
5
6
7

bur.
Menghaluskan dinding kavitas dengan silindris bur.
Membuang isi kamar pulpa dengan excavator.
Mencari orifis dengan jarum miller (smooth broach).
Semua tahap preparasi kamar pulpa akan mempengaruhi preparasi pada
saluran akar. Irigasi sesering mungkin dengan NaOCl 1,05 % dan H 2O2 2
% secara bergantian. Setiap irigasi harus diakhiri dengan larutan NaOCl

1,05 %. Irigasi dengan menggunakan spuit untuk irigasi secara perlahan.


8 Preparasi kamar pulpa selesai.
Panjang kerja
66. Panjang kerja yang digunakan berdasarkan panjang gigi sebenarnya yang
sudah

diketahui

sebelumnya

kemudian

dikurangi

1mm,

maka

didapatkanlah panjang kerja yang digunakan untuk preparasi saluran akar.


Preparasi saluran akar
1 Pasang rubber stopper 1-2 mm lebih pendek dari panjang gigi
2 Pakai alat yang halus terlebih dahulu dengan ukuran terkecil (jarum
3

miller) untuk mengetahui arah dan keadaan saluran akar


Gunakan jarum ekstirpasi untuk mengeluarkan isi pulpa dari kamar dan
saluran akar. Jarum ekstirpasi diputar >360 derajat supaya pulpa terlilit
dan kemudian ditarik keluar.

Irigasi sesering mungkin setiap pergantian alat dengan NaOCl 1,05 %


dan H2O2 2% secara bergantian. Setiap irigasi harus diakhiri dengan
larutan NaOCl 1,05 %. Irigasi dengan menggunakan spuit untuk
irigasi secara perlahan. Jangan menyemprotkan larutan irigasi
melewati apeks. Jangan menyemprotkan udara ke dalam kavitas
karena dapat mendorong debris ke apeks.

67.

Preparasi saluran akar dengan teknik step back.


Preparasi apikal
1 Tentukan Initial Apical File (IAF), yaitu nomor file yang pertama
2
3

kali bisa masuk sepanjang panjang kerja di saluran akar.


Perbesar bagian apikal dengan gerakan memutar searah jarum
jam, kemudian dengan arah berlawanan ditarik keluar.
Preparasi apikal dilakukan minimal 3 nomor lebih besar dari IAF
68.(misal : IAF nomor 15, perbesar dengan file nomor 20, 25 dan
30).
Ukuran file yang terakhir digunakan pada preparasi apikal disebut
MAF (Master Apical File). Ukuran MAF akan sama dengan

MAC (Master Apical Cone = cone gutta perca utama).


5 Lakukan irigasi setiap penggantian ukuran file.
Preparasi saluran akar
1 Preparasi saluran akar dimulai dengan file ukuran lebih besar dari
2

MAF dan panjang kerja dikurangi 1 mm dari panjang kerja


Lakukan preparasi dengan gerakan yang sama sampai file terasa

longgar
Lakukan rekapitulasi yaitu pengukuran panjang kerja dengan

4
5

MAF. Panjang kerja harus sama dengan panjang awal.


Ganti file dengan ukuran 1 nomor lebih besar dari MAF
Haluskan dinding saluran akar dengan file dengan gerakan

menekan dinding saluran akar dan tarik file keluar


Reaming dan filling dilakukan pada saluran akar yang terisi cairan

69.

irigasi. Tidak boleh dilakukan pada saluran akar yang kering.


d Irigasi saluran akar

Irigasi sesering mungkin setiap pergantian alat dengan NaOCl 1,05%


dan H2O2 2% secara bergantian. Setiap irigasi harus diakhiri dengan
larutan NaOCl 1,05%. Irigasi dengan menggunakan spuit untuk irigasi
secara perlahan. Jangan menyemprotkan larutan irigasi melewati
apeks. Jangan menyemprotkan udara ke dalam kavitas karena dapat

mendorong debris ke apeks.


Sterilisasi saluran akar
1) Keringkan saluran akar dengan paper point.
2) Aplikasikan Chkm - tkf - chkm menggunakan lentulo pada dinding saluran
akar atau dengan menggunakan spuit sampai pada orifis.
3) Letakkan cotton pellet kering di atasnya.
4) Tutup dengan tambalan sementara
5) Cek oklusi dengan articulating paper
70.

71.

Kunjungan III :
1. Tanyakan apakah ada keluhan pasien dan lakukan tes perkusi, palpasi,
sondasi,tekan, mobility.
72. Jika tes dan keluhan masih positif (+), lakukan penggantian obat
Chkm - tkf - chkm.
2. Bongkar tambalan sementara.
3. Keluarkan kapas kering dan cotton roll.

Irigasi saluran akar dengan NaOCl 1,05 % dan H2O2 2 %

4. Keringkan saluran akar dengan paper point.


5. Lakukan penggantian obat dengan Chkm - tkf - chkm dengan lentulo pada
6.
7.
8.
74.
1.

dinding saluran akar atau dengan menggunakan spuit sampai pada orifis.
Letakkan cotton pellet pada kamar pulpa, tutup dengan kapas kering.
Tutup dengan caviton (tambalan sementara).
Cek Oklusi dengan articulating paper.
73.
Kunjungan IV :
Tanyakan apakah ada keluhan pasien dan lakukan tes perkusi, palpasi,
sondasi,tekan, mobility.
75. Jika tes dan keluhan tidak lagi dirasakan maka sudah bisa dilakukan

obturasi.
2. Bongkar tambalan sementara.
3. Keluarkan kapas kering dan cotton roll.
4. Lakukan obturasi jika pada kavitas tercium bau obat dan Chkm - tkf - chkm
pada saluran akar sudah memadat karena hal tersebut menandakan bahwa
saluran akar sudah bersih dan steril dan dapat di obturasi. Jika belum, periksa
kembali saluran akar dan lakukan penggantian obat kembali.
5. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 1,05 % dan H2O2 2 %
6. Keringkan saluran akar dengan paper point. Ulangi sampai saluran akar
kering, dan terakhir gunakan paper point yang ukurannya kecil untuk
mencapai daerah apeks.
7. Lakukan trial pengisian bahan pengisi saluran akar/gutta perca menggunakan
MAC yang telah ditentukan sebelumnya, lakukan rontgen foto dengan MAC
didalam saluran akar dan lihat apakah terjadi over filling atau under filling.
Jika sudah baik, obturasi dapat dilanjutkan.
8. Gunakan gutta perca sesuai ukuran alat yang terakhir (MAF/MAC) atau satu
nomor lebih kecil. Masukkan ke dalam saluran akar sampai 1mm mendekati
foramen apikal dan beri tanda.
9. Bahan sealer/endomethasone dimasukkan ke dalam saluran akar dengan
reamer untuk melapisi dinding saluran akar.
4

10. Masukkan gutta perca yang sudah dilapisi bahan sealer kemudian
dimasukkan ke dalam saluran akar sampai tanda yang diberikan.
11. Tekan spreader ke samping gutta perca ke arah apeks 2-3mm mendekati
foramen apikal. Ruang yang tersisa diisi dengan gutta perca tambahan
dengan ukuran yang lebih kecil. Lakukan sampai saluran akar terisi penuh.
Teknik pengisian saluran akar ini dinamakan Lateral

Condensation

Technique.
12. Potong gutta perca dengan instrumen panas dan padatkan dengan root canal
plugger. Kamar pulpa harus bersih dari gutta perca supaya tidak terjadi
perubahan warna
13. Tutup dengan lining GIC kemudian tutup dengan caviton
14. Cek oklusi dengan articulating paper
15. Lakukan rontgen foto untuk melihat kehermetisan obturasi dan tingkat

keberhasilan pengisian.
76.
Kunjungan V :
Jika dari hasil rontgen foto obturasi sudah hermetis lalu tanyakan apakah ada

keluhan pasien dan lakukan tes perkusi, tekan, dan palpasi.


Jika semua pemeriksaan tidak menunjukkan keadaan patologis dapat

77.

dilakukan restorasi permanen.


78.
79.

Anda mungkin juga menyukai