Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbedabeda. Sebagian wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun
tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan menstruasi disertai keluhan
sehingga mengakibatkan rasa ketidaknyamanan berupa dismenore.
Dismenore merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa
nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan
paha.1
Dismenore adalah kejang perut bagian bawah yang hebat dan
sangat sakit terjadi sebelum atau selama menstruasi. Lebih mungkin
terjadi pada wanita yang mempunyai saudara satu generasi di atasnya
yang mengalami dismenore dan lebih jarang terjadi pada mereka yang
sudah pernah melahirkan anak atau minum pil pengendali kelahiran. 1
Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih
dari 50% perempuan di setiap negara mengalami dismenore. Di Amerika
angka persentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara
di Indonesia sekitar 64,25 % yang terdiri dari 54,89% dismenore primer
dan 9,36 % dismenore sekunder. Angka kejadian dismenore tipe primer di
Indonesia adalah sekitar 54,89%, sedangkan sisanya adalah penderita
dengan tipe sekunder.2

Penyebab dismenore primer yaitu peningkatan kontraksi rahim


yang dirangsang oleh prostaglandin (salah satu hormon di dalam tubuh
yang menyebabkan terjadinya kontraksi pembuluh pembuluh darah dan
penurunan aliran darah) sehingga menyebabkan terjadinya proses
iskhemia dan nekrosis pada sel sel dan jaringan. Sedangkan penyebab
dismenore sekunder yaitu endometriosis, penyakit peradangan rongga
dalam daerah kemaluan, peradangan tuba fallopi, perlengketan abnormal
antara organ dalam perut, pemakaian IUD.2
Angka kejadian dismenore berkisar 45-95% di kalangan wanita usia
produktif. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali
dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan
kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih
bisa bekerja (sesekali sambil meringis), adapula yang tidak kuasa
beraktifitas karena nyerinya.2
Dismenore

akan

meningkat

pada

wanita

yang

mengalami

kegemukan, kurang nutrisi, peminum kopi dan alkohol, perokok, tidak aktif
secara seksual dan tidak pernah melahirkan juga dialami oleh wanita yang
dalam

keluarga

mempunyai

riwayat

dismenore.

Olahraga

dapat

mengurangi nyeri dismenore dan dapat segera menghilang setelah


perkawinan dan jarang menetap setelah melahirkan. 1,2
Status gizi merupakan faktor risiko terjadinya dismenore. Pada
wanita yang memilki kelebihan berat badan terjadi hyperplasia pembuluh
darah pada organ reproduksi sehingga dapat mengakibatkan dismenore.

Selain itu, menurut Jeffcoate wanita dengan indeks massa tubuh


lebih dari normal memiliki kadar prostaglandin yang tinggi dapat memicu
terjadinya dismenore. Namun di sisi lain ternyata seseorang dengan
underweight juga dapat mengalami dismenore primer.2
Studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Islam Al-Hikmah Jepara
pada bulan April 2011, pada 20 responden ditemukan 15 remaja putri yang
mengalami dismenore dan 2 remaja putri diantaranya dengan status
gizinya normal, dan 13 remaja putri status gizi kurang, sedangkan 5
remaja putri yang tidak mengalami dismenore dengan status gizi kurang.
Hal ini menunjukkan bahwa antara teori dan kenyataan yang ada di
lahan berbeda, karena sesuai teori status gizi yang kurang akan
mempengaruhi pada gangguan haid, sedangkan dari studi pendahuluan di
dapatkan remaja putri yang tidak mengalami dismenore, status gizinya
kurang.
Berdasarkan uraian dan fenomena diatas, penulis merasa tertarik
untuk meneliti tentang Hubungan status gizi dengan dismenore primer
pada mahasiswi angkatan 2011, 2012, dan 2013 Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada hubungan antara status gizi dengan dismenore primer
pada mahasiswi angkatan 2011, 2012, dan 2013 Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan status gizi dengan dismenore primer pada


mahasiswi angkatan 2011, 2012, dan 2013

Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia


1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui status

gizi

mahasiswi

di

lingkup

Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia


2. Mengetahui tingkat kejadian dismenore mahasiswi di lingkup
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
3. Menganalisa hubungan status gizi dengan kejadian dismenore
primer pada

mahasiswi

di

lingkup

Fakultas

Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia


1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan peneliti baik dari segi pengetahuan
maupun dalam melatih pemikiran ilmiah
1.4.2 Bagi Akademik
Dapat dijadikan referensi atau contoh dalam melakukan
penelitian ke depannya

1.4.3 Bagi Responden


Dapat dijadikan bahan masukan bagi responden mengenai
status gizi dan dismenore
1.5 Hipotesis
H0 = Tidak ada hubungan antara status gizi dengan dismenore
primer

Ha = Ada hubungan antara status gizi dengan dismenore primer

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI,
KERANGKA KONSEP
2.1 Status Gizi
2.1.1 Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang
yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat zat
gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status
gizi kurang, gizi normal dan gizi lebih.3
Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat
keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan
energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu.
Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat,
protein, lemak dan gizi lainnya.4 Status gizi normal merupakan keadaan
yang sangat diinginkan oleh semua orang. 5
2.1.2 Pengukuran Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data
yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk
menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi
kurang maupun gizi lebih.6 Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Penilaian Langsung

a. Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi
yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan
dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umunya
antropometri

mengukur

dimensi

dan

komposisi

tubuh

seseorang.7 Metode antropometri sangat berguna untuk melihat


ketidakseimbangan

energi

dan

protein.

Akan

tetapi,

antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat


zat gizi yang spesifik.8
b. Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi
berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat
dengan

kekurangan

maupun

kelebihan

asupan

gizi.

Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang


terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut dan organ yang
dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid). 6
c. Biokimia
Permeriksaan biokimia disebut juga acara

laboratorium.

Pemeriksaan biokimia yang digunakan untuk mendeteksi


adanya defisiensi pada kasus yang lebih parah lagi, dimana
dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsy sehingga
dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di jaringan
yang paling sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia
statis. Cara lain adalah dengan menggunakan uji gangguan
fungsional

yang

berfungsi

untuk

mengukur

besarnya

konsekuensi fungsional dari suatu zat gizi yang spesifik. Untuk

pemeriksaan biokimia sebaiknya digunakan perpaduan antara


uji biokimia statis dan uji fungsional.9
d. Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi jarringan dan melihat
perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan dalam
keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja. 7
2. Penilaian Tidak Langsung
a. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian
status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat
berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dapat
mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi,
sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan
cara seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan
sesuai dengan kebutuhan gizi.9
b. Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi
melalui data data mengenai statistik yang berhubungan dengan
gizi, seperti angka kematian menurut umur tertentu, angka
penyebab

kesakitan

dan

kematian,

statistik

pelayanan

kesehatan dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan


kekurangan gizi.6
c. Faktor Ekologi
Penilaian staus gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena
masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor
ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik dan lingkungan

budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk


mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu
masyarakat

yang

nantinya

akan

sangat

berguna

untuk

melakukan intervensi gizi.7


2.1.3 Indeks Antropometri
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter.
Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap
satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan
tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah indeks
massa tubuh (IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index.7
IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa khusunya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. IMT
hanya dapat digunakan orang dewasa yang berumur di atas 18 tahun.
Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran Indeks Massa
Tubuh, terdiri dari:
1. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang
paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari
beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk
mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan dihubungkan dengan
tinggi badan.8
2. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat


merefleksikan pertumbuhan skeletal (tulang).6
a. Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan
dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter
kuadrat.8
Berat Badan (kg)
IMT =
Tinggi Badan (m)2
b. Kategori Indeks Massa Tubuh
Untuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori
ambang batas IMT yang digunakan, seperti yang terlihat pada
tabel berikut yang merupakan ambang batas IMT yang telah
ditetapkan oleh WHO.
Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT
Menurut Kriteria Asia Pasifik 8
Klasifikasi Obesitas
Klasifikasi
Underweight

IMT
<18,5

Normal

18,5-22,9

Overweight

>23,0

Beresiko

23,0-24,9

Obese I

25,0-29,9

Obese II

>30,0

2.1.4 Masalah Gizi Kurang

10

Masalah status gizi berpengaruh pada status gizi seseorang. Status


gizi baik ataupun status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup
zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan
secara umum pada tingkat setinggi mungkin.3
Gizi kurang merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat tidak
terpenuhinya asupan makanan. Gizi kurang dapat terjadi karena
seseorang mengalami kekurangan salah satu zat gizi atau lebih di dalam
tubuh.3
Akibat yang terjadi apabila kekurangan gizi antara lain menurunnya
kekebalan tubuh (mudah terkena penyakit infeksi), terjadi gangguan
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan energi yang
dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja, dan sulitnya seseorang
dalam menerima pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi. 10
Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi yang banyak
dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini dapat
terjadi karena tingkat pendidikan yang rendah, pengetahuan yang kurang
mengenai gizi dan perilaku belum sadar akan status gizi. Contohnya
masalah kekurangan gizi, antara lain KEP (Kekurangan Energi Protein),
GAKI (gangguan Akibat Kekurangan Iodium), Anemia Gizi Besi (AGB). 5
2.1.5 Masalah Gizi Lebih
Status gizi lebih merupakan keadaan tubuh seseorang yang
mengalami kelebihan berat badan, yang terjadi karena kelebihan jumlah

11

asupan energi yang disimpan dalam bentuk cadangan berupa lemak. Ada
yang menyebutkan bahwa masalah gizi lebih identik dengan kegemukan.
Kegemukan dapat menimbulkan dampak yang sangat berbahaya yaitu
dengan munculnya penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus,
penyakit jantung koroner, hipertensi, gangguan ginjal dan masih banyak
lagi.11
Masalah gizi lebih ada dua jenis yaitu overweight dan obesitas.
Batas IMT untuk dikategorikan overweight adalah >23,0 kg/m2, sedangkan
obesitas adalah >25,0 kg/m2. Kegemukan (obesitas) dapat terjadi mulai
dari masa bayi, anak anak sampai pada usia dewasa. Kegemukan pada
masa bayi terjadi karena adanya penimbunan lemak selama dua tahun
pertama kehidupan bayi. Bayi yang menderita kegemukan maka ketika
menjadi dewasa akan mengalami kegemukan pula. Kegemukan pada
masa kanak kanak terjadi sejak anak tersebut berumur dua tahun sampai
menginjak usia remaja dan secara bertahap akan terus mengalami
kegemukan sampai usia dewasa. Kegemukan pada usia dewasa terjadi
karena seseorang telah mengalami kegemukan dari masa kanak kanak. 12
2.1.6 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
1. Umur
Kebutuhan energi individu disesuaikan dengan umur, jenis
kelamin dan tingkat aktivitas. Jika kebutuhan energi (zat tenaga)
terpenuhi dengan baik maka dapat meningkatkan produktivitas kerja,
sehingga membuat seseorang lebih semangat dalam melakukan
pekerjaan. Apabila kekurangan energi maka produktivitas kerja

12

seseorang akan menurun, dimana seseorang akan malas bekerja dan


cenderung untuk bekerja lebih lamban. Semakin bertambahnya umur
akan semakin meningkat pula kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Zat
tenaga dibutuhkan untuk mendukung meningkatnya dan semakin
beragamnya kegiatan fisik.5
2. Frekuensi Makan
Frekuensi konsumsi makanan dapat menggambarkan berapa
banyak makanan yang dikonsumsi seseorang. Menurut Hui (1985),
sebagian besar remaja melewatkan satu atau lebih waktu makan, yaitu
sarapan.

Sarapan

adalah

waktu

makan

yang

paling

banyak

dilewatkan, disusul oleh makan siang. Ada beberapa alasan yang


menyebabkan seseorang malas untuk sarapan, antara lain mereka
sedang dalam keadaan terburu buru, menghemat waktu, tidak lapar,
menjaga berat badan dan tisak tersedianya makanan yang akan
dimakan. Melewatkan waktu makan dapat menyebabkan penurunan
konsumsi energi, protein dan zat gizi lainnya.13
Pada bangsa bangsa yang frekuensi makannya dua kali dalam
sehari lebih banyak orang yang gemuk dibandingkan dengan frekuensi
makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Hal ini berarti bahwa frekuensi
makan sering dengan jumlah yang sedikit lebih baik daripada jarang
makan tetapi sekali makan dalam jumlah yang banyak.12
3. Asupan Energi
Energi merupakan asupan utama yang sangat diperlukan oleh
tubuh. Kebutuhan energi yang tidak tercukupi dapat menyebabkan

13

protein, vitamin dan mineral tidak dapat digunakan secara efektif.


Untuk

beberapa

dipengaruhi

oleh

fungsi
BMR

metabolisme
(Basal

tubuh,

Metabolic

kebutuhan
Rate),

energi

kecepatan

pertumbuhan, komposisi tubuh dan aktivitas fisik.12


4. Asupan Protein
Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam
tubuh. Fungsi utama protein adalah membangun serta memelihara sel
sel dan jaringan tubuh. 3 Fungsi lain dari protein adalah menyediakan
asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan
metabolisme mengatur keseimbangan air dan mempertahankan
kenetralan asam basa tubuh. Pertumbuhan, kehamilan dan infeksi
penyakit meningkatkan kebutuhan protein seseorang. 5
Sumber makanan yang paling banyak mengandung protein
berasal dari bahan makanan hewani, seperti telur, susu, daging,
unggas, ikan dan kerang. Sedangkan sumber protein nabati berasal
dari tempe, tahu dan kacang kacangan. Catatan Biro Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 1999, menunjukkan secara nasional konsumsi
protein sehari rata-rata penduduk Indonesia adalah 48,7 gram sehari.
Anjuran asupan protein berkisar antara 10-15% dari total energi.15
5. Asupan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi kehidupan
manusia yang dapat diperoleh dari alam, sehingga harganya pun relatif
murah. Sumber karbohidrat berasal dari padi padian atau serelia, umbi

14

umbian, kacang kacangan dan gula. Sumber karbohidrat yang paling


banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan
pokok adalah beras, singkong, ubi, jangung, talas dan sagu. 3
Karbohidrat menghasilkan 4 kkal/gram. Angka kecukupan
karbohidrat

sebesar

50-65%

dari

total

energi.

WHO

(1990)

menganjurkan agar 55-75% konsumsi energi total berasal dari


karbohidrat kompleks. Karbohidrat yang tidak mencukupi di dalam
tubuh akan digantikan dengan protein untuk memenuhi kecukupan
energi. Apabila karbohidrat tercukupi, maka protein akan tetap
berfungsi sebagai zat pembangun.3
6. Asupan Lemak
Lemak merupakan cadangan energi di dalam tubuh. Lemak
terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol. Dimana ketiga jenis ini
memiliki fungsi terhadap kesehatan tubuh manusia. 15 Konsumsi lemak
paling sedikit adalah 10% dari total energi. Lemak menghasilkan 9
kkal/gram. Lemak relatif lebih lama dalam sistem pencernaan tubuh
manusia. Jika seseorang mengonsumsi lemak secara berlebihan,
maka akan mengurangi konsumsi makanan lain. Berdasarkan PUGS,
anjuran konsumsi lemak tidak melebihi 25% dari total energi dalam
makanan sehari-hari. Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh
tumbuhan, seperti minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, jagung
dan sebagainya. Sumber lemak utama lainnya berasal dari mentega,
margarin dan lemak hewan.14

15

7. Tingkat Pendidikan
Pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan pengetahuan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka sangat diharapkan
semakin tinggi pula pengetahuan orang tersebut mengenai gizi dan
kesehatan. Pendidikan yang tinggi dapat membuat seseorang lebih
memperhatikan makanan untuk memenuhi asupan zat-zat gizi yang
seimbang. Adanya pola makan yang baik dapat mengurangi bahkan
mencegah dari timbulnya masalah yang tidak diinginkan mengenai
gizi dan kesehatan.5
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, akan mudah
dalam menyerap dan menerapkan informasi gizi, sehingga diharapkan
dapat menimbulkan perilaku dan gaya hidup yang sesuai dengan
informasi yang didapatkan mengenai gizi dan kesehatan. Tingkat
pendidikan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan. 15
Pendidikan juga berperan penting dalam meningkatkan status
gizi seseorang. Pada umumnya tingkat pendidikan pembantu rumah
tangga masih rendah (tamat SD dan tamat SMP). Pendidikan yang
rendah sejalan dengan pengetahuan yang rendah, karena dengan
pendidikan rendah akan membuat seseorang sulit dalam menerima
infomasi mengenai hal-hal baru di lingkungan sekitar, misalnya
pengetahuan gizi. Pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi sangat
diperlukan oleh pembantu rumah tangga. Selain untuk diri sendiri,

16

pendidikan dan pengetahuan gizi yang diperoleh dapat dipraktekkan


dalam pekerjaan yang mereka lakukan.
8. Pendapatan
Pendapatan merupakan salah sau faktor yang mempengaruhi
status gizi. Pembantu rumah tangga mendapatkan gaji (pendapatan)
yang masih di bawah UMR.16 Besarnya gaji yang diperoleh terkadang
tidak sesuai dengan banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan.
Pendapatan seseorang akan menentukan kemampuan orang tersebut
dalam memenuhi kebutuhan makanan sesuai dengan jumlah yang
diperlukan oleh tubuh. Apabila makanan yang dikonsumsi tidak
memenuhi jumlah zat-zat gizi dibutuhkan oleh tubuh, maka dapat
mengakibatkan perubahan pada status gizi seseorang. 5
Ada dua aspek kunci yang berhubungan antara pendapatan
dengan pola konsumsi makan, yaitu pengeluaran makanan dan tipe
makanan yang dikonsumsi. Apabila seseorang memiliki pendapatan
yang tinggi maka dia dapat memenuhi kebutuhan akan makanannya.5
Meningkatnya pendapatan perorangan juga dapat menyebabkan
perubahan dalam sususnan makanan. Kebiasaan makan seseorang
berubah sejalan dengan berubahnya pendapatan seseorang. 17
Meningkatnya pendapatan seseorang merupakan cerminan dari suatu
kemakmuran.

Orang

yang

sudah

meningkat

pendapatannya,

cenderung untuk berkehidupan serba mewah. Kehidupan mewah


dapat mempengaruhi seseorang dalam hal memilih dan membeli jenis

17

makanan. Orang akan mudah membeli makanan yang tinggi kalori.


Semakin banyak mengonsumsi makanan berkalori tinggi dapat
menimbulkan kelebihan energi yang disimpan oleh tubuh dalam
bentuk lemak. Semakin banyak lemak yang disimpan di dalam tubuh
dapat mengakibatkan kegemukan.12
9. Pengetahuan
Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi tingkat
pengetahuannya akan gizi. Orang yang memiliki tingkat pendidikan
hanya sebatas tamat SD, tentu memiliki pengetahuan yang lebih
rendah dibandingkan dengan orang yang tingkat pendidikannya tamat
SMA atau Sarjana. Tetapi sebaliknya, seseorang dengan tingkat
pendidikan yang tinggi sekalipun belum tentu memiliki pengetahuan
gizi yang cukup jika ia jarang mendapatkan informasi mengenai gizi,
baik melalui media iklan, penyuluhan dan lain sebgaianya. Tetapi,
perlu

diingat

bahwa

serendah

rendahnya

tingkat

pendidikan

seseorang juga turut menentukan mudahnya tidaknya orang tersebut


dalam menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka
peroleh. Berdasarkan hal ini, kita dapat menentukan metode
penyuluhan gizi yang tepat. Di samping itu, dilihat dari segi
kepentingan gizi keluarga, pendidikan itu sendiri amat diperlukan agar
seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam
keluarga dan dapat mengambil tindakan secepatnya. 5

18

Pengetahuan gizi sangat penting, dengan adanya pengetahuan


tentang zat gizi maka seseorang dengan mudah mengetahui status
gizi mereka. Zat gizi yang cukup dapat dipenuhi oleh seseorang
sesuai dengan makanan yang dikonsumsi yanag diperlukan untuk
meningkatkan pertumbuhan. Pengetahuan gizi dapat memberikan
perbaikan gizi pada individu maupun masyarakat.16

2.2 Dismenore Primer


2.2.1 Pengertian Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan
pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer merupakan nyeri di
perut bawah, menyebar ke daerah pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul
tidak lama sebelumnya atau bersamaan dengan permulaan haid dan
berlangsung beberapa hari sebelum dan selama menstruasi. Sifat rasa
nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah,
tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan
rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare,
iritabilitas, dan sebagainya.17

2.2.2 Epidemiologi
Dismenore dapat dialami lebih dari setengah wanita yang sedang
menstruasi, dan prevalensinya sangat bervariasi. Berdasarkan data dari
berbagai negara, angka kejadian dismenore di dunia cukup tinggi.
Diperkirakan 50% dari seluruh wanita di dunia menderita dismenore

19

dalam sebuah siklus menstruasi. Pasien melaporkan nyeri saat haid,


dimana sebanyak 12% nyeri haid sudah parah, 37% nyeri haid sedang,
dan 49% nyeri haid masih ringan.1
Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami
dismenore dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang
menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini
akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing. Bahkan
di perkirakan para perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja
setiap bulan akibat dismenore. Di Pakistan diperkirakan 57% pelajar
yang mengalami dismenore mempunyai efek terhadap pekerjaan
mereka.2
Di Indonesia angka kejadian dismenore primer sebesar 54,89%
sedangkan

sisanya

adalah

penderita

tipe

sekunder. Dismenore

menyebabkan 14% dari pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan
tidak menjalani kegiatan sehari-hari. 2
Kejadian dismenore di dunia sangat besar. Berbagai penelitian di
seluruh dunia telah menunjukkan bahwa angka kejadian dismenore
cukup tinggi, yaitu 43-93% wanita mengalami dismenore 5-10% dari
mereka mengalami dismenore yang sangat berat dan meninggalkan
kegiatan mereka 1-3 hari dalam sebulan. 2
2.2.3 Etiologi
Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab
dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti.
Rupanya beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab
dismenore primer, antara lain:17

20

a. Faktor kejiwaan : pada gadis-gadis yang secara emosional tidak


stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik
tentang proses haid, mudah timbul dismenore.
b. Faktor konstitusi : faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor
tersebut di atas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa
nyeri.

Faktor-faktor

seperti

anemia,

penyakit

menahun,

dan

sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.


c. Faktor obstruksi kanalis servikalis : salah satu teori yang paling tua
untuk menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis
kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi
mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini
sekarang tidak dianggap sebagai sebagai faktor yang penting
sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita menderita dismenore
tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi.
Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenore,
walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam
hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai
atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otototot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan
kelainan tersebut.
d. Faktor endokrin, pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang
terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang
berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan tonus dan
kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan
penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen

21

merangsang kontraktilitas uterus, sedangkan hormon progesteron


menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat
menerangkan

fakta

mengapa

tidak

timbul

rasa

nyeri

pada

perdarahan disfungsional anovulatoar, yang biasanya bersamaan


dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron.
e. Faktor alergi, teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya
asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migrain atau asma
bronkhial. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.
2.2.4 Gejala Klinis
Dismenore merupakan nyeri siklis pada panggul atau abdomen
bagian bawah nyeri dapat menjalar ke arah punggung dan paha bagian
depan, terjadi sebelum atau selama periode haid. Nyeri dirasakan
sebagai kram yang hilang timbul. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat
sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncak dalam waktu 24 jam
dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh
sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. 1
Dismenore primer muncul berupa serangan ringan, kram pada
bagian tengah, bersifat spasmodik yang dapat menyebar ke punggung
atau paha bagian dalam. Umumnya ketidaknyamanan dimulai 1-2 hari
sebelum menstruasi, namun nyeri paling berat selama 24 jam pertama
menstruasi dan mulai berkurang pada hari kedua, dimulai 1-3 tahun
setelah menstruasi dan bertambah berat setelah beberapa tahun sampai
usia 23-27 tahun, lalu mulai mereda, umumnya terjadi pada wanita
nulipara, kasus ini kerap menurun signifkasi setelah kelahiran anak,
lebih sering terjadi pada wanita obesitas. Gejala-gejalanya kram pada

22

perut bagian bawah terutama selama 2 hari pertama haid, dan yang bisa
menjalar ke punggung. Rasa mual, muntah, diare, lesu, dan sakit kepala
adalah gejala-gejala yang menyertainya. 1,2
2.2.5 Derajat Nyeri Dismenore
Nyeri yang dirasakan pada dismenore dapat diderajatkan menjadi : 18
1 : Tidak dismenore
2 : Nyeri dirasa ringan,

aktifitas

sedikit

terganggu,

jarang

membutuhkan obat namun jika obat dikonsumsi maka dapat efektif


untuk mengurangi nyeri
3 : Nyeri dirasa sedang, aktifitas terganggu, membutuhkan obat dan
obat tersebut sering efektif dalam mengurangi nyeri jika
dikonsumsi
4 : Nyeri dirasa hebat, mengganggu sebagian besar aktivitas,
membutuhkan obat namun obat tersebut jarang efektif dalam
mengurangi nyeri
2.2.6 Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya dismenore primer adalah :
1. Siklus menstruasi ovulasi
Dismenore primer hanya dapat terjadi pada siklus menstruasi
ovulatorik. Karena setelah terjadinya ovulasi, maka sel-sel folikel tua
setelah ovulasi akan membentuk korpus luteum, sewaktu korpus luteum
berdegenerasi karena tidak terjadi pembuahan dan implantasi, maka
kadar estrogen dan progesteron di sirkulasi akan menurun drastis.
Penarikan kembali kedua hormon steroid tersebut menyebabkan lapisan
endometrium yang kaya akan nutrisi dan pembuluh darah itu tidak lagi
ada yang mendukung secara hormonal. Penurunan kadar hormon
ovarium itu juga merangsang pengeluaran prostaglandin uterus yang

23

menyebabkan vasokontriksi pembuluh-pembuluh endometrium, serta


menyebabkan kontraksi uterus. Bila kadar prostaglandin berlebih maka
akan memicu dismenore.18
2. Riwayat Ibu atau saudara perempuan kandung yang mengalami
dismenore primer
Adanya riwayat keluarga dan genetik berkaitan dengan terjadinya
dismenore primer yang berat.18
3. Usia menarche kurang dari 12 tahun
Terdapatnya hubungan antara usia menarche terhadap kejadian
dismenore primer dikarenakan saat menarche terjadi lebih awal dari
normal maka alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan
dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa
sakit saat menstruasi.18
4. Adanya depresi atau anxietas
Risiko untuk mengalami dismenore meningkat pada wanita yang
mempunyai

riwayat

dismenore

dan

stress

tinggi

sebelumnya

dibandingkan dengan wanita yang tidak mempunyai riwayat stress


sebelumnya.18
5. Merokok dan meminum alkohol
Pengaruh rokok terhadap dismenore primer

masih dalam

perdebatan, dan pengaruh alkohol meningkatkan keparahan dari


dismenore primer.18
6. Seseorang dengan overweight, obese, ataupun underweight

24

Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer,


karena di dalam tubuh orang yang mempunyai kelebihan berat badan
terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat mengakibatkan
hiperplasia pembuluh darah (terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan
lemak) pada organ reproduksi sehingga darah yang seharusnya
mengalir pada proses menstruasi terganggu dan timbul dismenore
primer. Status gizi underweight dapat diakibatkan karena asupan
makanan yang kurang, menderita suatu penyakit, adanya perilaku yang
salah, ataupun karena ketergantungan obat dan alkohol. Karena asupan
makanan yang kurang dikhawatirkan asupan dari zat besi juga akan
kurang, maka dapat tejadi anemia. Anemia merupakan salah satu faktor
konstitusi yang dapat menyebabkan dismenore. 18
2.2.7 Patofisiologi

25

Gambar 2.2 Patofisiologi Dismenore19

2.2.8 Penatalaksanaan
1. Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita

bahwa

dismenore

adalah

gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya


diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan,
kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi
mengenai haid atau adanya tabu atau takhayul mengenai haid perlu
dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat
yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang
diperlukan psikoterapi.17

26

2. Pemberian obat analgesik


Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan
sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan
isrirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk
mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan
adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat
paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan,
acet-aminophen dan sebagainya.17
3. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan
benar-benar dismenore primer, atau untuk memungkinkan penderita
melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan.
Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil
kombinasi kontrasepsi.17,19
4. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
Memegang peranan yang makin penting terhadap dismenore primer.
Termasuk di sini indometasin, ibuprofen, dan naproksen; dalam
kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami
banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid
mulai; 1 sampai 3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid. 17,19
5. Dilatasi kanalis servikalis
Dapat memberi keringanan karena memudahkan pengeluaran darah
haid

dan

prostaglandin

di

dalamnya.

Neuroktomi

prasakral

(pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf


pusat) ditambah dengan neuroktomi ovarial (pemotongan urat saraf

27

sensorik yang ada di ligamentum infundibulum) merupakan tindakan


terakhir, apabila usaha-usaha lain gagal.17
2.3 Kerangka Teori

Siklus
menstruasi
ovulasi
Riwayat
keluarga

Prostatglandin kontraksi
Genetik
endometrium

Menache <12 tahun

Sempitnya leher rahim

Depresi atau Anxietas

Penekanan saraf pinggul

Merokok dan Alkohol


Status Gizi

Zat mempengaruhi met.Est


Gizi kurang : asupan makanan
kurang
Gizi nomal : Stress, Depresi
Gizi lebih : Bantalan lemak
Siklusmenstruasi ovulasi
Prostatglandin Dismenore
Merokok dan Alkohol
Primer
Riwayat keluarga

2.4 Kerangka Konsep

Status Gizi

Keterangan :

Dismenore
Primer

Gizi kurang : asupan


makanan kurang
Gizi nomal : Stress, Depresi
Gizi lebih : Bantalan lemak
Prostatglandin Dismenore
Primer

Depresi atau Anxietas


Menache <12 tahun
Dismenore
Primer
Mahasiswa

: Variabel Independen, diteliti


: Variabel Dependen, diteliti
: Variabel Perancu
: Variabel Kontrol

2.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif


1. Status Gizi
a. Definisi Operasional

28

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh


seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan
penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh.3

b. Kriteria Objektif
Klasifikasi Obesitas
Klasifikasi
Gizi Kurang

IMT
<18,5

Gizi Normal

18,5 - 22,9

Gizi Lebih

>23,0 - >30,0

2. Dismenore Primer

a. Definisi Operasional
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa
kelainan pada alat-alat genital yang nyata; nyeri di perut bawah,
menyebar ke daerah pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak
lama sebelumnya atau bersamaan dengan permulaan haid dan
berlangsung beberapa hari sebelum dan selama menstruasi. 17

b. Kriteria Objektif
-

Mengalami dismenore primer

29

Tidak mengalami dismenore primer

30

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitin
survey analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana peneliti
mengukur variabel bebas dan variabel terikat yang dikumpulkan
dalam waktu yang bersamaan dalam satu sampel populasi hasil yang
diperoleh bersifat analitik.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini merupakan Mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia angkatan 2011, 2012 dan
2013
3.3.2 Sampel
Sampel adalah seluruh mahasiswi angkatan 2011, 2012 dan
2013 Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia yang masuk
dalam kriteria inklusi.

a. Cara Pengambilan Sampel

31

Pengambilan sampel dilakukan dengan menentukan total


mahasiswi angkatan 2011, 2012 dan 2013 dari data absen yang
ada, dan menggunakan kuisioner.
b. Kriteria Seleksi
1. Kriteria Inklusi
a. Telah menstruasi
b. Tidak memiliki riwayat penyakit reproduksi
c. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria Eksklusi
a. Tidak bersedia jadi responden
b. Belum menstruasi
c. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik Total Sampling
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data hasil pengamatan atau data yang
diolah oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui
kuisioner oleh peneliti pada objek penelitian dan data hasil analisis
yang dilakukan oleh peneliti.

3.4.2 Data Sekunder


Data yang diperoleh dari data data yang sudah ada dan
literature-literatur lainnya yang mendukung.
3.5 Pengolahan Data
Setelah kuesioner

yang

dibagikan

kepada

responden

dikumpulkan kembali oleh peneliti, maka langkah selanjutnya adalah


melakukan pengolahan data.
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan cross tabulasi untuk menggambarkan

32

karakteristik penderita disertai dengan penjelasan yang sesuai.


Adapun analisis yang dilakukan dengan menggunakan teknik bivariat
dan univariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis data yang disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, atau grafik. Pada
penelitian
mengetahui

ini

tujuan

digunakan

karakteristik

analisis

responden

(status

univariat
gizi,

untuk

kejadian

dismenore).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis data yang digunakan
untuk mengetahui interaksi dua variabel. Dengan menggunakan
rumus Chi Square.
3.6 Etika Penelitian
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak fakultas
sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.
2. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang
telah disebutkan sebelumnya.

33

BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambar 1. Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia


Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar didirikan tanggal 23
Juni 1954 dan ditinjau dari segi usia UMI merupakan perguruan tinggi
tertua di kawasan Indonesia Timur dan sekaligus merupakan perguruan
tinggi swasta di kawasan Indonesia Timur yang menjadi kebanggaan umat
muslim Sulawesi Selatan.
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (FK-UMI)
didirikan pada tahun 1992. Tanggal 16 April 1986 berdasarkan SK Rektor
UMI Nomor 1381/H.20/UMI/IV/1986 dibentuk tim khusus persiapan
pembentukan Fakultas Kedokteran. Usaha tersebut membuahkan hasil
dengan terbitnya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam hal ini
Dirjen DIKTI Depdikbud No270/Dikti/Kep/1992, tertanggal 8 Juni 1992

34

tentang pendirian Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia


setelah menadapat rekomendasi dari Komisarium Ilmu Kesehatan.
Berikut uraian tentang gambaran umum Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia :
1. Nama Fakultas

: Fakultas Kedokteran

2. Alamat

: Jl. Urip Sumoharjo Km.5 Makassar

3. No. Telp/fax

: (0411)443280/(0411)432730

4. Kota

: Makassar

5. Provinsi

: Sulawesi Selatan

4.2 Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia


Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
periode sekarang adalah :
1. Dekan

: Prof.dr.H.Syarifuddin Wahid, PhD, SpPA, SpF

2. Wakil Dekan I

: Dr.dr.H.Nasrudin A.M, Sp.OG

3. Wakil Dekan II

: dr.Hj.Suliati P. Amir, Sp.M

4. Wakil Dekan III

: dr.Hj.Sulhana Mochtar

4.3 Visi dan Misi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia


Adapun visi dan misi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia adalah sebagai berikut :

35

Visi

: Menjadi Program Studi yang menghasilkan dokter yang bermutu,


bermartabat dengan dijiwai nilai-nilai islam, mengabdi kepada
kepentingan umat dan kemakmuran bangsa secara bekelanjutan
melalui penerapan prinsip tata kelola yang baik.

Misi

: 1. Meningkatkan mutu kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi


berlandaskan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) dan
nilai-niali Islam
2. Mengembangkan dan memperkuat manajemen program studi
yang mandiri, berkarakter dan mempunyai tata kelola yang baik.
3. Meningkatkan kompetensi segenap civitas akademika yang
bercirikan profesionalitas dan bermartabat..

4.4 Sarana dan Prasarana Fakultas Kedokteran Universitas Muslim


Indonesia
1. Gedung yang berlantai IV yang dilengkapi AC, sound system,
multimedia, dan CCTV, terdiri atas : Ruang kuliah, laboratorium
keterampilan klinik, laboratorium terpadu, laboratorium komputer dan
internet, perpustakaan, ruang untuk pimpinan, ruang untuk tenaga
administrasi, ruang medical unit/ruang dosen dan kantin
2. Gedung berlantai 1 untuk laboratorium dasar dan ruang diskusi tutorial
3. Fasilitas Manikin
4. Gedung Student Center
5. Sarana Parkiran
6. Sarana Olahraga

36

7. Rumah sakit Ibnu Sina YWUMI dan beberapa rumah sakit dan
puskesmas di Kota Makassar dan sekitarnya

4.5 Staf Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia


Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia saat ini memiliki
Dosen dengan kualifikasi Ahli dibidangnya masing-masing. Dan didukung
oleh 40 orang guru besar, 51 dosen bergelar doktor/PhD, 21 dosen
setingkat master, 48 orang dokter spesialis 2, 59 orang dokter spesialis 1,
sebanyak 107 orang dokter/S1, dan tenaga dokter luar biasa dari
Departemen Kesehatan.

37

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia di jalan Urip Soemoharjo, selama bulan Januari

2015,

penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan observasi langsung


menggunakan kuesioner untuk mengetahui hubungan status gizi dengan
dismenore primer di kalangan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Muslim Indonesia angkatan 2011, 2012, dan 2013. Penelitian ini
menggunakan total sampling, dimana jumlah sampel mahasiswi angkatan
2011, 2012, dan 2013 yang diteliti adalah 321 orang. Kemudian data
dikumpul setelah semua sampel telah mengisi kuesioner yang diberikan,
kemudian data diolah dengan bantuan program Statistical Package for
The Social Science 20 (SPSS 20) dan Microsoft Office Excel 2010. Hasil
analisis data tersebut sebagai berikut :
5.1 Distribusi Variabel Penelitian
5.1.1 Karateristik Sampel berdasarkan

Variabel

yang

Diteliti

(Univariat)
Table 5.1 Krateristik berdasarkan Status Gizi
Status Gizi
Status Gizi Kurang
Status Gizi Normal
Status Gizi Lebih

Jumlah (n)
61
180
80

Jumlah
321
Sumber : Data Primer 2014
Grafik 5.1 Karateristik berdasarkan Status Gizi

Presentase (%)
19
56.1
24.9
100

38

Status Gizi
400
300
200
100
0

Jumlah (n)

Presentase (%)

Sumber : Data Primer 2014


Tabel 5.1 dan Grafik 5.1 mengenai karateristik berdasarkan
status gizi menunjukkan bahwa dari 321 responden sebanyak 61
responden (19%) yang berstatus gizi kurang, 180 responden
(56,1%) yang berstatus gizi normal, dan 80 responden (24,9%)
yang bergizi lebih.
Tabel 5.2 Karateristik berdasarkan Tingkat Kejadian Dismenore
Dismenore Primer
Frequency
Percent
Tidak
74
23.1
Ya
247
76.9
Total
321
100
Sumber : Data Primer 2014
Grafik 5.2 Karateristik berdasarkan Tingkat Kejadian Dismenore

Dismenore Primer
Frequency

400

Percent

200
0

Tidak

Ya

Total

Sumber : Data Primer 2014


Tabel 5.2 dan grafik 5.2 mengenai karateristik berdasarkan
tingkat kejadian dismenore primer yang menunjukkan bahwa dari
321 responden ada 74 responden (23,1%) tidak menderita

39

dismenore primer dan sebanyak 247 responden (76,9%) menderita


dismenore primer.
5.1.2 Hubungan antara Variabel yang Diteliti (Bivariat)
Tabel 5.3 Distribusi Status Gizi dengan Dismenore Primer pada
Mahasiswi Angkatan 2011, 2012 dan 2013 FK UMI Tahun 2014
Status Gizi Status Gizi
Status Gizi
Kurang
Normal
Lebih
n
%
n
%
n
%
3.1
40
12.5
24
7.5
Dismenore Tidak 10
Primer
Ya
51 15.9 140 43.6
56
17.4
Total
61
19
180 56.1
80
24.9
Sumber : Data Primer 2014
Grafik 5.3 Distribusi Status Gizi dengan Dismenore

Total
n
74
247
321

%
23.1
76.9
100

0.152

Primer pada

Mahasiswi Angkatan 2011, 2012 dan 2013 FK UMI 2014


200
180
160
140
120
100
80

Dismenore Primer Tidak


Dismenore Primer Ya
Total

60
40
20
0

Sumber : Data Primer 2014


Berdasarkan tabel 5.3 dan grafik 5.3 diatas diketahui bahwa
sebagian besar responden dengan status gizi normal mengalami
dismenore primer sebanyak 140 responden (43,6%), selain itu gizi
lebih juga mengalami kejadian dismenore primer sebanyak 56
responden (17,4%) dan pada gizi buruk sebanyak 51 responden
(15,9%).

40

5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui
bahwa kejadian dismenore primer dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Seperti yang dijelaskan di kajian pustaka sebelumnya yaitu
melalui siklus menstruasi ovulasinya, lalu genetiknya, usia pada
saat menarche, gangguan depresi atau anxietas, merokok dan
minum alkohol serta status gizi.
Dismenore primer yang terjadi dapat disebabkan oleh
banyaknya faktor diantaranya yaitu faktor kejiwaan, faktor konstitusi
seperti dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri, seperti
kondisi fisik lemah, anemia, penyakit menahun dan lain sebagainya
dapat mempengaruhi timbulnya dismenore, faktor endokrin yaitu
timbulnya nyeri menstruasi diduga karena kontraksi Rahim (uterus)
yang berlebihan, dan faktor aktifitas (Sarwono, 2006). Hal ini
mungkin disebabkan oleh karena status gizi dan pola makan yang
tidak teratur dan kurangnya olahraga atau malas sehingga
mengakibatkan dismenore (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Menurut (Mulastin, 2011) hasil penelitian menunjukkan
bahwa dengan uji statistik Exact Fisher dengan menggunakan
program SPSS 12 for windows diperoleh p value : 0,687 dan nilai
hasil uji Exact Fisher pada : 0,05 yang menunjukkan exact Sig(2sided) = 0,687 ( p value > 0,05). Sehingga p value > 0,05
menunjukkan Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada
hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore remaja

41

putri di SMA Islam Al-Hikmah Jepara. Kesimpulan dari hasil


penelitian ini yaitu remaja putri yang diketahui sebagian besar
responden dengan status gizi normal mengalami dismenore primer
sebanyak 69 responden (68,4%) sedangkan sebagian kecil status
gizi gemuk juga mengalami kejadian dismenore primer yaitu
sebanyak 2 responden (1,9%).2
Sehingga hasil analisis statistik dengan uji chi square untuk
hubungan antara status gizi dengan dismenore primer pada
mahasiswa FK UMI didapatkan nilai p value (0,165 > 0,05)
didapatkan H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya tidak ada
hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore primer
pada mahasiswi angkatan 2011, 2012 dan 2013 di FK UMI.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan-keterbatasan yang peneliti alami selama
berjalannya penelitian adalah kurang validnya data yang diperoleh
karena pengukuran tinggi badan dan berat badan tidak dilakukan
secara langsung. Selain itu, pada penelitian ini faktor yang diteliti
hanya status gizi, sementara untuk kasus dismenore primer yang
lebih berperan adalah hormon.

42

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan status gizi dengan
dismenore primer pada mahasiswi angkatan 2011, 2012, dan 2013
Fakultas

Kedokteran

Universitas

Muslim

Indonesia

maka

dapat

disimpulkan sebagai berikut :


1. Dari 321 subjek penelitian, jumlah mahasiswi yang memiliki status
gizi kurang adalah 19%, jumlah mahasiswi yang memiliki status gizi
normal adalah 56,1%, dan jumlah mahasiswi yang memiliki status gizi
lebih adalah 24,9%.
2. Jumlah mahasiswa yang mengalami dismenore primer adalah 76,9%
dan yang tidak mengalami dismenore primer adalah 23,1%.
3. Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan dismenore primer
pada mahasiswi angkatan 2011, 2012, dan 2013 Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia.
6.2 Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswi agar rajin berolahraga karena dapat
menurunkan kadar prostaglandin dan mengeluarkan hormon
endorphin yang dapat mengurangi rasa nyeri serta menjaga berat
badan normal karena berat badan yang kurang dan lebih
merupakan faktor risiko dari dismenore.
2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi
yang dapat meningkatkan pengetahuan para mahasiswa tentang
kejadian dismenore dengan menjadi bahan tambahan kepustakaan

43

sehingga

dapat

dilakukan

upaya

pengembangan

penelitian

selanjutnya.
3. Agar dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi pustaka
dan sebagai salah satu literatur mahasiswi dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor
faktor yang menyebabkan kejadian dismenore.

44

DAFTAR PUSTAKA
1. Suliawati, Gidul. 2013. Hubungan umur, paritas dan status gizi dengan
kejadian Dismenore pada wanita usia subur di Gampong Klieng Cot
Aron Kecamatan Baitussalam Aceh besar Tahun 2013
2. Mulastin, 2014. Hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea
remaja putri di SMA Islam Al-Hikmah Jepara
3. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka,
2005.
4. Nix, S. Williams. Basic Nutrition & Diet Theraphy. Edisi 12. USA:
Elseiver Mosby, 2005.
5. Apriadji, WH. Gizi keluarga Seri Kesejahteraan Keluarga. Jakarta: PT.
Penebar Swadaya, 2008.
6. Hartriyanti, Y & Triyanti. Penilaian Status Gizi. Dalam Syafiq, A. et all,.
Jakarta: Raja Grafindo, 2007.
7. Supariasa, IDN. Bakri, B. & Fajar, I. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
EGC,2001.
8. Gibson, R.S. Principles of Nutritional Assesment. Edisi 2. UK: Oxford
University Press, 2005
9. Baliwati, Y. F. Pengantar Pangan dan Gizi, Cetakan I. Jakarta: Penerbit
Swadaya, 2004. Hal:89

10. Jalal, F. dan Atmojo, S. Gizi dan Kualitas Hidup: Agenda Perumusan
Program

Gizi

Repelita

VII

Untuk

Mendukung

Pengembangan
45

Sumberdaya Manusia yang Berkualitas. Widya Karya Nasional


Pangan dan Gizi VI. LIPI. Jakarta: LIPI, 2008
11. Soerjodibroto, Walujo. Food Combining Cocok Untuk Berbadan
Gemuk. Jakarta: Sehat Plus Desember, 2003
12. Suyono,S.Hubungan Timbal Balik antara Kegemukan dengan berbagai
Penyakit. Jakarta: Penyakit.Fakultas Kedokteran UI, 2008
13. Brown. Nutrition Through The Life Cycle. Edisi 2. USA: Wadsworth,
2005
14. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). Jakarta : Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2004
15. Gunanti, I. R. 2005. Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan Pembantu
Rumah Tangga (PRT) dalam Pengasuhan Anak serta Hubungannya
dengan Status Gizi dan Perkembangan Anak Usia 2-5 tahun, dari
www.adln.lib.unair.ac.id
16. Suhardjo., dan Clara M.K. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta:
Kanisius, 2009
17. Wiknjosastro, Hanifa dkk. Buku Ajar Ilmu Kandungan. Edisi II. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2007

18. Batubara, 2013. Hubungan status gizi dan usia menarche dengan
dismenore primer
19. Mansjoer Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi III. Media
Aesculapius : Jakarta. 2001

46

47

Anda mungkin juga menyukai