Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

STUDI KASUS MONOPOLI


PASAR RETAIL OLEH PT. CARREFOUR

DOSEN PEMBIMBING:
IKA FITRIA PASURYA, S.H

DISUSUN OLEH:
DYANINDRA BAYU (13)
IRFAN HUSEIN SULISTYO (23)
ACHMAD FATHUL KHAIRI (01)
INDAH RAHAYU (22)
FITRIA FEBRIANTI (18)
ULNUHA ALIF DZULFIQAR (36)
EILENA SALSABILA ARUMBIFA (14)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah swt atas berkat limpahan dan rahmat-Nya lah penyusun
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu
hukum.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini berkat bantuan, dorongan
dan bimbingan dosen, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Politeknik Keuangan
Negara STAN. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kepada dosen dan pembaca sekalian diminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran bagi pembaca.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3

2.1 Pengertian Monopoli.............................................................................................3


2.2 Sejarah PT. Carrefour............................................................................................3
2.3 Kronologis Masalah..............................................................................................4
2.4 Modal Saham dan Aset.........................................................................................4
2.5 UU yang terbukti dilanggar oleh PT Carrefour....................................................6
2.6 Peran Pemerintah..................................................................................................8
2.7 Sanksi....................................................................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................................11

3.1 Simpulan.............................................................................................................11
3.2 Saran....................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Indonesia negara dengan populasi terbayak ke-4 di dunia. Dengan banyaknya

penduduk berdampak pula dengan tingginya konsumsi. Dengan demikian dibutuhkan pula
persediaan barang untuk memenuhi tingkat konsumsi tersebut. Maka pasar ritel hadir sebagai
agen yang membeli, mengumpulkan dan menyediakan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan atau keperluan konsumen. Perlu diketahui bahwa pasar ritel adalah salah satu cara
pemasaran produk meliputi semua aktivitas yang melibatkan penjualan barang secara
langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Bisnis ritel atau
pedagang eceran memegang peranan penting untuk pihak produsen.
Dari sudut produsen pedagang eceran dipandang sebagai ujung tombak perusahaan
yang akan sangat menentukan laku tidaknya produk perusahaan. Melalui pengecer pula para
produsen memperoleh informasi berharga tentang komentar konsumen terhadap barangnya
seperti bentuk, rasa, daya tahan, harga dan segala sesuatu mengenai produknya.Seiring
dengan perkembangan, persaingan usaha , khususnya pada bidang ritel diantara pelaku usaha
semakin keras.
Untuk mengantisipasinya, Pemerintah dan DPR menerbitkan Undang Undang No. 5
Tahun 1999 tentang Praktek Antimonopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dengan
hadirnya undang-undang tersebut dan lembaga yang mengawasi pelaksanaannya, yaitu
KPPU, diharapkan para pelaku usaha dapat bersaing secara sehat sehingga seluruh kegiatan
ekonomi dapat berlangsung lebih efisien dan memberi manfaat bagi konsumen.
Di dalam kenyataan yang terjadi, penegakan hukum UU praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat ini masih lemah. Dan kelemahan tersebut dimanfaatkan oleh
pihak CARREFOUR Indonesia untuk melakukan ekspansi bisnis dengan mengakuisisi PT
Alfa Retailindo Tbk. Dengan mengakuisisi 75 persen saham PT Alfa Retailindo Tbk dari
Prime Horizon Pte Ltd dan PT Sigmantara Alfindo. Berdasarkan laporan yang masuk ke
KPPU, pangsa pasar Carrefour untuk sektor ritel dinilai telah melebihi batas yang dianggap
wajar, sehingga berpotensi menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat.

1.2

Rumusan Masalah
1. Bagaimana monopoli PT CARREFOUR terjadi?
2. Bagaimana monopoli di mata hukum?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam menangani kasus monopoli PT CARREFOUR?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Monopoli
Monopoli adalah suatu penguasaan pasar yang dilakukan oleh seseorang atau

perusahaan atau badan untuk menguasai penawaran pasar (penjualan produk barang dan atau
jasa di pasaran) yang ditujukan kepada para pelanggannya.
Monopoli memiliki ciri-ciri beberapa hal, yaitu :
1. Penguasaan pasar, pasar akan dikuasai oleh sebagian pihak saja
2. Produk yang ditawarkan biasanya tidak memiliki barang pengganti
3. Pelaku praktek monopoli dapat mempengaruhi harga produk karena telah menguasai
pasar
4. Sulit bagi perusahaan lain untuk memasuki pasar
2.2

Sejarah PT CARREFOUR
Carrefour ialah sebuah kelompok supermarket internasional yang berkantor pusat di

Perancis. Carrefour adalah kelompok ritel terbesar di eropa dan kedua terbesar setelah WalMart. Sampai saat ini mayoritas sahamnya masih dikendalikan oleh Jose Luis Duran
sekeluarga.
Gerai Carrefour pertama dibuka pada 3 Juni, 1957, di Annecy di dekat sebuah
persimpangan (carrefour, dalam Bahasa Perancis). Kelompok ini didirikan oleh Marcel
Fournier dan Louis Deforey.
Kelompok Carrefour memperkenalkan konsep hypermarket untuk pertama kalinya,
sebuah supermarket besar yang mengombinasikan department store ("toko serba ada").
Mereka membuka hypermarket pertamanya pada 1962 di Sainte-Genevive-des-Bois, dekat
Paris, Perancis. dan sekarang total gerainya sekitar 15.000 dengan karyawan sekitar 700.000
di seluruh dunia.
Gerai Carrefour di Indonesia dibuka pada bulan Oktober 1998 dengan membuka unit
pertama di Cempaka Putih, Jakarta. Di Indonesia, Carrefour memiliki 41 gerai di sepuluh
kota, yaitu Bandung, Bekasi, Bogor, Denpasar, Jakarta, Makassar, Medan, Palembang,
Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta.

2.3

Kronologis Masalah
3

Dan pada tanggal 21 Januari 2008 manajemen PT Carrefour Indonesia


mengumumkan secara resmi penandatanganan Share Purchase Agreement dengan PT
Sigmantara Alfindo dan Prime Horizon Pte. Ltd. untuk membeli 75% persen saham mayoritas
di Alfa Retailindo dengan total harga saham Rp. 674 miliar. Mengakuisisi saham adalah salah
satu strategi pengembangan yang dilakukan oleh pelaku usaha (Carrefour). Seperti diketahui
pasca akuisisi Carrefour terhadap PT Alfa Retailindo, Carrefour diduga menguasai pasar
retail 57,99% atau meningkat dari sebelumnya 46,3%. Carrefour juga diduga menguasai
66,7% pasar pemasok dari sebelumnya 44,72%.
Sedangkan data yang diperoleh AC Nielsen per Novermber 2007, sebelum
mengakuisisi Alfa, pangsa pasar produk makanan Carrefour hanya 5% dan setelah
mengakuisisi, diperkirakan pangsa pasar yang akan dikuasai adalah 7 (tujuh) persen.
Walaupun Carrefour bersama dengan Alfa belum menguasai produk makanan lebih dari 50%,
tetapi pasar Hipermart Carrefour adalah menjadi pelaku usaha dominan. Data AC Nielsen
tahun 2006 menunjukkan, bahwa Carrefour mempunyai 29 gerai. Dan pada tahun 2007
Carrefour telah memiliki 31 gerai.
Dilihat dari jumlah kepemilikan gerai, maka Carrefour menjadi pelaku usaha
Hypermarket yang mempunyai gerai tertinggi setelah mengakuisisi Alfa, dan Carrefour
menjadi perusahaan yang dominan menguasai pangsa pasar lebih dari 50%.
Pada pertengahan tahun 2007, Carrefour mengakuisisi PT. Alfa Retailindo dengan
bukti penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Carrefour, PT.
Sigmantara Alfindo dan Prime Horizon Pte.Ltd untuk membeli saham PT Alfa Retailindo,
Tbk. sebesar 75%, yang kemudian disusul dengan penandatanganan perjanjian jual beli
saham pada tanggal 21 Januari 2008.
Setelah melakukan akuisisi, dari 30 gerai ex-Alfa, sebanyak 14 gerai berganti nama
menjadi Carrefour Express, sementara 16 gerai menjadi Carrefour dan menutup satu gerai.
Dengan demikian, pasca akuisisi Alfa Retailindo, Carrefour beroperasi di dua format yaitu
format hypermarket dan supermarket.
2.4

Modal Saham dan Aset


Adapun susunan pemilikan saham perusahaan pada tanggal 30 September 2007, dan

2008 berdasarkan laporan yang dibuat oleh PT Adimitra Transferindo, Biro Administrasi
Efek, adalah sebagai berikut :
Tahun 2007

Pemegang Saham

Jumlah Saham

Persentase Kepemilikan

Jumlah

PT. Sigamatara Alfindo


Prime Horizon Pte Ltd
Masyrakat (Masing

Ditempatkan
257.405.000
187.219.450
23.375.550

55%
40%
5%

128.702.500.000
93.609.725.000
11.687.775.000

5%)
Total

468.000.000

100

234.000.000.000

Tahun 2008
Pemegang Saham

Jumlah Saham

Persentase Kepemilikan

Jumlah

PT. Sigamatara Alfindo


PT. Carefour Indonesia
Masyrakat (Masing

Ditempatkan
93.605.000
373.859.450
499.550

20.00%
79,89%
0,11%

46.802.500.000
186.947.725.000
249.775.000

468.000.000

100

234.000.000.000

Masing Tidak Lebih Dari

Masing Tidak Lebih Dari


5%)
Total

Lembaga pemberdayaan masyarakat Partisipasi Indonesia (PI) mendatangi Komisi


Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) sebagai tindak lanjut hasil temuan mereka di
lapangan. PI menduga ada pelanggaran monopoli usaha ritel yang telah dilakukan oleh PT
Carrefour Indonesia dalam mengakuisisi Alfa Retalindo Tbk karena melanggar UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha.
Esensi dari akuisisi adalah praktek jual beli. Dimana perusahaan pengakuisisi akan
menerima hak atas saham dan perusahaan terakuisisi akan menerima hak atas sejumlah uang
harga saham tersebut. Menurut pasal 125 ayat (2) UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas yang menjelaskan bahwa pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau
orang perseorangan. Jika pengambilalihan dilakukan oleh perseroan, maka keputusan akuisisi
harus mendapat persetujuan dari RUPS. Dan pasal yang sama ayat 7 menyebutkan
pengambilalihan saham perseroan lain langsung dari pemegang saham tidak perlu didahului
dengan membuat rancangan pengambilalihan ,tetapi dilakukan langsung melalui perundingan
dan kesepakatan oleh pihak yang akan mengambil alih dengan pemegang saham dengan tetap
memperhatikan anggaran dasar perseroan yang diambil alih.

Dalam mengakuisisi perusahaan yang akan mengambilalih harus memperhatikan


kepentingan dari pihak yang terkait yang disebutkan dalam UU. No. 40 tahun 2007, yaitu
Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan, kreditor , mitra usaha lainnya
dari Perseroan; masyarakat serta persaingan sehat dalam melakukan usaha.
Dalam sidang KPPU tanggal 4 november 2009, Majelis Komisi menyatakan
Carrefour terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 (1) dan Pasal 25 (1) huruf
a UU No.5/1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.. Pasal
17 UU No. 5/1999, yang memuat ketentuan mengenai larangan bagi pelaku usaha untuk
melakukan penguasaan pasar, sedangkan Pasal 25 (1) UU No.5/1999 memuat ketentuan
terkait dengan posisi dominan.
Majelis Komisi menyebutkan berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh selama
pemeriksaan perusahaan itu pangsa pasar perusahaan ritel itu meningkat menjadi 57,99%
(2008) pasca mengakuisisi Alfa Retailindo. Pada 2007, pangsa pasar perusahaan ini sebesar
46,30%. sehingga secara hukum memenuhi kualifikasi menguasai pasar dan mempunyai
posisi dominan, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 17 Ayat 2 UU No.5 Tahun 1999.
Berdasarkan pemeriksaan, menurut Majelis KPPU, penguasaan pasar dan posisi
dominan ini disalahgunakan kepada para pemasok dengan meningkatkan dan memaksakan
potongan-potongan harga pembelian barang-barang pemasok melalui skema trading terms.
Pasca akuisisi Alfa Retailindo, sambungnya, potongan trading terms kepada pemasok
meningkat dalam kisaran 13%-20%. Pemasok, menurut majelis Komisi, tidak berdaya
menolak kenaikan tersebut karena nilai penjualan pemasok di Carrefour cukup signifikan.
2.5

UU yang terbukti dilanggar oleh PT Carefour

UU NO.5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat.

Pasal 17 ayat 2 tentang pelarangan menguasai alat produksi dan penguasaan barang

yang bisa memicu terjadinya praktik monopoli


Pasal 17 ayat 2
Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan
atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:
a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha
barang dan atau jasa yang sama; atau
6

c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima

puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
Pasal 20
Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan atau jasa dengan cara
melakukan jual beli atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk
menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat.
Pasal 25 Ayat 1 Huruf A
Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk :
a. menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan
ataumenghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, baik
dari segi harga maupun kualitas.

Pasal 28
1) Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
2) Pelaku usaha dilaragg melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain apabila
tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggabungan atau peleburan badan usaha yang
dilarang sebagaimana dimaksud ayat (1), dan ketentuan mengenai pengambilalihan
saham perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

2.6

Peran Pemerintah
Dalam hal ini,fungsi pemerintah adalah melakukan pengawasan. pengawasan ini

dilakukan pemerintah melalui Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). KPPU adalah
suatu lembaga independen Indonesia yang dibuat berdasarkan Undang undang No. 5 tahun
1999. Undang- undang tersebut berisi garis besar tentang larangan praktek monopoli dan
persaingan usaha yang tidak sehat.
Ada 3 tugas yang harus diawasi oleh KPPU berdasarkan pada UU no.5 tahun 1999
tersebut:

1. Perjanjian yang dilarang, yaitu melakukan perjanjian dengan pihak lain untuk secara
bersama-sama mengontrol produksi atau pemasaran barang dan jasa yang dapat
menyebabkan praktek monopoli persaingan usaha yang tidak sehat seperti perjanjian
penetapan harga, diskriminasi harga, perjanjian tertutup,persekutuan, dan perjanjian
dengan pihak luar negeri yang dapat menyebabkan persaingan usaha tidak sehat.
2. Kegiatan yang dilarang, yaitu melakukan kontrol produksi dan pemasaran melalui
pengaturan pasokan, pengaturan pasar yang dapat menyebabkan praktek persaingan
usaha tidak sehat.
3. Posisi dominan, pelaku usaha yang menyalahgunakan posisi dominan yang
dimilikinya untuk membatasi pasar, menghalangi hak-hak konsumen, atau
menghambat bisnis pelaku usaha lain.
Dalam pembuktian, KPPU menggunakan unsur pembuktian per se illegal, yaitu
sekedar membuktikan ada tidaknya perbuatan, dan pembuktian rule of reason, yang
selain mempertanyakan eksistensi perbuatan juga melihat dampak yang ditimbulkan.
Keberadaan KPPU diharapkan menjamin hal-hal berikut di masyarakat
o Konsumen tidak lagi menjadi korban posisi produsen sebagai price taker
o Keragaman produk dan harga dapat memudahkan konsumen menentukan
pilihan
o Efisiensi alokasi sumber daya alam
o Konsumen tidak lagi diperdaya dengan harga tinggi tetapi kualitas seadanya,
yang lazim ditemui pada pasar monopoli
o Kebutuhan konsumen dapat dipenuhi karena produsen telah meningkatkan
kualitas dan layanannya
o Menjadikan harga barang dan jasa ideal, secara kualitas maupun biaya
produksi
o Membuka pasar sehingga kesempatan bagi pelaku usaha menjadi lebih banyak
o Menciptakan inovasi dalam perusahaan
Selain fungsi pengawasan, pemerintah juga berperan dalam menegakan peraturan
terkait. Ada celah yang masih bisa ditembus . Sebagai contoh, sebenarnya PT Carefour
Indonesia juga melanggar pasal 28 UU no 5 tahun 1999. Namun, karena PP yang mengatur
pasal 28 UU no 5 tahun 1999 belum terbit, PT Carefour bebas dari jeratan pelanggaran pasal
ini.Hal ini menunjukan bahwa aturan untuk mendukung fungsi pemerintah tersebut belum
maksimal. Pemerintah seharusnya lebih tanggap dan tangkas untuk memaksimalkan
perannya.
2.7

Sanksi

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menjatuhkan vonis kepada Carrefour


terkait kasus persaingan usaha. PT Carrefour Indonesia dijatuhi hukuman denda karena
dinilai telah melakukan persaingan usaha secara tidak sehat. PT Carrefour didenda Rp 25
miliar. Selain itu, Carrefour juga diperintahkan untuk melepas kepemilikan saham di PT Alfa
Retailindo yang selama ini sudah diakuisisi. Jika ditinjau dari nilai penjualan Carrefour pada
2008 sebesar Rp1,422 triliun, maka seharusnya ganti rugi yang dibebankan sekitar Rp284,4
miliar. Namun karena jumlah ini melebihi batas maksimal hukuman denda berdasarkan Pasal
47 huruf b UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, maka majelis komisi menerapkan denda maksimal pada Carrefour. Majelis
komisi berpendapat Carrefour terbukti melanggar Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1)
huruf a UU No. 5/1999. Pasal 17 mengatur tentang larangan penguasaan produksi dan/atau
pemasaran barang (monopoli). Sementara Pasal 25 ayat (1) huruf a mengatur larangan posisi
dominan dalam menetapkan syarat-syarat perdagangan. Menurut majelis, Carrefour terbukti
menguasai pangsa pasar 57,99 persen pada pasar bersangkutan upstream setelah mengakuisisi
Alfa pada Januari 2008 lalu. Sebelumnya, Carrefour menguasai 46,30 persen pangsa pasar
upstream, yakni relasi antara Carefour dengan pemasok. Penguasaan pasar juga
meningkatkan entry barrier (menghambat pelaku usaha) pada pasar upstream. Pertimbangan
itu merujuk dari Pasal 17 ayat (2) UU No. 5/1999 yang menentukan pelaku usaha patut
diduga melakukan penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang jika menguasai lebih
dari 50 persen pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
Majelis komisi juga menilai pengambilalihan saham Alfa membuat Carrefour
memiliki market power sehingga terbukti memenuhi Pasal 28 ayat (2) itu. Hanya, pasal itu
belum bisa diterapkan karena belum memenuhi syarat formil.Terkait dengan dugaan Pasal 20
UU No. 5/1999, majelis komisi menyatakan tidak dapat melakukan analisis. Sebab tim
pemeriksa tidak melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait dugaan jual rugi.Carrefour yang
diduga melanggar pasal 17 ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) huruf a, tidak terima putusan itu lalu
menyampaikan keberatan ke PN Jakarta Selatan.Setelah melalui serangkaian persidangan,
majelis hakim mengabulkan keberatan Carrefour. Dengan putusan PN Jakarta Selatan berarti
untuk sementara putusan KPPU no 9/KPPU/2009 yang terbit pada 3 Nopember 2009 lalu
batal. Termasuk membatalkan denda sebesar Rp25 miliar yang harus dibayar Carrefour dan
harus disetor ke kas negara. Selain menerima dan mengabulkan keberatan Carrefour, PN
Jaksel juga membebankan biaya perkara kepada KPPU sebesar Rp221 ribu.Dalam
pertimbangan, majelis hakim berpandangan bahwa pemohon tidak terbukti melakukan upaya
9

monopoli. Hakim menilai langkah Carrefour mengakuisisi PT Alfa Retailindo bukanlah


monopoli. Bahkan, hakim menilai perusahaan asal Perancis ini tak terbukti mendominasi
pasar usaha retail di Indonesia.
Dalam keputusan awalnya lalu melalui keputusan No 09/KPPU-L/2009, KPPU
menuntut Carrefour harus melepaskan sahamnya di PT Alfa Retailindo Tbk sepenuhnya ke
tangan pihak ketiga yang tidak punya afiliasi dengan Carrefour. Selain itu, KPPU
mengharuskan Carrefour membayar denda sebesar Rp 25 miliar. Namun putusan itu
dibatalkan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Sehingga KPPU mengajukan kasasi ke MA.
Namun Mahkamah Agung (MA) menolak kasasi yang diajukan oleh Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) terkait kasus Carrefour. Dengan demikian keputusan yang berlaku
adalah keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang telah memenangkan Carrefour.

10

BAB III
PENUTUP
3.1

Simpulan
PT. Carrefour yang bergerak dalam pasar retail dicurigai melakukan praktik monopoli

ketika mengakuisisi lebihdari 75% sahan PT. Alfa Retailindo yang meng akibatkan pangsa
pasar PT. Carrefour melewati pangsa pasar yang seharusnya, yakni 50%. Namun karena
masih minimnya regulasi dan banyaknya celah dalam undang-undang mengenai monopoli ini
membuat PT. Carrefour akhirnya dapat terlepas dari jeratan hokum setelah mengajukan
banding kepengadilan negeri dan dikabulkan.
3.2

Saran
Sebaiknya dibutuhkan regulasi yang lebih kuat lagi dan pengawasan yang lebih ketat

lagi oleh pemerintah mengenai monopoli pasar mengingat monopoli dapat menimbulkan
kerugian yang mengakibatkan naiknya harga barang, kelangkaan barang yang dapat membuat
kesejahteraan masyarakat menurun.

11

DAFTAR PUSTAKA

http://pendidikan776.blogspot.co.id/2013/09/pengertian-monopoli-dan-ciri-cirimonopoli.html
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4af1184b773d7/carrefour-harusmelepaskan-sahamnya-di-alfa

12

Anda mungkin juga menyukai