Anda di halaman 1dari 15

TINJAUAN PUSTAKA

Diare Akut
2.1

Definisi
Diare ialah buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari biasanya, 3 kali

per hari, dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang timbul secara mendadak.
Diare dapat dibedakan menjadi tiga menurut waktunya yaitu diare akut (diare
berlangsung paling lama 3-5 hari), diare berkepanjangan (diare berlangsung lebih dari 7 hari),
dan diare kronis (diare berlangsung lebih dari 14 hari).
2.2

Epidemiologi
Diare akut adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara

berkembang, dengan perkiraan 3-5 milyar kasus dan 5-18 juta kematian setiap tahun.
Kematian ini dapat disebabkan krena dehidrasi akut atau karena lingkaran sebab akibat diaremalnutrisi-infeksi. Di Indonesia diperkirakan terdapat sebesar 200-400 per 1000 penduduk
setiap tahunnya. Penyebab utama diare di perkotaan adalah rotavirus (42%) dan E.coli
(29,2%). Sedangkan pada daerah rural penyebabnya E.coli (39,8%) dan rotavirus (17%).
Dilihat dari enteropatogen di atas, diperkirakan bahwa faktor utama penyebab diare di daerah
perkotaan adalah kepadatan penduduk yang tinggi sedangkan di daerah rural adalah higiene
perorangan maupun lingkungan.
2.3

Etiologi
Ada beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
-

diare pada anak.


Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella dan sebagainya
Infeksi virus : Enterovirus ( virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus,

Rotavirus dan sebagainya


Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis ), Jamur ( Candida

albicans)
b. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan
sebagainya.
2. Faktor malabsorpsi
a. Malabsorpsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
tersering ialah intoleransi laktosa.
1

b. Malabsorpsi lemak terutama lemak jenuh


c. Malabsorpsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas
2.3

Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofiologi, antara lain:
a.
b.
c.

Osmolaritas intraluminal yang meningkat, disebut diare osmotik


Sekresi cairan dan elektrolit meningkat, disebut diare sekretorik
Gangguan motilitas usus

Diare tipe osmotik disebabkan oleh peningkatan tekanan osmotik intralumen usus
halus yang disebabkan oleh obat-obatan atau zat kimia yang hiperosmotik (MgSO4,
Mg(OH)2, malabsorbsi umum, dan defek dalam absorbsi mukosa usus misal pada defisiensi
disararidase, malabsorbsi glukosa/galaktosa.
Diare tipe sekretorik disebabkan oleh meningkatnya sekresi air maupun elektrolit dari
usus, menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun
dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain

karena

efek

enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerae, atau Escherichia coli, reseksi ileum (gangguan
absorbsi garam empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl sodium sulfosuksinat, dll). Diare
karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik, misal
pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.

2.4

Manifestasi Klinis
Gejala muntah, anoreksia, kembung dapat terjadi sebelum / sesudah diare yang

disebabkan oleh radang pada gaster atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak, berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
Semua anak dengan diare, harus diperiksa apakah menderita dehidrasi dan
klasifikasikan status dehidrasi sebagai dehidrasi berat, dehidrasi ringan/ sedang atau tanpa
dehidrasi.Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan
2

elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila
penurunan berat badan antara 5%-10% dan dehidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%.
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Anak Dengan Diare

Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis metabolik


dengan anion gap yang normal (8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia. Selain
penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah kenaikan pCO2. Hal ini akan
3

merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya


meningkatkan eksresi CO2 melalui paru (pernapasan Kussmaul) Untuk pemenuhan
kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya
produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat
dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara
bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa, sehingga pada
keadaan asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga melalui cairan
tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan
hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali
pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian
karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi
lambung. EKG mnunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya
gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel
tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.
2.5

Anamnesa
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi,

volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir, dan darah. Bila disertai muntah
perlu ditanyakan volume dan frekuensinya. Jumlah kencing biasa, berkurang, jarang, atau
tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir bila terjadi dehidrasi. Makanan dan minuman yang
diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek,
otitis media, campak. Selain itu, tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare
seperti memberi oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obatobatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya..
2.6

Pemeriksaan Fisik
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam

menentukan beratnya diare dari pada menentukan penyebab diare. Status volume cairan
tubuh dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi,
temperatur tubuh, dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal
yang penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi
abdomen dan nyeri tekan merupakan tanda penting untuk menentukan etiologi diare akut.
Tabel 3. Gejala dan tanda khas diare akut akibat infeksi
4

2.7

Pemeriksaan Penunnjang

2.7.1 Pemeriksaan Laboratorium


o Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet elinitest, bila
diduga intoleransi gula.
Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.
o Pemeriksaan Darah Lengkap untuk mengetahui adanya infeksi sitemik (diare yang
disebabkan parenteral)
o Pemeriksaan Urine Lengkap untuk mengetahui adanya infeksi saluran kemih (diare
yang disebabkan parenteral)
o Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan pH
dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah (bila
memungkinkan).
o Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
o Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam
serum (terutama bila ada kejang).
2.8

Penatalaksanaan
Departemen Kesehatan mulai

melakukan sosialisasi

Panduan Tata Laksana

Pengobatan diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia,
dengan merujuk pada panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai diterapkan pada
pelayanan kesehatan. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare.
Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati
pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi
5

semua kasus diare yang diderita anak baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di
rumah sakit, yaitu:
1. Rehidrasi
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi orang tua
2.8.1 Rehidrasi
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif diare
akut.Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang hilang sebagai
persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya sebagai baku
emas.
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian secara
oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa
nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan
pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe
vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat
(violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat
dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya
untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Keuntungan upaya terapi oral karena murah
dan dapat diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS)
untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan
dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60 mEq/L Anak yang diare dan tidak lagi
dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya sesuai umur.
a. Tanpa Dehidrasi
Beri cairan tambahan, sebagai berikut:
1. Jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu untuk menyusui anaknyalebih sering dan lebih
lama pada setiap pemberian ASI. Jika anakmendapat ASI eksklusif, beri larutan oralit atau air
matang sebagai tambahan ASI dengan menggunakan sendok. Setelah diare berhenti,
lanjutkan kembali ASI eksklusif kepada anak, sesuai dengan umur anak.
2. Pada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri satu atau lebihcairan dibawah ini:
larutan oralit
cairan rumah tangga (seperti sup, air tajin, dan kuah sayuran)
6

air matang
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, nasihati ibu untuk memberi cairantambahan
sebanyak yang anak dapat minum:
Untuk Anak Berumur < 2 Tahun, Beri + 50100 Ml Setiap Kali Anak BAB
Untuk Anak Berumur 2 Tahun Atau Lebih, Beri + 100200 Ml Setiap KaliAnak BAB.

Bagan 1. Pedoman WHO Rencana

b. Dehidrasi Ringan Sedang


Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral sesuai
dengan defisit yang terjadi dalam 3 jam pertama, namun jika gagal dapat diberikan secara
intravena sebanyak : 70 ml/kg bb selama 5 jam untuk anak umur < 12 bulan dan 2,5 jam
untuk anak > 12 bulan. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum
sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam
pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan sebanyak
10ml/kgbb setiap diare atau muntah.

Bagan 2. Pedoman WHO Rencana Penanganan


Dehidrasi Sedang Ringan Dengan Oralit

c. Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak dan
menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh (somnolen-koma, pernafasan Kussmaul,
gangguan dinamik sirkulasi) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral. Penggantian
cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai berikut :

Tabel

Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan penderita akan
kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya menyangkut waktu yang
pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana biasanya. Segala
kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah
sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan diusahakan agar penderita bila
memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai biasanya bahkan pada
dehidrasi ringan sedang yang tidak memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum
tetap dapat dilanjutkan.

Bagan 3. Pedoman WHO Rencana Penanganan


Dehidrasi Berat Dengan Cepat

d. Pemilihan jenis cairan


Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa syok,
sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki renjatan
hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak diperdagangkan dan
mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme
menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya rendah dan tidak mengandung
glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau tanpa dekstrosa dapat
dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis
cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan
10

pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B. Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan
osmolaliti 210 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi
pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera.
2.8.2 Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu
makan anak. Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena memilik
evidence based yang bagus. Beberapa penelitian telah membuktikannya. Pemberian zinc yang
dilakukan di awal masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan
morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada pasien
anak penderita kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan.
Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang
optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologis, zinc berperan untuk
pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler,
adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam system kekebalan
tubuh dan meripakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Dasar pemikiran
penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun
atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran
cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorpsi air dan
elektrolit oleh usus halus,meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan
jumlah brush border

apical, dan meningkatkan

respon

imun yang

mempercepat

pembersihan pathogen dari usus. Pengobatan dengan zinc cocok diterapkan di negaranegara berkembang

seperti

Indonesia

yang

memiliki

banyak masalah terjadinya

kekurangan zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya
imunitas yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume
buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.(Fontaine,
2008)
Dosis zinc untuk anak-anak
Anak di bawah umur 6 bulan

: 10mg ( tablet) per hari

Anak di atas umur 6 bulan

: 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari
11

diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit, Untuk
anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.
2.8.3 ASI dan makanan tetap diteruskan
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisis yang
hilang. Pada diare berdarah nafsu makan akan berkurang. Jika anak menyusui, coba untuk
meningkatkan frekuensi dan durasi menyusuinya. Pasien diare tidak dianjurkan puasa,
kecuali jika muntah-muntah hebat. Jika curiga diare disebabkan karena intoleransi
laktosa hindarkan susu sapi dan susu formula. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan
fase penyembuhan.
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama dengan yang
diperlukan oleh anak-anak yang sehat.

Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui sesering dan

selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya dan ini harus didukung.
Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu formula)

sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.


Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus diberikan ASI
lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya pasokan ASI, makanan lain

harus diturunkan.
Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus diberi sereal,
sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan makanan tersebut belum
diberikan, maka harus dimulai selama episode diare atau segera setelah diare berhenti.
Daging, ikan atau telur harus diberikan, jika tersedia. Makanan kaya akan kalium, seperti
pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan bermanfaat.
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari). Makan porsi
kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah diare
berhenti, dapat terus memberi makanan dengan energi yang sama dan membrikan satu lagi
makan tambahan daripada biasanya setiap hari selama setidaknya dua minggu. Jika anak
kekurangan gizi, makanan tambahan harus diberikan sampai anak telah kembali berat badan
normal.

2.8.3

Antibiotik selektif
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
12

sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self-limited dan tidak dapat
dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri
pathogen.
Tabel 4. Antibiotik selektif sesuai dengan pathogen penyebab diare

Penyebab
Kolera

Antibiotik Pilihan
Tetracyclin 12,5 mg/ KgBB

Antibiotik Alternative
Eritromicyn 12,5 mg/KgBB

4x sehari selama 3 hari

4x sehari selama 3 hari


Pivmecillinam 20 mg/KgBB
4x sehari selama 5 hari

Shigella Dysentri

Ciprofloxacin 15 mg/KgBB

Ceftriaxone 50-100

2x sehari selama 3 hari

mg/KgBB
1x sehari selama IM/IV 2-5
hari

Metronidazole 10 mg/KgBB
Amoebiasis

Giardiasis

3x sehari selama 5 hari (10


hari pada kasus berat)
Metronidazole 10 mg/KgBB
3x sehari selama 5 hari

2.8.3 Edukasi orang tua


Pengetahuan yang baik seorang ibu sangat menentukan kesehatan anak. Edukasi yang
diberikan seperti cuci tangan sebelum memberi ASI, kebersihan payudara juga perlu
diperhatikan, kebersihan makanan termasuk sarana air bersih, kebersihan peralatan makanan,
dan lain-lain. (WHO, 2011)
Selain itu Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan, jika anak:
Buang air besar cair sering terjadi
Muntah berulang-ulang
Sangat haus
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja Berdarah
Anak tidak membaik dalam tiga hari.
13

Selain lima penatalaksanaan diare yang dianjurkan menurut WHO, beberapa


randomized controlled trials (RCT) dan meta-analisis menyatakan bahwa probiotik
efektif untuk pencegahan primer maupun sekunder serta untuk mengobati diare.
Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada
host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna
sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor
dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai
dengan cara untuk pencegahan dan pengobatn diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus
maupun mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh
karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan
travellers diarrhea. Dosis yang dianjurkan pada penyakit diare akut yang disebabkan oleh
infeksi adalah 10101011 cfu, 2 kali sehari.

BAB III
KESIMPULAN

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di
negara yang sedang berkembang termasuk di Indonesia.

Diare didefinisikan sebagai

peningkatan dari frekuensi tinja atau konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap
abnormal oleh ibunya. Secara garis besar, diare dibagi menjadi diare akut dan diare kronis
atau persisten. Sebagian besar bersifat selflimiting sehingga hanya perlu diperhatikan
14

keseimbangan cairan dan elektrolit. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam


penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi
cara untuk mengobati pasien.Pemberian probiotik dan mikronutrien berupa zink dapat
memperbaiki frekuensi dan lamanya diare. Untuk itu, Departemen Kesehatan menetapkan 5
pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang
dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit.

15

Anda mungkin juga menyukai