sebuah posisi politik. Dimana pendekatan feminis menyambungkan prinsip dari perjuangan
feminis, dengan mendokumentasikan kehidupan, pengalaman dan kekhawatiran perempuan,
menerangkan, menerangkan permasalahan steortip-jenderyang bias, menemukan pengetahuan
perempuan, dengan tujuan lebih lanjut untuk memberi kuasa dan emansipasi kepada
kelompok minor.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa pendekatan ini mendasari diri pada perbedaan peran
antara laki-laki dan perempuan, dimana :
-
Perbedaan peran ini kemudian menjadi cara pandang yang stabil dalam melihat
kenyataan.
Contoh :
-
Isu kekerasan terhadap perempuan dulu dianggap personal, dan privasi milik
pasangan, namun sekarang tidak lagi.
Ada perbedaan fungsi seksual antara laki-laki dan perempuan (perempuan melahirkan
dan menyusui dan laki-laki tidak)
Tapi kodrat (natural) ini bukan berarti kodrat juga di wilayah di luar reproduksi:
perempuan mengasuh anak di rumah dan laki-laki bekerja.
Politik atau institusi politik bisa mengubah kodrat ini: di Norwegia laki-laki
diwajibkan melakukan cuti paska melahirkan untuk istrinya.
Gambar : Paternity leave: cuti para ayah setelah istrinya melahirkan di negara-negara
Skandinavia
Oleh karena itu keberadaan pendekataan feminis merupakan sebuah bentuk kritis perempuan,
dimana :
-
Perbedaan fungsi seksual, bukan kodrat yang menjadi pembenar perempuan dalam
posisi yang lebih rendah dari laki-laki
Sejauh cara pandang laki-laki masih dominan, sejauh itu pula posisi perempuan akan
terpinggirkan
Sumber :
Moi, Toril. Feminist Theory. LA: Sage Publications, 2008.
Google.com
Bahan kuliah Mbak Linda