DOI 10.1007/s.12288-014-0413-1
Abstrak
Leukemia megakryoblastik akut merupakan suatu subtipe yang langka dari
leukemia myeloid akut dengan profil morfologis dan imunofenotipik yang khas.
Subtipe ini harus dibedakan dari subtipe leukemia myeloid akut lainnya, begitu
juga dengan leukemia myeloid akut dengan t (1; 22) (p13; q13) dan leukemia
megakaryoblastik akut pada Sindrom Down, karena prognosisnya yang buruk.
Kami mempelajari sepuluh kasus yang didiagnosis selama periode 2 tahun (sejak
Juli 2011 hingga Juni 2013). Kesepuluh kasus tersebut termasuk dalam kelompok
usia anak-anak, bervariasi dari 4 bulan hingga 2 tahun.
Berdasarkan morfologi, poin diagnosisnya yaitu sel blast yang
berkelompok, adanya bleb sitoplasmik, dan platelet budding. Sebuah kriteria
morfologis tambahan yang menarik yang kami amati dalam studi kami yaitu
adanya bleb nuklear yang ditemui pada sembilan kasus. Diagnosis dikonfirmasi
pada semua kasus dengan hasil immunostaining CD61 yang positif. Dua kasus
memiliki presentasi klinis yang sangat langka dengan sarkoma granulositik.
Meskipun langka, leukemia megakaryoblastik akut harus tetap diingat, terutama
pada kasus leukemia pada bayi.
Kata Kunci
Leukemia megakaryoblastik akut Sarkoma granulositik Bayi Flow Cytometry
Pendahuluan
Leukimia megakaryoblastik akut didefinisikan sebagai leukemia akut dengan 20%
atau lebih sel blast, yang setidaknya 50% di antaranya merupakan turunan
megakaryosit. Pada kelompok ini tidak termasuk leukemia mielositik akut dengan
perubahan terkait mielodisplasia, leukemia mielositik akut dengan t (1; 22)
(p13;q13), inv (3) (q21q26.2), t (3; 3) (q21;26.2) dan kasus-kasus terkait
Sindroma Down [1]. Penyakit ini termasuk penyakit yang langka, terjadi pada
kurang dari 5% kasus leukemia mielositik akut [1]. Penyakit ini dapat timbul de
novo atau mungkin dapat juga secara sekunder akibat kemoterapi, atau progres
dari neoplasma mieloproliferatif dan/atau sindrom mielodisplasia [2-5].
Hasil
Kami menganalisa sepuluh kasus leukemia megakaryoblastik akut yang
didiagnosis di senter kami selama periode 2 tahun sejak Juli 2011 hingga Juni
2013. Profil klinis dirangkum pada Tabel 1. Sembilan kasus didapatkan pada
kelompok usia anak (4 bulan 2 tahun). Dari sepuluh kasus, enam kasus pada
Kasus1
1 thn,
Kasus2
4 bln,
Kasus3
4 bln,
Kasus4
1 thn,
Kasus5
5 bln,
Kasus6
10 bln,
Kasus7
2 thn,
Kasus8
1 thn,
Kasus9
1 thn,
Kasus10
1 thn,
Manifestasi klinis
Demam
Demam
Dema
Demam
Bengkak
Demam
Demam
Demam
Bengkak
Demam
Sindrom Down
Hepatosplenomegali
Limfadenopati
+
+
+
-
m BAB
multipel
bilateral
encer
kulit
regio
kepala,
temporal
+
+
+
-
proptosis
+
-
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus1
Hb (gr/dl)
Leukosit
1
7.7
59.6
2
4.3
23.5
3
10.1
16.1
4
6.2
14.8
5
5.5
12.1
6
4.5
22
7
8.5
26.7
8
6.2
26,000
9
5.3
15,500
0
10.4
9,700
(x109/L)
Trombosi
35
39
19
29
18
32,000
11,000
32,000
t (x109/L)
sumsum tulang, termasuk flow cytometry. Ternyata hasil aspirasi dan biopsi
sumsum tulang tidak representatif. Eksisi dari pembengkakan di kulit kepala pun
dikirim untuk pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan
sel-sel tumor dengan susunan yang terpisah sendiri-sendiri pada stroma jaringan
ikat (Gambar 4b). Pemeriksaan immunohistochemistry menunjukkan pewarnaan
yang positif terhadap CD61 (Gambar 4c), CD34, CD45, dan positif lemah
terhadap CD33. Penanda mielositik dan limfositik lain negatif.
Kasus 9 adalah seorang anak laki-laki berusia 1 tahun dengan tampilan
pembengkakan bilateral di regio temporal dan regio periorbital kanan. CT scan
abdomen menunjukkan tidak adanya massa suprarenal. Pemeriksaan sitologi dari
aspirasi jarum halus yang dilakukan pada pembengkakan di regio temporal
menunjukkan sugestif leukemia/ limfoma (Gambar 4d) dan pasien dianjurkan
Gambar 2 : a. Sel-sel blast dengan bleb nuklear menyerupai kemudi kapal, bleb
sitoplasmik, dan platelet budding. Inset menunjukkan gambar kemudi kapal.
(Giemsa, x1000) (kasus 1), b. CD61 positif pada flow cytometry (kasus 4)
untuk menjalani pemeriksaan hematologis, termasuk flow cytometry. Pemeriksaan
hapusan darah tepi menunjukkan 24% sel blast. Pewarnaan aspirasi sumsum
tulang terdilusi dan hanya menunjukkan 14% sel blast. Flow cytometry dilakukan
pada darah perifer dan positif terhadap CD34, CD45, CD13, CD33, dan CD61,
serta negatif terhadap penanda myelosit dan limfosit lainnya.
Pada follow-up selanjutnya, lima pasien tidak menjalani pengobatan
kembali. Satu pasien mengalah dan tidak menerima pengobatan. Empat pasien
yang bersedia menerima pengobatan ditatalaksana dengan cytosine arabinoside
dan daunorubicin. Tiga pasien menderita penyakit yang persisten setelah induksi
kemoterapi dan dianjurkan mendapatkan terapi paliatif. Satu pasien masih dalam
pengobatan.
Tipe
LCA HLA-DR
CD34
Penanda Mielosit
Sampel
AST
CD13,
2
3
4
AST
AST
AST
+
+
+
+
CD61
CD1107, CD61
CD13, CD33, CD61
CD33, CD117, CD61, -
CD64
CD33, CD61, yang lain tidak
+
+
+
tidak dilakukan
CD117, CD61
CD13, CD117, CD61
CD13, CD61
CD3, CD33, CD61
CD56, CD117, CD14,
5
6
7
8
9
10
Nodul kulit
AST
AST
AST
DT
AST
tidak
+
+
+
+
-
dilakukan
+
-
CD33,
Penanda
Limfosit
CD117, -
dilakukan
CD19
CD10, CD2
-
CD33, CD61
AST Aspirasi Sumsum Tulang, DT Darah Tepi, + positif, - negatif
Diskusi
Leukemia megakaryoblastik akut merupakan subtipe langka dari leukemia
akut, sekitar 7-10% dari leukemia mielositik akut pada masa kanak dan 1-2%
leukemia mielositik dewasa [6]. Varian ini sulit untuk didiagnosis hanya
berdasarkan morfologi saja. Adanya blast yang berkelompok, bleb sitoplasmik,
dan platelet budding, penting untuk menegakkan diagnosis [1]. Pada studi kami,
dari turunan
perlengketan
trombosit
pada
sel-sel
blast
dapat
salah
10