Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HYDROCEPHALUS
Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Surgical
di Ruang 20 RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Disusun oleh:
Putu Eka Prayitna Devi
150070300011043
Kelompok 3

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

HYDROCEPHALUS

1. Definisi
Hydrocephalus adalah keadaan patologi otak yang mengakibatkan
bertambahnya Cairan Serebrospinalis (CSS) dengan tekanan
intrakarnial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan
tempat mengalirnya CSS.
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang menyebabkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan
tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran
ventrikel (Darsono, 2005).

2. Klasifikasi
Terdapat berbagai macam klasifikasi hydrocephalus yang bergantung pada faktor
yang terkait. Klasifikasi hydrocephalus berdasarkan :
Gambaran Klinis
a) Hydrocephalus yang manifes (overt hydrocephalus) merupakan hydrocephalus
yang tampak jelas dengan tanda tanda klinis yang khas.
b) Hydrocephalus
yang
tersembunyi
(occult
hydrocephalus)
merupakan
hydrocephalus dengan ukuran kepala yang normal.
Waktu pembentukan
a) Hydrocephalus Kongenital merupakan hydrocephalus yang terjadi pada neonatus
atau yang berkembang selama intrauterine.
b) Hydrocephalus Infantil merupakan hydrocephalus yang terjadi karena cedera
kepala selama proses kelahiran.
c) Hydrocephalus Akuisita merupakan hydrocephalus yang terjadi selama masa
neonatus atau disebabkan oleh faktor faktor lain setelah masa neonatus.
Proses terbentuknya
a) Hydrocephalus Akut
adalah hydrocephalus yang terjadi secara mendadak sebagai akibat obstruksi
atau gangguan absorbsi CSS.
b) Hydrocephalus Kronik

adalah hydrocephalus yang terjadi setelah aliran serebrospinal mengalami


obstruksi beberapa minggu atau bulan atau tahun
c) Hydrocephalus Subakut
adalah hydrocephalus yang terjadi diantara waktu hydrocephalus akut dan kronik.
Sirkulasi cairan serebrospinal
a) Hydrocephalus Komunikans
adalah hydrocephalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara CSS
system ventrikulus dan CSS dari ruang subaraknoid.
b) Hydrocephalus non - Komunikans
adalah terdapat hambatan sirkulasi cairan serebrospinal dalam sistem ventrikel
sendiri.
3. Etiologi
A. Kelainan bawaan
a. Stenosis aquaduktus sylvii
Adalah penyumbatan aliran CSS pada tingkat saluran air dari sylvii (antara
ventrikel ketiga dan keempat di otak). Merupakan penyebab yang terbanyak pada
hydrocephalus bayi dan anak (60-90%). Akuaduktus dapat merupakan saluran
buntu sama sekali atau abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala
hydrocephalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan
pertama setelah lahir. Stenosis aquaduktus juga merupakan penyebab yang
sangat umum dari hydrocephalus kongenital. Dengan kejadian hydrocephalus 5
sampai 10 per 10.000 kelahiran hidup, stenosis aquaduktus menyumbang sekitar
20% dari kasus hydrocephalus.
b. Spina bifida dan kranium bifida
Hydrocephalus pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan sindrom ArnoldChiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan
serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga
terjadi penyumbatan sebagian atau total. Kasus hydrocephalus karena spina
bifida terjadi pada 20 50 per 10.000 kelahiran hidup.
c. Sindrom Dandy-Walker
Dandy-Walker juga merupakan penyebab penting Hydrocephalus Kongenital,
meskipun terjadi lebih jarang. Merupakan atresia kongenital foramen Luschka
dan Magendie dengan akibat Hydrocephalus Obstruktif dengan pelebaran sistem
ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga
merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior. Sindrom tersebut
terjadi pada sekitar 1 per 30.000 kelahiran hidup. Meskipun cacat yang hadir
pada saat lahir, hydrocephalus tidak selalu hadir dalam periode neonatal. Sekitar
80% dari semua Dandy-Walker akan di diagnosis pada usia satu tahun,
meskipun beberapa diagnosa mungkin tertunda hingga remaja atau dewasa.
d. Kista araknoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu
hematoma.
e. Anomali Pembuluh Darah
Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hydrocephalus akibat aneurisma
arterio-vena yang mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau
sinus transversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.

B. Infeksi
Infeksi pada selaput meningen dapat menimbulkan perlekatan meningen
sehingga dapat terjadi obliterasi ruang subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase
akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik
eksudat purulenta di aquaduktus silvii sisterna basalis.
Selain itu, ibu hamil sering menderita beberapa infeksi, infeksi ini dapat
berpengaruh pada perkembangan normal otak bayi. Seperti:
a. CMV (Cytomegalovirus)
Merupakan virus yang menginfeksi lebih dari 50% orang dewasa Amerika
pada saat mereka berusia 40 tahun. Juga dikenal sebagai virus yang paling
sering ditularkan ke anak sebelum kelahiran. Virus ini bertanggung jawab
untuk demam kelenjar.
b. Campak Jerman (rubella)
Merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubella. Virus
ditularkan dari orang ke orang melalui udara yang ditularkan ketika orang
terinfeksi batuk atau bersin, virus juga dapat ditemukan dalam air seni,
kotoran dan pada kulit. Ciri gejala dari beberapa rubella merupakan suhu
tubuh tinggi dan ruam merah muda.
c. Mumps
Merupakan sebuah virus (jangka pendek) infeksi akut di mana kelenjar ludah,
terutama kelenjar parotis (yang terbesar dari tiga kelenjar ludah utama)
membengkak.
d. Sifilis
Merupakan PMS (Penyakit Menular Seksual) yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum.
e. Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit bersel
tunggal yaitu Toxoplasma gondii.
C. Neoplasma
Hydrocephalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.
Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak
mungkin dioperasi, maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS
melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak menyebabkan
penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu
glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel
III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.
D. Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak,
dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.10
Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrocephalus juga
bisa terjadi pada dewasa. Hanya saja, pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas,
sehingga lebih mudah dideteksi dan didiagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubunubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat
dikompensasi dengan melebarnya tulang-tulang tengkorak. Terlihat pembesaran
diameter kepala yang makin lama makin membesar seiring bertambahnya tumpukan
CSS.

Sedangkan pada orang dewasa, tulang tengkorak tidak lagi mampu melebar.
Akibatnya berapapun banyaknya CSS yang tertumpuk, tidak akan mampu menambah
besar diameter kepala.
4. Faktor Risiko
Berikut ini adalah hal hal yang mempengaruhi terjadinya hydrocephalus:
a. Lahir prematur
Bayi yang lahir prematur memiliki risiko yang lebih tinggi perdarahan intraventricular
(perdarahan dalam ventrikel otak), yang dapat menyebabkan hydrocephalus.
b. Masalah infeksi pada rahim selama kehamilan dapat meningkatkan risiko
hydrocephalus pada bayi berkembang.
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat penebalan
jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain, penyebab
infeksi adalah toksoplasmosis.
c. Masalah dengan perkembangan janin seperti penutupan yang tidak lengkap dari
kolom tulang belakang.
Beberapa cacat bawaan mungkin tidak terdeteksi saat lahir, tetapi peningkatan risiko
hydrocephalus akan tampak saat usia bayi lebih tua (masih masa anak - anak).
d. Lesi dan tumor sumsum tulang belakang atau otak.
Pada anak yang menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian
terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian
depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma. Hydrocephalus Infantil, 4% adalah
karena tumor fossa fosterior.
e. Infeksi pada sistem saraf.
f. Perdarahan di otak.
Hydrocephalus Infantil, 50% adalah karena perdarahan dan meningitis.
g. Memiliki cedera kepala berat.
5. Patofisiologi
(terlampir)
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus (Peter Paul Rickham, 2003)
Pembesaran kepala abnormal
Lingkaran kepala neonatus biasanya 35 40 cm (pertumbuhan terbesar
selama tahun pertama kehidupan)
Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal
Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasanya
Fontanel terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas
Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis
Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok
2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak (Darsono, 2005)
Nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial
Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti
penurunan visus

Makrokrania biasanya disertai 4 gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu


fontanel anterior yang sangat tegang, sutura kranium tampak atau teraba
melebar, kulit kepala licin mengkilap dan ampak vena-vena superfisial
menonjol, dan fenomena matahari tenggelam (sunset phenomenon)
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yg lebih besar, yaitu:
nyeri kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada
kasus yang lebih lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi
tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi)

7. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan2 penunjang yaitu:
1) Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
1. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya
pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik
berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
2. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto
rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan
tekanan intrakranial.
2) Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3
menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada
hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3) Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1
cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat
normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan
suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka
penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh
4) Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan kontras berupa O 2 murni atau kontras lainnya dengan
alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam
ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras
mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah
menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium
bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko
yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah
ditinggalkan.
5) Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan
dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan
pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di

dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG
tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya
pada pemeriksaan CT Scan.
6) CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan
adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari
semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah
sumbatan.
7) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan
teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
8. Penatalaksanaan Medis
Penanganan hidrosefalus masuk pada katagori live saving and live sustaining yang
berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah
secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian.
Prinsip pengobatan hidrosefalus harus dipenuhi yakni: mengurangi produksi cairan
serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau
pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan
cairan serebrospinal, memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal
dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid, dan
pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni: drainase
ventrikule-peritoneal, drainase lombo-peritoneal, drainase ventrikulo-pleural, drainase
ventrikule-uretrostomi, dan drainase ke dalam anterium mastoid. Cairan serebrospinal
dialirkan ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter
Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah.
Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai
dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah
diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala
dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan
dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut
lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubungakan
dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar. Pengobatan
modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang
awet, lentur, tidak mudah putus.
9. Komplikasi
Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi.
Malfungsi disebakan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari
bahan bahan khusus (jaringan/eksudat) atau ujung distal dari thrombosis sebagai
akibat dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan dengan

manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih sering diikuti dengan status neurologis
buruk.
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari
infeksi pada saat pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis
bacterial, infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP shunt
yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh reduksi yang
cepat pada tekanan intrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah
peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen oleh kateter atau trokar
(pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.
10. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Anamnesa
1.

Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,


pendidikan, pekerjaan, alamat

2.

Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.

3.

Riwayat Penyakit dahulu


1)
Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
2)
Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
3)
Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pengkajian persistem
6. Observasi tanda tanda vital
1)
Peningkatan systole tekanan darah
2)
Penurunan nadi / bradikardia
3)
Peningkatan frekuensi pernapasan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko cedera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan
sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
2. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak
mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
3. Deficit self care b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan

sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan


memanfaatkan fasilitas kesehatan.
4. Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik ) b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana,
ketidakmampuan
menciptakan
lingkungan
kondusif,
ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika.
Darsono dan Himpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia dengan UGM. (2005). Buku ajar
neurologi klinis. Yogyakarta: UGM Press.
Rickham, P. P. (2003). Obituaries. BMJ 2003: 327: 1408-doi: 10.1136/bmj.327.7428.1408.
Hafidzah Fitriyah. 2013. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan Pada Pasien Hidrosefalus di Lantai III Utara RSUP Fatmawati Jakarta.
Jakarta: Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai