Anda di halaman 1dari 5

Desa Sidoharjo bertempat di Kecamatan Jombang, Kabupaten Ponorogo,

Jawa Timur ini dikenal dengan banyaknya warga yang terkena down syndrome
(keterbelakangan mental). Kurang lebih terdapat 239 orang menderita
keterbelakangan mental. Jika dirinci lebih detil lagi, terdapat Tuna netra
sebanyak 11 orang, tuna rungu 32 orang, tuna wicara 13 orang, tuna rungu
wicara 7 orang, tuna daksa 14 orang, tuna grahita 8 orang, cacat mental 111
orang kemudian cacat ganda, yaitu cacat fisik dan mental sebanyak 43 orang.
Melihat dari data BPJS di atas dapat dilihat penderita cacat mental memiliki
jumlah terbesar yaitu sebanyak 111 orang.
Lalu, bagaimana bisa banyak warga di Desa Sidoharjo mengalami
keterbelakangan mental? Banyak yang mengira jika keterbelakangan mental di
Desa Sidoharjo diakibatkan karena pernikahan sedarah yang dilakukan warga.
Tetapi, pernikahan sedarah bukan hanya faktor utama dari terjadinya
keterbelakangan mental. Menurut Faktor utama lainnya dikarenakan banyak
warga yang mengkonsumsi singkong yang diolah menjadi tiwul. Menurut para
ahli tiwul yang mengandung gaitan dan cooksey sebagai zat goitrogenik yang
ditengarai memicu munculnya kasus keterbelakangan mental. Karena zat yang
terkandung dalam singkong dapat merusak metabolisme yodium, sehingga
banyak warganya menderita GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium).
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium tersebut dapat membuat pembesaran
kelenjar

gondok,

selain

itu

dapat

menghambat

perkembangan

tingkat

kecerdasan otak terutama pada balita dan anak-anak (Dian A, 2015).


Hal ini sangat perlu perhatian dari pemerintah setempat agar dapat
memberdayakan warga yang mengalami keterbelakangan mental di Desa

Sidoharjo. Warga yang masih berada di level keterbelakangan mental ringan


itulah yang harus dimaksimalkan pemerintah setempat. Desa Sidoharjo ini jika
kita telusuri lebih lanjut, letak desa ini cukup sulit diakses karena berada di
lereng gunung dengan akses masuk keluar hanya beberapa. Selain itu, tanah
yang ada pada daerah tersebut tanah berkapur yang susah ditumbuhi
tanaman, akses transportasi pun juga susah , dan mata pencaharian warganya
adalah buruh tani. Hal terakhir membuktikan bahwa warga-warga Desa
Sidoharjo hidup di bawah garis kemiskinan.
Melihat

fenomena

seperti

yang

digambarkan

sebelumnya,

sudah

menjadi tugas pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan yang terjadi di


Desa Sidoharjo. Hal yang pelu diperhatikan pertama kali adalah akses
kendaraan yang terbatas. Desa Sidoharjo termasuk wilayah terpencil, jalanjalan yang dilalui adalah sawah dan hutan, tidak banyak akses masuk di desa
ini juga membuat banyak kegiatan terhambat terutama kegiatan ekonomi
desa. Kegiatan ekonomi adalah faktor penting yang mempengaruhi tingkat
kesejahteraan seseorang. Warga Desa Sidoharjo yang mayoritas bermata
pencaharian sebagai buruh tani, sangat dibutuhkan akses kendaraan untuk
dapat mereka manfaatkan mengantar hasil panen ke pasar, dan membeli
kebutuhan. Oleh karena itu, jika akses kendaraan diperbaiki dan difasilitasi
dengan baik, hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan warga-warga Desa
Sidoharjo.
Pentingnya perbaikan akses kendaraan adalah berhubungan dengan
fasilitas. Semakin mudah diaksesnya suatu tempat, semakin beragam juga
fasilitas yang dapat ditawarkan. Hal ini dapat dimaksimalkan pemerintah untuk

membangun infrastruktur-infrastruktur yang dibutuhkan para warga Desa


Sidoharjo seperti pasar tradisional. Selain pasar tradisional, sekolah juga
merupakan

infrastruktur

yang

penting.

Sekolah

yang

dapat

didirikan

pemerintah melihat situasi kondisi pada Desa Sidoharjo adalah sekolah khusus
penyandang cacat, pemerintah juga dapat mendirikan sekolah biasa bagi anakanak normal yang ada di Desa Sidoharjo. Intinya, adanya perbaikan jalan perlu
dilakukan untuk dapat membangun infrastruktur-infrastruktur yang dibutuhkan
warga Desa Sidoharjo.
Selain

perbaikan

akses

kendaraan,

pemerintah

juga

harus

memperhatikan pendidikan yang ada di Desa Sidoharjo. Sejauh ini, hanya satu
sekolah yang ada dalam desa tersebut. Satu sekolah tidak cukup untuk
menampung banyak siswa, apalagi mayoritas siswa yang ada di Desa Sidoharjo
mengalami keterbelakangan mental. Perlu dibangun sekolah-sekolah yang
dekat dengan lokasi Desa Sidoharjo agar akses pendidikan didapat dengan
mudah.
Akses

pendidikan

yang

mudah

akan

membantu

pengentasan

kemiskinan, karena pengetahuan didapat dengan mudah sehingga hal ini dapat
mencerdaskan anak-anak pada Desa Sidoharjo. Pendidikan sendiri juga
dibarengi

dengan

penyaluran

edukasi

atau

pelatihan-pelatihan

yang

ditunjukkan kepada orang-orang dewasa yang ada di Desa Sidoharjo. Pelatihanpelatihan ini dapat berfungsi sebagai alat untuk bertahan hidup, sedangkan
pendidikan yang didapat diharapkan dapat menyadarkan warga-warga Desa
Sidoharjo bahwa mengkonsumsi singkong dalam jumlah yang besar dapat
menyebabkan keterbelakangan mental. Hal ini dapat mendorong untuk

menemukan sumber makanan utama yang baru. Oleh karena itu, akses
pendidikan harus diperhatikan oleh pemerintah agar warga-warga Desa
Sidoharjo dapat mengembangkan diri mereka sendiri dalam rangka untuk
memajukan Desa Sidoharjo.
Usaha pengentasan kemiskinan in juga tidak dapat berjalan jika wargawarganya tidak turut serta dalam usaha pembangunan Desa Sidoharjo.
Pemerintah harus menggerakan warga-warganya agar mau berkontribusi lebih
jauh lagi. Usaha ini bukan hanya untuk mengentaskan kemiskinan yang ada di
Desa Sidoharjo tetapi, juga mengentaskan kemiskinan di Indonesia sendiri.

Daftar Pustaka

Dian

A.,

Riza.

2015.

Stigma

Masyarakat

Ponorogo.

Diakses

di

repository.unair.ac.id pada tanggal 16 Desember 2016.


Dimsdalle. 2011. Kampung Down Syndrome di Ponorogo, Antara Mitos, dan
Kemiskinan Abadi. Diakses di dhimas.id pada tanggal 16 Desember
2016.

Anda mungkin juga menyukai