Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

MENGUKUR PENAMPANG STRATIGRAFI


4.1 Pengukuran Stratigrafi
Pengukuran stratigrafi merupakan salah satu pekerjaan yang biasa
dilakukan dalam pemetaan geologi lapangan. Adapun pekerjaan pengukuran
stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang terperinci dari
hubungan stratigrafi antar setiap perlapisan batuan / satuan batuan, ketebalan
setiap satuan stratigrafi, sejarah sedimentasi secara vertikal dan lingkungan
pengendapan dari setiap satuan batuan. Di lapangan, pengukuran stratigrafi
biasanya dilakukan dengan menggunakan tali meteran dan kompas pada
singkapan-singkapan yang menerus dalam suatu lintasan. Pengukuran
diusahakan tegak lurus dengan jurus perlapisan batuannya, sehingga koreksi
sudut antara jalur pengukuran dan arah jurus perlapisan tidak begitu besar.
4.1.1

Metoda Pengukuran Stratigrafi


Pengukuran stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran

terperinci urut-urutan perlapisan satuan stratigrafi, ketebalan setiap satuan


stratigrafi, hubungan stratigrafi, sejarah sedimentasi dalam arah vertikal, dan
lingkungan pengendapan. Mengukur suatu penampang stratigrafi dari
singkapan mempunyai arti penting dalam penelitian geologi. Secara umum
tujuan pengukuran stratigrafi adalah:
a) Mendapatkan data litologi terperinci dari urut-urutan perlapisan suatu
satuan

stratigrafi (formasi), kelompok, anggota dan sebagainya

Mendapatkan ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi.


b) Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan
batuan dan urut- urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detil, untuk
menafsirkan lingkungan pengendapan.
Pengukuran stratigrafi biasanya dilakukan terhadap singkapan singkapan
yang menerus, terutama yang meliputi satu atau lebih satuan satuan stratigrafi
yang resmi. Metoda pengukuran penampang stratigrafi banyak sekali
ragamnya. Namun demikian metoda yang paling umum dan sering dilakukan
di lapangan adalah dengan menggunakan pita ukur dan kompas. Metoda ini
24

diterapkan terhadap singkapan yang menerus atau sejumlah singkapansingkapan yang dapat disusun menjadi suatu penampang stratigrafi.

Gambar 4.1 Singkapan batuan pada satuan stratigrafi (kiri) dan singkapan
singkapan yang menerus dari satuan stratigrafi (kanan).
4.1.2 Tahapan dalam metoda pengukuran stratigrafi
1. Menyiapkan peralatan untuk pengukuran stratigrafi, antara lain: pita
ukur ( 25 meter), kompas, tripot (optional), kaca pembesar (loupe),
buku catatan lapangan, tongkat kayu sebagai alat bantu.
2. Menentukan jalur lintasan yang akan dilalui dalam pengukuran
stratigrafi,

jalur

lintasan ditandai dengan huruf B (Bottom) adalah

mewakili bagian Bawah sedangkan huruf T (Top) mewakili bagian atas.


3. Tentukan satuan-satuan litologi yang akan diukur. Berilah patok-patok atau
tanda lainnya pada batas-batas satuan litologinya.

25

Gam
bar 4.2 Sketsa pengukuran penampang stratigraf

Gambar 4.3 Aktivitas dari pengukuran stratigrafi terukur

26

4. Pengukuran stratigrafi di lapangan dapat dimulai dari bagian bawah atau


atas. Unsur-unsur yang diukur dalam pengukuran stratigrafi adalah:
arah lintasan (mulai dari sta.1 ke sta.2; sta.2 ke sta.3. dst.nya), sudut
lereng (apabila pengukuran di lintasan yang berbukit), jarak antar station
pengukuran, kedudukan lapisan batuan, dan pengukuran unsur-unsur
geologi lainnya.
5. Jika jurus dan kemiringan dari tiap satuan berubah rubah sepanjang
penampang, sebaiknya pengukuran jurus dan kemiringan dilakukan pada
alas dan atap dari satuan ini dan dalam perhitungan dipergunakan rataratanya.
6. Membuat

catatan hasil pengamatan disepanjang lintasan pengkuran

stratigrafi yang meliputi semua jenis batuan yang dijumpai pada lintasan
tersebut, yaitu: jenis batuan, keadaan perlapisan, ketebalan setiap
lapisan batuan, struktur sedimen (bila ada), dan unsur-unsur geologi
lainnya yang dianggap perlu. Jika ada sisipan, tentukan jaraknya dari atas
satuan.
7. Data hasil pengukuran stratigrafi kemudian disajikan diatas kertas setelah
melalui proses

perhitungan

dan

koreksi-koreksi

yang

kemudian

digambarkan dengan skala tertentu dan data singkapan yang ada


disepanjang lintasan di-plot-kan dengan memakai simbol-simbol geologi
standar.
8. Untuk penggambaran dalam bentuk kolom stratigrafi, perlu dilakukan
terlebih dahulu koreksi-koreksi antara lain koreksi sudut antara arah
lintasan dengan jurus kemiringan lapisan, koreksi kemiringan lereng
(apabila pengukuran di lintasan yang berbukit), perhitungan ketebalan
setiap lapisan batuan dsb.
4.1.3

Perencanaan lintasan pengukuran

Perencanaan

lintasan

pengukuran

ditetapkan

berdasarkan

urut-urutan

singkapan yang secara keseluruhan telah diperiksa untuk hal hal sebagai berikut:
a) Kedudukan lapisan (Jurus dan Kemiringan), apakah curam, landai, vertikal
atau horizontal. Arah lintasan yang akan diukur sedapat mungkin tegak
lurus terhadap jurus.
b) Harus diperiksa apakah jurus dan kemiringan lapisan secara kontinu tetap
atau berubah rubah. Kemungkinan

adanya

struktur

sepanjang
27

penampang,

seperti sinklin,

antiklin,

sesar, perlipatan dan hal ini

penting untuk menentukan urut-urutan stratigrafi yang benar.


c) Meneliti akan kemungkinan adanya lapisan penunjuk (key beds) yang
dapat diikuti di seluruh daerah serta penentuan superposisi dari lapisan
yang sering terlupakan pada saat pengukuran.
4.1.4

Menghitung Ketebalan
Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara bidang alas (bottom)
dan bidang atas (top). Dengan demikian perhitungan tebal lapisan yang
tepat harus dilakukan dalam bidang yang tegak lurus jurus lapisan. Bila
pengukuran di lapangan tidak dilakukan dalam bidang yang tega k lurus
tersebut maka jarak terukur yang diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu
dengan rumus:
d = dt x cosinus ( = sudut antara arah kemiringan dan arah
pengukuran).

Gambar 4.4 Posisi pengukuran pada daerah datar.


Didalam menghitung tebal lapisan, sudut lereng yang dipergunakan adalah
sudut yang terukur pada arah pengukuran yang tegak lurus jurus perlapisan.
Apabila arah sudut lereng yang terukur tidak tegak lurus dengan jurus
perlapisan, maka perlu dilakukan koreksi untuk mengembalikan kebesaran
sudut lereng yang tegak lurus jurus lapisan. Biasanya koreksi dapat
dilakuan dengan menggunakan tabel koreksi dip untuk pembuatan
penampang.
1. Pengukuran pada daerah datar (lereng 0o)
28

Pengukuran pada daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak


tegak lurus jurus, ketebalan langsung di dapat dengan menggunakan
rumus : T = d sin

(dimana d adalah jarak terukur di lapangan dan

adalah sudut kemiringan lapisan). Apabila pengukuran tidak tegak lurus


jurus, maka jarak terukur harus dikoreksi seperti pada cara diatas.
2. Pengukuran pada Lereng
Terdapat beberapa kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng seperti
diperlihatkan pada gambar 4.5 dan gambar 4.6. { Catatan: sudut lereng (s)
dan kemiringan lapisan () adalah pada keadaan yang tegak lurus dengan
jurus atau disebut true dip dan true slope }.
a. Kemiringan lapisan searah dengan lereng.

Gambar 4.5 Posisi pengukuran pada lereng yang searah dengan kemiringan
lapisan
Bila kemiringan lapisan ( ) lebih besar daripada sudut lereng (s)
dan arah lintasan tegak lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah:
T = d sin ( - s ).

(Gambar 4.5 b)

Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada sudutlereng dan arah


lintasan tegak lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah:
T = d sin (s - ).

(Gambar 4.5 c)

Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan lereng


29

Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng


dan arah lintasan tegak lur us jurus maka:
T = d sin ( + s )

(Gambar 4.6 b).

Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah


900 (lereng berpotongan tegak lurus dengan lapisan) dan arah lintasan
tegak lurus jurus maka: T = d

(Gambar 4.6 c).

Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng


dan arah lintasan tegak lurus jurus, maka:
T = d sin (1800 - - s)

(Gambar 4.6 d ).

Bila lapisannya mendatar, maka : T = d sin (s)

Gambar 4.6 Posisi pengukuran pada lereng yang berlawanan dengan kemiringan
lapisan
Penyajian hasil pengukuran stratigrafi seperti yang terlihat pada
Gambar 4.7 dibawah ini. Adapun penggambaran urutan perlapisan
batuan/satuan batuan/satuan stratigrafi disesuaikan dengan umur batuan
mulai dari yang tertua (paling bawah) hingga yang termuda (paling atas).
Seringkali hasil pengukuran stratigrafi disajikan dengan disertai foto-foto
singkapan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.8. Adapun maksud
dari penyertaan foto-foto singkapan adalah untuk lebih memperjelas

30

bagian bagian dari perlapisan batuan ataupun kontak antar perlapisan yang
mempunyai makna dalam proses sedimentasinya.

Gambar 4.7 Contoh Penyajian Hasil Pengukuran Stratigrafi


31

Gambar 4.8 Penggambaran penampang stratigrafi terukur yang dilengkapi


dengan foto-foto untuk menjelaskan hubungan antar lapisan batuan ataupun
kontak antar lapisan batuan.
32

Tabel 4.1 Contoh Hasil Pengukuran MS

33

34

Tabel 4.2 Contoh Tabel Pengukuran MS

35

Anda mungkin juga menyukai