LANGKAH 1
BRAIN STORMING
A. Kata Sulit
1. Somatoform
2. Insomnia
9. Antidepresan, Antiansietas.
10. Karena mengalami stress berulang.
11. Stres dan banyak pikiran dapat menyebabkan nyeri kepala.
D. Hipotesis
Nyeri kepala terdiri atas nyeri kepala primer dan sekunder. Salah satunya adalah nyeri
kepala tegang, yaitu Sensasi ketat atau menekan biasanya bilateral yang pada awalnya dapat
terjadi secara episodik dan berhubungan dengan stres, ansietas, atau depresi. Hal yang dapat
menyebabkan nyeri kepala tipe tegang adalah nyeri somatoform. Nyeri somatoform adalah
nyeri yang diakibatkan rangsangan psikis tanpa ada etiologi medis. Dapat disebabkan oleh
stress, ansietas, depresi, banyak pikiran, stress berulang, tetapi tidak ditemukan adanya
kelainan fisik. Nyeri somatoform dapat ditangani dengan pemberian Antidepresan dan
Antiansietas. Menurut pandangan islam perceraian merupakan perbuatan halal yang dibenci
Allah.
LANGKAH 3
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Nyeri Kepala
1.1 Definisi
1.2 Etiologi dan Klasifikasi
1.3 Epidemiologi
1.4 Patofisiologi
1.5 Manifestasi Klinis
1.6 Diagnosis dan DD
1.7 Tatalaksana
1.8 Komplikasi
1.9 Prognosis
1.10 Pencegahan
2. Memahami dan Menjelaskan Nyeri Somatoform
2.1 Definisi
2.2 Etiologi dan Klasifikasi
2.3 Manifestasi Klinis
2.4 Diagnosis dan DD
2.5 Tatalaksana
2.6 Komplikasi
2.7 Prognosis
2.8 Pencegahan
3. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang Perceraian
Nyeri kepala dapat dibagi kepada tiga kelompok berdasarkan onsetnya yaitu :
Dalam buku Disease of the Nervous System , dinyatakan bahwa nyeri kepala juga
disebabkan oleh penyakit pada tulang kranium, neuritis dan neuralgia, irritasi meningeal,
lesi di intracranial, trauma dan penurunan tekanan intracranial.
Sakit kepala bisa disebabkan oleh kelainan: (1) vaskular, (2) jaringan saraf, (3) gigi geligi, (4) orbita, (5) hidung dan (6) sinus paranasal, (7) jaringan lunak dikepala, kulit,
jaringan subkutan, otot, dan periosteum kepala. Selain kelainan yangtelah disebutkan
diatas, sakit kepala dapat disebabkan oleh stress dan perubahanlokasi (cuaca, tekanan,
dll.).
Nyeri kepala menurut The International Headache Society (IHS-2) 2004 dibagi atas
2 golongan besar yaitu
Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain :
Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu, dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri kronis
1 Nyeri Akut adalah Nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya
singkat contoh nyeri trauma
2 Nyeri Kronis adalah nyeri yang terjadi atau dialami sudah lama contoh
kanker
Klasifikasi nyeri berdasarkan Tempat terjadinya nyeri
1 Nyeri Somatik adalah Nyeri yang dirasakan hanya pada tempat terjadinya
kerusakan atau gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat dan mudah
ditangani, contoh Nyeri karena tertusuk
2 Nyeri Visceral adalah nyeri yang terkait kerusakan organ dalam, contoh
nyeri karena trauma di hati atau paru-paru.
3 Nyeri Reperred : nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi nyeri, contoh nyeri
angina.
Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeri
1 Nyeri Nosiseptis adalah Nyeri yang kerusakan jaringannya jelas
2 Nyeri neuropatik adalah nyeri yang kerusakan jaringan tidak jelas.
1.3 Epidemiologi
Prevalensi migren adalah 18,2% diantaranya wanita dan 6,5% pria, dengan 23%
rumah tangga memiliki paling sedikit 1 anggotanya yang mengidap migren. Sebelum
usia 12 tahun migren lebih sering terjadi pada anak laki-laki, namun setelah pubertas
migren sering dijumpai pada perempuan dengan rasio 2:1.
Faktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi penyakit, jenis
kelamin, umur, pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktor genetik.
Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%) atau 45 juta orang
menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari 45 juta tersebut merupakan wanita. 75 %
dari jumlah di atas adalah tipe tension headache yang berdampak pada menurunnya
konsentrasi belajar dan bekerja sebanyak 62,7 %. Menurut IHS, migren sering terjadi
pada pria dengan usia 12 tahun sedangkan pada wanita, migren sering terjadi pada usia
besar dari 12 tahun. IHS juga mengemukakan cluster headaache 80 90 % terjadi pada
pria dan prevalensi sakit kepala akan meningkat setelah umur 15 tahun.
1.4 Patofisiologi
Fase I : Prodromal - Sebanyak 50% pasien mengalami fase prodromal ini yang
berkembang pelan-pelan selama 24 jam sebelum serangan.
Gejala: kepala terasa ringan , tidak enak, iritabel, memburuk bila makan makanan tertentu
seperti makanan manis, mengunyah terlalu kuat, sulit/malas berbicara.
Fase II : Aura
Gangguan penglihatan yang paling sering dikeluhkan pasien. Khas pasien melihat seperti
melihat kilatan lampu blits (photopsia) atau melihat garis zig zag disekitar mata dan
hilangnya sebagian penglihatan pada satu atau kedua mata (scintillating scotoma).
Gejala sensoris yang timbul berupa rasa kesemutan atau tusukan jarum pada lengan,
dysphasia.
Fase ini berlangsung antara 5 60 menit. Sebanyak 80% serangan migraine tidak disertai
aura.
Fase III : Headache - Nyeri kepala yang timbul terasa berdenyut dan berat. Biasanya hanya
pada salah satu sisi kepal tetapi dapat juga pada kedua sisi. Sering disertai mual muntah
tidak tahan cahaya (photofobia) atau suara (phonofobia). Nyeri kepala sering memburuk
saat bergerak dan pasien lebih senang istrahat ditempat yang gelap dan ini sering berakhir
antara 2 72 jam.
Fase IV : Postdromal - Saat ini nyeri kepala mulai mereda dan akan berakhir dalam waktu
24 jam, pada fase ini pasien akan merasakan lelah, nyeri pada ototnya kadang kadang
euphoria. Setelah nyeri kepala hilang
Tipe
Migrain tanpa aura ( migrain biasa)
Durasi 4 sampai 72 jam apabila tidak
diobati
kepribadian
Ciri Khas
Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan untuk
menyingkirkan
penyakit fisik serta
penilaian factor psikis
dan kepribadian.
Migraine
Jika diagnosisnya
masih meragukan dan
sakit kepala baru
terjadi, dilakukan CT
Scan atau MRI atau
diberikan obat migraine
untuk melihat efeknya.
Obat migraine
diberikan untuk melihat
efeknya (sumatriptan,
metisergid/obat
vasokonstriktor,
kortikosteroid,
indometasin) atau
menghirup O2.
Hipertensi
Kelainan mata
(iritis, glaucoma)
Pemeriksaan mata
Kelainan sinus
Rontgen sinus
Tumor otak
Infeksi otak
Pemeriksaan darah,
pungsi lumbal.
Hematoma subdural
Perdarahan
subarachnoid
Sifilis, tuberculosis,
criptococcus,
kanker,
Pungsi lumbal
Amanmesis
Pertanyaan umum pada anamnesa keluhan nyeri kepala:
Apakah nyeri kepala itu merupakan nyeri kepala biasa?
Istilah biasa disini berarti nyeri kepala yang terjadi kadang-kadang tanpa sebab yang
jelas dan lazim diderita banyak orang. Namun kemungkinan adanya gangguan
biokimiawi dibalik nyeri tersebut juga tidak dapat disingkirkan.
Apakah pasien pernah mengalami gangguan cedera kepala yang terjadi segera, beberapa
minggu bahkan beberapa bulan sebelum timbulnya nyeri kepala untuk pertama kali?
Nyeri kepala semacam ini bisa merupakan suatu gejala sisa setelah seseorang mengalami
kontusio cerebri atau perdarahan subdural.
Apakah disertai gejala demam?
Jika ya, penyebabnya harus dipikirkan. Pada penyakit-penyakit infeksi tertentu, terutama
demam tifoid dan infeksi yang disebabkan oleh arbovirus, nyeri kepala dapat dirasakan
sangat hebat sehingga menutupi keluhan demamnya.
Bagaimana pasien menjelaskan nyeri kepala (lokasi, frekuensi, waktu, durasi, kualitas,
faktor pemicu, faktor pereda)?
1
2
3
4
Apakah nyeri kepala timbul tersendiri atau disertai kelainan lain (mual, muntah, pusing,
fotofobia, penglihatan kabur)?
Pertanyaan diagnostik spesifik:
Apakah nyeri kepala menggangu kehidupan anda?
Apakah ada perubahan pola nyeri kepala selama 6 bulan terakhir?
Seberapa sering anda mengalami nyeri kepala tipe apapun?
Seberapa sering anda menggunakan obat untuk mengatasi nyeri kepala?
Kriteria diagnostik Migrain Tanpa Aura
Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan.
Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil
diobati).
Nyeri kepala mempunyai sedikitnya 2 diantara karakteristik berikut:
1. Lokasi unilateral
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau pasien menghindari aktivitas fisik
rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:
1 Nausea dan atau muntah
2 Fotofobia dan fonofobia.
Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
Kriteria diagnostik Migrain dengan Aura
Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan.
Minimal memenuhi 3 dari 4 kriteria berikut ini :
1 Satu atau lebih gejala aura yang reversibel yang mengindikasikan gejala fokal
kortikal atau disfungsi batang otak.
2 Minimal gejala aura muncul secara gradual dalam waktu > 4 menit.
3 Gejala aura tidak berlangsung dalam waktu > 60 menit.
4 Sakit kepala yang diikuti dengan aura disertai interval 60 menit.
Tidak dijumpai adanya kelainan organik.
1
2
Pemeriksaan penunjang
Foto Rontgen kepala.
Elektroenchelpalograph/Elektro Enselo Grafi (EEG).
3
4
5
CT-SCAN.
Arteriografi, Brain Scan Nuklir.
Pemeriksaan laboratorium (tidak rutin atas indikasi).
Pemeriksaaan psikologi (jarang dilakukan)
1.7 Tatalaksana
Sasaran penatalaksanaan tergantung lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta,
derajat disabilitas serta respon awal dari pengobatan dan mungkin pula ditemukan
penyakit lain seperti epilepsi, ansietas, stroke, infark miokard. Karena itu harus hati-hati
memberikan obat. Bila ada gejala mual/muntah, obat diberikan rektal, nasal, subkutan
atau intra vena.
Jenis obat
Ergotamin
Caffeine
Ergotamine
plus
Dihydroergotamine
(DHE)
Triptans
Sumatriptan
Pemakaian obat: dosis rendah yang efektif dinaikkan pelan-pelan sampai dosis
efektif. Efek klinik tercapai setelah 2-3 bulan.
Pendidikan terhadap penderita: teratur memakai obat, perlu diskusi rasional tentang
pengobatan, efek samping.
Evaluasi : Headache diary merupakan suatu gold standart evaluasi serangan,
frekuensi, lama, beratnya serangan, disabilitas dan respon obat.
Kondisi penyakit lain : pedulikan kelainan yang sedang diderita seperti stroke, infark
myocard, epilepsi dan ansietas, penderita hamil (efek teratogenik), hati-hati interaksi
obat-obat.
Anti-epileptik
Divalproex
Sodium
valproate
Dosis
Efek Samping
Kontraindikasi
50-150mg/hr
100-200 mg/hr
20-160 mg/hr
40-240 mg/hr
Fatigue, bronchospasm,
bradikardi, hipotensi,
depresi, congestive heart
failure, impotensi,
gangguan tidur.
5-10 mg/hr
240-320 mg/hr
Fatigue, depresi,
bradikardi, hipotensi,
konstipasi, nausea,
edema.
ibu hamil,
hipertensi, aritmia.
Retroperitoneal,cardiac
and
pulmonary fibrosis
Weight gain, Fatigue.
hipertensi,
kehamilan,
tromboflebitis.
10-150 mg
10-150 mg
kelainan liver,
ginjal, paru,
jantung,
glaukoma,
hipertensi.
500-1500
mg/d
500-1500
2 mg
(max8mg/hr)
0.5 mg (max
3-6 mg/hr)
Valproic acid
Gabapentin
mg/d
500-1500
mg/d
900-1800
mg/hr (max
2400)
enzyme levels.
Dizzines, fatique, ataxia,
nausea, tremor.
Terapi Non-farmakologi
Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20 sampai 30 menit.
Perubahan posisi tidur.
Pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain.
Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah.
Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan komputer, atau saat
menonton televisi.
Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising.
Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari.
Terapi farmakologi
Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri. Seperti obatobat OTC: aspirin, acetaminophen, ibuprofen atau naproxen sodium. Produk kombinasi
dengan kafein dapat meningkatkan efek analgesik.
Untuk sakit kepala kronis, perlu assesment yang lebih teliti mengenai penyebabnya,
misalnya karena anxietas atau depresi.
Pilihan obatnya adalah antidepresan, seperti amitriptilin atau antidepresan lainnya.
Hindari penggunaan analgesik secara kronis memicu rebound headache.
Tatalaksana Cluster headache
Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah serangan (profilaksis).
Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral.
- Obat terapi abortif: oksigen, ergotamin, sumatriptan (dosis sama dengan dosis migren).
- Obat terapi profilaksis: verapamil, litium, ergotamin, metisergid, kortikosteroid,
topiramat.
1.8 Komplikasi
Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh
penggunaan obat - obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dllyang berlebihan.
Tension type headache episodik dapat berkembang menjadi tipe kronik, dan depresi
akibat gejalanya dapat terjadi sebagai suatu komplikasi pada pasien. Komplikasi Migren
adalah rebound headache, nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan
analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.
1.9 Prognosis
Prognosis nyeri kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan indikasi
merujuk keadaan :
1. Sakit kepala yang tiba-tiba dan timbul kekakuan di leher,
2. Sakit kepala dengan demam dan kehilangan kesadaran,
3. Sakit kepala setelah terkena trauma mekanik pada kepala,
4. Sakit kepala disertai sakit pada bagian mata dan telinga,
5. Sakit kepala yang menetap pada pasien yang sebelumnya tidak pernah mengalami
serangan,
6. Sakit kepala yang rekuren pada anak.
1.10 Pencegahan
Pencegahan nyeri kepala adalah dengan mengubah pola hidup dengan cara
mengatur pola tidur
yang sama setiap hari, berolahraga secara rutin, makan
makanan sehat dan teratur, kurangi stress, menghindari pemicu nyeri kepala yang
telah diketahui
2. Memahami dan Menjelaskan Nyeri Somatoform
2.1 Definisi
Suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik di mana tidak ditemukan
penjelasan medis yang adekuat.
Gejala dan keluhan somatik menyebabkan penderitaan emosional/gangguan pada
kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan.
Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan
buatan.
2.2 Etiologi dan Klasifikasi
Gangguan Somatisasi : Substitusi instiktual yang direpresi, pengajaran parental,
kondisi rumah tidak stabil, penyiksaan fisik, penurunan metabolisme lobus frontalis
dan hemisfer nondominan, genetika, regulasi abnormal sitokin.
Gangguan Konversi : Represi konflik intrapsikis bawah sadar dan konversi
kecemasan ke dalam suatu gejala psikis, hipometabolisme hemisfer dominan,
hipermetabolisme hemisfer nondominan, gangguan komunikasi hemisferik.
Hipokondriasis : Misinterpretasi gejala-gejala tubuh, model belajar sosial, varian
gangguan depresif dan kecemasan, harapan agresif dan permusuhan terhadap orang
lain.
Gangguan Dismorfik Tubuh : Melibatkan metabolisme serotonin, pengaruh kultural
dan sosial.
Faktor Perilaku. Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:
Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari situasi yang
tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan sekunder).
Adanya perhatian untuk menampilkan peran sakit
Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau gangguan
dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang diasosiasikan
dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau kerusakan fisik yang
dipersepsikan.
d.
Faktor Emosi dan Kognitif Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan
emosi dan kognitif, penyebab ganda yang terlibat adalah sebagai berikut:
Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda dari adanya
penyakit serius (hipokondriasis).
Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impulsimpuls
yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom fisik (gangguan konversi).
Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin merupakan suatu
strategi self-handicaping (hipokondriasis).
Ada 5 gangguan somatoform yang spesifik yaitu :
1.
Gangguan konversi
Hipokondriasis
Terpaku pada keyakinan bahwa dirinya menderita penyakit yang serius. Ketakukan
akan adanya penyakit terus ada meskipun secara medis telah diyakinkan. Sensasi atau
rasa nyeri fisik biasanya sering diasosiasikan dengan gejala penyakit kronis tertentu.
3.
Gangguan somatisasi
Keluhan fisik yang muncul berulang mengenai simptom fisik yang tidak ada dasar
organis yang jelas. Gangguan ini menyebabkan seseorang untuk melakukan
kunjungan medis berkali-kali atau menyebabkan hendaya yang signifikan dalam
fungsi.
4.
Gangguan nyeri
Gejala utamanya adalah adanya nyeri pada satu atau lebih tempat yang tidak
sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis nonpsikiatris, disertai oleh
penderitaan emosional dan gangguan fungsional dan gangguan memiliki hubungan
sebab yang masuk akal dengan factor psikologis.
Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi,
1.
gangguan somatisasi
2.
3.
gangguan hipokondriasis
4.
5.
6.
7.
bahwa mereka menderita penyakit serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang
dapat ditemukan.
Gambaran keluhan gejala somatoform :
Neuropsikiatri:
kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik ;
saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika ditanya
Kardiopulmonal:
jantung saya terasa berdebar debar. Saya kira saya akan mati
Gastrointestinal:
saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan belum ada dokter yang
dapat menyembuhkannya
Genitourinaria:
saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan pemeriksaan namun
tidak di temukan apa-apa
Musculoskeletal
saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan sepanjang waktu
Sensoris:
pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan
kacamata tidak akan membantu
Beberapa tipe utama dari gangguan somatoform adalah
hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatisasi.
gangguan konversi,
Gangguan somatisasi
1 Adanya beberapa keluhan fisik (multiple symptom) yang berulang, dimana ketika
diperiksa secara fisik/medis, tidak ditemukan adanya kelainan tetapi ia tetap kontinyu
memeriksakan diri. Gangguan tidak muncul karena penggunaan obat. Keluhan yang
umumnya, misalnya sakit kepala, sakit perut, sakit dada, mestruasi tidak teratur, dll
2 Pasien menunjukkan keluhan dengan cara histrionik, berlebihan, seakan
tersiksa/merana.
3 Berulang memeriksa diri ke dokter, kadang menggunakan berbagai obat, dirawat di
RS bahkan dilakukan operasi.
4 Sering ditemukan masalah perilaku atau hubungan personal seperti kesulitan dalam
pernikahan.
Gangguan konversi
1 Kondisi dimana panca indera atau otot-otot tidak berfungsi walaupun secara
fisiologis, pada sistem saraf atau organ-organ tubuh tersebut tidak terdapat
gangguan/kelainan.
2 Secara fisiologis, orang normal dapat mengalami sebagian atau kelumpuhan total
pada tangan, lengan, atau gangguan koordinasi, kulit rasanya gatal atau seperti
ditusuk-tusuk, ketidak pekaan terhadap nyeri atau hilangnya kemampuan untuk
3
4
5
Hipokondriasis
1 Meyakini/ketakutan atau pikiran yang berlebihan dan menetap bahwa dirinya
memiliki suatu penyakit fisik yang serius
2 Adanya reaksi fisik yang berlebihan terhadap sensasi fisik/tubuh (salah interpretasi
terhadap gejala fisik yang dialaminya), misalnya otot kaku, pusing/sakit kepala,
berdebar-debar, kelelahan.
3 Melakukan banyak tes lab, menggunakan banyak obat, memeriksakan diri ke banyak
dokter atau RS
4 Keyakinan ini terus berlanjut, tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dokter,
walaupun hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya penyakit dan sudah
diyakinkan.
5 Keyakinan ini menyebabkan adanya distress atau hambatan dalam fungsi sosial,
pekerjaan atau aspek penting lainnya.
Gangguan dimorfik tubuh
1 Keyakinan akan adanya masalah dengan penampilan atau melebih-lebihkan
kekurangan dalam hal penampilan (misalnya : keriput di wajah, bentuk atau ukuran
tubuh)
2 Keyakinan/perhatian berlebihan ini meyebabkan stress, menghabiskan banyak waktu,
menjadi mal-adaptive atau menimbulkan hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan
atau aspek penting lainnya (menghindar/tidak mau bertemu orang lain, keluar sekolah
atau pekerjaan), juga menyebabkan dirinya sering harus konsultasi untuk operasi
plastik
3 Bagian tubuh yang diperhatikan sering bervariasi, kadang dipengaruhi budaya.
Gangguan nyeri
1 Gangguan dimana individu mengeluhkan adanya rasa nyeri yang sangat dan
berkepanjangan, namun tidak dapat dijelaskan secara medis (bahkan setelah
pemeriksaan yang intensif)
2 Rasa nyeri ini bersifat subyektif, tidak dapat dijelaskan, bersifat kronis, muncul di
satu atau beberapa bagian tubuh.
3 Rasa nyeri ini menyebabkan stress atau hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan dan
aspek penting lainnya.
4 Faktor-faktor psikologis sering memainkan peranan penting dalam memunculkan,
memperburuk rasa nyeri.
2.4 Diagnosis dan DD
Untuk gangguan somatisasi, diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
a) Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak
dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung
sedikitnya 2 tahun
b) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.
c) Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.
Atau :
A. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode
beberapa tahun
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan,
4 gejala (G) nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang
berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak,
dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau
selama miksi)
2 G gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya
mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau
intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
-1 G seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual,
disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan,
muntah sepanjang kehamilan).
-1 G pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang mengarahkan pada kondisi
neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis,
sulit menelan, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda,
kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain
pingsan).
C. Salah satu (1)atau (2):
Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat
(misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)
Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang
ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, atau temuan laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau
pura-pura).
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatisasi Menurut DSM-IV
A Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama
periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan
bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan dan fungsi penting lainnya.
B Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada
sembarangan waktu selama perjalanan gangguan :
1 Empat gejala nyeri : riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya
empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung,
sendi, anggota gerak, dada, rektum selama menstruasi, selama berhubungan
seksual atau selama miksi)
2 Dua gejala gastrointestinal : riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal
selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan,
diare atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
3 Satu gejala seksual : riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif
selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi,
mendtruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang
kehamilan)
4 Salah satu gejala pseudoneurologis : riwayat sekurangnya satu gejala atau
defisit yangmengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada
nyeri (gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan,
paralisis atau kelemahan setempat, ssulit menelan atau benjolan di
tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri,
pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang, amnesia, hilangnya kesadaran
selain pingsan)
C Salah (1) atau (2) :
1 Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi umum medis yang dikenal atau
efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat atau
alkohol)
2 Jika terdapat kondisi umum medis, keluhan fisik atau gangguan sosial atau
pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkiraannya dan
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
D Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan
buatan atau pura-pura)
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Konversi
A Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau
sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain
B Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena
awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stressor
lain
C Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (pura-pura)
D Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi umum medis atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai
perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural
E Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain atau memerlukan
pemeriksaan medis.
F Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi
semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan
dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.
Sebutkan tipe gejala atau defisit :
Dengan gejala atau defisit motorik
Dengan gejala atau defisit sensorik
Dengan kejang atau konvulsi
Dengan gambaran campuran
Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis
A Perokupasi dengan ketakutan menderita atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit
serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh
B Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan
penentraman
C Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan
delusional, tipe somatik) dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang penampilan
(seperti gangguan dimorfik tubuh)
D Perokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.
E Lama gangguan sekurangnya 6 bulan
F Perokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum,
gangguan obsesif-komplusif, gangguan panik, gangguan depresi berat, cemas
perpisahan, atau gangguan somatoform lain
Sebutkan jika : dengan tilikan buruk : jika untuk sebagian besar waktu selama episode
berakhir, orang tidak menyadari bahwa kekhawatirannya tentang menderita penyakit
serius adalah berlebihan atau tidak beralasan.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh
A Perokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali
tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyata.
B Perokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial,pekerjaan atau fungsi penting lain.
C Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya
ketidakpuasaan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa)
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri
A Nyerii pada satu tempat atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis
dan cukup parah untuk memerlukan perhatian khusus
B Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain
C Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan,
eksaserbasi atau bertahannya nyeri
D Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat
E Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau
gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.
Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem
psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi
terjadinya gangguan tersebut
Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupun
medis, untuk yang bersangkutan.
e. Gangguan Somatoform Lainnya
Pedoman diagnostik
Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak sistem saraf otonom dan terbatas secara
spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu
Tidak ada kaitannya dengan kerusakan jaringan
2.5 Tatalaksana
Terapi untuk Gangguan Somatoform
Kebijakan klinis menyarankan pendekatan halus dan suportif seraya memberikan
penghargaan kepada pasien atas setiap perbaikan kondisi sekecil apa pun yang
berhasil dicapai (Simon, 1998).
Orang-orang yang menderita gangguan somatoform jauh lebih sering datang ke dokter
dibanding ke psikiater atau psikolog karena mereka menganggap masalah berkait
dengan kondisi fisik. Para pasien tersebut menganggap rujukan dokter ke psikolog
atau psikiater sebagai tanda bahwa dokter menganggap penyakit mereka terletak di
kepala; sehingga mereka tidak merasa senang dirujuk ke ahli jiwa. Mereka
menguji kesabaran dokter mereka, yang sering kali meresepkan berbagai macam obat
atau penanganan medis dengan harapan akan menyembuhkan keluhan somatik
tersebut.
Penyembuhan dengan berbicara yang menjadi dasar psikoanalisis dilandasi oleh
asumsi bahwa suatu represif masif telah memaksa energi psikis diubah menjadi
anestesia atau kelumpuhan yang membingungkan. Namun demikian, psikoanalisis
tradisional dengan terapi jangka panjang dan psikoterapi yang berorientasi
psikoanalisis tidak menunjukkan hasil yang bermanfaat bagi gangguan konversi,
kecuali mungkin mengurangi kekhawatiran pasien atas penyakitnya. Penanganan
psikodinamika jangka pendek dapat menjadi efektif untuk menghilangkan simtomsimtom gangguan somatoform (Junkert-Tress, 2001).
Pasien somatoform sering menderita kecemasan dan depresi. Dengan menangani
kecemasan dan depresi sering kali mengurangi kekhawatiran somatoform.
Pada kasus komorbiditas antara ganguan obsesif kompulsif dan gangguan somatoform
tertentu, seperti hipokondriasis dan gangguan dismorfik tubuh memiliki penanganan
pilihan untuk ganguan kompulsif-pemaparan dan pencegahan respons-dapat menjadi
efektif untuk gangguan somatoform tersebut.
Terapis perlu memperhitungkan untuk memastikan pasien tidak kehilangan muka
ketika gangguan tersebut tidak lagi dialaminya. Terapis harus mempertimbangkan
kemungkinan pasien merasa dipermalukan ketika kondisinya menjadi lebih baik
melalui penanganan yang tidak berkaitan dengan masalah medis (fisik).
Terapi untuk gangguan somatisasi
Pemaparan atau terapi kognitif dapat digunakan untuk mengatasi ketakutan,
berkurangnya rasa takut dapat membantu mengurangi berbagai keluhan
somatik.
Secara umum tampaknya perlu disarankan untuk mengalihkan focus dari hal-hal yang
tidak dapat dilakukan pasien karena penyakitnya dan bahkan mengajarkan pada pasien
bagaimana cara mengatasi stres, mendorong aktivitas yang lebih banyak, dan
meningkatkan kontrol diri, terlepas dari keterbatasan fisik atau rasa tidak nyaman yang
dialami pasien.
2.6 Komplikasi
1. Kehidupan yang bergantung pada orang lain
2. Suicide.
2.7 Prognosis
Prognosis pada gangguan somatoform sangat bervariasi, tergantung umur pasien dan
sifat gangguannya (kronik atau episodik). Umumnya, gangguan somatoform
prognosisnya baik, dapatditangani secara sempurna. Sangat sedikit sekali yang
mengalami eksarsebasi, dapat bervariasidari mild-severe dan kronis. Pengobatan yang
lebih awal dan menjadikan prognosis menjadilebih baik. Secara independen tidak
meningkatkan risiko kematian. Kematian lebih disebabkankarena upaya bunuh diri.
(Kaplan, 1999)
2.8 Pencegahan
Pertama, mulai berolah raga dengan baik dan teratur serta menjaga pola makan
dengan asupan gizi yang seimbang. Hal ini berguna untuk menjaga metabolism tubuh.
Sehingga menjadi prima.
Kedua, Apabila gangguan serangan cemas akan rasa sakit menyerang, katakan pada
diri anda stop, lalu lakukan relaksi dengan cara mengatur aliran nafas anda.
Ketiga, Lakukan lah medical check up 1 tahun 1 kali, secara rutin. Dengan harapan
dapat mengetahui kondisi fisikyang sebenarnya (membuat anda tenang), dan
melakukan langkah pencegahan jika ditemukan penyakit dalam diri.
Self talk Tubuh saya sehat, dan saya baik-baik saja. (katakan pada diri anda, setiap
hari saat anda bercermin setiap saat, dan katakan juga indahnya hari ini, saya
bersyukur karena tuhan masih mengijinkan saya menikmati setiap karuniaNya
Memang tidak terdapat dalam al-Quran ayat -ayat yang menyuruh ataumelarang eksistensi
perceraian itu, sedangkan untuk perkawinan ditemukanbeberapa ayat yang menyuruh
melakukannya. Meskipun banyak ayat al-Quran yang mengatur talak tetapi isinya hanya
sekedar mengatur bila talak itu terjadi,meskipun dalam bentuk suruhan atau larangan.
Walaupun hukum asal dari talak itu adalah makruh, namun melihatkeadaan tertentu dalam
situasi tertentu, maka hukum talak itu adalah sebagai berikut
Nadab
atau sunnah, yaitu dalam keadaan rumah tangga sudah tidak dapatdilanjutkan dan seandainya
dipertahankan juga kemudaratan yang lebihbanyak akan timbul;
Mubah
atau boleh saja dilakukan bila memang perlu terjadi perceraiandan tidak ada pihak-pihak
yang dirugikan dengan perceraian itusedangkan manfaatnya juga ada kelihatannya;
Wajib
mesti dilakukan yaitu perceraian yang mesti dilakukan olehhakim terhadap seseorang yang
telah bersumpah untuk tidak menggauliistrinya sampai masa tertentu, sedangkan ia tidak mau
pula membayarkafarat sumpah agar ia dapat bergaul dengan istrinya. Tindakan
itumemudharatkan istrinya.
Haram
talak itu dilakukan tanpa alasan, sedangkan istri dalam keadaanhaid atau suci yang dalam
masa itu ia telah digauli
DAFTAR PUSTAKA