I.
IDENTIFIKASI
Nama
: Ny.SS
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Suku
: Sumatera
Alamat
: 965928
Keluhan tambahan
Kisaran 6 bulan lalu, terdapat keluahan yang sama berupa bintil merah disertai rasa
gatal, keluhan hilang timbul kemudian pasien berobat dan diberikan obat salep
betametason yang dioleskan di daerah yang gatal sebanyak 3 kali, keluhan
Kesadaran
: Kompos mentis
Nadi
: 98 x/menit
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Laju pernapasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5C
Berat badan
: 57 kg
Tinggi badan
: 167 cm
IMT
Gizi
: Baik
Keadaan Spesifik
2
Kepala
Wajah
Mata
tidak
ada,
lipatan
dannie
morgan
ada,
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Leher
Thoraks
Jantung
gallop
Paru-paru
wheezing
Abdomen
: Datar, lemas, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak
teraba, bising usus normal
Ekstremitas
KGB
Genitalia
Status Dermatologikus
Regio antebrachii, dorsum manus dextra et sinistra, cruris, dorsum pedis dextra et
sinistra
-
Gambar 1. Gambaran klinis: a. Regio dorsum manus dextra, b. Regio dorsum manus sinistra, c. Regio cruris
Gambar 2. Hasil pemeriksaan lampu Wood pada regio dorsum manus dan regio dorsum pedis
Gambar 3. Hasil pemeriksaan spesimen kerokan kulit dengan pemberian KOH 10% diamati dengan pembesaran
100x
V. RESUME
An. SS, perempuan, 21 tahun, dengan keluhan timbul papul eritem regio dorsum manus
dan regio antebrachii disertai pruritus sejak 1 pekan yang lalu. Pada status dermatologikus
pada regio antebrachii, regio dorsum manus, regio cruris, dan regio dorsum pedis dextra
et sinistra terdapat Papul eritem-hiperpigmentasi multiple, milier, diskret sebagian
konfluen, sebagian terdapat punctum pada sentral, juga terdapat lesi, juga terdapat lesi
makula hingga patch hiperpigmentasi multipel, milier-lentikuler, dan disertai diskret.
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatits atopik tipe dewasa
2. Skabies
3. Insect bite
VII. DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis atopik tipe dewasa + insect bite
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Biopsi dan pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan serum IgE
Pemeriksaan Prick Test
5
IX.
PENATALAKSANAAN
Umum
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Bonam
Quo ad functionam
: Bonam
Quo ad sanationam
: Bonam
Jawab:
Kriteria Hanifin Rajka1
1.
2.
3.
4.
Major characteristics ( 3)
Pruritus
Typical morphology and
distribution (ie, flexural
lichenification in older
children; facial and extensor
involvement in infants and
young children)
Tencency toward chronic or
chronically relapsing
dermatitis
Personal or family history of
atopy (eg, asthma, alergic
rhinitis, atopic dermatitis
Minor characteristics ( 3)
1. Xerosis (dry skin)
14. Food intolerance/
2. Accentuated lines or
allergy
grooves below the
15. Immediate (type 1)
margin of the lower
skin test reactivity
eyelid (Dennie-Morgan 16. Susceptibility to
fold)
cutaneous infection
3. Darkening beneath the
(eg, with Staph aureus,
eyes (allergic
HSV, other viruses,
shiners/Orbital
warts, molluscum,
darkening)
dermatophytes)
4. Facial pallor/facial
17. Perifollicular
erytherma
accentuation
5. Pityriasis alba
18. Early age of onset
6. Keratosis pilaris
19. Impaired cell7. Ichthyosis vulgaris
mediated immunity
8. Hyperlinearity of
20. Anterior neck folds
palms and soles
21. Course influenced by
9. White dermographism
environment/
(white line appear on
emotional factors
skin within 1 minute of 22. Pruritus with sweating
being stroked with
23. Intolerance to wool
blunt instrument)
and lipid solvents
10. Conjunctivitis
24. Peripheral blood
11. Keratoconus
eosinophilia
12. Anterior subcapsular
25. Hand and/or foot
cataracts
dermatitis
13. Elevated total serum
26. Cheilitis
IgE
27. Nipple eczema
Konsep dasar terjadinya dermatitis atopik adalah melalui reaksi imunologik, terdapat
2 teori yaitu reaksi hipersensitifitas tipe 1 yang melibatkan IgE dan sel mast, dan
hipersensitifitas tipe 4 yang dimediasi oleh sitokin sel T. Beberapa parameter imunologi dapat
diketemukan pada dermatitis atopik, seperti kadar IgE dalam serum penderita pada 60-80%
kasus meningkat, adanya IgE spesifik terhadap bermacam aerolergen dan eosinofilia darah
serta diketemukannya molekul IgE pada permukaan sel langerhans epidermal.Terbukti bahwa
ada hubungan secara sistemik antara dermatitis atopik dan alergi saluran napas, karena 80%
anak dengan dermatitis atopik mengalami asma bronkial atau rhinitis alergik. 2
Pada individu yang normal terdapat keseimbangan sel T seperti Th1, Th 2, Th 17,
sedangkan pada penderita dermatitis atopik terjadi ketidakseimbangan sel T. Sitokin Th2
jumlahnya lebih dominan dibandingkan Th1 yang menurun. Hal ini menyebabkan produksi
dari sitokin Th 2 seperti interleukin IL-4, IL-5, dan IL-13 ditemukan lebih banyak
diekspresikan oleh sel-sel sehingga terjadi peningkatan IgE dari sel plasma dan penurunan
kadar interferon-gamma.Dermatitis atopik akut berhubungan dengan produksi sitokin tipe
Th2, IL-4 dan IL-13, yang membantu immunoglobulin tipe isq berubah menjadi sintesa IgE,
dan menambah ekspresi molekul adhesi pada sel-sel endotel. Sebaliknya, IL-5 berperan
dalam perkembangan dan ketahanan eosinofil, dan mendominasi dermatitis atopik kronis2
Sumber:
1.
Larsen, Finn Schultz; HANIFIN, Jon M. Epidemiology of atopic dermatitis.Immunology and Allergy