Anda di halaman 1dari 3

Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan beberapa kesuksesan yang mampu diraih Indonesia pada masa datang jika

kebutuhan tenaga ahli dan wirausahan dapat terpenuhi. Menurut Hatta, pada tahun 2025, Indonesia dapat menjadi 10 negara yang memiliki kekuatan ekonomi di mana GDP Indonesia bisa mencapai Rp 4,5 triliun dengan pendapatan per kapita sebesar US$ 16 ribu. Hal ini jika kebutuhan tenaga kerja berpendidikan dapat dipenuhi. Sayangnya, dia akui Indonesia masih sangat kekurangan tenaga ahli tersebut. "Kita itu masih kekurangan 25 ribu insinyur dan ribuan teknokrat," ujar Hatta dalam sambutan Peresmian STEBANK Islam Sjafruddin Prawiranegara, Jakarta, Minggu (30/9/2012). Hatta menambahkan pada tahun 2020 sekitar 58,8 persen penduduk Indonesia bisa berpendapatan per kapita sekitar US$ 5000-15.000 dengan adanya sekitar 60 juta penduduk kelas menengah baru setiap tahunnya. "Tentunya pertumbuhan seperti harus dibarengi dengan pertumbuhan wirausahawan muda. Tapi saat ini jumlah wirausahawan masih sedikit," ujarnya.

Hatta yakin dengan pencapaian mimpi tersebut karena adanya berdasarkan survey McKinsey dimana Indonesia dianggap memiliki perubahan yang cukup besar dalam 10 tahun terakhir. "Saat ini terjadi perubahan besar, kekuatan ekonomi barat butuh 100 tahun untuk melipatgandakan pertumbuhannya, Amerika butuh 50 tahun untuk memperbaiki ekonomi outputnya. Kemudian China dan India industrialisasi butuh 16 tahun itu untuk melipatduakan ekonomi outputnya, Indonesia butuh 10 tahun sudah 3 kali lipat pertumbuhannya," tandasnya.

Bapak Presiden katakan bahwa Indonesia abad 21pada tahun 2030 akan mampu menjadi negara maju dan sejahtera. Menjadi bangsa yang mandiri, produktif, memiliki daya saing serta mampu mengelola seluruh kekayaan alam dan sumber daya lainnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi jangka pendek, menengah dan panjang.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Miranda Goeltom berpendapat bangsa Indonesia saat ini berada dalam kemunduran. Pada saat negara-negara Asia Tenggara lain menempati daya saing global pada posisi di atas 48 dari 131 negara, Indonesia hanya mampu bertengger di nomor 54, atau 23 posisi di bawah Malaysia. Visi Indonesia 2030 menjadi negara unggul dalam pengelolaan kekayaan alam, ditopang dengan pencapaian menjadi lima negara besar dalam kekuatan perekonomian dunia, dan mewujudkan kualitas hidup modern yang merata.

Menurut Miranda, visi itu terlalu muluk dan tidak nyata karena Indonesia menargetkan tanpa mengukur kemampuan diri. Indonesia tidak memiliki dasar apa-apa, seperti ilmu pengetahuan yang harus dijadikan fondasi bangsa, tetapi menargetkan sesuatu yang begitu tinggi, kata Miranda. Singapura membasiskan visi bangsanya pada masyarakat yang berbasis ilmu pengetahuan, begitu pula Malaysia yang mendasarkan ekonominya pada ilmu pengetahuan, kata Miranda

Anda mungkin juga menyukai